PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1. Proses Manajemen Proyek dan Pencapaian Kinerjanya
Sehingga manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Menurut Schwalbe (2000,p4), proyek ialah usaha temporer yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu tujuan yang unik.
2
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan ini akan dibahas Manajemen Pemerataan Sumber Daya dalam suatu
proyek
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.2 Uang
Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen proyek.
Ketidakcukupan uang, sulit untuk mengharapkan penyelenggaraan manajemen proyek
sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati antara para pihak yang menandatangani
perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi pada seluruh
kelompok yang terlibat, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di dalam
surat perjanjian kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan
pekerjaan, biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen
kontrak telah mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh.
4
Uang sangat penting karena seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi memerlukan
pembiayaan, menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga
kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat
berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian bahan dan material, pengolahan bahan
dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa. Jadi pengertian
“uang” di dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (civil works) bukan semata-mata
untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi juga termasuk biaya
yang harus dikeluarkan untuk konsultan perencana, konsultan pengawas dan untuk
pengguna jasa dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.
2.2.3 Peralatan
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat
berat), peralatan laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan
lainnya. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai
dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah
dipersyaratkan.
5
Tabel 2.1. Jenis peralatan dan penggunaannya
6
Tabel 2.2. Jenis Pengujian dan Alat yang digunakan
2.2.3 Bahan
Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan
setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam
dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan
bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan sumber daya yang harus
diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam perhitungan biaya
pekerjaan konstruksi sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku perlu secara
cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia, memenuhi syarat menjadi
bahan olahan. Survai untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku perlu dilakukan,
guna mendapatkan data akurat sebagai masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan
penawaran, maupun pada tahap pelaksanaan pekerjaan.
7
2.3 Pemerataan Sumber Daya (Resource Leveling)
Aspek yang perlu diperhatikan di dalam penyusunan jadwal proyek adalah usaha
pemakaian sumber daya secara efisien. Pemakaian sumber daya yang berfluktuatif akan
berdampak pada pengaturan keuangan proyek yang disebabkan oleh biaya lembur dan biaya
mobilisasi peralatan dan penggunaan kapasitas peralatan dibawah kapasitasnya. Cara paling
sederhana untuk tujuan pemerataan sumber daya adalah dengan mengatur kembali kegiatan
non kritis dengan cara mendistribusikan durasi kegiatan pada beberapa waktu-waktu yang
mungkin berbeda sebatas float atau waktu senggang yang tersedia. Pendistribusian durasi
aktifitas pada beberapa slot waktu ini tidak terlalu sulit untuk dikerjakan secara manual
apabila proyek merupakan kumpulan dari kegiatan dengan jumlah aktifitas yang sedikit dan
sederhana. Namun, untuk proyek dengan kegiatan yang berjumlah banyak dengan
interdependensi yang kompleks, cara manual tidak mungkin lagi dilakukan.
8
2.4.2 Metode Critical Path Method (CPM) atau Lintasan Kritis
Pada metode Critical Path Method (CPM) dikenal adanya jalur kritis, yaitu
jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah
waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian terpendek. Jalur kritis ini
terdiri dari rangkaian kegiatan kritis dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan
terakhir proyek. Dengan Penggunaan CPM maka kita akan mendapatkan dimana jalur-
jalur kegiatan nonkritis yang mempuyai float sebagai jangkauan resource leveling.
2.4.3 Float
Float didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan
sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat secara
sengaja atau tidak disengaja. Tetapi, penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek
menjadi terlambat. Float dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
- Total float : sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau diperlambatnya
pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi selesainya proyek secara
keseluruhan.
- Free Float : sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau diperlambatnya
pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang
langsung mengikutinya.
Dalam metode Resource Leveling sangat dipengaruhi oleh ketersediaan float
dalam suatu kegiatan dimana waktu Float dapat diisi suatu kegiatan setelah dipindahkan
waktu pelaksanaanya.
2.5. Contoh
2.5.1. Penyajian grafis.
Pemerataan sumber daya dengan CPM dapat dikerjakan dengan cara grafis.
Pertama – tama membuat koordinat y dan x, pada y dicantumkan sumber daya, misalnya
tenaga kerja, sedangkan sumbu x menunjukan kurun waktu. Dicari jalur kritis dan float
jaringan kerja dan proyek yang diteliti, kemudian komponen – komponen kegiatan
proyek digambarkan pada koordinat yang telah disiapkan. Komponen kegiatan non
9
kritis diatur dengan menggeser – geser ( sebatas float yang tersedia ) dan mengusahakan
untuk tidak terjadi fluktuasi yang tajam.
f=3h
2 5
a=6h (35) g=3h
(5)
(20)
b=3h e=3h
1 4 6
(15) (15)
c=3h
d=3h
(15)
(10)
3
Keterangan:
: garis kritis
: garis non kritis (tersedia float)
Gambar 2.1. Proyek terdiri dari 7 pekerjaan dalam diagram CPM
10
Jaringan kerja ini digambarkan dengan skala waktu dan memakai ES ( Early
Start ) Untuk tiap kegiatan, sehingga akan diperoleh seperti gambar 2.2.
1 a 2 f 5 g
(20) (35) (5)
1 b 4 e 6
(15) (float) (15) (float)
1 c 3 d
(15) (10) (float)
0 2 4 6 8 10 12
Skala waktu (hari)
Gambar 2.2. Jaringan kerja berskala waktu untuk proyek gbr. 2.1
11
70
60
Batas Jumlah tenaga kerja
50
b e
40
30 c
d
20 f
10 a
g
0
0 2 4 6 8 10 12
Skala waktu (hari)
Gambar 2.3. Susunan Pekerjaan sebelum dilakukan Resource Leveling
70
60
Jumlah tenaga kerja sebelum leveling
50
-(15)
40 Jumlah tenaga kerja sesudah leveling
30 c b
e
20 f
10 a d
g
0
0 2 4 6 8 10 12
Skala waktu (hari)
Gambar 2.4. Susunan Pekerjaan Setelah dilakukan Resource Leveling.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dari hasil Resource Leveling yang dilakukan pada Contoh aplikasi melalui
ilustrasi grafis, Kita mendapatkan hasil yang lebih efisien dalam penggunaan
sumber daya pekerja, selain jadwal alokasinya lebih merata, juga kita dapat
menghemat biaya tenaga kerja, dimana yang awalnya jumlah total pekerja 50
orang dapat dikurangi menjadi 30 orang.
2. Dalam Penyusunan jadwal proyek, pemakaian sumber daya secara efisien
menjadi faktor yang wajib. Dimana dengan mengatur ulang Pemakaian sumber
daya yang terlalu berfluktuatif menjadi merata akan berdampak pada optimalisasi
keuangan proyek sehingga menyebabkan penghematan biaya lembur, biaya
mobilisasi peralatan dan efisiensi penggunaan kapasitas peralatan. Yaitu dengan
langkah-langkah metode Resource Leveling.
3. Metode Resource Leveling atau pemerataan sumber daya adalah dengan cara
mengatur kembali kegiatan non kritis pada kegiatan dengan cara
mendistribusikan durasi kegiatan pada beberapa waktu-waktu yang mungkin
berbeda sebatas float atau waktu senggang yang tersedia.
4. Resource Leveling selain dapat lebih meratakan penggunaan tenaga kerja pada
jadwal kegiatan proyek, dapat juga mencari nilai paling efektif dalam penggunaan
sumber daya serta mencegah adanya Overlocated atau kelebihan sumber daya
dari standard sumber daya yang tersedia.
13
DAFTAR PUSTAKA
14