Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGGUNAAN METODE PENJADWALAN LINE OF BALANCE

PADA PROYEK KONSTRUKSI REFETITIF

(STUDI KASUS : PERUMAHAN ALUR PINANG)

METODOLOGI PENELITIAN

OLEH :

EFRINTON SIHOTANG

200501077

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAMUDRA

LANGSA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia didominasi oleh


proyek konstruksi berupa gedung bertingkat, jalan raya dan perumahan.
Proyek dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan dengan istilah jumlah
waktu tertentu, sumber daya terbatas, dan berdasarkan biaya yang
dialokasikan. Dalam kegiatan konstruksi terdapat tiga komponen utama
yaitu waktu, kualitas dan biaya. Ketiga komponen ini saling berkaitan,
salah satunya proyek harus dilaksanakan dengan kualitas tinggi sesuai
dengan jadwal yang direncanakan didirikan dan dengan biaya terendah.
Tanpa perencanaan yang tepat, maka sebuah proyek berpeluang
mengalami kegagalan bagi perusahaan dan pemilik proyek. Proyek
konstruksi umumnya memiliki tenggat waktu pelaksanaan dimana proyek
harus selesai pada atau tepat pada waktu yang dijadwalkan. setiap
pekerjaan memiliki durasi, yang terdiri dari durasi yang dijadwalkan dan
durasi sebenarnya. Durasi yang dijadwalkan diperoleh dari bobot
pekerjaan. sedangkan durasi sebenarnya diperoleh dari laporan harian
atau mingguan selama pelaksanaan proyek lokasi. Dalam praktiknya,
kedua durasi tersebut biasanya tidak sama. Oleh karena itu, diperlukan
perencanaan proyek agar proyek dapat berjalan dengan lancar dengan
waktu yang optimal.

Para kontraktor sering menghadapi proyek dengan banyak unit


pekerjaan yang sama, sebagai salah satu pekerjaan pembangunan
perumahan. Proyek multi unit ini ditandai dengan aktivitas-aktivitas yang
berulang yang dalam banyak kasus muncul dari perincian aktivitas-
aktivitas umum kedalam aktivitas-aktivitas khusus. Kegiatan berulang
dari satu unit ke unit lainnya menghasilkan kebutuhan mendesak untuk
memungkinan pengaturan proyek penggunaan sumber daya tanpa
gangguan. Metode penjadwalan umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu
Bagan Balok dan Kurva S, Diagram Jaring dan Diagram Garis
Keseimbangan (Line Of Balance).

Berdasarkan ketiga metode di atas, penerapan pada penjadwalan


proyek akan dilaksanakan penerapan metode Diagram Garis
Keseimbangan/ Line Of Balance (LOB), dalam kasus pembangunan
Perumahan . Dengan menggunakan penjadwalan metode Line of Balance
(LOB) menjanjikan untuk memfasilitasi proses proyek dengan aktivitas
berulang dan periode waktu relatif menjadi lebih efektif selama fase
perkembangannya dan dapat menganalisa penerapan sistem penjadwalan
yang diterapkan saat sekarang.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengaplikasikan metode penjadwalan yang sesuai bagi proyek


yang memiliki pekerjaan berulang.

2. Menentukan durasi penjadwalan dalam pelaksanaan pekerjaan


dengan menggunakan metode Line Of Belance.

3. Menganalisa kelebihan dan kekurangan metode Line Of Belance


dari segi penggunaan metode, perhitungan kecepatan produksi,
logika ketergantungan, dan hambatan pada aktivitas kegiatan.

1.3. Rumusan Masalah

1. Apakah metode Line Of Belance dapat ditetapkan pada proyek


konstruksi yang memiliki pekerjaan yang berulang?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode penjadwalan Line Of
Balance?

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi para kontraktor tentang metode


penjadwalan Line Of Belance pada proyek konstruksi refetitif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Proyek merupakan kegiatan komersial kompleks yang sifatnya


tidak rutin, memiliki waktu, anggaran dan sumber daya juga terbatas dan
memiliki spesifikasi tersendiri untuk produk yang akan diproduksi. Dengan
apa adanya keterbatasan mengerjakan proyek, lalu memerlukan organisasi
proyek untuk mengelola sumber daya yang tersedia untuk memungkinkan
kegiatan simultan dilakukan untuk mencapai tujuan proyek tercapai.

Proyek dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan yang


terorganisir mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting menggunakan
dana anggaran dan sumber daya yang tersedia, ini harus dilakukan dalam
jangka waktu tertentu (Nurhayati 2010).

Menurut Schwalbe yang dikutip dalam Dimyati & Nurjaman (2014), setiap
proyek akan dibatasi oleh ruang lingkup, waktu dan biaya (biaya). Batasan
ini sering digunakan dalam manajemen proyek sebagai tiga kendala utama.
Agar proyek berhasil, manajer proyek harus pertimbangkan yang berikut
ini. Pertama. Ruang ingkup pekerjaan yang akan dilakukan sebagai bagian
dari proyek, dan produk dan jasa atau hasil keinginan pelanggan (sponsor)
yang dapat dihasikan dalam suatu proyek. Kedua, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu proyek. Ketiga, biaya penyelesaian proyek.

2.2 Konstruksi Refetitif

Konstruksi refetitif atau konstruksi berulang adalah konstruksi


aktif di mana kegiatan-kegiatan di dalamnya diulang dalam unit yang sama
(Jaskowski, 2015). Contoh tipikal dari konstruksi berulang, antara lain:
konstruksi gedung bertingkat (apartemen, hotel, gedung bertingkat fasilitas
umum), masing-masing mengulangi pekerjaan yang sama pada setiap lantai
tipikal, konstruksi jalan raya mengulangi pekerjaan yang sama setiap dua
stasiun, dan pembangunan perumahan yang mengulang pekerjaan yang
sama di setiap unit rumah.

Karena proyek konstruksi berulang mempunyai porsi yang besar di


industri konstruksi, di mana konstruksi perumahan, jalan, dan gedung
bertingkat dibangun untuk tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, penting untuk mengembangkan
metode penjadwalan khusus yang efektif untuk proyek-proyek berkarakter
pekerjaan berulang.

2.3 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek adalah implementasi dari rencana yang


mampu memberikan informasi tentang jadwal dan kemajuan proyek terkait
dengan sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, bahan), durasi (waktu)
dan kemajuan (progress) penyelesaian proyek. Dalam proses penjadwalan,
mempersiapkan kegiatan dan hubungan antara kegiatannya dibuat sangat
terperinci, dan semakin detail. Hal itu seharusnya membantu pelaksanaan
evaluasi proyek. Penjadwalan (scheduling) adalah alokasikan waktu yang
tersedia untuk melakukan setiap pekerjaan untuk menyelesaikan proyek
dengan efek terbaik mempertimbangkan kendala yang ada.

Penjadwalan proyek harus memperhatikan beberapa faktor-faktor berikut


ini :

1. Tujuan dan pasaran proyek.

2. Adanya keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master


schedule.
3. Dana yang dibutuhkan dan dana yang tersedia serta waktu yang di
butuhkan dan waktu yang tersedia, kemudian perhitungan perkiraan
waktu yang hilang dan hari – hari libur.

4. Pembagian shift kerja dan waktu lembur untuk mempercepat proyek.

5. Sumber daya yang di butuhkan dan sumber daya yang tersedia.

6. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

Kerumitan pekerjaan suatu proyek dipengaruhi oleh ukuran proyek


semakin besar skala proyek, semakin kompleks manajemen jadwalnya
karena akan ada lebih banyak dana untuk dikelola, lebih banyak
permintaan dan penawaran sumber daya, dan pekerjaan yang dilakukan
akan sangat beragam dan pekerjaan proyek akan semakin lama.

2.4 Line Of Balance (LOB)

Metode Line Of Belance pertama kali digunakan dalam industri


manufaktur dan kontrol lini produksi, dirancang untuk memperoleh atau
mengevaluasi aliran lini produksi produk. Awalnya digunakan oleh The
Goodyear Company pada awal 1940-an dan dikembangkan oleh Angkatan
Laut AS pada program awal 1950-an dan mengontrol pekerjaan unit
berulang dan tidak berulang. Tidak banyak LOB dikembangkan dan
diterapkan oleh industri konstruksi karena lebih populernya teknik network
scheduling (Pai et al., 2013).

Teknik Line Of Belance menawarkan kelebihan (Pai et al., 2013) antara


lain :

1. Memberikan kemampuan project manager untuk melihat, pada saat


proses berjalannya proyek, apakah mereka mampu menyelesaikan
proyek tepat waktu dengan melanjutkan cara bekerja yang sudah
terealisasi.
2. Menunjukkan hambatan, memberikan kemampuan project manager
untuk fokus pada titik-titik yang berpotensi terjadi gangguan.

3. Membantu mencegah timbulnya permasalahan perekrutan tenaga kerja


selama proses konstruksi.

4. Memberikan kemampuan project manager untuk memastikan proses


perpindahan antar unit kerja dengan konflik minimal dan mengurangi
waktu tunggu pekerja dan peralatan.

Menurut Mawdesley (1997), metode Line Of Belance memiliki format grafik


X-Y dasar dengan sumbu axis (X) adalah variabel waktu, dan sumbu ordinat
(Y) adalah variabel kuantitas unit berulang. Line Of Belance dalam penelitian
ini akan digambarkan sebagai jajaran genjang setiap pekerjaan. Setiap
aktivitas direpresentasikan sebagai garis horizontal untuk durasinya (sumbu
X) setinggi jumlah unitnya (sumbu Y).

Gambar 2.1 Penggambaran LOB

2.4.1 Prosedur LOB

Proses penjadwalan menggunakan LOB melibatkan beberapa


tahapan dasar sebagai berikut (Su dan Lucko, 2015) (Uher,
1996):
1. Menyiapkan diagram logika yang menunjukkan urutan
produksi satu siklus pekerjaan berulang

2. Memperkirakan jumlah regu kerja untuk setiap


aktivitas

3. Menyiapkan jadwal LOB

4. Menentukan waktu buffer (jika dikehendaki)

5. Menggambar grafik LOB


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif karena penelitian


ini lebih berdasarkan data yang dapat dihitung untuk menghasilkan
penaksiran kuantitatif. Di mana hasil data tersebut akan diuraikan sifat atau
karakteristik sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang dibutuhkan.

3.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi dokumentasi dan
hasil wawancara. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi shop drawing,
laporan harian, rencana anggaran biaya (RAB).

3.4 Prosedur Penelitian

1. Mengumpulkan sumber-sumber informasi dan data-data yang


dibutuhkan dalampenelitian.

2. Rekapitulasi data yang diperoleh.


3. Melakukan pengolahan data.
4. Menyusun laporan penelitian.
5. Membuat kesimpulan berdasarkan masalah yang telah dibahas.

Anda mungkin juga menyukai