Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKSI

(KURVA S)
UAS

Oleh :
M. Faisal Rizky
NPM. 22222010073

Dosen Pengampu:
Ahmad Riduan, ST.,MT.

YAYASAN PENDIDIKAN HAJI MUHAMMAD ROESLI


KALIMANTAN SELATAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
FAKULTAS TEKNIK
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang


bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode
tertentu (temporer) (Maharesi dalam Dannyanti, 2010).Proyek dapat didefinisikan sebagai
suatu rangkaian kegiatan yang hanya terjadi sekali, dimana pelaksanaannya sejak awal
sampai akhir dibatasi oleh kurun waktu tertentu (Tampubolon dalam Dannyanti, 2010)
Menurut Soeharto (1999): Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas.Munawaroh dalam Dannyanti (2010) menyatakan
proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer
untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya
manusia maupun non sumber daya manusia.Menurut Subagya dalam Dannyanti (2010) :
Proyek adalah suatu pekerjaan yang memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut, yaitu,1.
Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan.2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan
yang dapat dipisahkan dari yang lain.3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan
antar aktifitas kompleks.Heizer dan Render dalam Dannyanti (2010) menjelaskan bahwa
proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil
utama.Menurut Akbar (2002): Kegiatan proyek dalam proses mencapai hasil akhirnya
dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan
operasional, hal tersebut karena sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi kegiatan dengan
intensitas yang berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek.Dalam Meredith dan
Mantel dalam Dannyanti (2010) dikatakan bahwa ”The project is complex enough that
the subtasks require careful coordination and control in terms of timing, precedence, cost,
and performance.”
1.2 Maksud dan Tujuan

a. Maksud :

Memperkenalkan Kurva-S sebagai tolak ukur suatu perencanaan proyek


konstruksi dan pembanding antara rencana & aktual pekerjaan yg ada diproyek
tersebut.

b. Tujuan :

Adanya Kurva-S bisa menjadi alternatif untuk Owner maupun MK guna


mencapai akurasi penilaian dan membuat program pelaksanaan proyek agar target
waktu dapat tercapai. Mungkin kita perlu meniru dan mencoba mengaplikasikannya.
menggunakan tiga alat kendali sekaligus yaitu kurva-s, Bar Chart, dan Critical Path
Method.
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian Manajemen Proyek

Menurut Kerzner dalam Soeharto (1999), manajemen proyek didefinisikan


sebagai : Project manajement is the planning, organizing, directing, and controlling of
company resources for a relatively short term objective that has been establish to
complete specific goals and objectives. Furthermore, project management utilizes the
systems approach to management by having functional personnel (the vertical hierarchy)
assigned to a specific project (the horizontal hierarchy).“Manajemen proyek adalah
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan
untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen
proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan
horisontal”.Jelas di sini tidak terlihat diperlukannya unsur-unsur prasarana (dalam arti
bangunan dan jalan) untuk memulai sebuah proyek.Lebih jauh O‟Brien dalam Soeharto
(1999) mengatakan manajemen proyek adalah : Project management accours when
managemet gives emphasis and special attention to the conduct of non repetitive activities
for the purpose of meeting a single set of goals.

A. Pengertian Kurva-S

Kurva-S atau S-Curve adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan
proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga
proyek selesai. Kurva-S sudah jamak bagi pelaku proyek. Umumnya proyek
menggunakan S-Curve dalam perencanaan dan monitoring schedule pelaksanaan proyek,
baik pemerintah maupun swasta. Dan merupakan suatu kurve yg disusun utk
menunjukkan interaksi antara nilai komulatif anggaran atau jam-orang (man hours) yg
sudah digunakan atau persentase (persen) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu.
Dengan begitu pada Kurva–S dapat digambarkan kemajuan volume tugas yg
diselesaikan sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.

Dgn membandingkan kurva tersebut dgn kurva yg serupa yg disusun berdasarkan


perencanaan, sehingga akan langsung tampak dgn jelas bila terjadi penyimpangan. Oleh
lantaran kemampuannya yg bisa diandalkan dalam melihat penyimpangan-penyimpangan
dalam pengerjaan proyek, sehingga pengendalian.
Proyek dengan memakai Kurva–S sering kali difungsikan dalam pengendalian
suatu proyek. Pada Kurva–S, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, & sumbu
vertikal menunjukkan nilai komulatif anggaran atau jam-orang atau persentase
penyelesaian pekerjaan.

Kurva-S ini secara gampang akan terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang
merupakan rencana dan grafik yang merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis
grafik pada suatu waktu yang diberikan merupakan deviasi yang dapat berupa Ahead (
realisasi pelaksanaan lebih cepat dari rencana) dan Delay (realisasi pelaksanaan lebih
lambat dari rencana). Indikator tersebut adalah satu-satunya yang digunakan oleh para
pelaku proyek saat ini atas pengamatan pada proyek-proyek yang dikerjakan di Indonesia.

Progres dan kurva s dibuat terintegrasi bertujuan untuk melihat deviasi pekerjaan.
Progres mingguan adalah akumulasi dari progres pekerjaan harian proyek yang dihitung
dalam satu minggu. Kemudian progres mingguan tadi kita integrasikan dengan kurva s
(time schedule) yang dibuat sebelumnya untuk melihat deviasinya.
Dengan melihat deviasinya, kita dapat mengetahui apakah proyek yang kita
kerjakan mengalami keterlambatan (-) atau lebih cepat (+) dari rencana.

Suatu pekerjaan dikatakan terlambat (-) jika garis kurva realisasi pekerjaan
berada pada posisi bawah dari garis kurva rencana. Sebaliknya jika garis kurva berada di
atas garis kurva rencana maka pekerjaan tersebut lebih cepat (+) dari rencana.

Keterlambatan suatu pekerjaan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

a. Kondisi Alam

Kondisi alam memang susah untuk ditebak. Misalnya saja curah hujan yang tinggi di
lokasi pekerjaan, kondisi ini dapat membuat pekerjaan proyek terhambat.

b. Lingkungan

Contohnya pada proyek yang berurusan dengan pengalihan lahan yang semula milik
warga.

c. Internal Perusahaan Sebagai Pengemban Tanggung Jawab

Faktor lain yang juga dapat menghambat adalah dari internal perusahaan yang
mengemban tanggung jawab itu sendiri.

Kurva yg berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak terbentuk lantaran kelaziman dalam
pengerjaan proyek yakni :

a) Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. Setelah Itu diikuti oleh aktivitas yg
bergerak cepat dalam jangka waktu yg lebih lama. pada akhirnya aktivitas menurun
kembali & berakhir pada suatu titik akhir.
b) Sebagai info untuk mengontrol pelaksaan suatu proyek dengan cara membandingkan
deviasi antara kurva rencana dgn kurva realisai.
c) Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva
realisasi terhadap kurva rencana, perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase
pekerjaan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yg telah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.
d) Sebagai informasi kapan saat yg tepat untuk melaksanakan owner ataupun
melakukan pembayaran terhadap supplier.

Kurva-s pada dasarnya adalah perbandingan antara rencana dan realisasi


pengeluaran biaya atau lebih pada kebutuhan cash flow. Namun dapat bermanfaat dalam
menyatakan apakah proyek terlambat maupun tidak. Keterlambatan yang dinyatakan
dalam kurva-s tersebut sebenarnya hanyalah merupakan pendekatan sehingga memiliki
akurasi yang tidak tinggi dalam menyatakan keterlambatan proyek. Alat yang lebih baik
dalam menyatakan keterlambatan proyek adalah Bar Chart dan produk turunannya yaitu
Critical Path Method.

B. Manfaat Kurva-S

Kepraktisan menggunakan alat ini menjadikannya sebagai alat yang paling


banyak digunakan dalam proyek. Namun juga tidak sedikit proyek yang menjadikan
alat ini hanya sebatas hiasan dinding ruang rapat proyek. Mungkin agar terlihat
“keren” atau yang lain. Padahal manfaat dari Kurva-S ini cukup banyak disamping
sebagai alat indikator dan monitoring schedule pelaksanaan proyek.Ada beberapa
manfaat lain dari Kurva-S yang dapat diaplikasikan di proyek, yaitu:

1. Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method)

2. Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek

3. Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek
dalam satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan
percepatan.

4. Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek

5. Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow

6. Untuk mengetahui perkembangan program percepatan

7. Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro


C. Kesalahan penggunaan dan persepsi Kurva-S

Walaupun gampang dan praktis untuk digunakan, tetap saja masih ada pelaku
proyek yang salah persepsi dan salah menggunakan fitur sederhana ini. Berdasarkan
pengalaman, ada beberapa hal yang saya anggap keliru dan belum lengkap dalam
aplikasi Kurva-S ini, yaitu:

1. Anggapan bahwa progress 50% adalah tepat pada 50% waktu pelaksanaan.

− Asumsi ini mengesampingkan kenyataan variasi jenis proyek atau keunikan


proyek. Menurut saya ini suatu kesalahan persepsi. Contoh pada proyek
gedung dimana komponen alat M/E yang cukup tinggi hingga 25% dan
dipasang di akhir pelaksanaan proyek. Hal ini berarti kurva-s akan cukup
landai di awal dan naik cukup tinggi di bagian akhir waktu pelaksanaan.
Kurva-S akhirnya cenderung berada di progres 50% pada lebih dari 50%
waktu pelaksanaan.
− Persepsi yang benar adalah bahwa progres 50% belum tentu tepat pada 50%
waktu pelaksanaan. Ini karena komposisi biaya dan waktu pelaksanaan tiap
jenis proyek berbeda-beda. Pada suatu jenis proyek pun cukup variatif terkait
lingkup pekerjaan yang dikerjakan.
2. Bentuk kurva harus mendekati huruf S. Banyak pelaku proyek mempersepsikan
nama kurva-s berarti grafik schedule yang terbentuk juga harus berbentuk S.
Kedengaran lucu tapi ini benar-benar terjadi.
− Ini juga kesalahan persepsi. Dengan alasan yang sama dengan point di atas
bahwa proyek itu unit. Ada begitu banyak variasi termasuk kasus di atas.
Bentuk S pada kurva adalah pendekatan. Variasi bentuk S pada kurva-s akan
sesuai kondisi proyek yang dilaksanakan yaitu distribusi bobot, urutan
pelaksanaan, durasi, lingkup, dan yang lainnya. Sehingga tidak perlu
memaksakan bentuk kurva atau grafik menyerupai S pada kurva-s, walaupun
pada kebanyakan kasus kurva yang terbentuk memang mendekati huruf S.

3. Distribusi bobot pekerjaan berdasarkan waktu untuk suatu item pekerjaan sering
diasumsikan terdistribusi merata.
− Kesalahan ini diakibatkan oleh pemahaman yang kurang tepat mengenai
Kurva-S. Pemahaman yang dimaksud adalah bagaimana bobot didapatkan,
bagaimana struktur biaya masing-masing item pekerjaan dan bagaimana
pekerjaan itu dilakukan terkait urutan pelaksanaan dan durasinya.
− Distribusi bobot haruslah memperhitungkan rencana volume yang akan
dikerjakan dalam satuan waktu dan nilai biayanya. Pada pekerjaan struktur
beton untuk gedung berlantai banyak, distribusi bobot dapat dimungkinkan
untuk merata. Namun untuk kasus lain misalnya pekerjaan M/E, tidak dapat
didistribusikan merata karena pada dasarnya pekerjaan M/E terdiri atas dua
kelompok besar yaitu instalasi dan alat M/E. Komposisi biaya antara dua
kelompok biaya tersebut berbeda signifikan. Instalasi M/E diperkirakan hanya
10% dari total biaya M/E dan alat M/E bisa mencapai 90%.

4. Jika dihubungkan dengan kurva-S hasil realisasi pelaksanaan, hanya


menghasilkan selisih akumulatif realisasi terhadap rencana yaitu Ahead (lebih
cepat) atau Behind (terlambat). Sangat jarang memanfaatkannya untuk estimasi
atau forecast penyelesaian proyek. Seperti yang dijelaskan pada paragraf
sebelumnya mengenai manfaat schedule Kurva-S cukup banyak. Sayang sekali
apabila pada suatu proyek, schedule Kurva-S dibuat namun tidak pernah diupdate
realisasi pelaksanaannya. Proyek seakan berjalan tanpa tahu apakah mengalami
keterlambatan atau sebaliknya. Tentu berbahaya menjalankan proyek tanpa
kendali. Produk turunan dari kurva-s yang paling gampang adalah estimasi waktu
penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek biasanya sering dikaitkan dengan
paramter waktu perkiraan penyelesaian proyek. Untuk mendapatkan parameter
ini perlu mempelajari mengenai Earned Value Method (EVM).

5. Ahead atau Behind adalah satu-satunya alat untuk menyatakan kondisi realisasi
pelaksanaan tanpa memperhatikan aspek lain.

− Mungkin ini persepsi yang paling banyak terjadi. Perlu diketahui bahwa
Kurva-S menyatakan realisasi pekerjaan dalam bentuk bobot atau nilai biaya
yang telah dikerjakan. Dasar tersebut berarti tingkat akurasi dalam hal deviasi
tidaklah benar-benar akurat.
− Untuk menyatakan apakah proyek benar-benar sedang mengalami
keterlambatan, diperlukan alat yang lain misalnya Critical Path Method
(CPM) atau Earned Value Method (EVM). Akan tetapi untuk deviasi schedule
dan realisasi yang cukup besar, indikasi dari Kurva-S sudah cukup. Pada
deviasi yang kecil, perlu instrumen lain untuk menyatakan keterlambatan
proyek.

6. Cara memprogres pekerjaan persiapan adalah berdasarkan proporsional terhadap


pekerjaan fisik. Misal, jika realisasi pekerjaan fisik mencapai 40% maka progres
pekerjaan persiapan juga harus 40%.

− Ini salah kaprah. Pekerjaan persiapan merupakan salah satu item pekerjaan
yang selalu ada dalam BQ dan Kurva-S. Pekerjaan persiapan memiliki
karakteristik yaitu tergantung dengan waktu. Artinya pekerjaan ini tidak
terkait dengan progres pelaksanaan. Seringpula pada aktualnya pekerjaan
persiapan dilakukan lebih dulu seperti kantor direksi, jalan akses, papan nama,
dan lain-lain. Cakupan pekerjaan persiapan tersebut tidak terkait dengan
seberapa besar progress pelaksanaan pada item pekerjaan fisik yang lain.
− Pekerjaan persiapan haruslah diprogres sesuai dengan realisasi aktual di
lapangan. Hal ini karena memprogress pelaksanaan dengan Kurva-S adalah
suatu tindakan yang mengakui biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa.
Memprogress adalah sama dengan mengakui biaya yang dikeluarkan. Perlu
kesepakatan awal mengenai bobot progres pada item pekerjaan ini.

7. Cara menilai progres realisasi berbeda dengan asumsi atau cara membuat
distribusi bobot masing-masing pekerjaan pada Master Schedule S-Curve.

− Perbedaan yang akhirnya akan membuat deviasi dalam pelaksanaannya.


Asumsi-asumsi terhadap menetapkan distribusi bobot item pekerjaan pada saat
perencanaan schedule dalam Kurva-S haruslah sama dengan asumsi-asumsi
yang diterapkan dalam melakukan progres realisasi pekerjaan.
− Agar tidak terjadi perbedaan pendapat, maka haruslah dilakukan kesepakatan
di awal. Perlu diingat bahwa distribusi bobot item pekerjaan dan ketentuan
memprogres pekerjaan adalah fokus pada biaya yang dikeluarkan berdasarkan
kontrak yang telah disepakati baik ditinjau terhadap BQ maupun jenis kontrak.
8. Percepatan dilakukan dengan mempercepat item pekerjaan yang memiliki bobot
yang besar, sehingga realisasi schedule dalam waktu singkat dapat menjadi
Ahead tanpa melihat aspek pekerjaan kritis.

− Persepsi ini pada akhirnya akan membuat keterlambatan schedule berdasarkan


Kurva-S dapat dikejar namun berdasarkan aktual waktu penyelesaian sisa
pekerjaan mengalami keterlambatan karena sisa pekerjaan memiliki urutan
dan ketergantungan yang membutuhkan waktu yang lama walaupun bobot
yang kecil. Dalam usaha percepatan atas keterlambatan pekerjaan, parameter
yang paling penting adalah perkiraan waktu penyelesaian proyek. Percepatan
hanya dapat berhasil apabila menggunakan fitur Critical Path Method yang
merupakan turunan dari Bar Chart. Dengan menggunakan fitur Critical Path
Method, rencana percepatan akan jauh lebih akurat.
− Dalam usaha percepatan atas keterlambatan pekerjaan, parameter yang paling
penting adalah perkiraan waktu penyelesaian proyek. Percepatan hanya dapat
berhasil apabila menggunakan fitur Critical Path Method yang merupakan
turunan dari Bar Chart. Dengan menggunakan fitur Critical Path Method,
rencana percepatan akan jauh lebih akurat. Kesalahan dan kurang optimalnya
penggunaan Kurva-S pada beberapa kasus di atas harusnya dihindari dalam
rangka mencapai target waktu yang benar. Walaupun sederhana, Kurva-S
cukup bermanfaat sebagai alat kendali waktu pelaksanaan di proyek.
Pemahaman filosofis mengenai Kurva-S akan sangat membantu proyek untuk
mencapai target waktu.
D. Fungsi Kurva-S
➢ Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan
membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi dilapangan,
sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak mengganggu atau
mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.

➢ Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang ada,


untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume pekerjaan
yang telah diselesaikan.
BAB III

ISI

METODE PENELITIAN
Lokasi Peneltian
Lokasi pada penelitian ini adalah pada Pekerjaan proyek pembangunan trotoar di ruas jalan
perkotaan Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

Diagram Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi masalah

Pengumpulan data

Data Sekunder :
1. Time Schedule (Kurva S)
2. Justifikasi Teknis
3. Laporan proyek
4. Gambar rencana
5. Rencana Anggaran Biaya

Analisis Perbandingan Kurva S


Perencanaan dan Kurva S Pelaksanaan

Menentukan nilai BCWS, BCWP,ACWP

Menentukan Nilai SV, SPI, CV, CPI

Membuat garfik kinerja biaya dan waktu


menggunakan metode eaned value

Kesimpulan

Selesai
Metode Pengambilan Data
Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder yag diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Kabupaten Sukabumi diantaranya time schedule (kurva S), justifikasi teknis, laporan proyek, gambar
rencana dan rencana anggaran biaya.
Metode Analisis
a. Menganalisa perubahan schedule menggunakan kurva S
b. Menganalisis waktu dan biaya pelaksanaan proyek menggunakan metode earned value
E. Kurva-S (Time Schedule)

Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus


diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S (S-
Curve) dalam satuan bobot persen.

Ada dua macam bobot persen:

1. Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis pekerjaan
dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam dokumen
kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga
kumulatif bobot persen dengan waktu.

2. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis pekerjaan
dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang
menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan dengan waktu, dari
grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.

(Contoh Kurva-S Mingguan)

Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya Time Schedule ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu
proyek, sesuai jangka waktu yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, Time Schedule
harus selalu dikontrol agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi. Jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada
pekerjaan yang lain yang dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan
penambahan tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya. Dalam
penyusunan Time Schedule ini, yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi
pekerjaan, sehingga biarpun terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi
persyaratan teknis dan ekonomis.

c. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana

1. Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di Time Schedule.

2. Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar perincian harga
pada item pekerjaan terhadap harga total dari semua item pekerjaan.

3. Membagi bobot persen pekerjaan (perhitungan no.2) dengan lama waktu


yanag dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan
Time Schedule. Misalnya jika direncanakan pekerjaan itu dapat
diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot persen pekerjaan dibagi 4 tiap
minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan untuk mempermudah
penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.

4. Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu.

5. Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan waktu yang


direncanakan sampai dengan waktu dari proyek tersebut.

6. Memplot grafik hubungan antara kumulaatif dari persen pekerjaan waktu.

d. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Realisasi

Pembuatan Kurva S ini berhubungan dengan presentasi pekerjaan


Kontrakor yang dicatat dalam Time Schedule. Prestasi pekerjaan ini dinilai dari
beberapa persen dari tiap item/jenis pekerjaan yang telah diselesaikan Kontraktor
di lapangan, sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Adapun tahap – tahap
pembuatannya adalah:

1. Penilaian prestasi kerja Kontraktor diplot dalam Time Schedule persatuan


waktu tersebut.
2. Menjumlahkan prestasi kerja Kontraktor untuk seluruh item/jenis
pekerjaan yang dikerjakan persatuan waktu tersebut.

3. Membuat tabel kumulatif dari prestasi kerja yang diselesaikan Kontraktor


sampai dengan waktu tersebut.

4. Memplot grafik hubungan antara kumulatif dan prestasi kerja dengan


waktu. Grafik inilah yang disebut Kurva S realisasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Kurva S Rencana dan Kurva S Pelaksanaan
Berdasarkan data proyek yang diperoleh dari kotraktor pelaksana, penulis dapat membuat
perbandingan antara kurva s rencana dengan kurva s pelaksanaan.
Perbandingan yang dianalisa adalah perbandingan dari nilai produktivitas volume rencana dengan
pelaksanaan. Data dilihat dari bentuk Kurva S yang terlihat sangat berbeda. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pekerjaan mengalami keterlambatan selama 2 minggu akibat adanya CCO. CCO terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan lapangan.
b. Pada perencanaan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 19 minggu sesuai dengan kontrak yang
ada, namun pada pelaksanaanya proyek dapat diselesaikan 16 minggu.
c. Item pekerjaan mobilisasi pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 7 minggu kerja,
namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 3 minggu.
d. Item pekerjaan manajemen dan keselamatan lalu pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun
waktu 17 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 16 minggu.
e. Item pekerjaan gorong-gorong pipa beton tanpa tulangan dengan diameter 20 cm pada kurva s
rencana dikerjakan dalam kurun waktu 10 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai
dalam waktu 3 minggu.
f. Item pekerjaan galian struktur kedalaman 0-2m pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu
7 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 8 minggu.
g. Item pekerjaan timbunan biasa pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 8 minggu kerja,
namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 7 minggu.
h. Item pekerjaan beton mutu sedang dengan fc’=25 Mpa (K-250) pada kurva s rencana dikerjakan
dalam kurun waktu 11 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 5 minggu.
i. Item pekerjaan beton mutu rendah dengan fc’=15 Mpa (K-175) pada kurva s rencana dikerjakan
dalam kurun waktu 10 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 6 minggu.
j. Item pekerjaan baja tulangan BJ. 24 polos pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 9
minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 5 minggu.
k. Item pekerjaan pasangan batu pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 10 minggu kerja,
namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 9 minggu.
l. Item pekerjaan lantai batu andhesit pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 9 minggu
kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 5 minggu.
m. Item pekerjaan kerb pracetak jenis1 (peninggi/mountable) pada kurva s rencana dikerjakan dalam
kurun waktu 9 minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 5 minggu.
n. Item pekerjaan pengecatan dengan cat besi pada kurva s rencana dikerjakan dalam kurun waktu 7
minggu kerja, namun pada pelaksanaan dapat selesai dalam waktu 5 minggu.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya Kurva-S kita bisa melihat progress bobot yang sudah tercapai,
dan sebagai acuan pelaksanaan konstruksi dilapangan agar tepat waktu saat
pekerjaanya.
Daftar Isi
https://junaidawally.blogspot.com/2013/09/kurva-s.html

https://cvaristonkupang.com/2012/12/19/kurva-s/

https://manajemenproyekindonesia.com/?p=764

https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3731/Bab%202.pdf
?sequence=7

http://civildoqument.blogspot.com/2016/03/pengertian-kurva-s.html

Anda mungkin juga menyukai