Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI

MAKALAH KURVA - S

Oleh :
M. Faisal Rizky
NPM. 22222010073

Dosen Pengampu:
Ahmad Riduan, ST.,MT.

YAYASAN PENDIDIKAN HAJI MUHAMMAD ROESLI


KALIMANTAN SELATAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN
FAKULTAS TEKNIK
2023
Bagan Balok (Barchart / Gantt Chart)

Gantt chart atau Barchart merupakan salah satu metode dalam


penjadwalan proyek. Metode ini menggunakan tampilan yang mirip
seperti jadwal pada umumnya. Gantt Chart adalah sejenis grafik batang
(Bar Chart) yang digunakan untuk menunjukan tugas-tugas pada Proyek
serta Jadwal dan waktu pelaksanaannya, seperti waktu dimulainya tugas
tersebut dan juga batas waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
yang bersangkutan.
Orang atau Departemen yang ditugaskan untuk menyelesaikan Tugas
dalam proyek juga harus dituliskan dalam Gantt Chart. Beberapa sebutan
lain untuk Gantt Chart diantaranya adalah Milestones Chart, Project Bar
Chart dan juga activity chart. Gantt Chart yang dikembangkan oleh Henry
Laurence Gantt dan Fredick W. Tailor pada tahun 1910 ini pada dasarnya
adalah suatu gambaran atas perencanan, penjadwalan dan pemantauan
(monitoring) kemajuan setiap kegiatan atau aktivitas pada suatu proyek.
Gantt Chart merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat dalam
merencanakan penjadwalan dan memantau kegiatan pada suatu proyek,
mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dan juga
status pelaksanaannya. Dalam Gantt Chart juga dapat dilihat urutan
kegiatan ataupun tugas yang harus dilakukan berdasarkan prioritas waktu
yang ditentukan.
Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Gantt Chart
terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket kerja dari
lingkup proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam
hari, minggu, atau bulan sebagai durasi. Untuk proses updating, Gantt
Chart dapat diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total
floatnya, yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau
berkurang sesuai kebutuhan dalam perbaikan jadwal.
Penyajian informasi Gantt Chart agak terbatas, misal hubungan
antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak dapat
diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi
sukar untuk dilakukan.

2.1.1 Critical Path Method (CPM)

Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis yaitu jalur yang
memiliki rangkaian komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama
dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur
kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi
pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan yang bila
pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan. CPM atau metode jalur kritis merupakan model kegiatan
proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang
digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan
awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara
titik. Terdapat beberapa bentuk simpul dalam CPM yaitu, segitiga, persegi
panjang dan lingkaran, dalam buku ajar ini bentuk simpul CPM yang
digunakan adalah bentuk lingkaran.

Project Evaluation and Review Technique (PERT)

Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak


mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi,
serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Levin, 1972). PERT
dikembangkan di tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton untuk U.S.
Navy (angkatan Laut Amerika Serikat).
Metode PERT tidak hanya memungkinkan pengguna untuk
menghitung durasi proyek yang paling mungkin terjadi, namun juga
memungkinkan pengguna untuk menghitung kemungkinan (probabilitas)
proyek, atau sebagian proyek yang akan diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu.

Kurva S (Hanumm Curve)

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T.


Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak
awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan
sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi
kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui
apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut
dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam
proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan
hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut
dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misal dengan
metode bagan balok yang dapat digeser-geser dan NetworkPlanning
dengan memperbarui sumber daya maupun waktu pada masing-masing
kegiatan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot
masing-masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek
diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan
dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena
volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada
pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek
volume kegiatan kembali mengecil.
Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan
dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/
kegiatan dibagi nilai anggaran, karena saruan biaya dapat dijadikan bentuk
persentase sehingga lebih mudah untuk menghitungnya
Bagan Balok (Barchart / Gantt Chart)
Gantt chart atau Barchart merupakan salah satu metode dalam
penjadwalan proyek. Metode ini menggunakan tampilan yang mirip
seperti jadwal pada umumnya. Gantt Chart adalah sejenis grafik batang
(Bar Chart) yang digunakan untuk menunjukan tugas-tugas pada Proyek
serta Jadwal dan waktu pelaksanaannya, seperti waktu dimulainya tugas
tersebut dan juga batas waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
yang bersangkutan.
Orang atau Departemen yang ditugaskan untuk menyelesaikan
Tugas dalam proyek juga harus dituliskan dalam Gantt Chart. Beberapa
sebutan lain untuk Gantt Chart diantaranya adalah Milestones Chart,
Project Bar Chart dan juga activity chart. Gantt Chart yang dikembangkan
oleh Henry Laurence Gantt dan Fredick W. Tailor pada tahun 1910 ini
pada dasarnya adalah suatu gambaran atas perencanan, penjadwalan dan
pemantauan (monitoring) kemajuan setiap kegiatan atau aktivitas pada
suatu proyek.
Gantt Chart merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat
dalam merencanakan penjadwalan dan memantau kegiatan pada suatu
proyek, mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan
dan juga status pelaksanaannya. Dalam Gantt Chart juga dapat dilihat
urutan kegiatan ataupun tugas yang harus dilakukan berdasarkan prioritas
waktu yang ditentukan.
Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Gantt Chart
terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket kerja dari
lingkup proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam
hari, minggu, atau bulan sebagai durasi. Untuk proses updating, Gantt
Chart dapat diperpendek atau diperpanjang dengan memperhatikan total
floatnya, yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau
berkurang sesuai kebutuhan dalam perbaikan jadwal.
Penyajian informasi Gantt Chart agak terbatas, misal hubungan
antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak dapat
diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi
sukar untuk dilakukan.
a. Kekurangan dan Kelebihan :
Metode Gantt Chart atau Bar Chart memiliki kekurangan dan
kelebihan sebagai berikut :
1. Kelebihan
• Umum digunakan.
• Menyediakan representasi grafis yang mudah dipahami.
• Sesuai untuk proyek sederhana.
• Asd
2. Kekurangan
• Tidak merepresentasikan relasi antara aktivitas atau pekerjaan.
• Tidak memberi gambaran kemajuan yang jelas.
• Tidak memberikan informasi mengenai waktu pengerjaan
tercepat dan terlama.
b. Menyusun Bagan Balok
Bagan balok disiapkan dengan tangan atau menggunakan
komputer, tersusun pada koordinat X dan Y.di sumbu tegak lurus X,
dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian
lingkup suatu proyek, dan dilukis sebagai balok, sedangkan di sumbu
horizontal Y, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan. Di
sini waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung
kiri dan kanan dari balok-balok yang bersangkutan. Pada waktu membuat
bagan balok telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun belum terlihat
hubungan ketergantungannya antara satu dengan yang lain. Format
penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan,
skala waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan.

c. Contoh Bagan Balok dan Diagram Batang


Sebagai ilustrasi, tabel 3.1 memperlihatkan bagan balok proyek sebagai
berikut:
Lingkup kegiatan proyek pembangunan Rumah Tinggal
Setelah diuraikan dan ditentukan urutan pelaksanan pekerjaannya,
kemudian diperkirakan kurun waktu yang diperlukan. Pada waktu
pelaporan, misalnya pada akhir bulan, dibandingkan antara kenyataan
dengan rencana.

Critical Path Method (CPM)


Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur kritis
terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai
pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksana
proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan yang bila pelaksanaannya
terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.
CPM atau metode jalur kritis merupakan model kegiatan proyek yang
digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang digambarkan sebagai
titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari
kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik. Terdapat
beberapa bentuk simpul dalam CPM yaitu, segitiga, persegi panjang dan
lingkaran, dalam buku ajar ini bentuk simpul CPM yang digunakan adalah
bentuk lingkaran.
a. Komponen-komponen dalam metode CPM adalah :
1. Diagram Network
2. Hubungan antar symbol dan urutan kegiatan
3. Jalur kritis
4. Tenggang waktu kegiatan
5. Limit jadwal kegiata
b. Langkah standar dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut :
1. Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok
pekerjaan yang dapat dakatakan sejenis.
2. Menentukan durasi penyelesaian pekerjaan masing-masing
milestone.
3. Menentukan keterkaitan (interdependencies) antar kelompok
pekerjaan tersebut.
4. Menentukan cpm atas milestone berdasarkan hubungan yang
saling terkait.
5. Membandingkan durasi total pekerjaan dengan waktu yang
dibutuhkan.
c. Manfaat CPM
Adapun beberapa manfaat CPM bagi suatu proyek yaitu :
1. Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek.
2. Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
sebuah proyek.
3. Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang paling penting
diperhatikan dalam menjaga jadwal penyelesaian proyek.
4. Menyelesaikan proyek dengan cepat.
5. Mengkuantifisir kemajuan proyek.
6. Mengkomunikasikan proyek secara efektif.

Kurva S (Hanumm Curve)


Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T.
Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak
awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan
sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi
kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui
apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut
dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam
proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan
hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut
dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misal dengan
metode bagan balok yang dapat digeser-geser dan NetworkPlanning
dengan memperbarui sumber daya maupun waktu pada masing-masing
kegiatan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot
masing-masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek
diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan
dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena
volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada
pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek
volume kegiatan kembali mengecil.
Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan
dapat berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/
kegiatan dibagi nilai anggaran, karena saruan biaya dapat dijadikan bentuk
persentase sehingga lebih mudah untuk menghitungnya.

a. Fungsi kurva “S” ini adalah :


1. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap
waktu, dengan membandingkan bobot persen rencana
dengan bobot persen realisasi dilapangan, sehingga
perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak
mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara
keseluruhan.
2. Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran,
berdasarkan perjanjian yang ada, untuk membayar angsuran
ini harus juga diperiksa perincian volume pekerjaan yang
telah diselesaikan.

b. Ada dua macam bobot persen :


1. Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga
suatu jenis pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga
total yang tercantum dalam dokumen kontrak. Dalam hal
ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga
kumulatif bobot persen dengan waktu.
2. Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot
suatu jenis pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari
bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang menyatakan
hubunganantara persentase kumulatif pekerjaan dengan
waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu.
Bobot persen yang dipakai pada proyek ini adalah sebagai berikut:

Pada dasarnya Time Schedule ini dibuat untuk mengontrol


kemajuan suatu proyek, sesuai jangka waktu yang tersedia. Dalam
pelaksanaanya, Time Schedule harus selalu dikontrol agar dapat dilakukan
penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Jika terjadi
keterlambatan suatu pekerjaan, maka harus ada pekerjaan yang lain yang
dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan penambahan
tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya.
Dalam penyusunan Time Schedule ini, yang perlu mendapat
perhatian adalah efisiensi pekerjaan, sehingga biarpun terjadi
keterlambatan, proyek tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan
ekonomis.

3. Prosedur pembuatan kurva S


Prosedur pembuatan kurva s terdiri dari 2 cara , yaitu sebagai
berikut :
a. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana :
➢ Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di
Time Schedule.
➢ Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan
berdasar perincian haraga pada item pekerjaan
terhadap harga total dari semua item pekerjaan.
➢ Membagi bobot persen pekerjaan (perhitungan no.2)
dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Time
Schedule. Misalnya jika direncanakan pekerjaan itu
dapat diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot
persen pekerjaan dibagi 4 tiap minggunya. Bobot
persen pekerjaan diterapkan untuk mempermudah
penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
➢ Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan
waktu.
➢ Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan
persatuan waktu yang direncanakan sampai dengan
waktu dari proyek tersebut.
➢ Memplot grafik hubungan antara kumulaatif dari
persen pekerjaan waktu.

b. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Realisasi


Pembuatan Kurva S ini berhubungan dengan
presentasi pekerjaan Kontrakor yang dicatat dalam
Time Schedule. Prestasi pekerjaan ini dinilai dari
beberapa persen dari tiap item/jenis pekerjaan yang
telah diselesaikan Kontraktor di lapangan, sesuai
dengan jadwal yang direncanakan.
Adapun tahap – tahap pembuatannya adalah :
➢ Penilaian prestasi kerja Kontraktor diplot dalam
Time Schedule persatuan waktu tersebut.
➢ Menjumlahkan prestasi kerja Kontraktor untuk
seluruh item/jenis pekerjaan yang dikerjakan
persatuan waktu tersebut.
➢ Membuat tabel kumulatif dari prestasi kerja yang
diselesaikan Kontraktor sampai dengan waktu
tersebut.
➢ Memplot grafik hubungan antara kumulatif dan
prestasi kerja dengan waktu. Grafik inilah yang
disebut Kurva S realisasi.

Cara Membuat Kurva S

Dalam makalah ini menggunakan prosedur pembuatan kurva S


rencana. Yaitu sebagai berikut :
1. Menuliskan item pekerjaan seperti yang ada di Time
Schedule.
2. Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar
perincian haraga pada item pekerjaan terhadap harga total
dari semua item pekerjaan.
3. Membagi bobot persen pekerjaan (perhitungan no.2)
dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut sesuai dengan Time Schedule. Misalnya
jika direncanakan pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam 4
minggu maka bobot persen pekerjaan dibagi 4 tiap
minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan untuk
mempermudah penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
4. Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu.
5. Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan
waktu yang direncanakan sampai dengan waktu dari proyek
tersebut.
6. Memplot grafik hubungan antara kumulatif dari persen
pekerjaan waktu.
7. Kemudian buat kurva dari data rencana kumolatif
mingguan.
8. Pilih menubar Insert – kemudian pilih Insert Line or Area
Chart.
9. Setelah kurva muncul , kemudian hapus nilai X di kurva,
klik nilai Y – klik kanan – pilih Format Axis – pilih Axis
Labels menjadi High – pilih Number ubah kategori menjadi
General.
10. Klik kanan pilih lagi Format Axis – kemudian pilih Fill
menjadi No Fill – pilih Line menjadi No Fill.
11. Kemudian klik kiri didalam kurva pilih Format Chart Area
pilih Fill menjadi No Fill – pilih Border menjadi No Line.
12. Kemudian klik kanan pada kurva – pilih Format Data
Series – pilih Line menjadi Solid Line – Colour dipilih
sesuai keinginan – pilih Marker Option – pilih Fill menjadi
Solid Fill – Colour dipilih sesuai keinginan.
13. Kemudian klik kiri pilih Font – Latin Text Front pilih
sesuai keinginan, atur ukuran besar huruf, pilih warna
sesuai keinginan.
14. Kemudian klik kiri, pilih Format Plot Area – pilih Fill
menjadi No Fill – pilih Border menjadi No Line.
15. Kemudian atur Kurva S didalam tabel sesuai dengan
ukuran.
Memperkenalkan Kurva-S sebagai tolak ukur suatu perencanaan proyek
konstruksi dan pembanding antara rencana & aktual pekerjaan yg ada diproyek
tersebut.
Tujuan :

Adanya Kurva-S bisa menjadi alternatif untuk Owner maupun MK guna mencapai
akurasi penilaian dan membuat program pelaksanaan proyek agar target waktu
dapat tercapai. Mungkin kita perlu meniru dan mencoba mengaplikasikannya.
menggunakan tiga alat kendali sekaligus yaitu kurva-s, Bar Chart, dan Critical
Path Method.
Dengan melihat deviasinya, kita dapat mengetahui apakah proyek yang kita
kerjakan mengalami keterlambatan (-) atau lebih cepat (+) dari rencana.

Suatu pekerjaan dikatakan terlambat (-) jika garis kurva realisasi pekerjaan berada
pada posisi bawah dari garis kurva rencana. Sebaliknya jika garis kurva berada di
atas garis kurva rencana maka pekerjaan tersebut lebih cepat (+) dari rencana.

Keterlambatan suatu pekerjaan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya :

Kondisi Alam

Kondisi alam memang susah untuk ditebak. Misalnya saja curah hujan yang tinggi
di lokasi pekerjaan, kondisi ini dapat membuat pekerjaan proyek terhambat.

Lingkungan

Contohnya pada proyek yang berurusan dengan pengalihan lahan yang semula
milik warga.

Internal Perusahaan Sebagai Pengemban Tanggung Jawab


Faktor lain yang juga dapat menghambat adalah dari internal perusahaan yang
mengemban tanggung jawab itu sendiri.

Kurva yg berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak terbentuk lantaran kelaziman
dalam pengerjaan proyek yakni :
Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. Setelah Itu diikuti oleh aktivitas
yg bergerak cepat dalam jangka waktu yg lebih lama. pada akhirnya aktivitas
menurun kembali & berakhir pada suatu titik akhir.
Sebagai info untuk mengontrol pelaksaan suatu proyek dengan cara
membandingkan deviasi antara kurva rencana dgn kurva realisai.
Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva
realisasi terhadap kurva rencana, perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase
pekerjaan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yg telah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.

Sebagai informasi kapan saat yg tepat untuk melaksanakan owner ataupun


melakukan pembayaran terhadap supplier.
Kurva-s pada dasarnya adalah perbandingan antara rencana dan realisasi
pengeluaran biaya atau lebih pada kebutuhan cash flow. Namun dapat bermanfaat
dalam menyatakan apakah proyek terlambat maupun tidak. Keterlambatan yang
dinyatakan dalam kurva-s tersebut sebenarnya hanyalah merupakan pendekatan
sehingga memiliki akurasi yang tidak tinggi dalam menyatakan keterlambatan
proyek. Alat yang lebih baik dalam menyatakan keterlambatan proyek adalah Bar
Chart dan produk turunannya yaitu Critical Path Method.

Manfaat Kurva-S

Kepraktisan menggunakan alat ini menjadikannya sebagai alat yang paling


banyak digunakan dalam proyek. Namun juga tidak sedikit proyek yang
menjadikan alat ini hanya sebatas hiasan dinding ruang rapat proyek. Mungkin
agar terlihat “keren” atau yang lain. Padahal manfaat dari Kurva-S ini cukup
banyak disamping sebagai alat indikator dan monitoring schedule pelaksanaan
proyek.Ada beberapa manfaat lain dari Kurva-S yang dapat diaplikasikan di
proyek, yaitu:

Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method)
Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek
Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek
dalam satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan
percepatan.
Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek
Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow
Untuk mengetahui perkembangan program percepatan
Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro
Kesalahan penggunaan dan persepsi Kurva-S

Walaupun gampang dan praktis untuk digunakan, tetap saja masih ada pelaku
proyek yang salah persepsi dan salah menggunakan fitur sederhana ini.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang saya anggap keliru dan belum
lengkap dalam aplikasi Kurva-S ini, yaitu:

Anggapan bahwa progress 50% adalah tepat pada 50% waktu pelaksanaan.

Asumsi ini mengesampingkan kenyataan variasi jenis proyek atau keunikan


proyek. Menurut saya ini suatu kesalahan persepsi. Contoh pada proyek gedung
dimana komponen alat M/E yang cukup tinggi hingga 25% dan dipasang di akhir
pelaksanaan proyek. Hal ini berarti kurva-s akan cukup landai di awal dan naik
cukup tinggi di bagian akhir waktu pelaksanaan. Kurva-S akhirnya cenderung
berada di progres 50% pada lebih dari 50% waktu pelaksanaan.
Persepsi yang benar adalah bahwa progres 50% belum tentu tepat pada 50%
waktu pelaksanaan. Ini karena komposisi biaya dan waktu pelaksanaan tiap jenis
proyek berbeda-beda. Pada suatu jenis proyek pun cukup variatif terkait lingkup
pekerjaan yang dikerjakan.
Bentuk kurva harus mendekati huruf S. Banyak pelaku proyek mempersepsikan
nama kurva-s berarti grafik schedule yang terbentuk juga harus berbentuk S.
Kedengaran lucu tapi ini benar-benar terjadi.
Ini juga kesalahan persepsi. Dengan alasan yang sama dengan point di atas bahwa
proyek itu unit. Ada begitu banyak variasi termasuk kasus di atas. Bentuk S pada
kurva adalah pendekatan. Variasi bentuk S pada kurva-s akan sesuai kondisi
proyek yang dilaksanakan yaitu distribusi bobot, urutan pelaksanaan, durasi,
lingkup, dan yang lainnya. Sehingga tidak perlu memaksakan bentuk kurva atau
grafik menyerupai S pada kurva-s, walaupun pada kebanyakan kasus kurva yang
terbentuk memang mendekati huruf S.

Distribusi bobot pekerjaan berdasarkan waktu untuk suatu item pekerjaan sering
diasumsikan terdistribusi merata.
Kesalahan ini diakibatkan oleh pemahaman yang kurang tepat mengenai Kurva-S.
Pemahaman yang dimaksud adalah bagaimana bobot didapatkan, bagaimana
struktur biaya masing-masing item pekerjaan dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan terkait urutan pelaksanaan dan durasinya.
Distribusi bobot haruslah memperhitungkan rencana volume yang akan dikerjakan
dalam satuan waktu dan nilai biayanya. Pada pekerjaan struktur beton untuk
gedung berlantai banyak, distribusi bobot dapat dimungkinkan untuk merata.
Namun untuk kasus lain misalnya pekerjaan M/E, tidak dapat didistribusikan
merata karena pada dasarnya pekerjaan M/E terdiri atas dua kelompok besar yaitu
instalasi dan alat M/E. Komposisi biaya antara dua kelompok biaya tersebut
berbeda signifikan. Instalasi M/E diperkirakan hanya 10% dari total biaya M/E
dan alat M/E bisa mencapai 90%.

Jika dihubungkan dengan kurva-S hasil realisasi pelaksanaan, hanya


menghasilkan selisih akumulatif realisasi terhadap rencana yaitu Ahead (lebih
cepat) atau Behind (terlambat). Sangat jarang memanfaatkannya untuk estimasi
atau forecast penyelesaian proyek. Seperti yang dijelaskan pada paragraf
sebelumnya mengenai manfaat schedule Kurva-S cukup banyak. Sayang sekali
apabila pada suatu proyek, schedule Kurva-S dibuat namun tidak pernah diupdate
realisasi pelaksanaannya. Proyek seakan berjalan tanpa tahu apakah mengalami
keterlambatan atau sebaliknya. Tentu berbahaya menjalankan proyek tanpa
kendali. Produk turunan dari kurva-s yang paling gampang adalah estimasi waktu
penyelesaian proyek. Keterlambatan proyek biasanya sering dikaitkan dengan
paramter waktu perkiraan penyelesaian proyek. Untuk mendapatkan parameter ini
perlu mempelajari mengenai Earned Value Method (EVM).
Ahead atau Behind adalah satu-satunya alat untuk menyatakan kondisi realisasi
pelaksanaan tanpa memperhatikan aspek lain.

Mungkin ini persepsi yang paling banyak terjadi. Perlu diketahui bahwa Kurva-S
menyatakan realisasi pekerjaan dalam bentuk bobot atau nilai biaya yang telah
dikerjakan. Dasar tersebut berarti tingkat akurasi dalam hal deviasi tidaklah benar-
benar akurat.
Untuk menyatakan apakah proyek benar-benar sedang mengalami keterlambatan,
diperlukan alat yang lain misalnya Critical Path Method

(CPM) atau Earned Value Method (EVM). Akan tetapi untuk deviasi schedule
dan realisasi yang cukup besar, indikasi dari Kurva-S sudah cukup. Pada deviasi
yang kecil, perlu instrumen lain untuk menyatakan keterlambatan proyek.

Cara memprogres pekerjaan persiapan adalah berdasarkan proporsional terhadap


pekerjaan fisik. Misal, jika realisasi pekerjaan fisik mencapai 40% maka progres
pekerjaan persiapan juga harus 40%.

Ini salah kaprah. Pekerjaan persiapan merupakan salah satu item pekerjaan yang
selalu ada dalam BQ dan Kurva-S. Pekerjaan persiapan memiliki karakteristik
yaitu tergantung dengan waktu. Artinya pekerjaan ini tidak terkait dengan progres
pelaksanaan. Seringpula pada aktualnya pekerjaan persiapan dilakukan lebih dulu
seperti kantor direksi, jalan akses, papan nama, dan lain-lain. Cakupan pekerjaan
persiapan tersebut tidak terkait dengan seberapa besar progress pelaksanaan pada
item pekerjaan fisik yang lain.
Pekerjaan persiapan haruslah diprogres sesuai dengan realisasi aktual di lapangan.
Hal ini karena memprogress pelaksanaan dengan Kurva-S adalah suatu tindakan
yang mengakui biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa. Memprogress adalah
sama dengan mengakui biaya yang dikeluarkan. Perlu kesepakatan awal mengenai
bobot progres pada item pekerjaan ini.

Cara menilai progres realisasi berbeda dengan asumsi atau cara membuat
distribusi bobot masing-masing pekerjaan pada Master Schedule S-Curve.

Perbedaan yang akhirnya akan membuat deviasi dalam pelaksanaannya. Asumsi-


asumsi terhadap menetapkan distribusi bobot item pekerjaan pada saat
perencanaan schedule dalam Kurva-S haruslah sama dengan asumsi-asumsi yang
diterapkan dalam melakukan progres realisasi pekerjaan.
Agar tidak terjadi perbedaan pendapat, maka haruslah dilakukan kesepakatan di
awal. Perlu diingat bahwa distribusi bobot item pekerjaan dan ketentuan
memprogres pekerjaan adalah fokus pada biaya yang dikeluarkan berdasarkan
kontrak yang telah disepakati baik ditinjau terhadap BQ maupun jenis kontrak.
Percepatan dilakukan dengan mempercepat item pekerjaan yang memiliki bobot
yang besar, sehingga realisasi schedule dalam waktu singkat dapat menjadi Ahead
tanpa melihat aspek pekerjaan kritis.

Persepsi ini pada akhirnya akan membuat keterlambatan schedule berdasarkan


Kurva-S dapat dikejar namun berdasarkan aktual waktu penyelesaian sisa
pekerjaan mengalami keterlambatan karena sisa pekerjaan memiliki urutan dan
ketergantungan yang membutuhkan waktu yang lama walaupun bobot yang kecil.
Dalam usaha percepatan atas keterlambatan pekerjaan, parameter yang paling
penting adalah perkiraan waktu penyelesaian proyek. Percepatan hanya dapat
berhasil apabila menggunakan fitur Critical Path Method yang merupakan turunan
dari Bar Chart. Dengan menggunakan fitur Critical Path Method, rencana
percepatan akan jauh lebih akurat.
E. Kurva-S (Time Schedule)
Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan
Kurva S (S- Curve) dalam satuan bobot persen.
Ada dua macam bobot persen:
Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis
pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam
dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan
hubungan antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu.
Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis
pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat
dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif
pekerjaan dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.
E. Kurva-S (Time Schedule)
Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan
Kurva S (S- Curve) dalam satuan bobot persen.
Ada dua macam bobot persen:
Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis
pekerjaan dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam
dokumen kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan
hubungan antara harga kumulatif bobot persen dengan waktu.
Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenis
pekerjaan dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat
dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara persentase kumulatif
pekerjaan dengan waktu, dari grafik ini pula dapat diketahui persentase
pekerjaan yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai