MAKALAH KURVA - S
Oleh :
M. Faisal Rizky
NPM. 22222010073
Dosen Pengampu:
Ahmad Riduan, ST.,MT.
Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis yaitu jalur yang
memiliki rangkaian komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama
dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur
kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi
pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan yang bila
pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan. CPM atau metode jalur kritis merupakan model kegiatan
proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang
digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan
awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara
titik. Terdapat beberapa bentuk simpul dalam CPM yaitu, segitiga, persegi
panjang dan lingkaran, dalam buku ajar ini bentuk simpul CPM yang
digunakan adalah bentuk lingkaran.
Adanya Kurva-S bisa menjadi alternatif untuk Owner maupun MK guna mencapai
akurasi penilaian dan membuat program pelaksanaan proyek agar target waktu
dapat tercapai. Mungkin kita perlu meniru dan mencoba mengaplikasikannya.
menggunakan tiga alat kendali sekaligus yaitu kurva-s, Bar Chart, dan Critical
Path Method.
Dengan melihat deviasinya, kita dapat mengetahui apakah proyek yang kita
kerjakan mengalami keterlambatan (-) atau lebih cepat (+) dari rencana.
Suatu pekerjaan dikatakan terlambat (-) jika garis kurva realisasi pekerjaan berada
pada posisi bawah dari garis kurva rencana. Sebaliknya jika garis kurva berada di
atas garis kurva rencana maka pekerjaan tersebut lebih cepat (+) dari rencana.
Kondisi Alam
Kondisi alam memang susah untuk ditebak. Misalnya saja curah hujan yang tinggi
di lokasi pekerjaan, kondisi ini dapat membuat pekerjaan proyek terhambat.
Lingkungan
Contohnya pada proyek yang berurusan dengan pengalihan lahan yang semula
milik warga.
Kurva yg berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak terbentuk lantaran kelaziman
dalam pengerjaan proyek yakni :
Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. Setelah Itu diikuti oleh aktivitas
yg bergerak cepat dalam jangka waktu yg lebih lama. pada akhirnya aktivitas
menurun kembali & berakhir pada suatu titik akhir.
Sebagai info untuk mengontrol pelaksaan suatu proyek dengan cara
membandingkan deviasi antara kurva rencana dgn kurva realisai.
Sebagai infomasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan perubahan kurva
realisasi terhadap kurva rencana, perubahan ini bisa dalam bentuk prosentase
pekerjaan lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yg telah ditentukan untuk
menyelesaikan proyek.
Manfaat Kurva-S
Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method)
Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek
Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek
dalam satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan
percepatan.
Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek
Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow
Untuk mengetahui perkembangan program percepatan
Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro
Kesalahan penggunaan dan persepsi Kurva-S
Walaupun gampang dan praktis untuk digunakan, tetap saja masih ada pelaku
proyek yang salah persepsi dan salah menggunakan fitur sederhana ini.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang saya anggap keliru dan belum
lengkap dalam aplikasi Kurva-S ini, yaitu:
Anggapan bahwa progress 50% adalah tepat pada 50% waktu pelaksanaan.
Distribusi bobot pekerjaan berdasarkan waktu untuk suatu item pekerjaan sering
diasumsikan terdistribusi merata.
Kesalahan ini diakibatkan oleh pemahaman yang kurang tepat mengenai Kurva-S.
Pemahaman yang dimaksud adalah bagaimana bobot didapatkan, bagaimana
struktur biaya masing-masing item pekerjaan dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan terkait urutan pelaksanaan dan durasinya.
Distribusi bobot haruslah memperhitungkan rencana volume yang akan dikerjakan
dalam satuan waktu dan nilai biayanya. Pada pekerjaan struktur beton untuk
gedung berlantai banyak, distribusi bobot dapat dimungkinkan untuk merata.
Namun untuk kasus lain misalnya pekerjaan M/E, tidak dapat didistribusikan
merata karena pada dasarnya pekerjaan M/E terdiri atas dua kelompok besar yaitu
instalasi dan alat M/E. Komposisi biaya antara dua kelompok biaya tersebut
berbeda signifikan. Instalasi M/E diperkirakan hanya 10% dari total biaya M/E
dan alat M/E bisa mencapai 90%.
Mungkin ini persepsi yang paling banyak terjadi. Perlu diketahui bahwa Kurva-S
menyatakan realisasi pekerjaan dalam bentuk bobot atau nilai biaya yang telah
dikerjakan. Dasar tersebut berarti tingkat akurasi dalam hal deviasi tidaklah benar-
benar akurat.
Untuk menyatakan apakah proyek benar-benar sedang mengalami keterlambatan,
diperlukan alat yang lain misalnya Critical Path Method
(CPM) atau Earned Value Method (EVM). Akan tetapi untuk deviasi schedule
dan realisasi yang cukup besar, indikasi dari Kurva-S sudah cukup. Pada deviasi
yang kecil, perlu instrumen lain untuk menyatakan keterlambatan proyek.
Ini salah kaprah. Pekerjaan persiapan merupakan salah satu item pekerjaan yang
selalu ada dalam BQ dan Kurva-S. Pekerjaan persiapan memiliki karakteristik
yaitu tergantung dengan waktu. Artinya pekerjaan ini tidak terkait dengan progres
pelaksanaan. Seringpula pada aktualnya pekerjaan persiapan dilakukan lebih dulu
seperti kantor direksi, jalan akses, papan nama, dan lain-lain. Cakupan pekerjaan
persiapan tersebut tidak terkait dengan seberapa besar progress pelaksanaan pada
item pekerjaan fisik yang lain.
Pekerjaan persiapan haruslah diprogres sesuai dengan realisasi aktual di lapangan.
Hal ini karena memprogress pelaksanaan dengan Kurva-S adalah suatu tindakan
yang mengakui biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa. Memprogress adalah
sama dengan mengakui biaya yang dikeluarkan. Perlu kesepakatan awal mengenai
bobot progres pada item pekerjaan ini.
Cara menilai progres realisasi berbeda dengan asumsi atau cara membuat
distribusi bobot masing-masing pekerjaan pada Master Schedule S-Curve.