Anda di halaman 1dari 30

REVIEW ALAT UKUR

1. TOTAL STATION
2. WATERPASS / PPD
TOTAL STATION (TS)
• TS  Gabungan PJE, pengukur sudut elektronik dan
pengumpul data elektronik.
• Keunggulan TS : Operator mudah memperoleh data jarak
datar, sudut hz, sudut vertical, koordinat titik.

• Prinsip pengukuran dan syarat pemakaian TS sama


dengan teodolit digital.
• Sumbu TS sama dengan sumbu teodolit
SUMBU PADA TS
• VV = sumbu I
• HH = sumbu II mendatar atau
teropong
• AA = Garis arah nivo alhidade
vertikal
• ZZ = garis arah nivo
• NN = garis arah nivo teropong
• 1 = skrup koreksi nivo alhidade
vertikal
• 2 = skrup koreksi nivo teropong
SYARAT PEMAKAIAN TS

• Syarat pemakaian TS ada 2 yaitu syarat dinamis dan statis.


• Syarat dinamis :
• Sentering
• Sumbu I vertical

• Syarat statis :
• Sumbu II tegak lurus sumbu I
• Garis bidik atau kolimasi tegak lurus sumbu II
• Tidak ada kesalahan indeks vertical
• Garis bidik sejajar garis arah nivo apabila ada nivo teropong
SENTERING
• Tujuan : membuat sumbu I vertical segaris dengan gaya berat di lokasi
berdiri alat
• Dilakukan dengan alat :
• Unting-unting
• Sentering optic
• Tongkat teleskopik
• Laser

• Apabila tidak dipenuhi syaratnya maka dalam pengukuran sudut horizontal


dihinggapi kesalahan
KESALAHAN SENTERING
• Alat berdiri di titik B. Seharusnya sudut hz terbaca 𝛽0
• Karena kesalahan sentering, maka titik B berpindah ke
B1
• e menunjukkan panjang kesalahan linier B ke B1.
• Nilai kesalahan sudut hz sebesar ∆β
• Rumus menentukan nilai kesalahan sentering :
𝑑1 + 𝑑2
• ∆𝛽 = 𝜌′ 𝑑1 × 𝑑2

• Nilainya signifikan pada pengukuran teliti.


SUMBU I VERTIKAL
• Kesalahan ini berpengaruh pada pengukuran sudut horizontal dan vertical
• Proses eliminasi kesalahan ini dilakukan dengan merata-rata pengamatan
Biasa (B) dan Luar Biasa (LB)
• Pengaturan sumbu I vertical menggunakan skrup penyetel ABC dengan
memperhatikan nivo kotak dan tabung.
SUMBU II TEGAK LURUS SUMBU I

• Kesalahan ini hanya ada pada alat lama


• Pada TS sudah disetting pabrik agar sumbu II selalu tegak lurus sumbu I
• Kunci mengatur sumbu II ada pada vertikalnya sumbu I. Apabila sumbu I
sudah vertical maka otomatis sumbu II tegak lurus sumbu I
GARIS BIDIK TEGAK LURUS SUMBU I
• Kesalahan ini disebut dengan kesalahan kolimasi
• Kesalahan ini berpengaruh pada pengukuran sudut
hz.
• Pada gambar, AOB adalah sumbu II, ADBE adalah
lingkaran hz dan busur CD adalah tempat
kedudukan garis kolimasi yang berputar
mengelilingi sumbu II.
• Cara mengeliminasinya menggunakan pengukuran
B dan LB di satu titik dengan menggunakan satu
target, misalnya S.
• Apabila S dibidik dengan kemiringan kolimasi
sebesar α maka kedudukan garis kolimasi
tergambar sebagai garis putus-putus.
GARIS BIDIK TEGAK LURUS SUMBU I
• Apabila ingin membidik sasaran S menggunakan alat yang tidak memiliki kesalahan
kolimasi, maka teropong atau garis kolimasi diputar sebesar β.
• Apabila busur SH merupakan busur tegak lurus terhadap busur CD, maka SH = α.
• Langkah untuk mengeliminasi kesalahan kolimasi dilakukan sebagai berikut :
• TS berdiri di satu titik dan mengukur sebuah titik menggunakan bacaan Biasa, semisal B.
• Membaca lagi titik tersebut tanpa memindahkan TS dengan bacaan Luar Biasa, semisal LB.
• Menghitung kesalahan kolimasi dengan rumus :
𝐵−𝐿𝐵
• 𝛽= − 90° untuk pembagian skala searah jarum jam
2
𝐿𝐵−𝐵
• 𝛽= + 90° untuk pembagian skala berlawanan arah jarum jam
2
• Koreksi pada TS menggunakan menu koreksi yang tersedia di TS
KESALAHAN INDEKS VERTIKAL
• Kesalahan ini muncul saat teropong mendatar, tetapi bacaannya tidak tepat pada angka 0° /90° /180°/270° .
• Sudut vertical yang dikenal ada zenith dan helling.
• Bacaan vertical menggunakan piringan vertical. Ada 3 macam bacaan vertical yaitu : 1 × 360°, 2 × 180°
dan 4 × 90°
• Rumus koreksi indeks vertical (p) pada bacaan 1 × 360° :
𝐵+𝐿𝐵
• 𝑝 = 180° −
2

• Rumus koreksi indeks vertical (p) pada bacaan 2 × 180° :


𝐵+𝐿𝐵
• 𝑝 = 90° −
2

• Rumus koreksi indeks vertical (p) pada bacaan 4 × 90° :


𝐵+𝐿𝐵
• 𝑝 = 45° −
2

• Ketiga rumus tersebut digunakan untuk mencari nilai p setelah melakukan pengukuran untuk
mendapatkan kesalahan indeks vertical (p)
KESALAHAN INDEKS VERTIKAL
• Langkah mendapatkan nilai kesalahan indeks vertical (p) sama seperti dengan
mendapatkan nilai kesalahan kolimasi. Langkah tersebut sebagai berikut :
• Menyiapkan beberapa titik target untuk diukur menggunakan TS.
• Membidik satu titik, semisal K menggunakan teropong keadaan Biasa dan membaca piringan
vertical, misalnya terbaca B.
• Membidik titik K lagi menggunakan teropong keadaan Luar Biasa dan membaca piringan
vertical, misalnya terbaca LB.
• Membidik titik lainnya yang memiliki sudut vertical menggunakan bacaan B dan LB.
• Menghitung nilai p dan merata-ratakannya

• Pada alat terbaru kesalahan ini sudah dibuat otomatis menggunakan pendulum.
• Ada pertanyaan mengenai TS?
WATERPASS / PPD
• Fungsi waterpass : alat untuk menentukan
beda tinggi antara titik-titik di permukaan
bumi
• Ada 2 syarat penyipat datar yaitu syarat
dinamis dan statis
• Syarat dinamis :
• Sumbu I vertical

• Syarat statis :
• Garis bidik sejajar garis arah nivo
• Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
• Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
SUMBU PADA WP
SUMBU I VERTIKAL

• Merupakan syarat dinamis penggunaan WP


• Diatur menggunakan skrup penyetel ABC
GARIS BIDIK TEROPONG SEJAJAR GARIS ARAH NIVO

• Merupakan syarat statis yang menjadi


syarat utama alat WP
• Cara pertama dengan membuat nivo
tabung seimbang, dengan ini
diharapkan garis bidik sudah sejajar
dengan garis arah nivo
• Pengecekan syarat utama ini dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai
berikut :
• Berdasarkan gambar, harusnya bacaan saat WP di tengah-tengah rambu adalah 𝑎0 dan
𝑏0 . Beda tinggi seharusnya h = 𝑎0 − 𝑏0 .
• Karena syarat utama tidak terpenuhi maka bacaan menjadi a dan b. Alat diletakkan di
tengah-tengah 2 rambu maka h = a – b
• Sekarang alat dipindah ke posisi lainnya di sebelah kanan mistar B dengan jarak yang
sama.
• Apabila garis bidik sejajar garis arah nivo seharusnya bacaan mistar A = y dan mistar B
= x. x dan y yang dicari nilainya.
• Bacaan yang terbaca di mistar B = d. Dari d ini ditarik lurus ke mistar A didapat nilai p.
• Berdasarkan gambar diketahui bahwa p = d+h
• Cp = c – p = c - (d+h)
• Substitusi h = a – b, maka cp = c – a + b – d = -a + b + c – d
• Mencari nilai x dan y menggunakan segitiga 𝑇2 dx dan dcp. Karena dx = 1Τ2 cp = 1Τ2 (-a +
b + c – d), maka :
• X = d – dx = d – 1Τ2 (-a + b + c – d) = 1Τ2a - 1Τ2b - 1Τ2c + 3Τ2d
• Karena cp = 2 dx dan py = dx, maka cy = 3 dx, sehingga :
• Y = c – cy = c – 3dx = c - 3Τ2 (-a + b + c – d) = 3Τ2a - 3Τ2b - 1Τ2c + 3Τ2d
• Untuk mendapatkan nilai y dan x bisa menggunakan rumus yang berwarna biru dan
berwarna hijau.
• Perbedaan biru dan hijau :
• Biru : jarak WP ke rambu tidak harus sama di lapangan, sesuai kondisi lapangan.
• Hijau : jarak WP ke rambu harus sama di lapangan

• Nilai koreksinya (K) = y – x. Nilai ini dikoreksikan menggunakan skrup koreksi c


GARIS ARAH NIVO TEGAK LURUS SUMBU I
• Syarat tambahan pertama WP
• Akibat syarat ini tidak terpenuhi adalah
garis bidik membentuk sudut α > 90°
dengan sumbu I.
• Bacaan pada rambu ukur menjadi miring.
• Syarat ini agak longgar pada WP bertipe
skrup ungkit. Pengaturannya cukup
dengan nivo tabung.
• Dengan nivo tabung apabila sumbu I
vertikal maka dianggap garis arah nivonya
tegak lurus sumbu I
• Asumsi ini jika syarat utama terpenuhi.
GARIS MENDATAR DIAFRAGMA TEGAK LURUS
SUMBU I
• Syarat tambahan kedua yang paling
mudah terlihat
• Syarat utama sudah terpenuhi terlebih
dahulu.
• Cara mengetahui syarat ini sudah
terpenuhi atau belum dilakukan sebagai
berikut :
• Membidik tembok kemudian memberi
tanda di tembok dengan sebuah titik
yang berhimpit dengan ujung kiri
benang silang mendatar
• Kemudian gerakkan teropong ke kiri dengan memutar skrup penggerak halus hz.
• Apabila bayangan titik tetap di benang silang mendatar maka benang silang sudah
tegak lurus sumbu I
• Apabila benang sumbu I keluar dari benang silang maka belum tegak lurus sumbu I.
• Cara mengoreksi menggunakan skrup koreksi diafragma.
KESALAHAN PADA WP
• Kesalahan pada WP dibagi 3 macam :
• Bersumber dari alat ukur :
• Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo
• Kesalahan titik nol rambu
• Rambu tidak vertikal
• Penyinaran pada alat tidak merata
• Bersumber dari pengukur :
• Kurang paham tentang bacaan rambu
• Mata lelah
• Kondisi fisik lemah
• Pendengaran kurang
• Bersumber dari alam
• Kelengkungan permukaan bumi
• Refraksi sinar
• Undulasi
• Kondisi tanah tidak stabil
KESALAHAN GARIS BIDIK TIDAK SEJAJAR GARIS ARAH
NIVO
• Kesalahan pada syarat utama menyebabkan pengukuran dihinggapi kesalahan
• Untuk mengatasinya dengan cara membuat jarak bacaan rambu depan dan belakang
sama untuk setiap slag. 𝑑𝑎 = 𝑑𝑏
• Pada sipat datar berantai jumlah jarak rambu depan dengan rambu belakang harus
sama. Σ𝑑𝑎 = Σ𝑑𝑏
KESALAHAN TITIK NOL RAMBU

• Kesalahan ini diakibatkan kesalahan


pabrik.
• Seiring berjalannya waktu alas rambu
aus dan nilai yang berada di alas rambu
nilainya lebih besar daripada 0
• Cara mengatasinya :
• Membuat slag genap
• Kesalahan ini muncul saat slag
berjumlah ganjil dan tereliminasi saat
slag berjumlah genap
RAMBU TIDAK VERTIKAL
• Kesalahan ini bisa dikarenakan rambu
ukur menjulang tinggi dan pemegang
rambu tidak bisa membuat rambu tetap
vertikal
• Cara mengatasi :
• Menggunakan nivo rambu
• Menggunakan kaki tiga rambu
UNDULASI
• Kesalahan ini karena factor alam, diakibatkan naiknya udara panas dari
permukaan bumi
• Biasa disebut fatamorgana. Terjadi pada pukul 11.00 s.d. 14.00
• Mengakibatkan rambu ukur terlihat bergerak saat dilakukan pembacaan.
• Cara mengatasi :
• Tidak melakukan pengukuran pada jam tersebut
KONDISI TANAH TIDAK STABIL

• Kondisi yang wajar terjadi di lapangan karena tanah tidak stabil.


• Akibatnya bacaan pada rambu ukur menjadi salah
• Hal yang sama bisa terjadi pada rambu ukur
• Cara mengatasi :
• Memilih tanah yang stabil
• Rambu ukur menggunakan sepatu rambu
• Ada pertanyaan mengenai WP?

Anda mungkin juga menyukai