Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum kegiatan proyek berlangsung biasanya sudah dibuat terlebih dahulu
rencana/ jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat proyek berlangsung.
Kontraktor tentunya menginginkan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pada
proyek-proyek besar sering dijumpai banyak kegiatan yang tidak berjalan sesuai
perencanaan hal ini dikarenakan permasalahan yang dihadapi cukup komplek. Selain itu
pada waktu menyusun perencanaan belum cukup tersedia data & info yang diperlukan
sehingga bahan perencanaan sebagian besar didasarkan atas perkiraan & asumsi
keadaan yang ada.
Untuk mengontrol agar pekerjaan dapat berjalan sesuai rencana tanpa terdapat
banyak penyimpngan maka diperlukan pengendalian proyek. Dengan adanya
pengendalian proyek diharapkan tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik.
Fokus dalam pelaksanaan pengendalian proyek biasanya tertuju kepada waktu, biaya ,
dan mutu. Ketiga hal ini seisa mungkin dikendalikan agar sesuai dengan apa yang
diharapkan dan sebisa mungkin meminimalisasi kegagalan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode varian ?
2. Bagaimana kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode earned value?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan adanya pengendalian proyek ini antara
lain:
1. Mengetahui kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode varian
2. Mengetahui kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode earned value
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ditentukan penulis dalam penyusunan tugas ini
meliputi :
1. Proyek yang dipakai untuk bahan dalam tugas ini adalah proyek Rusunawa
Petahunan Kota Pasuruan
2. Kegiatan pengendalian proyek dilakukan mulai minggu ke 35 sampai dengan
minggu ke 46
3. Metode yang digunakan dalam tugas pengendalian proyek ini menggunakan
metode identifikasi varian, kurva S, dan Nilai hasil
4. Pengendalian yang dilakukan hanya meliputi pengendalian waktu dan biaya
5. Untuk mempermudah penulis dalam menyelesaikan tugas ini penulis
menggunakan aplikasi Ms. Excel 2010
6. Untuk harga Actual Cost penulis mengarang sendiri, hal ini dikarenakan
penulis tidak memperoleh data Actual cost dari contractor.

1.5 Manfaat
Manfaat dalam penyelesaian tugas ini bagi penulis adalah dapat menambah ilmu
dibidang teknik sipil khususnya di bidang pengendalian proyek. Serta dapat menemukan
solusi ketika mendapat masalah yang sama ketika berada di dunia kerja.
Dan untuk perusahaan jasa konstruksi khusunya kontraktor, tugas ini dapat
dijadikan acuan atau pedoman dalam melakukan pengendalian terhadap proyek-proyek
yang sedang dikerjakan, agar pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan sesuai
sasaran tanpa terdapat banyak penyimpangan yang berarti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek


Proyek Menurut Soeharto (1999, h.2) : 4: Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai
satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable
yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas.
Munawaroh (2003) menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja
suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi,
dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia.

2.2 Pengendalian Proyek


Usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan
standar, dan kemungkinan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar
sumberdaya digunakan secara efektif & efisien dalam rangka mencapai sasaran
(Mockler, 1972). Sedangkan menurut Gray & Larson pengendalian adalah proses
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan untuk
,mengidentifikasi penyimpangan, mengevaluasi tindakan alternatif yang mungkin, dan
megambil tindakan korektif yang sesuai(Gray & Larson, 2007):
Tujuan diadakannya pengendalian adalah agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan
mencapai sasaran tanpa terdapat banyak penyimpangan yang berarti. Keberhasilan
penyelenggaraan proyek diukur melalui tiga hal yaitu mutu, waktu, dan biaya. Mutu
yang dihasilkan harus sesuai dengan spek yang ada di dalam RKS, pengerjaan proyek
tidak melebihi waktu yang telah ditentukan, dan biaya pelaksanaan kegiatan tidak boleh
melebihi anggaran yang ditetapkan dalam perencanaan. Sehingga fokus pengendalian
proyek juga tertuju pada pengendalian waktu/jadwal, pengendalian anggaran, dan
pengendalian mutu.
Kriteria yang dibutuhkan dalam melakukan pengendalian proyek:
a. Kepemimpinan yang mantap
b. Keahlian komunikasi
c. Menjaga hubungan kemanusiaan
d. Mampu mengelola SDM
e. Menjaga konsistensi & presistensi (gigih)
Keuntungan yang didapat pemilik proyek dengan adanya pengendalian proyek
diantaranya :
a. Bernilai ekonomis dan strategis
b. Resiko kegagalan di minimalisir
c. Kepastian mutu produk dan kepastian waktu (untukmasuk pasar)
d. Tuntutan kepuasan (claim) pasar
e. Perubahan arah pembangunan
f. Kepastian hukum
g. Mendapat dukungan lingkungan
Langkah-langkah pengendalian secara garis besar adalah :
a. Menentukan standar performansi
b. Membandingkan antara performansi aktual dengan performansi standar hasil
pekerjaan dan pengeluaran yg sudah terjadi dibanding-kan dg jadwal, biaya dan
spesifikasi performansi yg direncanakan.
c. Melakukan tindakan koreksi bila performansi aktual secara signifikan
menyimpang dari yg direncanakan.
Langkah-langkah pengendalian secara detail meliputi :
a. Menentukan sasaran
b. Menentukan standar dan kriteria sbg patokan dalam rangka mencapai sasaran
c. Merancang/menyusun sistem informasi pemantauan dan laporan hasil
pelaksanaan pekerjaan
d. Mengumpulkan data info hasil implementasi
e. Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan thd standar, kriteria, dan sasaran yg
ditentukan
f. Mengadakan tindakan pembetulan
2.3 Metode Pengendalian
Metode yang biasa dipakai untuk pengendalian biaya dan jadwal kegiatan adalah
sebagai berikut:
2.3.1 Identifikasi Varian
Yang dilakukan pada metode identifikasi varian adalah membandingkan data-data
laporan pelaksanaan pekerjaan untuk kurun waktu tertentu terhadap rencana yang telah
ditentukan. Identifikasi varians digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan
antara kemajuan proyek dg perencanaannya dalam hal biaya dan waktu. Varian-varian
yang sering dijumpai dalam pelaksanaan proyek untuk suatu waktu tertentu meliputi
varian:
1. Biaya pelaksanaan terhadap anggaran
2. Waktu pelaksanaan terhadap jadwal
3. Jumlah pekerjaan selesai terhadap rencana.
4. Tanggal mulai pelaksanaan dengan rencana
5. Tanggal akhir pekerjaan dengan rencana
6. Angka kenyataan pemakaian tenaga kerja dengan anggaran
Pada Tabel di bawah diperlihatkan variasi biaya yang telah terjadi sampai dengan
pelaporan (saat pelaporan adalah bulan Juni).
Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa terjadi varian biaya yaitu perbedaan
antara anggaran dan realisasi pengeluaran, untuk semua kegiatan yang telah dilaporkan.
Pada waktu dilaporkan besar varian kumulatif mencapai 1800 dibagi anggaran =
1800/6600 = 27,2 %. Tampilan tabel di atas cukup mudah dipahami, tetapi tampilan
grafis tentunya lebih visual. Adanya varian yang disajikan biasanya mendorong untuk
melakukan analisis varian dominan dan mencari penyebabnya untuk tindakan koreksi.
Nilai anggaran pada tabel diatas didapat dari % kegiatan rencana pada bulan
tersebut dakali dengan RAB dari pekerjaan yang bersangkutan. Nilai realisasi diperoleh
dari % kegiatan yang telah dikerjakan pada bulan tersebut dikali dengan RAB dari
kegiatan yang bersangkutan. Untuk mendapatkan % kegiatan yang telah dikerjakan kita
dapat melihat di laporan bulanan. Kemudian nilai Anggaran dikurangi dengan nilai
realisasi sehingga muncul nilai Varian.

2.3.2 Kurva S
Sebenarnya metode kurva S ini melanjutkan dari metode Varian yaitu dengan
menampilkan metode varian dalam bentuk grafis. Dalam penggambaran Kurva S bentuk
kurva yang dihasilkan umumnya akan berbentuk huruf S oleh karena kegiatan proyek
pada periode awal dan akhir berlangsung lambat, sehingga penyerapan sumberdaya
relatif kecil, tampilan dalam grafik menjadi landai. Sedangkan pada implementasi,
penyerapan sumber daya tinggi dengan durasi lebih panjang, sehingga tampilan grafik
terjal dengan garis lebih panjang.

Pada grafik di atas sumbu vertikal menunjukkan nilai kumulatif biaya atau
penyelesaian sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu kalender. Dalam
penampilan grafis seperti ini, jika terjadi varian, maka Kurva S yang digambarkan
berdasarkan data realisasi (kurva realisasi) akan tidak berhimpit dengan kurva S yang
digambarkan dengan data rencana (kurva rencana). Sehingga adanya variasi langsung
tampak dengan jelas. Oleh karena Kurva S mampu menampilkan secara visual
penyimpangan yang terjadi dan pembuatannya relatif cepat dan mudah, maka metode
pengendalian dengan kurva S dipakai secara luas dalam pelaksanaan proyek. Untuk
menghindari perbedaan tampilan untuk varian yang sama, gunakanlah skala standar.
Selain dapat memperlihatakan varian, kurva S juga mampu memperlihatkan kemajuan
proyek dalam tampilan yang mudah dipahami. Oleh karenanya, sangat berguna dalam
tampilan untuk laporan.
Contoh:
Jika data dari Tabel di atas digambarkan dalam kurva S, maka akan dihasilkan
kurva S sbb.
2.3.3 Metode Nilai Hasil (Earned Value)
Oleh karena penyelenggaraan proyek memiliki anggaran dan waktu yang terbatas,
maka jika terjadi varian, akan muncul pertanyaan “Masih cukupkah waktu dan biaya
yang tersisa untuk mengembalikan ke track yang sesuai rencana dan mencapai sasaran
yang telah ditetapkan?”
Dua metode di atas menganalisis varian biaya dan jadwal secara terpisah, tidak
mengungkapkan masalah kinerja kegiatan. Mungkin terjadi, saat pelaporan dinyatakan
bahwa kegiatan proyek telah melampaui jadwal, tetapi ternyata bahwa pengeluaran jauh
melebihi anggaran. Jika demikian halnya, proyek dapat kekurangan biaya untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Salah satu metode yang dapat menjawab kebutuhan di atas adalah metode
"Konsep Nilai Hasil". Sesuai dengan namanya, konsep nilai hasil menghitung nilai
pekerjaan yang telah terselesaikan. Konsep ini memadukan unsur-unsur prestasi, biaya
dan jadwal. Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat mengungkapkan
apakah kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek senilai dengan pemakaian bagian
anggarannya.
Nilai Hasil = (% Penyelesaian) x anggaran
Manfaat lain penggunaan konsep ini adalah untuk mengetahui dapatkah proyek
diselesaikan dengan dana yang tersisa, berapa besar perkiraan biaya penyelesaian
proyek, dan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek.
Misalnya dalam satu paket terdiri dari pekerjaan A, B, dan C dengan kemajuan
yang berlainan:
1) Pekerjaan A ------ telah selesai 100 %
2) Pekerjaan B ------ dalam proses tetapi belum selesai
3) Pekerjaan C ------ belum mulai.

Gambar Paket Pekerjaan A, B, dan C


Untuk menghitung nilai hasil paket kerja di atas, pendekatan yang digunakan
adalah melalui penetapan bobot komponen-komponen pekerjaan tersebut terhadap total
(A+B+C). Nilai hasil masing-masing komponen pekerjaan dapat dihitung dengan cara
di bawah.
Contoh :
perhitungan nilai hasil suatu paket yang terdiri dari beberapa pekerjaan dengan
tingkat penyelesaian yang berbeda, adalah seperti pada Tabel di bawah.

No Anggaran Bobot Penyelesaian Fisik (%)


Konstruksi
. (Juta Rp) (%) Bagian Konstruksi
11 Menyiapkan lahan 400 20 100 20
12 Sipil dan bangunan 300 15 100 15
13 Memasang peralatan 400 20 40 8
14 Pekerjaan pipa 600 30 10 3
15 Listrik dan instrumen 200 10 - -
16 Isolasi dan pengecatan 100 5 - -
Total 2000 100 46

Pada contoh ini, diambil suatu pekerjaan konstruksi yang mencakup komponen
pekerjaan: menyiapkan lahan, sipil & bangunan, memasang peralatan, memasang pipa,
listrik dan instrumen, isolasi dan pengecatan. Biaya Rp 2.000 juta. Bobot komponen
pekerjaan disepakati seperti dalam kolom 4, sedangkan penyelesaian komponen pada
saat pelaporan, adalah seperti pada kolom 5.
Jadi:
 Penyelesaian fisik total konstruksi = 46%
 Nilai hasil= % penyelesaian x anggaran
= 46% x Rp 2.000 juta
= Rp 920 juta.

Cost Variance (CV)


Cost variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh setelah menyelesaikan
paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadi selama pelaksanaan proyek.
Cost variance positif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan paket-
paket pekerjaan tersebut. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket
pekerjaan yang diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah
dikeluarkan.

Schedule Variance (SV)


Schedule variance digunakan untuk menghitung penyimpangan antara BCWS
dengan BCWP. Nilai positif menunjukkan bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang
terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan
kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit
dari jadwal yang direncanakan.
Cost Performance Index (CPI)
Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan
membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP) dengan
biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (ACWP).

Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif terhadap nilai proyek
keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja
biaya yang buruk, karena biaya yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan
dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.

Schedule Performance Index (SPI)


Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh
perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP)
dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan
(BCWS).

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu diselesaikan


(relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan yang direncanakan.
Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena tidak mampu mencapai target pekerjaan yang sudah direncanakan.

Prediksi Biaya Penyelesaian Akhir Proyek/Estimate at Completion (EAC)


Pentingnya menghitung CPI dan SPI adalah untuk memprediksi secara statistik
biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Ada banyak metode dalam
memprediksi biaya penyelesaian proyek (EAC). Namun perhitungan EAC dengan SPI
dan CPI lebih mudah dan cepat penggunaannya. Ada beberapa rumus perhitungan EAC,
salah satunya adalah sebagai berikut :
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
EAC = ACWP – ETC
Sedangkan prakiraan waktu penyelesaian seluruh pekerjaan:
ETS = (Sisa waktu ) / SPI
EAS = Waktu selesai + ETS

Perhitungan EAC merupakan penjumlahan biaya aktual yang sudah dikeluarkan


dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa biaya yang
akan dibutuhkan diprediksi secara statistik dengan memperhitungkan efektifitas
penggunaan biaya (CPI) dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI). Dari nilai EAC
dapat diperoleh perkiraan selisih antara biaya rencana penyelesaian proyek (BAC)
dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja pekerjaan yang telah dicapai
(EAC) atau yang disebut variance at completion (VAC).

Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek
dibanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan bobot nilai yang tidak memiliki
dimensi sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek satu dengan
lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif terhadap BCWS
atau Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar penilaian status
proyek dari segi biaya dan waktu.
BAB III
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai