PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dengan adanya pengendalian proyek ini antara
lain:
1. Mengetahui kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode varian
2. Mengetahui kinerja biaya dan waktu untuk masing-masing pekerjaan dengan
menggunakan metode earned value
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang ditentukan penulis dalam penyusunan tugas ini
meliputi :
1. Proyek yang dipakai untuk bahan dalam tugas ini adalah proyek Rusunawa
Petahunan Kota Pasuruan
2. Kegiatan pengendalian proyek dilakukan mulai minggu ke 35 sampai dengan
minggu ke 46
3. Metode yang digunakan dalam tugas pengendalian proyek ini menggunakan
metode identifikasi varian, kurva S, dan Nilai hasil
4. Pengendalian yang dilakukan hanya meliputi pengendalian waktu dan biaya
5. Untuk mempermudah penulis dalam menyelesaikan tugas ini penulis
menggunakan aplikasi Ms. Excel 2010
6. Untuk harga Actual Cost penulis mengarang sendiri, hal ini dikarenakan
penulis tidak memperoleh data Actual cost dari contractor.
1.5 Manfaat
Manfaat dalam penyelesaian tugas ini bagi penulis adalah dapat menambah ilmu
dibidang teknik sipil khususnya di bidang pengendalian proyek. Serta dapat menemukan
solusi ketika mendapat masalah yang sama ketika berada di dunia kerja.
Dan untuk perusahaan jasa konstruksi khusunya kontraktor, tugas ini dapat
dijadikan acuan atau pedoman dalam melakukan pengendalian terhadap proyek-proyek
yang sedang dikerjakan, agar pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan sesuai
sasaran tanpa terdapat banyak penyimpangan yang berarti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2 Kurva S
Sebenarnya metode kurva S ini melanjutkan dari metode Varian yaitu dengan
menampilkan metode varian dalam bentuk grafis. Dalam penggambaran Kurva S bentuk
kurva yang dihasilkan umumnya akan berbentuk huruf S oleh karena kegiatan proyek
pada periode awal dan akhir berlangsung lambat, sehingga penyerapan sumberdaya
relatif kecil, tampilan dalam grafik menjadi landai. Sedangkan pada implementasi,
penyerapan sumber daya tinggi dengan durasi lebih panjang, sehingga tampilan grafik
terjal dengan garis lebih panjang.
Pada grafik di atas sumbu vertikal menunjukkan nilai kumulatif biaya atau
penyelesaian sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu kalender. Dalam
penampilan grafis seperti ini, jika terjadi varian, maka Kurva S yang digambarkan
berdasarkan data realisasi (kurva realisasi) akan tidak berhimpit dengan kurva S yang
digambarkan dengan data rencana (kurva rencana). Sehingga adanya variasi langsung
tampak dengan jelas. Oleh karena Kurva S mampu menampilkan secara visual
penyimpangan yang terjadi dan pembuatannya relatif cepat dan mudah, maka metode
pengendalian dengan kurva S dipakai secara luas dalam pelaksanaan proyek. Untuk
menghindari perbedaan tampilan untuk varian yang sama, gunakanlah skala standar.
Selain dapat memperlihatakan varian, kurva S juga mampu memperlihatkan kemajuan
proyek dalam tampilan yang mudah dipahami. Oleh karenanya, sangat berguna dalam
tampilan untuk laporan.
Contoh:
Jika data dari Tabel di atas digambarkan dalam kurva S, maka akan dihasilkan
kurva S sbb.
2.3.3 Metode Nilai Hasil (Earned Value)
Oleh karena penyelenggaraan proyek memiliki anggaran dan waktu yang terbatas,
maka jika terjadi varian, akan muncul pertanyaan “Masih cukupkah waktu dan biaya
yang tersisa untuk mengembalikan ke track yang sesuai rencana dan mencapai sasaran
yang telah ditetapkan?”
Dua metode di atas menganalisis varian biaya dan jadwal secara terpisah, tidak
mengungkapkan masalah kinerja kegiatan. Mungkin terjadi, saat pelaporan dinyatakan
bahwa kegiatan proyek telah melampaui jadwal, tetapi ternyata bahwa pengeluaran jauh
melebihi anggaran. Jika demikian halnya, proyek dapat kekurangan biaya untuk
kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Salah satu metode yang dapat menjawab kebutuhan di atas adalah metode
"Konsep Nilai Hasil". Sesuai dengan namanya, konsep nilai hasil menghitung nilai
pekerjaan yang telah terselesaikan. Konsep ini memadukan unsur-unsur prestasi, biaya
dan jadwal. Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat mengungkapkan
apakah kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek senilai dengan pemakaian bagian
anggarannya.
Nilai Hasil = (% Penyelesaian) x anggaran
Manfaat lain penggunaan konsep ini adalah untuk mengetahui dapatkah proyek
diselesaikan dengan dana yang tersisa, berapa besar perkiraan biaya penyelesaian
proyek, dan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek.
Misalnya dalam satu paket terdiri dari pekerjaan A, B, dan C dengan kemajuan
yang berlainan:
1) Pekerjaan A ------ telah selesai 100 %
2) Pekerjaan B ------ dalam proses tetapi belum selesai
3) Pekerjaan C ------ belum mulai.
Pada contoh ini, diambil suatu pekerjaan konstruksi yang mencakup komponen
pekerjaan: menyiapkan lahan, sipil & bangunan, memasang peralatan, memasang pipa,
listrik dan instrumen, isolasi dan pengecatan. Biaya Rp 2.000 juta. Bobot komponen
pekerjaan disepakati seperti dalam kolom 4, sedangkan penyelesaian komponen pada
saat pelaporan, adalah seperti pada kolom 5.
Jadi:
Penyelesaian fisik total konstruksi = 46%
Nilai hasil= % penyelesaian x anggaran
= 46% x Rp 2.000 juta
= Rp 920 juta.
Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif terhadap nilai proyek
keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja
biaya yang buruk, karena biaya yang dikeluarkan (ACWP) lebih besar dibandingkan
dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.
Indikator CPI dan SPI lebih sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek
dibanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan bobot nilai yang tidak memiliki
dimensi sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek satu dengan
lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif terhadap BCWS
atau Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar penilaian status
proyek dari segi biaya dan waktu.
BAB III
PEMBAHASAN