Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

ANALISA TIME-SCHEDULE

4. 1Time Schedule

Pada bab ini, kami akan melakukan pemeriksaan apakah time schedule rencana
pada proyek tersebutsesuai dengan time schedule aktual (realisasi) di lapangan.Time
schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item
pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan
untuk melaksanakan sebuah proyek.Time schedule pada proyek konstruksi dapat
dibuat dalam bentuk :
a) Kurva S
b) BarChart
c) NetworkPlanning
d) Schedule harian, mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu.
e) Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti Microsoft Project.

Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi
antara lain:
a) Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
b) Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
c) Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja.
d) Time schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu
pelaksanaan proyek.
e) Sebagai tolok ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.
f) Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak
kerja proyek konstruksi.
g) Sebagai pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
h) Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan
proyek atau bonus atas percepatan proyek.
i) Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi

Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyekyang baik
dibutuhkan:
1. Gambar kerja proyek
2. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
3. Bill of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan
4. Data lokasi proyek berada
5. Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub-kontraktor yang
tersediadisekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
6. Data sumber daya material, peralatan, sub-kontraktor yang harus
didatangkanke lokasi proyek.
7. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di
butuhkanuntuk menyelesaikan pekerjaan.
8. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
9. Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
10. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing
itempekerjaan.
11. Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub-
kontraktor,material.
12. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan,
tenggang waktu pembayaran progress dan lain-lain.

4.2 Manajemen Waktu Proyek

Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang manajer proyek.Manajemen waktu proyek dibutuhkan manajer proyek
untuk memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan
sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu proyek, seorang manajer
proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk
membangun deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer proyek dalam
mengendalikan waktu proyek yaitu :
a) Mendefinisikan aktivitas proyek
Merupakan sebuah proses untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan proyek.
b) Urutan aktivitas proyek
Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan
antara tiap-tiap aktivitas proyek.
c) Estimasi aktivitas sumber daya proyek
Estimasi aktivitas sumber daya proyek bertujuan untuk melakukan estimasi
terhadap penggunaan sumber daya proyek.
d) Estimasi durasi kegiatan proyek
Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan proyek.
e) Membuat jadwal proyek
Setelah seluruh aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi dengan
jelas, maka seorang manager proyek akan membuat jadwal proyek. Jadwal
proyek ini nantinya dapat digunakan untu menggambarkan secar rinci mengenai
seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek hingga proyek
diselesaikan.
f) Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek
Saat kegiatan proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan
jadwal proyek perlu dilakukan.Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah
kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak.
Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap proyek dan dalam
satu ataulebih tahapan proyek.
4.3 Kurva S

Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus


diselesaikan dengan waktu.Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan Kurva S (S-
Curve) dalam satuan bobot persen. Dan terdapat dua macam bobot persen, yaitu :
a) Bobot pesen yang menyatakan perbandingan antara harga suatu jenis pekerjaan
dalam waktu tertentu terhadap harga total yang tercantum dalam dokumen
kontrak. Dalam hal ini grafik bobot persen menyatakan hubungan antara harga
kumulatif bobot persen dengan waktu.
b) Bobot persen yang menyatakan perbandingan antara bobot suatu jenispekerjaan
dengan bobot seluruh pekerjaan. Dari bobot persen ini, dapat dibuat grafik yang
menyatakan hubungan antara persentase kumulatif pekerjaan dengan waktu,
dari grafik ini pula dapat diketahui persentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.Bobot persen yang dipakai pada
proyek ini adalah sebagai berikut :

Kurva S ini berfungsi sebagai :


1. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan
membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi
dilapangan, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak
mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan secara keseluruhan.
2. Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran, berdasarkan perjanjian yang
ada, untuk membayar angsuran ini harus juga diperiksa perincian volume
pekerjaan yang telah diselesaikan.

Pada dasarnya time schedule ini dibuat untuk mengontrol kemajuan suatu proyek,
sesuai jangka waktu yang tersedia.Dalam pelaksanaanya, time scheduleharus selalu
dikontrol agar dapat dilakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi. Jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan, maka harusada pekerjaan yang lain
yang dipercepat menutupi keterlambatan terjadi, misalnya dengan penambahan
tenaga kerja, penambahan peralatan, kerja lembur dan sebagainya.

Dalam penyusunan time schedule ini, yang perlu mendapatperhatian adalah


efisiensi pekerjaan, sehingga biarpun terjadi keterlambatan, proyek tersebut masih
memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis.

4.3.1 Prosedur Pembuatan Kurva S

1. Kurva S Rencana
 Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di time schedule.
 Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar perincian harga
pada item pekerjaan terhadap harga total dari semua item pekerjaan.
 Membagi bobot persen pekerjaan dengan lama waktu yanag dibutuhkan
untuk mengerjakan pekerjaan tersebutsesuai dengan time schedule.
 Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu.
 Membuat tabel kumulatif dari persen pekerjaan persatuan waktu yang
direncanakan sampai dengan waktu dari proyek tersebut.
 Mengeplot grafik hubungan antara kumulatif dari persen pekerjaan waktu.
2. Kurva S Realisasi
Pembuatan kurva s ini berhubungan dengan presentasi pekerjaan kontrakor
yang dicatat dalam time schedule.Prestasi spekerjaan ini dinilai dari beberapa
persen dari tiap item/jenis pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor di
lapangan, sesuai dengan jadwalyang direncanakan. Adapun tahap-tahap
pembuatannya adalah :
 Penilaian prestasi kerja kontraktor diplot dalam time schedule persatuan
waktu tersebut.
 Menjumlahkan prestasi kerja kontraktor untuk seluruh item/jenis pekerjaan
yang dikerjakan persatuan waktu tersebut.
 Membuat tabel kumulatif dari prestasi kerja yang diselesaikan kontraktor
sampai dengan waktu tersebut.
 Mengeplot grafik hubungan antara kumulatif dan prestasi kerja dengan
waktu. Grafik inilah yang disebut Kurva S realisasi.

Dalam pelaksanaan proyek tidak luput dari terjadinya perubahan item pekerjaan,
perubahan volume yang dapat mengakibatkan terjadinya reschedule terhadap time
schedule yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu perlu diperiksanya time
schedule yang telah dibuat agar produktivitas volume rencana dapat terpenuhi, dan
apabila produktivitas volume tidak terpenuhi karena beberapa faktor dapat dibuatnya
reschedule menggantikan time schedule yang lama.

4.4 Pengertian Keterlambatan Proyek

Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (1998) adalah sebagai waktu


pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga
menyebabkan satu atau beberapa kegiatan mengikuti menjadi tertunda atau tidak
diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Menurut Levis dan Atherley (1996), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan
harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu
tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan pekerjaan itu mengalami
keterlambatan. Hal ini akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah
keuangan. Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan
memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun keduanya. Adapun
dampak keterlambatan pada klien atau owner adalah hilangnya kesempatan untuk
menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan biaya langsung yang
dikeluarkan yang berarti bahwa bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan,
sewa peralatan dan lain sebagainya serta mengurangi keuntungan.
Menurut Callahan (1992), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktifitas
atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak
diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Keterlambatan proyek
dapat diidentifikasi dengan jelas melalui schedule. Dengan melihat schedule,
akibat keterlambatan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dapat terlihat dan
diharapkan dapat segera diantisipasi.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami


keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek kontruksi yang dapat
menyebabkan bertambahnya durasi kontruksi, meningkatnya biaya kontruksi,
sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat. Penyebab umum yang sering
terjadi adalah terjadinya perbedaan kondisi lokasi, perubahan desain, pengaruh
cuaca, tidak terpenuhinya kebutuhan pekerja, material atau peralatan yangdatang
terlambat, kesalahan perencanaan atau spesifikasi, pengaruh keterlibatan pemilik
proyek.

4.5 Jenis-Jenis Keterlambatan Proyek

Keterlambatan pada proyek kontruksi dapat digolongkan menjadi 2 (dua)


kelompok (Ervianto, 2004) yaitu:
1. Excusable delay, adalah gagalnya pihak pengelola kontruksi menepati waktu
penyelesaian sesuai dengan perjanjijan yang telah disepakati. Penyebab
kegagalan pada proyek ini adalah permasalahan desain, perubahan pekerjaan
oleh pemilik proyek, pengaruh cuaca/tidak pada kondisi normal, perselisihan
pekerja, dan bencana alam.
Excusable delay sendiri dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Compensable & Noncompensable
Excusable delay dapat dikelompokan kedalam compensable
maupun noncompensable. Jika keterlambatan masuk dalam kategori
compensable maka pihak yang dirugikan akan mendapat tambahan
waktu dan biaya ganti rugi sesuai dengn analisis yang telah disepakati.
b. Critical & Noncritical Delay
Kondisi yang tidak menyebabkan terjadinya penambahan
waktu penyelesaian proyek disebut noncritical delay.
Kondisi yang menyebabkan terjadinya perubahan/bertambahnya
waktu penyelesaian proyek kontruksi disebut critical delay.
2. Nonexcusable delay, adalah suatu kondisi saat terjadi penundaan pekerjaan
yang disebabkan oleh pihak pelaksana kontruksi. Penyebab kegagalan pada
kelompok ini adalah perencanaan pelaksanaan yang tidak tepat oleh
kontraktor, ketidakmampuan sumber daya manusia yang dimiliki kontraktor,
kegagalan subkontraktor.
Nonexusable delay dapat berakibat pemutusan hubungan
kerja/kontrak. Pada umumnya, nonexcusable delay tidak akan pernah
mendapatkan perpanjangan waktu akan tetapi kontraktor akan melakukan
markup dalam schedule dengan melakukan percepatan pekerjaan.

Menurut Donal S Barie (1984), keterlambatan dapat disebabkan


oleh pihak-pihak yang berbeda, yaitu :
1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by owner or his agent). Bila
pemilik atau wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, katakan
misalnya karena terlambat pemberian gambar kerja atau keterlambatan
dalam memberikan persetujuan terhadap gambar, maka
kontraktor umumnya akan diperkenankan untuk mendapatkan
perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan tuntutan yang sah
untuk mendapatkan kompensasi ektranya.
2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (Excusable
triedparty delay).
Sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh kekuatan yang
berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor.
Contoh yang umumnya tidak dipersoalkan lagi diantaranya adalah
kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang lain disebut sebagai
“tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Hal-hal lainnya yang sering kali
menjadi masalah perselisihan meliputi pemogokan, embargo untuk
pengangkutan, kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan
yang bisa dimengerti Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan
dalam kondisi yang telah
ada pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam
hal ini dapat disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya
menghasilkan perpanjangan waktu namun tidak disertai dengan
konpensasi tambahan.

3. Keterlambatan yang sebabkan kontraktor (contractor-caused


delay). Keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak
diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu konpensasi
tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ektrim maka hal-hal
ini akan menyebabkan terputusnya ikatan kontrak.

4.6 Penyebab Keterlambatan Proyek

Dalam suatu proyek konstruksi banyak yang mungkin terjadi yang dapat
mengakibatkan meningkatnya waktu dari suatu kegiatan ataupun mundurnya
waktu penyelesaian suatu proyek secara keseluruhan. Beberapa penyebab yang
paling sering terjadi antara lain : perubahan kondisi lapangan, perubahan desain atau
spesifikasi, perubahan cuaca, ketidak tersedianya tenaga kerja, material, ataupun
peralatan.

Dalam bagian ini akan diterangkan beberapa pendapat para ahli mengenai
penyebab-penyebab keterlambatan. Menurut Levis dan Atherley dalam Langford
(1996) mencoba mengelompokkan penyebab-penyebab keterlambatan dalam
suatu proyek menjadi tiga bagian yaitu :
1. Excusable Non-Compensable Delays, penyebab keterlambatan yang
paling sering mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek pada
keterlambatan tipe ini, adalah :
a. Act of God, seperti gangguan alam antara lain gempa bumi, tornado,
letusan gunung api, banjir, kebakaran dan lain-lain.
b. Forse majeure, termasuk didalamnya adalah semua penyebab
Act of God, kemudian perang, huru hara, de mo, pemogokan
karyawan dan lain- lain.
c. Cuaca, ketika cuaca menjadi tidak bersahabat dan melebihi
kondisi normal maka hal ini menjadi sebuah faktor penyebab
keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusing Delay).
2. Excusable Compensable Delays, keterlambatan ini disebabkan oleh
Owner client, kontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan claim atas
keterlambatan tersebut.
Penyebab keterlambatan yang termasuk dalam Compensable dan
Excusable Delay adalah :
a. Terlambatnya penyerahan secara total lokasi (site) proyek
b. Terlambatnya pembayaran kepada pihak kontraktor
c. Kesalahan pada gambar dan spesifikasi
d. Terlambatnya pendetailan pekerjaan
e. Terlambatnya persetujuan atas gambar-gambar fabrikasi
3. Non-Excusable Delays, Keterlambatan ini merupakan sepenuhnya
tanggung jawab dari kontraktor, karena kontraktor memperpanjang
waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga melewati tanggal penyelesaian
yang telah disepakati, yang sebenarnya penyebab keterlambatan dapat
diramalkan dan dihindari oleh kontraktor. Dengan demikian pihak
owner client dapat meminta monetary damages untuk keterlambatan
tersebut. Adapun penyebabnya antara lain :
a.Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan, bahan serta peralatan b.
Kesalahan dalam pengelolaan keuangan proyek
c. Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing/gambar
kerja d. Kesalahan dalam mempekerjakan personil yang
tidak cakap
Berikut ini faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek berdasarkan para
peneliti sebelumnya :
1. Menurut Budi Santosa, faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek antara lain :
a. Biaya
b.Tenaga
kerja
c.Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek
d.Perubahan perencanaan dan pekerjaan
proyek e.Adanya pekerjaan tambahan
f. Perencanaan schedule yang tidak tepat
2. Menurut Drs. H. A. Hamdan Dimyati, faktor-faktor
penyebab keterlambatan proyek antara lain :
a.Kesalahan dalam perencanaan Dan spesifikasi
b.Ketidak jelasan dalam perencanaan dan spesifikasi
c.Perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi
d.Kesalahan menginterprestasikan gambar/spesifikasi

3. Menurut Wulfram I. Ervianto, faktor-faktor penyebab


keterlambatan proyek antara lain :
a.Perubahan metode kerja oleh kontraktor
b.Produktifitas tidak optinmal oleh kontraktor
c.Terlambat persetujuan shop drawing
4. Menurut Assaf (1995), faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek antara lain :
a. Kekurangan bahan/material
konstruksi
b.Perubahan tipe dan spesifikasi
material
c. Lambatnya pengiriman material
d.Kesalahan pengelolaan
material
5. Menurut Made Patiarsa faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek antara lain :
a. Adanya utilitas yang menghambat
pekerjaan
b. Kemacetan yang menghambat
pekerjaan
c. Cuaca buruk hujan deras/lokasi tergenang

4.7 Dampak Keterlambatan Proyek


Menurut Lewis dan Atherley (1996), keterlambatan akan berdampak pada
perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dalam
suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau
meningkatkan biaya maupun kedua-duanya.
Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial
income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan,
sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan
sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect
cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan
serta mengurangi keuntungan.
Obrein JJ (1976), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan
menimbulkan kerugian :
1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari
bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.
2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek beranti naiknya
overhead karena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga
merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya
upah buruh, juga akan tertahannya modal kontraktor yang
kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.
3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena
dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan
terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya

4.8 Mengatasi Keterlambatan Proyek


Menurut Istimawan Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu
saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang
diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun
import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek,
sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam organisasi sampai
bentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor
dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang
dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang
kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi
teknis yang telah ditetapkan. Cara mengendalikan keterlambatan adalah :
1. Mengerahkan sumber daya tambahan
2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin agar
pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke garis rencana
3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi
jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan
pekerjaan pada saat berikutnya.
Menurut Agus Ahyari (1987), untuk mengatasi keterlambatan bahan yang
terjadi karena pemasok mengalami suatu hal, maka perlu adanya pemasok
cadangan. Dalam penyusunan daftar prioritas pemasok, tidak cukup sekali
disusun dan digunakan selanjutnaya. Daftar tersebut setiap periode tertentu
harus diadakan evaluasi mengenai pemasok biasa dilakukan berdasarkan
hubungan pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui kualitas pemasok bisa
dilihat dari karakteristik pola kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian
atas barang yang rusak.
Sedangkan menurut Donal S Baffie (1990), sekalipun sudah dipergunakan
prosedur yang terbaik, namun permasalahan akan timbul juga. Kadang-kadang
terjadi suatu perubahan rencana kontraktor itu sendiri yang memerlukan
barang kritis harus lebih dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal yang
sudah disetujui sebelumnya. Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak
pemasok atau kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain. Tugas
dari ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara yang
efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah
diteta pkan dengan pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material
tidak dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis
pengadaan harus mengetahui tempat memperoleh material pengganti
(substitusi) yang akan dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya.

4.9 Analisa Keterlambatan Time Schedule


Beberapa rangkuman permasalah yang menyebabkan keterlambatan pengerjaan
pada proyek pembangunan Underpass Brigjen Katamso Medan yaitu sebagai berikut:
a. Pekerjaan Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan adalah kegiatan membeli tanah kepada penduduk dalam
jumlah besar oleh Perseroan Terbatas (PT) yang sudah memiliki ijin lokasi.
Biasanya pembelian dilakukan dengan cara pembayaran tunai kepada masing-
masing penduduk pemilik tanah. pada proyek pembangunan Underpass Brigjen
Katamso Medan, pembebasan lahan menjadi kendala dalam keterlambatan
Time Schedule, karena adanya oknum masyarakat yang tidak mau menjual
tanahnya sehingga pengurusan surat menyurat tanah semakin lama.
b. Pemindahan kabel Indosat yang tertanam didalam tanah
Belum adanya pengangkatan atau pemindahan kabelIndosat yang tertanam
didalam tanah membuat pekerjaan pondasi bore pile semakin lama.
c. Pipa PDAM yang tertanam di bawah jembatan dan belum dipindahkan
sehingga pekerjaan di jembatan mengalami keterlamabatan.
Dampak dari adanya utiltas tersebut adalah terhambatnya pekerjaan
dan ada sebagian yang terhenti sehingga mengakibatkan keterlambatan
pekerjaan proyek. Solusinya adalah menjalin komunikasi dengan baik antara
pihak proyek dengan instalansi tersebut
d. Cuaca buruk hujan deras/lokasi Tergenang
Dampaknya adalah terhentinya pekerjaan proyek khusunya pekerjaan
pengecoran. Akibatnya pekerjaan terlambat dan tidak sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Solusinya adalah sebelum melakukan pekerjaan pengecoran
terlebih dahulu melihat intensitas cuaca diberita
e. Kemacetan yang menghambat Pekerjaan
Dampaknya adalah terganggunya para pekerja dalam melaksanakan
perkerjaanya karna di lokasi proyek sering terjadi kemacetan khususnya
dipagi hari dan sore hari. Solusinya adalah sebaiknya diadakan petugas
kemanan yang mengatur lalu lintas di lokasi proyek tersebut ataupun juga
bisa menggunakan jasa polisi lalu lintas untuk mengatur lalu lintas di proyek
tersebut.
f. Kesalahan dalam perencanaan dan Spesifikasi
g. Adanya utilitas yang menghambat Pekerjaan
h. Penyesuaian volume pekerjaan
i. Perencanaan schedule yang tidak Tepat
j. Perubahan dalam perencanaan dan Spesifikasi

Anda mungkin juga menyukai