Anda di halaman 1dari 60

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Rencana dan Realisasi Pelaksanaan Proyek
Perencanaan suatu proyek direalisasikan melalui pelaksanaan proyek.
Pelaksanaan meliputi semua kegiatan fisik di lapangan mulai dari pekerjaan
persiapan, pekerjaan struktur, finishing sampai pada bangunan tersebut siap untuk
beroperasi.
Pelaksanaan proyek harus mendapat pengawasan yang cukup ketat, baik
kesesuaian antara perencanaan dan realisasi proyek serta perubahan-perubahan
yang mungkin terjadi di lapangan, karena pelaksanaan proyek akan menentukan
hasil akhir dari suatu proyek. Faktor lain yang juga dapat menentukan hasil akhir
yang baik adalah perencanaan yang baik, gambar-gambar desain yang jelas
sehingga akan memudahkan pelaksanaan di lapangan.
Keberhasilan suatu proyek dinilai dari beberapa hal, yaitu: biaya, mutu dan
waktu. Proyek dikatakan berhasil jika proyek tersebut telah sesuai dengan mutu
yang ditentukan, dengan biaya yang lebih murah dan selesai tepat pada waktunya.
Hal ini sangat ditentukan oleh pengawasan yang benar, bahan yang tersedia,
tenaga kerja, metode pekerjaan dan alat-alat yang digunakan.
3.2 Rencana Kerja
Sebelum

pelaksanaan

proyek,

pihak

kontraktor

terlebih

dahulu

mengadakan persiapan berupa penyusunan rencana kerja.


Adapun tujuan penyusunan rencana kerja ini antara lain:
a. Agar dapat mengetahui segala kebutuhan proyek seperti bahan, peralatan,
serta tenaga yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Agar pelaksaaan pekerjaan di lapangannya dapat berjalan dengan lancar
dengan memenuhi spesifikasi mutu, selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan

dalam

Rencana

Kerja

dan

Syarat-Syarat

(RKS)

serta

menghabiskan biaya seekonomis mungkin. Sehingga tidak terjadi kelebihan


ataupun

kekurangan

bahan,

ketidakefisienan

penggunaan

peralatan,

43

kelebihan/ kekurangan tenaga. Dengan demikian diharapkan biaya proyek


untuk bahan, peralatan, dan tenaga dapat digunakan seefisien mungkin.
Fungsi dari rencana kerja adalah sebagai berikut:
a. Penilaian kemajuan proyek
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk setiap bagian pekerjaan dapat
dinilai dengan perantaraan rencana kerja dalam hubungannya dengan
ketepatan jangka waktu pekerjaan.
b. Alat koordinasi bagi pimpinan
Dengan menggunakan rencana kerja, pimpinan proyek dapat mengadakan
koordinasi atas semua kegiatan yang dikerjakan di lapangan mulai dari tahap
persiapan sampai tahap pelaksanaan.
c. Pedoman kerja para pelaksana
Para pelaksana di lapangan dapat menggunakan rencana kerja sebagai
pedoman kerja terutama dalam kaitannya dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dari rencana kerja untuk masing-masing pekerjaan.
d. Evaluasi hasil kerja
Hasil pekerjaan dari masing-masing bagian pekerjaan perlu diadakan
evaluasi berdasarkan rencana kerja. Hasil evaluasi dapat dipergunakan
sebagai pedoman untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang sejenis.
Rencana kerja tersebut terdiri dari:
a. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
b. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)
c. Rencana Waktu Pelaksanaan (Time Schedule)
d. Rencana Penggunaan Material (bahan)
e. Rencana Tenaga Kerja
f. Rencana Penggunaan Peralatan
3.2.1

Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah besarnya biaya yang diperkirakan

akan

dihabiskan

dalam

pekerjaan

proyek

yang

disusun

berdasarkan

gambar-gambar atau bestek. RAB ini bukanlah biaya yang sebenarnya melainkan
hanya dipakai sebagai patokan bagi kontraktor dalam menetapkan harga

44

penawaran, sehingga dalam pelaksanaan nanti tidak menghabiskan biaya yang


lebih tinggi dari penawaran dan bila memungkinkan biaya kurang dari penawaran
yang ditetapkan. Berikut ini data-data yang diperlukan untuk menyusun RAB,
yaitu:
a. Peraturan dan Syarat-Syarat (RKS atau Kontrak).
b. Gambar Rencana.
c. Berita acara/ risalah penjelasan pekerjaan (untuk bangunan yang dilelangkan).
d. Buku Analisa upah dan bahan (Analisa Bow).
e. Daftar Analisa harga dan upah kerja.
f. Peraturan-peraturan normalisasi yang bersangkutan.
g. Peraturan-peraturan bangunan negara dan bangunan setempat.
3.2.2

Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)


Rencana anggaran pelaksanaan merupakan suatu perencanaan tentang

besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek di lapangan.


Rencana anggaran pelaksanaan ini direncanakan dan digunakan sebagai pedoman
agar pengeluaran biaya tidak melampaui batas anggaran yang disediakan, akan
tetapi mencapai kualitas dan mutu pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Dengan menghitung volume pekerjaan secara teliti dan dengan
mengetahui jumlah kebutuhan material serta harga secara rinci, upah tenaga kerja
untuk setiap satuan pekerjaan, maka dapat disusun rencana anggaran proyek.
Disamping itu juga harus diperhitungkan peralatan yang harus digunakan dengan
semua rincian biaya baik biaya pengadaannya maupun biaya operasionalnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana anggaran
pelaksanaan adalah:
a. Analisa satuan pekerjaan.
b. Rencana waktu pelaksanaan (Time Schedule).
c. Persediaan alat, jumlah dan waktu pemakaian.
d. Biaya administrasi proyek baik di lapangan atau di kantor yang terjadi selama
pelaksanaan proyek.
e. Biaya tak terduga.

45

Dalam rencana anggaran pelaksanaan tercantum pembiayaan sebagai


berikut:
a. Biaya bahan dengan harga yang sesungguhnya sesuai dengan harga di tempat
proyek dilaksanakan.
b. Biaya upah tenaga kerja.
c. Biaya penggunaan peralatan.
d. Pengeluaran biaya rutin dan biaya tidak rutin.
3.2.3

Rencana Waktu Pelaksanaan (Time Schedule)


Rencana waktu pelaksanaan dibuat berupa network planning atau bar

chart time schedule, yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan


pekerjaan di lapangan sehingga pelaksanaannya tidak melampaui batas waktu
yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. Waktu pelaksanaan proyek
Hotel Rolling Stones ini ditetapkan terhitung sejak 26 Oktober 2009 dan
tanggal penyelesaian proyek struktur basement adalah 26 Desember 2009.
Tetapi di karenakan adanya permasalahan di dalam pelaksanaan dari pihak
pelaksana yang di sebabkan oleh beberapa hal, maka paket pekerjaan struktur
basement Hotel Rolling Stone belum bisa diselesaikan sampai akhir
Februari 2010 sehingga dilakukan perpanjangan kontrak dengan penunjukan
langsung, selain itu jangka waktu pemeliharaan selama satu tahun terhitung
sejak Serah Terima Pertama dilaksanakan. Tujuan pembuatan Time Schedule
antara lain:
a. Sebagai pengontrol atau pengorganisir waktu pelaksanaan dilapangan
sehingga tercapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan waktu yang
efektif.
b. Sebagai sarana dari pelaksana dalam mengadakan koordinasi sehingga dapat
menentukan pekerjaan mana yang harus didahulukan.
c. Sebagai ukuran untuk menilai kemajuan pekerjaan atau prestasi kerja.
Pedoman yang digunakan dalam penyusunan rencana waktu pelaksanaan
adalah sebagai berikut:

46

a. Inventarisasi jenis pekerjaan


Jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
harus diinventarisasi sebelum pembuatan rencana pelaksanaan. Jenis-jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan ini dapat diketahui dari gambar-gambar kerja
dan bestek.
Pada proyek pembangunan Hotel Entertainment Center & Convention,
jenis pekerjaan dalam garis besarnya dapat disusun sebagai berikut:
A. Pekerjaan Sebelum Kerja Praktek
I. Pekerjaan Persiapan, meliputi;
a)

Persiapan Umum
a) Direksikeet
b) Gudang
c) Air kerja
d) Listrik Kerja
e) Keamanan
f) Administrasi
g) Mobilisasi dan Demobilisasi
h) Ult Set dan Pengukuran
i) Pasangan Bowplank
j) Perlindungan terhadap Pekerja
k) Pagar Sementara
l) Shop Drawing as Build Drawing
m) Astek
n) Pembersihan Kembali

b)

Persiapan Khusus

II. Pekerjaan Tanah


a)

Galian basement dengan menggunakan alat berat


seperti Exavator, Dozer

b)

Servis Galian Pondasi

c)

Timbunan untuk Urugan Kembali

d)

Lansir Material

47

B. Pekerjaan Selama Kerja Praktek


I. Pekerjaan Tanah
a)

Galian basement dengan menggunakan alat berat


seperti Exavator, Dozer

b)

Servis Galian Pondasi

c)

Timbunan untuk Urugan Kembali

d)

Lansir Material

II. Pekerjaan Struktur


1.

Pekerjaan Raft Basement


a) Lantai Kerja beton K 125 pada elevasi 3200 mm setebal 5 cm
b) Raft Basement Setebal 700-900 mm dengan beton K350
c) Pekerjaan Sump Pit, Dudukan Lift, GWT, Balancing Tank

2.

Pekerjaan Kolom Basement


a)

Pabrikasi tulangan kolom

b)

Pemasangan tulangan dan


pemasangan bekisting dengan TC

c)

Pengecekan posisi kolom

d)

Pengecoran kolon dengan


beton K 350

3.

Pekerjaan Dinding Basement


a) Pekerjaan tulangan dinding
b) Pemasangan bekisting dinding
c) Pengecoran dinding dengan beton K 350

III. Pekerjaan non-Struktur


a)

Pekerjaan tembok pada proyek Kuta Paradise

b)

Pekerjaan kusen pintu dan jendela

c)

Pekerjaan plesteran

d)

Pekerjaan Finishing (sebagian)

e)

Pekerjaan instalasi listrik

48

b. Volume pekerjaan
Volume masing-masing pekerjaan dihitung dari gambar bestek dan
dinyatakan dalam satuan volume tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan yang
bersangkutan. Volume pekerjaan ini perlu diketahui untuk mengetahui waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
c. Bobot pekerjaan
Yang dimaksud dengan bobot suatu pekerjaan adalah perbandingan antara
harga dari masing-masing item pekerjaan dengan harga keseluruhan/real cost
dalam persen. Harga dari masing-masing item pekerjaan dapat diambil dari RAP
dimana real cost adalah jumlah total dari masing-masing pekerjaan (tidak
termasuk jasa PPN).
d. Kapasitas kerja dari pekerja
Kapasitas pekerjaan adalah kebutuhan akan tenaga kerja untuk satu satuan
pekerjaan. Kapasitas kerja digunakan juga untuk menentukan durasi dari suatu
aktifitas, bila jumlah tenaga kerja telah ditentukan. Atau dapat juga untuk
menentukan jumlah tenaga kerja bila durasi atau kuantitas suatu aktifitas sudah
ditentukan.
e. Alat-alat yang digunakan
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak alat-alat kerja yang modern
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan di proyek. Hal ini tentu akan
mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan.
f. Keadaan lingkungan dan cuaca pada saat pelaksanaan pekerjaan
Keadaan lingkungan yang dimaksud adalah keadaan tanah, medan
bangunan, lokasi bangunan dan perkiraan cuaca pada waktu pelaksanaan.
Adapun proses penyusunan Time Schedule (rencana waktu pelaksanaan)
secara garis besar terdiri dari empat tahap yaitu:
a.

Menyusun Logic

49

Yang

dimaksud

menyusun

logic

adalah

ketergantungan

antara

bagian-bagian pekerjaan atau aktivitas-aktivitasnya. Aktivitas adalah suatu


kegiatan yang memerlukan waktu, biaya, tenaga dan peralatan untuk sampai pada
suatu proyek yang terakhir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun logic adalah:

Kegiatan-kegiatan yang mendahului kegiatan yang ditinjau.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan


kegiatan yang ditinjau.

Kegiatan-kegiatan yang mengikuti atau sebagai kegiatan


kelanjutan dari kegiatan yang ditinjau.

b.

Timing
Yaitu menaksir atau menghitung waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap aktivitas. Dimana dalam pekerjaan tidak dapat dihindarkan


adanya faktor-faktor ketidaktentuan. Faktor ini dapat diperkecil bila kita
mempunyai data-data yang cukup dari pengalaman yang lalu, yang sudah dicatat
maupun masih dalam ingatan. Terkadang juga digunakan hasil-hasil percobaan,
perhitungan analisa dan lain-lain sehingga pada pokoknya dapat dipilih hasil
timing yang realistis.
Dalam menaksir waktu, diantaranya memakai tiga kali penaksiran yaitu:
a)

Waktu optimis.

b)

Waktu yang pesimis.

c)

Waktu yang paling mungkin terjadi (realistis).


Untuk mendapatkan waktu yang realistis kita harus berorientasi pada data-

data yang kuantitatif yang sudah ada, pengalaman pribadi dan kemampuan
petugas yang akan melakukan pekerjaan tersebut. Kemudian ditaksir waktu
optimis dan waktu pesimis. Untuk selanjutnya diambil dan ditentukan waktu
realistis, dengan mempertimbangkan waktu yang optimis dan waktu yang pesimis.
c.

Analisa

50

Pada tahap analisa akan dikerjakan perhitungan untuk dapat menentukan


kapan aktivitas-aktivitas dimulai atau kapan selesai dikerjakan, yang biasanya
memakai network planning. Pada setiap network planning, setidak-tidaknya ada
satu urutan aktivitas yang menentukan waktu penyeleseian proyek. Jadi pada
prinsipnya tahap analisa adalah menentukan kapan aktivitas kritis harus dimulai,
dan kapan harus selesai serta kapan aktivitas-aktivitas yang tidak kritis dapat
mulai dikerjakan, dan kapan selambat-lambatnya harus selesai.
d. Scheduling
Scheduling dimaksud untuk menghasilkan jadwal pelaksanaan aktivitas di
dalam proyek. Di dalam scheduling seharusnya sudah diatur koordinasi antara
setiap aktivitas yang dikerjakan oleh bagian atau individu, dan akan tercermin
apabila scheduling tersebut dihasilkan dari network planning dengan logic yang
teliti. Dalam scheduling dapat dilihat dengan jelas kapan suatu aktifitas harus
dimulai dan kapan harus berakhir.
Pada pelaksanaan proyek, sebagai kontrol atau pedoman telah dibuat time
schedule dan sekaligus sebagai pembanding terhadap kemajuan pelaksanaan
proyek. Pengontrolan pelaksanaan dilakukan dengan membuat garis lengkung S
rencana dan garis lengkung S kenyataan, sehingga dapat dilihat bobot dari setiap
pekerjaan berikut prestasi pekerjaan setiap saat, apakah terjadi keterlambatan atau
sebaliknya.
Time Schedule juga berfungsi sebagai pengatur pelaksanaan pedoman
waktu kerja bagi pemborong dan sebagai dasar dalam perhitungan atau penentuan
sangsi-sangsi (perpanjangan waktu pelaksanan, denda, dll). Agar dapat mencapai
target waktu seperti yang tertuang didalam Time Schedule maka perlu dipikirkan
secara terperinci mengenai jadwal pengadaan material, banyaknya tenaga kerja
yang diperlukan.
Secara umum Time Schedule berpedoman pada hal sebagai berikut:
a) Batas waktu pelaksanaan sesuai dengan kontrak.
b) Jenis dan volume pekerjaan yang harus dikerjakan, dengan waktu yang
ditentukan untuk pengerjaannya.
c) Urutan kerja/ketergantungan pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.

51

d) Persedian bahan dan peralatan beserta kuantitas dan kualitasnya.


e) Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan.
f) Jumlah tenaga kerja dan jam kerjanya.

3.2.4

Rencana Penggunaan Material (Bahan)


Rencana penggunaan material merupakan perencanaan tentang jenis

material yang digunakan, volume yang diperlukan, lokasi pengambilan dan cara
pengadaan material tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar pekerjaan dapat
berjalan lancar sehingga prestasi kerja sesuai dengan yang direncanakan. Jenis
dan volume kebutuhan material dapat ditentukan berdasarkan volume pekerjaan
yang dilaksanakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan material adalah:
a) Jenis, volume, dan mutu material yang diperlukan.
b) Harga dan rencana pembayaran material/bahan.
c) Waktu pengadaan material ke lokasi proyek berdasarkan kepada rencana
waktu pelaksanaan yang telah dibuat.
d) Penyimpanan dan pemakaian bahan diatur sebaik mungkin sehingga tidak
terjadi penurunan mutu.
Jenis dan mutu bahan yang harus digunakan telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak. Kontraktor tidak bisa mengganti bahan tersebut dengan bahan
lain tanpa seijin konsultan pengawas. Disamping itu mutu bahan pengganti
minimal harus setara dengan mutu yang sudah ditetapkan.
Pengadaan dan pengaturan bahan/material disesuaikan dengan rencana
waktu pelaksanaan setiap item pekerjaan di lapangan. Pengadaan yang terlambat
dan tidak mencukupi diatasi sesegera mungkin sehingga tidak menghambat
pelaksanaan pekerjaan. Jenis dan waktu yang akan digunakan telah ditetapkan
dalam bestek. Kontraktor tidak boleh menggantinya dengan jenis/mutu yang lain
kecuali atas persetujuan/petunjuk direksi.

3.2.5

Rencana Penggunaan Tenaga Kerja

52

Sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan pemakaian tenaga kerja


adalah pemanfaatan tenaga kerja secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan
suatu proyek diperlukan adanya pengaturan penggunaan tenaga kerja yang sebaikbaiknya.
Perencanaan

pemakaian

tenaga

kerja

didasarkan

atas

beberapa

pertimbangan:
a. Jenis dan volume pekerjaan.
Tenaga kerja yang dipakai dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan
jenis dan volume pekerjaan yang dilaksanakan.
b.

Keterampilan dan jumlah tenaga kerja


Setiap jenis pekerjaan harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang ahli di

bidangnya dan jumlah tenaga kerja harus sesuai dengan volume pekerjaan yang
sedang dilaksanakan.
c.

Peralatan yang digunakan


Semakin canggih alat yang digunakan, maka semakin sedikit pekerja yang

diperlukan. Namun untuk mengoperasikan alat-alat tersebut juga diperlukan


tenaga yang memiliki keahlian khusus. Terutama untuk pengoperasian alat-alat
berat dan Tower Crane.
d.

Waktu penyelesaian seluruh pekerjaan


Jumlah pekerja sangat dipengaruhi oleh waktu yang tersedia untuk

penyelesaian proyek. Apabila waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan


cukup singkat, maka tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, begitu juga
sebaliknya.
Pada proyek Hotel Entertainment Centre & Convention jumlah pekerja
yang bekerja setiap hari tidak selalu sama, mengingat jumlah dan jenis pekerjaan
yang berbeda-beda.
3.2.6

Rencana Penggunaan Peralatan


Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek disesuaikan dengan jenis

dan volume pekerjaan yang ada sehingga efektivitas penggunaan peralatan


tersebut dapat dicapai semaksimal mungkin. Peralatan-peralatan yang sesuai

53

dengan jenis pekerjaan akan sangat membantu dalam memperlancar pekerjaan di


lapangan. Untuk itu diperlukan pengaturan penggunaan peralatan tepat pada saat
diperlukan, sehingga penggunaan peralatan akan mendapatkan hasil yang optimal.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan
pengadaan penggunaan peralatan adalah:
a)

Dalam pengadaan peralatan perlu dipikirkan mengenai jenis dan


kapasitas peralatan yang disesuaikan dengan jenis dan volume pekerjaan yang
akan dilaksanakan.

b)

Cara untuk mendapatkan peralatan (membeli atau menyewa).

c)

Pengadaan peralatan didasarkan atas waktu rencana pelaksanaan,


sehingga tepat pada saat diperlukan. Keterlambatan dalam pengadaan
peralatan akan menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

d)

Perhitungan dan pertimbangan lain yang ada hubungannya dengan


pemilihan jenis alat yang akan digunakan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek Hotel

Entertainment Centre & Convention, antara lain:


a)

Excavator
Excavator merupakan alat berat yang digunakan untuk menggali tanah

yang berada di bawah permukaan tanah asli tempat excavator bekerja. Dalam
proyek Hotel Entertainment Centre & Convention ini digunakan excavator jenis
backhoe yang dilengkapi dengan bucket, backhoe berkerja dengan menggerakkan
bucket ke arah bawah dan menariknya menuju arah badan alat.

54

Gambar 3.1
Exavator

b)

Truck Mollen
Alat ini adalah alat untuk membawa serta menjaga campuran beton yang

sudah dipesan di pabrik pencampuran beton dengan mutu yang dikehendaki agar
tetap terjaga mutunya sampai di tempat tujuan, pada truck mollen ini terdapat
mixer yang memiliki kapasitas 6 8 m3. Pada proyek HECC, perusahaan yang
mensuplay campuran beton adalah PT. REDIKON.

Gambar 3.2
Truck Mollen

c)

Concrete Pump
Adalah alat yang digunakan untuk memompa campuran beton yang berasal
dari tuangan mixer kemudian dipompa agar campuran beton dapat dialirkan ke
ke tempat pengecoran. Hal ini dikarenakan campuran beton yang berupa cairan
memungkinkan untuk dipompa dan merupakan metode yang fleksibel untuk
memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran.
Pemompaan dilakukan dengan menggunakan pipa atau slang yang dapat
dipasang kombinasi vertikal dan horizontal ataupun miring. Umumnya
digunakan pada kondisi lapangan yang sulit, sempit, atau sesak.

55

Gambar 3.3
Truck Concrete Pump

d)

Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan sebagai penggetar campuran

beton saat dilakukan pengecoran sehingga tidak ada ruang-ruang kosong di dalam
beton cor dan sesuai dengan cetakannya. Dengan alat ini diharapkan beton yang
telah dituangkan dapat dimampatkan dengan baik, sehingga diperoleh hasil
percetakan beton yang baik, artinya beton padat dan tidak berongga.

Gambar 3.4
Concrete Vibrator

e)

Theodolit dan Waterpass

Adalah alat yang digunakan untuk pemetaan dilapangan. Rambu merupakan alat
pendamping dalam pengukuran menggunakan waterpass.

56

Gambar 3.5
Theodolit

f)

Gambar 3.6
Waterpass

Gambar 3.7
Rambu

Bar Cutter

Merupakan alat yang dipakai untuk memotong besi tulangan.

Gambar 3.8
Alat Pemotong Besi

g)

Bar Bender (Pleser)

Adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan besi tulangan.

Gambar 3.9
Alat Pelengkung Besi

57

h)

Generator listrik

Merupakan sumber energi listrik dilapangan yang berbahan bakar solar.

Gambar 3.10
Generator Listrik

j)

Scafolding
Scafolding digunakan untuk menyangga bekisting beton cor pada lantai di

atasnya dan juga biasa digunakan sebagai tempat pijakan pada pekerjaan yang
tinggi.

Gambar 3.11
Scafolding

k)

Bucket
Bucket yang digunakan untuk pengecoran beton ini dilengkapi dengan
kabel-kabel pengangkat dari crane. Discharge opening pada bucket dapat diatur
(moveable), terletak dibagian bawah bucket dan dapat dioperasikan secara
manual atau dengan tenaga lain.

58

Untuk 1 buah bucket seperti gambar berikut ini mampu menampung


campuran beton 0,5 m3.

Gambar 3.12
Bucket

l)

Mollen
Mollen digunakan untuk mencampur adukan beton, spesi pasangan dan
plesteran secara merata.

Gambar 3.13
Mollen

m)

Alat-alat ukur seperti : meteran, penggaris dan sebagainya.

n)

Alat gali dan perpipaan seperti, cangkul, linggis, sekop.

3.3 Pendataan Atau Persiapan


Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, diperlukan persiapan kerja yang
berguna untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Pekerjaan persiapan yang
matang akan memudahkan pengaturan kerja sehingga tidak ada pekerjaan yang

59

tumpang tindih. Disamping itu dengan persiapan kerja ini diharapkan pekerjaan
terlaksana sesuai jadwal yang telah disusun.
Pada pelaksanaan proyek Hotel Entertainment Centre & Conveention,
pendataan dan persiapan yang dilakukan antara lain:
3.3.1

Material
Material yang digunakan harus sesuai dengan bahan yang sudah

ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Kelancaran suplay


material bangunan sangat menentukan terciptanya kelancaran kerja sesuai dengan
rencana pelaksanaan. Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan maka pelaksana
harus mengontrol ketersediaan bahan/material yang akan digunakan, sehingga
tidak terjadi pemborosan baik dalam hal waktu maupun biaya.
Penempatan material di lokasi proyek ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengurangi mutu bahan tersebut. Ada beberapa hal yang
diperhatikan dalam menempatkan material pada proyek ini antara lain:
1)

Penempatan pasir dan kerikil diberi alas sehingga tidak tercampur dengan
tanah/lumpur. Sebagian disimpan pada gudang penyimpanan dan yang lain
diletakkan pada tempat yang kering.

2)

Penempatan besi tulangan yang ditempatkan pada tempat yang terlindung


dari cuaca untuk menghindari perkaratan.

3)

Penempatan semen pada gudang yang telah dibuat dan terlindung dari
cuaca luar.

4)

Untuk batako dapat diletakkan dimana saja asal jangan menghalangi jalan.

3.3.2

Tenaga Kerja
Pendataan dan persiapan tenaga kerja berhubungan dengan hal-hal berikut:

1)

Pengadaan tenaga kerja


Dalam pelaksanaan proyek Hotel Rolling Stones ini pengadaan tenaga

kerja dilakukan oleh pemborong tenaga kerja (Sub Kontraktor). Pemborong


tenaga kerja dipilih atau ditunjuk oleh pihak kontraktor. Dengan sifat kontrak
Lump Sum Fixed dengan pengertian bahwa harga tersebut sudah termasuk
pengadaan material dan biaya-biaya lain yang diperlukan untuk pengadaan
material agar produk yang dihasilkan sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang
60

ditentukan oleh pihak pertama yaitu PT. CITRA PUTRA MANDIRI. Hal ini
disebutkan dalam Surat Perintah Kerja (SPK) yang terlampir pada bagian akhir
laporan ini.
2)

Sistem pembayaran upah kerja


Pada proyek Hotel Rolling Stones, sistem pembayaran yang dipakai

yaitu; kontraktor membayar kepada pemborong tenaga kerja, yang dibayar secara
angsuran yang diatur didalam kontrak yaitu 2 (dua) minggu sekali berdasarkan
prestasi kemajuan pekerjaan yang dicapai. Dari pemborong tenaga kerja inilah
pekerja mendapat upah sesuai dengan jumlah waktu kerja serta menurut keahlian
atau spesifikasi pekerjaan berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) yang terlampir
pada bagian akhir laporan ini.
3)

Waktu kerja
Pengaturan jam kerja didalam pelaksanaan proyek Hotel Rolling Stones

adalah sebagai berikut:

Jam kerja pagi

: 07.00-12.00 Wita

Jam istirahat

: 12.00-13.00 Wita

Jam kerja siang

: 13.00-17.00 Wita

Jam lembur

: 17.00-selesai

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek ini tidak
selalu konstan. Hal ini sangat tergantung dari jenis dan volume pekerjaan yang
sedang dilaksanakan. Selain itu, bergantung pada perubahan gambar rencana yang
dapat terjadi sewaktu-waktu. Para pekerja berasal dari berbagai daerah baik
tenaga lokal maupun tenaga yang didatangkan dari Lombok maupun Jawa.
Beberapa pekerja dipegang oleh pelaksana yang sekaligus sebagai mandor. Dan
sebagian lagi dipegang oleh mandor lain, karena pekerjaan tersebut diborongkan
tetapi tetap atas pengawasan pelaksana.
3.3.3

Lokasi
Untuk memperlancar dalam pelaksanaan proyek perlu dipelajari dengan

teliti keadaan lapangan kerja. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

61

1)

Jalan kerja yang bersifat Temporary Work


Dalam proyek ini diperlukan pembuatan jalan khusus terutama untuk

pengangkutan material dan mobilisasi alat-alat berat, karena mengingat lokasi


proyek yang terletak jauh dari pintu masuk proyek.
2)

Cuaca
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu proyek. Pada saat

pelaksanaan proyek berlangsung, cuaca di lapangan cukup cerah dan jarang turun
hujan. Apabila turun hujan yang lebat, maka pekerjaan sedapat mungkin
dihentikan hingga hujan berhenti terutama saat pengecoran karena dapat
mempengaruhi kualitas campuran beton yang ada dan memperhatikan
keselamatan para pekerja.
3)

Bangunan Lama
Di lokasi proyek

terdapat

bangunan

lama

sehingga

diperlukan

dilakukannya pembongkaran, terutama pada paket pembangunan Kuta Paradise


yang sebelumnnya terdapat bangunan lama, sedangkan pada paket Hotel Rolling
tidak terdapat bangunan lama.
4)

Tumbuh-tumbuhan
Pada lokasi proyek banyak sekali ada tumbuhan yang mengganggu

aktivitas proyek karena lokasinya merupakan lahan yang banyak ditumbuhi


tanaman liar, oleh karena itu sebelum proyek ini dimulai dilakukan pembersihan
lahan terlebih dahulu.
5)

Air
Kebutuhan air untuk pelaksanaan pekerjaan sangat banyak terutama untuk

pekerjaan adukan campuran beton, maupun kebutuhan air bagi para pekerja untuk
mandi dan mencuci. Untuk proyek ini, pengambilan air untuk kebutuhan
pekerjaan diambil dari PDAM.
3.4 Lingkup Pekerjaan
Karena waktu yang ditentukan dalam melaksanakan Kerja Praktek ini
relatif singkat, maka tidak semua pekerjaan dapat diikuti. Ruang lingkup
pekerjaan pada proyek Hotel Rolling Stones, dapat dijabarkan sebagai berikut:

62

3.4.1

Pekerjaan di Lapangan Sebelum Kerja Praktek


Pada

waktu

pelaksanaan

Kerja

Praktek,

yaitu

pada

tanggal

26 Oktober 2009, pekerjaan yang telah dilaksanakan sebelum Kerja Praktek


antara lain:
a)

Direksikeet
Telah dibangun sebuah direksikeet sederhana sebagai tempat rapat dan
penyimpanan data-data lapangan yang diperlukan. Sekaligus sebagai tempat
penyimpanan material dan alat-alat pertukangan serta tempat tidur beberapa
pekerja.

b)

Listrik Kerja
Digunakan generator listrik sebagai sumber energi listrik dalam pelaksanaan
proyek ini.

c)

Keamanan
Untuk

keamanan

proyek,

dibuatkan

gudang

penyimpanan

alat-alat

pertukangan dan material. Beberapa pekerja dari luar Bali tinggal didalam
proyek sekaligus menjaga keamanan dilingkungan proyek terutama untuk
menghindari terjadinya pencurian barang-barang proyek seperti besi-besi yang
tidak dapat dimasukkan kedalam gudang.
d)

Mobilisasi dan Demobilisasi


Alat-alat berat berada dilokasi proyek hingga batas akhir dari perjanjian sewa
yang telah disepakati kedua belah pihak yaitu PT. PLN (PERSERO) Distribusi
Bali dan Pemilik Alat. Untuk keamanan alat-alat ini setiap harinya akan ada
pekerja yang mengawasi dilapangan termasuk pada malam hari.

e)

Ult Set dan Pengukuran


Pengukuran dilakukan oleh seorang surveyour menggunakan theodolit dan
waterpass mulai dari pekerjaan pondasi hingga setiap pemasangan begesting
kolom dan pengecoran lantai.
Berikut ini gambar yang diambil saat surveyour sedang melakukan
pengukuran.

63

Gambar 3.14
Pemasangan Patok

f)

Gambar 3.15
Pengukuran Saat Pekerjaan Plat
Basement

Pasangan Bowplank
Berguna untuk menentukan batas-batas daerah yang akan dibangun.
Dilakukan bersamaan dengan pemasangan patok.

g)

Perlindungan terhadap Pekerja


Untuk perlindungan bagi seluruh pekerja dilapangan telah dijamin oleh
JAMSOSTEK atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Selain itu, para pekerja
dilengkapi helm proyek, sepatu boot, selop tangan, dan tali sling khusus untuk
pekerjaan kolom atau yang menyangkut ketinggian. Gambar dibawah ini
menampilkan para pekerja yang menggunakan perlindungan saat bekerja
seperti helm, sepatu boot, dan sarung tangan.

Gambar 3.16
Perlindungan Terhadap Pekerja

h)

Pagar Sementara
Terdapat dibelakang direksikeet agar tidak banyak orang yang tidak
berkepentingan lalu lalang didalam proyek sehingga dapat mengganggu
aktivitas kerja proyek. Saat mencapai lantai ketiga dipasang tali rafia yang

64

mengelilingi daerah tersebut sebagai tanda karena bangunan sudah mulai


cukup tinggi dan angin mulai terasa kencang.
3.4.2

Pekerjaan Selama Kerja Praktek


Berikut ini pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung selama Kerja Praktek

berdasarkan laporan mingguan yang dibuat dilapangan:


I. Persiapan
a)

Gudang

Pembuatan gudang terletak dibagian barat direksikeet sebagai tempat material,


alat-alat tukang dan begesting balok. Dikerjakan oleh 2 (dua) orang pekerja.

Gambar 3.17
Gudang

b)

Air Kerja

Air kerja untuk tenaga kerja disediakan dalam bentuk gallon isi ulang dan
mengandalkan air dari PDAM.
II. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur yang dikerjakan selama hingga selesainya masa Kerja
Praktek ini adalah sebagai berikut:
a)

Pekerjaan Galian Basement dan Galian


Sump Pit
Pekerjaan ini dilakukan 2 alat backhoe.

65

Gambar 3.18
Galian Pondasi

b)

Pekerjaan Penulangan Basement.


Pekerjaan Penulangan Basement ini dikerjakan oleh 6-10 orang

Gambar 3.19
Penulangan Pelat Basement

c)

Pekerjaan

Pembersihan

Basement

Sebelum Pengecoran.
Pekerjaan ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja dengan menggunakan alat
compressor yang berfungsi untuk membersihkan debu dan sisa material
seperti kawat, pecahan kayu, dan lain-lain

Gambar 3.20
Pembersihan Pelat Basement Sebelum Pengecoran

66

d)

Pekerjaan Perakitan Kolom


Dikerjakan oleh 5 orang dimana sebelumnya telah dilakukan pabrikasi
sengkang dan panjang tulangan kolom.

Gambar 3.21
Perakitan Kolom

e)

Pekerjaan Begesting untuk Gutter


Pekerjaan pemasangan begesting untuk gutter ini dikerjakan oleh 1-3
orang pekerja.

Gambar 3.22
Begesting Gutter

f)

Pekerjaan Pabrikasi Besi


Meliputi pembengkokan dan pemotongan besi yang ditunjukkan pada
gambar 3.30 dan gambar 3.31 dibawah ini. Pembengkokan besi dikerjakan
oleh 3 orang dengan menggunakan alat Bar Binder (gambar 3.11).
67

Sedangkan pemotongan besi dilakukan oleh 2 orang dengan menggunakan


alat Bar Cutter (gambar 3.10).

Gambar 3.23
Pemotongan Besi degan Bar Cutter

g)

Gambar 3.24
Pembengkokan Besi dengan Bar Binder

Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja


Dikerjakan oleh 5-8 orang pekerja dengan menggunakan concrete pump

Gambar 3.25
Lantai Kerja

h)

Pekerjaan Pengecoran Pelat Basement


Dikerjakan oleh 6-10 orang pekerja diantaranya 6 orang tukang, 3
menggunakan vibrator, dan 1 orang pengawas dan beberapa orang
pengarah pipa saluran campuran beton. Alat yang dibutuhkan antara lain
mixer berkapasitas 6 m3 dan 3 buah vibrator, 1 buah concrete pump.

68

Gambar 3.26
Pegecoran Basement

i)

Pekerjaan Pemasangan Wiremesh/BRC


pada lantai kerja
Pekerjaan ini dilakukan oleh 2-3 orang pekerja dengan jarak antae BRC
adalah 1 m.

Gambar 3.27
Pemasangan BRC

j)

Pekerjaan Pemasangan Kaki Ayam


Dilakukan oleh 1 orang pekerja, dimana kaki ayam ini diletakkan diantara
2 tumpukan BRC. Total jumlah terpasang pada setiap lantai 25 buah per
lantai. Dibagian bawah kaki ayam diberi beton decking.

Gambar 3.28
Pemasangan Kaki Ayam

69

k)

Pekerjaan Begesting Sump Pit


Untuk membuat sump pit

dilakukan oleh 6 orang pekerja. 3 orang

memasang begesting, 1 operator backhoe, 1 pelaksana, 1 operator tower


crane. Pada proyek Hotel Rolling Stones, begesting sump pit yang
digunakan adalah dari beton agar lebih kuat menahan longsoran pasir dan
berada pada kondisi berair.

Gambar 3.29
Pemasangan penahan tanah sump pit

l)

Pekerjaan

Penyambungan

Tulangan

Kolom
Kolom yang sudah dirakit dipasang pada overlapping tulangan kolom pada
basement. Dikerjakan oleh 3 orang tukang dan seorang operator TC,dan
seorang mandor.

70

Gambar 3.30
Penyambungan Tulangan Kolom
Kolom

m)

Pekerjaan Pemasangan Begesting Kolom


Dilakukan oleh 3 orang tukang dan seorang operator TC.

Gambar 3.31
Pemasangan Begesting Kolom

n)

Pekerjaan Pengecoran Kolom


Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan TC
dan bucket yang dioperasikan oleh seorang
operator dan dibantu 3-6 tukang. Dimana 2 orang

71

tukang berada diatas begesting kolom untuk mengarahkan selang beton


pada bucket seperti gambar berikut.
Gambar 3.32
Pengecoran Kolom

o)

Pekerjaan Buka Begesting Kolom


Setelah beberapa hari, begesting kolom dibuka dengan bantuan TC dan 23 orang tukang, sama seperti saat pemasangan.

Gambar 3.33
Buka Begesting Kolom

p)

Pekerjaan Penulangan Dinding


Penulangan dinding dikerjakan oleh 2-6 orang.

Gambar 3.34
Penulangan Dinding

q)

Pekerjaan
Pemasangan

Begesting

Pengecoran

Dinding

Untuk

pemasangan

begesting

dinding

dan

72

dikerjakan oleh 4-8 orang, sedangkan pengecoran dinding dilakukan oleh


5 orang dengan menggunakan Concrete Pump.

Gambar 3.35
Pasang Begesting Dinding

r)

Pekerjaan Buka Begesting Dinding


Setelah dibuka, maka dinding akan terlihat seperti gambar disamping ini
dan dikerjakan oleh 2-3 orang.

Gambar 3.45
Pasang Begesting Dinding

Gambar 3.36
Buka Begesting Dinding

3.4.3

Pekerjaan di Lapangan Setelah Kerja Praktek

73

Hingga akhir masa Kerja praktek ini, proyek Hotel Entertainment Centre
& Convention baru mencapai pengecatan tembok dan finishing pada paket Kuta
Paradise dan pekerjaan bekisting Ground Water Tank pada proyek Hotel
Rolling Stones . Pekerjaan yang belum dikerjakan adalah sebagai berikut:
a.

Pekerjaan Struktur
1) Pekerjaan Lantai 1

b.

Pekerjaan Mekanika dan Elektrikal


Untuk pekerjaan ME dipegang langsung oleh para Staff Engineering dan
dilaksanakan setelah pekerjaan struktur selesai.

3.5 Teknik Pelaksanaan Pekerjaan


Teknik pelaksanaan adalah suatu metode pelaksanaan proyek di lapangan
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, sehingga didapatkan cara-cara
yang paling praktis dan efisien. Dengan teknik pelaksanaan yang tepat akan
diperoleh hasil yang optimal, yang berarti akan diperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan dan selesai tepat pada waktunya.
Berikut ini akan diuraikan secara umum teknik pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan pada proyek Hotel Rolling Stones, baik yang kami amati
secara langsung maupun yang bisa kami ketahui melalui informasi-informasi dari
pelaksana dan tukang di lapangan. Melengkapi pembahasan tentang teknik
pelaksanaan ini, dilengkapi lampiran berupa foto-foto pelaksanaan yang kami
tempatkan pada bagian akhir dari laporan ini.
3.5.1

Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Basement

Adapun teknik pelaksanaan pekerjaan pondasi pada proyek Hotel Rolling


Stones adalah sebagai berikut:
a)

Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah membuat galian


basement dengan elevasi 3100 mm sampai dengan -3200 mm.

b)

Setelah di dapat elevasi yang diinginkan maka dilanjutkan


dengan pengecoran lantai kerja.

c)

Setelah lantai kerja kering, pekerjaan dilanjutkan dengan


memasang tulangan raft basement.

74

d)

Pada daerah basement yang terhubung dengan kolom


dipasang tulangan ekstra, tulangan vertikal dan sengkang kolom yang dirakit
agar tulangan basement menyatu dengan tulangan kolom juga dinding
dipasang tulangan vertikal yang dipasang agar tulangan basement menyatu
dengan tulangan dinding.

e)

Pemasangan cakar ayam, dan tulangan raft basement diatas


cakar ayam.

f)

Setelah disetujui oleh pengawas, kemudian dilakukan


pengecoran raft basement.

g)

Proses floor hardener, pengecekan kerusakan raft, dan


terakhir pembersihan permukaan basement.

3.5.2

Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Kolom


Pekerjaan kolom pada proyek Hotel Rolling Stones meliputi:

1)

Pada tulangan kolom yang telah selesai dipasang ketika pembuatan raft
basement terdapat overlap agar dapat disambung dengan kolom.

2)

Di tempat pabrikasi dirakit sengkang dan tulangan vertikal yang sesuai


dengan gambar kerja.

3)

Tulangan vertikal untuk kolom dan sengkang yang sudah dibentuk sesuai
keinginan diangkut dengan Tower Crane menuju lapangan.

4)

Tulangan kolom dirakit

5)

Dengan bantuan Tower Crane tulangan kolom yang sudah dirakit dipasang
pada overlap as kolom yang telah dikerjakan terlebih dulu pada raft basement.

6)

As kolom dan dimensi dicek kembali agar kolom yang dibuat sesuai
dengan gambar kerja.

7)

Selanjutnya

pemasangan begisting kolom dari triplek 12 mm dan

diperkuat dengan usuk ukuran 5/7, balok ukuran 8/15, dan jepit besi sepanjang
1 meter beserta bautnya. Dan dilapisi solar pada bagian dalam begesting.
8)

Dilakukan pengecekan posisi kolom agar dapat dipastikan kolom lurus


dengan kolom yang akan dipasang di lantai berikutnya.

9)

Setelah mendapat persetujuan dari pengawas, maka dilakukan pengecoran


kolom dengan beton mutu K-350 dan dipadatkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator).

75

10)

Setelah beberapa hari, begesting dibuka.

11)

Dilakukan pengecekan permukaan kolom, apabila ada cacat maka akan


ditambal.

12)

Pada kolom ada yang diberi overlapping dan ada juga yang tidak,
overlapping tulangan kolom diberikan untuk menyambung dengan kolom
lantai berikutnya dan kolom yang tidak diberikan overlapping adalah kolom
yang tidak akan disambung dengan kolom lantai berikutnya.

3.5.3

Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Pit Lift

1) Dibuat galian untuk penahan tanah pada pembuatan pit lift yang elevasinya
lebih rendah lagi daripada elevasi galian basement dengan menggunakan
bantuan back hoe.
2) Dipasang penahan tanah untuk pit lift yang terbuat dari beton cor yang sudah
dibuat sebelumnya. Pemasangan dibantu dengan Tower Crane, 3 orang
pekerja dan sebuah back hoe.
3) Didalam penahan tanah yanng ter buat dari beton di pasang tulangan pit lift
yang sudah dirakit sebelumnnya dengan menggunakan bantuan Tower Crane.
4) Kemudian dipasang begesting pit lift.
5) Setelah mendapat persetujuan dari pengawas, maka dilakukan pengecoran
kolom dengan beton mutu K-350 dan dipadatkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator).
6) Setelah beton mengering, begesting pit lift dibuka.
3.5.4

Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Sump Pit

1) Dibuat galian untuk penahan tanah pada pembuatan sump pit yang elevasinya
lebih rendah lagi daripada elevasi galian basement dengan menggunakan
bantuan back hoe.
2) Dipasang penahan tanah untuk sump pit yang terbuat dari beton cor yang
sudah dibuat sebelumnya. Pemasangan dibantu dengan Tower Crane, 3 orang
pekerja dan sebuah back hoe.
3) Didalam penahan tanah yanng ter buat dari beton di pasang tulangan sump pit
yang sudah dirakit sebelumnnya dengan menggunakan bantuan Tower Crane.

76

4) Kemudian dipasang begesting pit lift.


5) Pipa-pipa sebagai saluran air dipasang pada sump pit.
6) Setelah mendapat persetujuan dari pengawas, maka dilakukan pengecoran
kolom dengan beton mutu K-350 dan dipadatkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator).
7) Setelah beton mengering, begesting sump pit dibuka.
8) Setelah mendapat persetujuan dari pengawas, maka dilakukan pengecoran
kolom dengan beton mutu K-350 dan dipadatkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator).
9) Setelah beton mengering, begesting sump pit dibuka.
3.5.5

Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Ground Water Tank

1) Dibuat galian untuk penahan tanah dengan luasan yang cukup luas untuk
menampung pasokan air hotel, apalagi akan direncanakan adanya kolam
renang di lantai atas. Pada pembuatan GWT elevasinya lebih rendah lagi
daripada elevasi galian basement digali dengan menggunakan bantuan back
hoe.
2) Dipasang penahan tanah untuk sump pit yang terbuat dari beton cor yang
sudah dibuat sebelumnya. Pemasangan dibantu dengan Tower Crane dan
sebuah back hoe.
3) Didalam penahan tanah yanng ter buat dari beton di pasang tulangan sump pit
yang sudah dirakit sebelumnnya dengan menggunakan bantuan Tower Crane.
4) Pada dasar GWT dicor terlebih dahulu lantai kerja untuk pijakan tulangan
GWT
5) Kemudian dipasang begesting pit lift.
6) Setelah mendapat persetujuan dari pengawas, maka dilakukan pengecoran
kolom dengan beton mutu K-350 dan dipadatkan dengan menggunakan alat
penggetar (vibrator).
7) Setelah beton mengering, begesting sump pit dibuka.
8) Pipa-pipa sebagai saluran air dipasang pada GWT
77

3.6 Teknik Pengawasan


3.6.1

Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan pada proyek Hotel Rolling Stones adalah agar

pelaksanaan pekerjaan proyek berjalan sesuai dengan rencana serta memenuhi


persyaratan teknis dan non teknis. Disamping itu, dengan pengawasan yang
dilakukan secara kontinyu, diharapkan segala permasalahan yang timbul dapat
dengan segera ditindaklanjuti.
3.6.2

Acuan Pengawasan
Pada pelaksanaan proyek Hotel Rolling Stones ini, pengawasan yang

dilakukan memakai beberapa acuan atau satuan pengukuran yang dapat dipakai
sebagai patokan untuk penentuan hasil-hasil yang dicapai.
Bentuk-bentuk acuan yang dipakai pada proyek pembangunan ini adalah
sebagai berikut:
a.

Standar fisik dan mutu yaitu Bill Of Quantity (BQ), spesifikasi (RKS)
dan gambar-gambar rencana.

b.

Standar biaya/moneter yang ditunjukkan dalam bentuk rupiah yang


tercantum dalam RAP.

c.

Standar Waktu meliputi kecepatan pelaksanaan dan batas waktu


penyelesaian pekerjaan sesuai dengan Time Schedule.

3.6.3

Mekanisme Pengawasan
Sesungguhnya pengawasan merupakan perwujudan dari pengukuran

prestasi kerja. Seperti pada pelaksanaan, pengawasan ini juga dilakukan kontrol
kegiatan yang sistematis di lapangan, dengan maksud untuk meninjau secara
periodik hasil dan kemajuan pekerjaan, memastikan bahwa pekerjaan pengawasan
berjalan dengan benar sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila
terjadi kesalahan. Frekuensi pengawasan ke lapangan tergantung dari keadaan
lapangan, tahap perkembangan fisik atau tuntutan lainnya dari Owner. Agar fungsi
pengawasan dapat terlaksana dengan baik maka unsur-unsur yang terlibat dalam
pengelolaan sebuah proyek perlu melakukan pekerjaan pengawasan secara

78

terpisah sehingga tercipta suatu mekanisme kontrol yang baik. Disamping itu
pengawas lapangan mengkoordinasikan diri dan bekerja sama menjalin
komunikasi yang lancar dan bersifat terbuka sehingga jika ada masalah di
lapangan akan dapat segera dicari cara pemecahannya bersama-sama.
3.6.4

Pihak-Pihak Dalam Pengawasan


Pada proyek Hotel Rolling Stones ini pelaksanaan pengawasan

dilakukan oleh pihak-pihak, yaitu:


a.

Pengendalian dan Pengawasan dari Pemilik.

b.

Pengendalian dan Pengawasan dari Kontraktor.

c.

Pengendalian dan Pengawasan dari Konsultan Pengawas.

3.6.4.1 Pengendalian dan Pengawasan dari Owner


Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tercapai bila kepuasan dan
keinginan dari pemilik telah terpenuhi. Oleh karena itu sangat diperlukan
kerjasama dari pemilik termasuk ikut mengadakan pengawasan di lapangan.
Pengawasan yang dapat dilakukan biasanya mengenai mutu dan tipe bangunan,
apakah sudah sesuai dengan keinginannya. Apabila ada material yang mutunya
tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ada, maka pemilik dapat menolak
penggunaan material tersebut dan menyuruh kontraktor untuk menggantinya.
Begitu juga dengan mutu hasil pekerjaan, bila ada hasil pekerjaan yang tidak
sesuai dengan persyaratan maka dapat meminta kontraktor untuk membongkar
dan memperbaiki hasil pekerjaan tersebut. Disamping pengawasan terhadap mutu
dan tipe bangunan pengawasan juga dilakukan terhadap kesesuaian dengan
rencana waktu pelaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.
3.6.4.2

Pengendalian dan Pengawasan dari Kontraktor


Pengendalian proyek adalah usaha untuk mengatur jalannya pelaksanaan

proyek agar semua yang terlibat dalam proyek dapat berfungsi secara optimal,
tepat waktu, mutu, dan biaya. Dengan melakukan pengendalian yang baik, suatu
proyek dapat diselesaikan dengan biaya yang seminimal mungkin, mutu yang
berkualitas baik dan waktu yang tepat. Pengawasan oleh pihak kontraktor menitik

79

beratkan pada pencapaian mutu yang sesuai dengan persyaratan teknis dengan
penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya dan penggunaan biaya yang
seekonomis mungkin. Ketiga hal tersebut perlu mendapat perhatian mengingat
adanya sangsi yang dikenakan apabila pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam dokumen kontrak. Untuk menghindari kerugian tersebut
maka kontraktor perlu mengadakan pengawasan terhadap seluruh pekerjaan dan
selalu berpedoman pada gambar-gambar rencana, uraian dan syarat-syarat teknis
setiap jenis pekerjaan serta petunjuk atau saran-saran dari pemilik dan perencana.
Pada pelaksanaan proyek Hotel Rolling Stones ini, pelaksanaan
pengendalian dan pengawasan proyek ini meliputi:
a. Pengendalian Kualitas Pekerjaan
Suatu struktur akan mempunyai kualitas yang baik dalam hal kekuatan dan
keawetan struktur yang tinggi serta umur rencana yang sesuai dengan perencanaan
apabila pengendalian kualitas pekerjaannya sangat baik. Pengendalian kualitas ini
berpedoman pada syarat-syarat teknis dalam kontrak. Tujuan dari pengendalian
kualitas ini adalah untuk menghasilkan kualitas struktur yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Pengendalian kualitas pekerjaan meliputi:
1. Pengendalian Kualitas Bahan
Pada awal pekerjaan semua contoh-contoh bahan harus diuji dalam
lembaga pengujian. Pengujian ini dilakukan secara visual dan dengan tes
laboratorium. Dari hasil pengujian akan terlihat apakah bahan tersebut sesuai
dengan syarat yang ditetapkan atau tidak. Apabila material memenuhi syarat maka
kontraktor dapat memakai material tersebut.
2. Pengendalian Kualitas Hasil Pekerjaan
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengontrol hasil pelaksanaan
pekerjaan apakah sudah memenuhi standar dan spesifikasi yang telah ditentukan,
sehingga apabila belum memenuhi standar dan spesifikasi yang telah ditentukan
dapat segera diperbaiki sampai memenuhi standar dan spesifikasi yang ditentukan.
Kualitas pekerjaan setiap akan melaksanakan suatu item pekerjaan. Pengawasan
kualitas pekerjaan ini dilakukan dengan cara:
a. Mengawasi langsung pelaksanaan pekerjaan secara visual.
b. Melakukan inspeksi secara langsung di lapangan.

80

c. Melakukan kontrol dengan hitungan.


d. Melakukan pengujian langsung di lapangan.
Pengendalian mutu beton pada proyek Hotel Rolling Stones untuk
pekerjaan struktur yang menggunakan beton ready mix. Supplier tidak hanya
memberikan beton ready mix yang sesuai dengan permintaan pihak kontraktor
tetapi juga ikut bertanggung jawab terhadap mutu beton tersebut. Jadi
pemeriksaan terhadap mutu beton ini menjadi tanggung jawab supplier. Biasanya
pihak pemesan juga melakukan tes sendiri sebagai perbandingan. Tetapi dalam
proyek ini, pihak pelaksana pembangunan menyerahkan sepenuhnya pengujian ini
kepada supplier.
Pemeriksaan mutu beton ini dilakukan dengan uji tes slump dan tes kuat
tekan beton dengan benda uji kubus. Sampel diambil dari setiap truk mixer yang
datang dan dicatat jam datangnya, jam pengecoran, dan jam pengetesan.
Percobaan ini sesuai dengan prosedur dari Peraturan Beton Indonesia 1971
(PBI 1971)
Tujuan tes slump adalah untuk mengetahui kekentalan adukan beton yang
dipakai. Kekentalan adukan beton ini harus sesuai dengan jenis konstruksi dan
cara pemadatannya. Adapun slump yang disyaratkan dalam proyek ini adalah
berkisar 122 cm sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.
Cara pengujian adalah sebagai berikut:
a)

Sebuah kerucut terpacung (kerucut Abrams) dengan


ukuran:

a. Diameter atas

: 10 cm

b. Diameter bawah

: 20 cm

c. Tinggi

: 30 cm

Diletakkan diatas bidang alas rata yang tidak menyerap air. Kerucut ini
kemudian diisi dengan adukan beton sebanyak 3 lapis sama tebalnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat baja 16 mm,
panjangnya 60 cm.
b)

Setelah kerucut abrams ini terisi penuh dengan beton,


permukaan kerucut diratakan.

81

c)

Kemudian dengan hati-hati kerucut ditarik vertikal dan


diletakkan di samping adukan tadi sebagai pembanding untuk mengukur
nilai slump.

d)

Penurunan adukan beton diukur dari puncak kerucut


abrams, itulah yang disebut nilai slump.

Gambar 3.51
Kerucut Abrams

Gambar 3.52
Tes Slump

Untuk test kuat tekan beton (ready mix concrete) dengan benda uji kubus
yang berjumlah dua buah menjadi tanggung jawab pihak suplier.

Gambar 3.53
Pembuatan Kubus

3.

Pengendalian Kualitas Peralatan


Pengendalian ini dilakukan dengan mengadakan pengawasan terhadap

penggunaan peralatan yang ada. Pengawasan ini dilakukan dengan mengadakan


pemeriksaan langsung secara visual dengan melakukan pencatatan kondisi alat
setiap hari sehingga dapat diketahui keadaan alat apakah masih layak untuk
dipakai atau tidak, karena alat yang dipakai lebih dari umur kerjanya dapat
menurunkan produktivitas. Dari hasil pengamatan secara visual tersebut juga
dapat digunakan untuk mengantisipasi apabila ada peralatan yang rusak supaya
segera diperbaiki sehingga peralatan dapat berfungsi kembali dengan baik.
Rencana penyediaan bahan bakar dari peralatan dilakukan setiap hari.
4. Pengendalian Kualitas Tenaga Kerja

82

Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengadakan pemilihan tenaga kerja


yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki dalam pekerjaan
proyek.
Dalam proyek ini, tenaga kerja yang ada rata-rata mempunyai kualitas
yang baik. Namun demikian adanya karakter yang berbeda-beda dari tenaga kerja
memerlukan penanganan yang cukup baik dari para mandor untuk pengerahan
tenaga kerja. Adanya sistem manajemen yang baik dan hubungan kerja yang
kondusif juga dapat menciptakan kualitas tenaga kerja yang lebih baik.
b. Pengendalian Kuantitas Pekerjaan
Untuk mencapai target penyelesaian proyek, kontraktor harus selalu
mengadakan monitoring terhadap kuantitas pekerjaan yang telah dicapai. Apabila
terjadi suatu keterlambatan pelaksanaan perlu diadakan analisa mengenai sebabsebab keterlambatan serta mencari solusi yang tepat untuk mengejar
keterlambatan tersebut. Untuk memenuhi kuantitas dari pekerjaan maka diadakan
pertemuan sekali dalam seminggu untuk membicarakan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu minggu tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh pihak kontraktor, perencana dan pemilik. Disamping
itu, setiap harinya pihak kontraktor juga mengadakan rapat yang dihadiri oleh site
manager dan staf lapangan.
c. Pengendalian Waktu
Pengendalian terhadap waktu ini bertujuan agar tiap-tiap jenis pekerjaan
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal. Keterlambatan pada satu jenis dapat
mengakibatkan keterlambatan jenis pekerjaan yang lainnya. Untuk menghindari
hal tersebut maka perlu diperhatikan:
1.

Menetapkan waktu pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan (membuat


Time Schedule).

2.

Menepati jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan .

3.

Pengawasan harus dilakukan terhadap seluruh jenis pekerjaan serta


mengamati semua perubahan yang terjadi selama pelaksanaan.

83

d. Pengendalian Biaya
Bagi kontraktor pengawasan terhadap biaya sangat penting karena
menyangkut keuntungan dan kerugian perusahaan, pengeluaran keuangan dapat
dilihat dari besarnya biaya yang dikeluarkan untuk keperluan konstruksi maupun
administrasi. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor menyusun rencana
anggaran pelaksanaan (RAP) sebagai pedoman dalam pengaturan dan
pengendalian biaya selama pelaksanaan. Untuk mencapai tujuan pengawasan
biaya tersebut maka hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Material selama pelaksanaan harus mencukupi kebutuhan dan mutunya sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan. Yang harus diperhatikan adalah tentang
pengadaan, penyimpanan, pengaturan dilapangan dan cara pengelolaannya.
2. Tenaga kerja yang dipersiapkan harus bekerja sesuai dengan keterampilannya
sehingga akan dapat bekerja secara efisien dan diusahakan tidak terjadi
pemoloran dan keterlambatan pekerjaan akibat tidak efektifnya tenaga kerja,
karena secara tidak langsung akan memperboros biaya pelaksanaan.
3. Pengawasan yang dilakukan harus bekerja seefektif mungkin, karena akan
sangat mempengaruhi kelancaran proyek dan sekaligus menentukan besarnya
biaya pelaksanaan.
e. Pengendalian Laporan
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk mengendalikan jalannya proyek
yang dilaksanakan. Adapun penyajian laporan yang ada pada proyek ini meliputi:
1)

Laporan Harian
Laporan harian merupakan bagian dari laporan-laporan kegiatan lapangan

yang dibuat oleh kontraktor dan diserahkan kepada pengawas secara teratur setiap
hari dengan maksud agar kegiatan harian dapat diikuti. Hal-hal yang perlu
dilaporkan

pada

hari

tersebut

adalah:

kegiatan/pelaksanaan

pekerjaan,

pemasukan/kebutuhan material, formasi dan penggunaan tenaga kerja, jam kerja,


cuaca. Laporan tersebut harus sesuai dengan:

2)

a)

Gambar dan spesifikasi/syarat-syarat kerja.

b)

Time Schedule pekerjaan.

c)

Intruksi pengawas (jika ada).


Laporan Mingguan

84

Laporan mingguan merupakan bagian dari laporan-laporan kegiatan yang


dibuat secara teratur setiap minggu. Laporan ini berisi tentang:
a) Kemajuan prestasi fisik pekerjaan yang dicapai pada minggu tersebut, serta
prestasi fisik secara kumulatif.
b) Iktisar prestasi fisik dibandingkan dengan rencana.
Laporan mingguan dibuat oleh kontraktor dan diserahkan kepada
pengawas. Direksi melakukan pemeriksaan atas kebenaran isi laporan serta
membuat evaluasi. Kontraktor bertanggung jawab atas pembuatan laporan
mingguan ini. Dari kemajuan pekerjaan tiap minggu dapat terlihat nilai kemajuan
pekerjaan secara kumulatif. Selain itu laporan juga dipergunakan sebagai bahan
dalam rapat mingguan (weekly meeting) antara owner, konsultan perencana,
kontraktor, dan konsultan pengawas.
3)

Laporan Bulanan
Laporan ini merupakan laporan yang meliputi seluruh kegiatan proyek,

baik yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan maupun kegiatan penunjangnya


selama kurun waktu satu bulan. Laporan ini dibuat oleh kontraktor berdasarkan
data-data seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang berisi:
a) Uraian umum tentang gambaran mengenai proses pelaksanaan pekerjaan.
b) Kemajuan pekerjaan yang meliputi: engineering, konstruksi, prestasi fisik,
bhan dan peralatan, tenaga kerja
c) Prestasi pembayaran yang berisi pembayaran yang telah diterima dan
penggunaan klaim dan biaya tambahan sehubungan dengan bertambahnya
atau berkurangnya pekerjaan.
d) Keadaan cuaca selama proyek berlangsung satu bulan.
3.6.4.3 Pengendalian dan Pengawasan dari Pihak Konsultan Pengawas
Adapun pengendalian dan pengawasan dari pihak konsultan pengawas
adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian Mutu
Pengawas sebagai wakil dari owner sangat berperan dalam mengawasi
pekerjaan kontraktor. Pengendalian dari segi mutu dilakukan dengan pengawasan
secara visual seperti mutu bahan dilakukan dengan ikut dalam pengetesan slump

85

beton, memeriksa

ukuran baja yang digunakan agar sesuai dengan gambar.

Memberikan teguran kepada kontraktor apabila ada pekerjaan yang tidak sesuai
dengan gambar. Apabila teguran ini tidak dilaksanakan oleh kontraktor maka
pengawas

dapat

membawa

masalah

ini

pada

rapat

koordinasi

untuk

ditindaklanjuti.
b. Pengendalian Kualitas Tenaga Kerja
Pengawas menginginkan tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek ini adalah tenaga kerja yang ahli dibidangnya sehingga kualitas pekerjaan
yang dihasilkan lebih baik. Untuk mengendalikan kualitas tenaga kerja maka
dilakukan upaya-upaya pelatihan agar tenaga kerja lebih ahli dibidangnya,
disamping itu pengendalian tenaga kerja juga bisa dilakukan dengan pemberian
bonus dan perhatian perhatian lain seperti jaminan kesehatan
Dalam proyek ini, tenaga kerja yang ada rata-rata mempunyai kualitas
yang baik. Namun demikian adanya karakter yang berbeda-beda dari tenaga kerja
memerlukan penanganan yang cukup baik dari para mandor untuk pengerahan
tenaga kerja. Adanya sistem manajemen yang baik dan hubungan kerja yang
kondusif juga dapat menciptakan kualitas tenaga kerja yang lebih baik.
c. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu ini dimaksudkan pekerjaan yang dilaksanakan selesai
pada waktu yang ditentukan. Pengendalian waktu ditentukan dari penyerahan site,
pembayaran awal dan gambar kerja. Pada proyek ini, pihak pengawas tidak
membebankan pihak kontraktor untuk membuat time schedule. Namun pihak
kontraktor dan pengawas telah sepakat tentang waktu awal dan akhir dari
pelaksanaan proyek. Waktu akhir dari proyek dapat dimundurkan jika terdapat
klaim dari pihak kontraktor yang tentunya klaim tersebut telah disetujui oleh
pihak pengawas.
3.7 Evaluasi Pelaksanaan dan Pengawasan
3.7.1

Evaluasi Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek ada kalanya tidak selalu berjalan

sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Seringkali ditemukan


beberapa kesalahan atau permasalahan baik itu sengaja maupun tidak disengaja
dalam pelaksanaan pekerjaan. Kesalahan atau permasalahan tersebut tentu saja

86

akan berpengaruh pada bagunan dan dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan di


lapangan. Permasalahan tersebut umumnya bersifat kompleks dan dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1)

Permasalahan Teknis
Permasalahan ini meliputi permasalahan dalam pelaksanaan pekerjaan

dilapangan, baik dari tahap persiapan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan


dan pemeliharaan.
Sejauh ini proyek Hotel Rolling Stones ini belum memperlihatkan
masalah teknis yang berarti. Namun pembelajaran yang diperoleh dari Kerja
Praktek ini tidak hanya terbatas pada Hotel Rolling Stones saja, tetapi keseluruhan
proyek. Sehingga ditemui beberapa masalah teknis lain antara lain:
a.Terjadinya keropos pada kolom.
Disebabkan oleh:
.1

Kurangnya

perataan

dengan

getaran vibrator pada begesting dan tumbukan dari atas pada saat
dilakukan pengecoran.
.2 Ukuran agregat kasar terlalu besar sehingga tidak bisa masuk ke sela-sela
tulangan yang rapat.
.3

Pemasangan beton decking yang


tidak baik sehingga penyaluran beton di dalam begesting tidak baik.

Gambar 3.54
Keropos pada Kolom

Pemecahan yang dapat dilakukan antara lain:


1. Melakukan pukulan secara merata pada begesting dan tumbukan dari atas
sehingga beton yang telah dituangkan dapat dimampatkan dengan baik.
2. Menggunakan agregat yang tidak terlalu besar sehingga agregat bisa
masuk ke sela-sela tulangan yang rapat.

87

3. Memperbaiki pemasangan beton decking sehingga suplai beton tidak


terhambat oleh adanya beton decking tersebut.
4. Melakukan pelesteran pada bagian kolom yang kropos sehingga bagian
tersebut tertutup.

Gambar 3.56
Pemelesteran Kolom

.b Terjadinya pergeseran as kolom.


Disebabkan oleh:
.1 Kurangnya ketelitian pada saat pengukuran dengan menggunakan alat
theodolit dan pemasangan patok as kolom.
.2 Tidak menggunakan benang sebagai acuan titik as dan sisi-sisi terluar
kolom.
Pemecahan yang dapat dilakukan antara lain:
1.

Diperlukan ketelitian membaca alat theodolit sehingga kekeliruan dapat


dikurangi.

2.

Memasang benang sebagai acuan titik as dan sisi-sisi terluar kolom.

3.

Melakukan pembengkokan tulangan kolom sehingga as kolomnya dapat


kembali tepat pada titiknya.

c. Tidak ratanya permukaan pelat lantai.


Disebabkan oleh:
.1

Proses pemerataan beton yang tidak sempurna.

.2

Proses pengecoran yang tidak teratur sehingga ada yang melewati pelat
lantai yang masih belum kering sehingga akan meninggalkan jejak pada
beton tersebut.

88

Gambar 3.59
Permukaan Pelat Lantai yang Tidak Rata

Pemecahan yang dapat dilakukan antara lain:


1. Melakukan pemerataan beton yang sempurna dengan menggunakan
benang sebagai acuan tebal pelat lantai tersebut.
2. Melakukan pengecoran yang teratur yaitu dari ujung pelat lantai satu ke
ujung pelat lantai yang lain.
3. Menyiram campuran air dan semen pada permukaan pelat lantai yang
tidak rata.
2)

Permasalahan Non Teknis


Permasalahan non teknis meliputi permasalahan yang berhubungan

dengan administrasi dan pengelolaan proyek. Beberapa permasalahan non teknis


yang dapat diuraikan pada proyek Hotel Rolling Stones ini adalah sebagai
berikut:
a)

Terjadi hujan pada saat jadwal pengecoran


Cuaca yang tidak menentu menyebabkan sulit memperkirakan

turunnya hujan pada saat pelaksanaan proyek. Akibatnya timbul beberapa masalah
seperti:

Hujan lebat menyebabkan banjir di proyek.

Proses pengecoran terhambat karena adanya hujan sehingga proyek


mengalami keterlambatan.

Beton yang sudah dicampur dan pada saat itu tiba-tiba terjadi hujan
menyebabkan ditundanya pengecoran, sehingga beton yang sudah lama
diaduk pada molen mengalami penurunan mutu dan kemungkinan tidak
dapat digunakan lagi.

Setelah selesai pengecoran terjadi hujan deras sehingga beton yang sudah
dicor mengalami kerusakan pada bagian atasnya.

89

Pemecahan yang mungkin dilakukan antara lain:

Mencari perkiraan cuaca pada daerah tersebut sehingga pekerja dapat


diberikan pekerjaan yang tidak dipengaruhi oleh cuaca.

Jika beton yang sudah dicor terjadi kerusakan karena air hujan, bisa
dilakukan penyiraman air semen pada beton setelah selesai hujan dan
berusaha menutup beton basah sebelum terjadi hujan.

Genangan air hujan dapat disedot dan dikeluarkan ke sungai dengan


menggunakan pompa air.

Membuat saluran drainase dan menyedot genangan air seperti gambar


berikut ini.

b)

Pengiriman material yang terhambat


Hal ini juga dipengaruhi salah satunya karena cuaca. Badai kencang yang

pernah terjadi disekitaran Laut Selatan membawa pengaruh pada macetnya jalur
transportasi laut. Karena beberapa material seperti besi didatangkan dari pulau
Jawa. Badai menyebabkan Pelabuhan ditutup sementara waktu sehingga truk-truk
pembawa material tertahan di Pelabuhan dan pasokan menjadi terlambat datang.
Pemecahan yang mungkin dilakukan adalah mencari sumber pasokan
material terdekat untuk sementara waktu agar tidak tertinggal jauh dari target
waktu yang telah dibuat pada Time Schedule.
c)

Tersendatnya Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)


Saat mendirikan bangunan yang konsep awalnya adalah Apartement ini,

belum mengantongi secara sah Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Sehingga harus
berurusan dengan Kepolisian. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan
mengenai pembangunan Apartement didaerah Denpasar.
Pemecahan yang mungkin bisa dilakukan adalah mencari informasi yang
selengkap-lengkapnya mengenai perijinan bangunan dan mengurusnya sebelum
proyek dilaksanakan. Karena jika tidak, bukan hanya kemunduran Time Schedule
yang dihadapi, namun pemberhentian sementara waktu pelaksanaan proyek yang
akan merugikan semua pihak baik secara materi maupun tenaga yang ada.

90

d)

Tidak adanya reschedule/penjadwalan ulang akibat adanya


perubahan gambar/desain.
Sering terjadi perubahan gambar atau desain dalam proyek sehingga sulit

dalam menentukan waktu pelaksanaan. Akibatnya pihak kontraktor rentan


terhadap keterlambatan karena tidak adanya pengendalian waktu yang bisa
dipakai acuan dalam menyelesaikan proyek sehingga proyek tidak dapat
diselesaikan tepat waktu.
3.7.2

Evaluasi Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi


Dalam pekerjaan pengawasan terdapat beberapa permasalahan mencakup

permasalahan pengawasan teknik konstruksi di lapangan. Diantaranya adalah


masalah pengawasan terhadap keselamatan kerja.
Kurangnya kedisiplinnya para pekerja mengenai keselamatan kerja,
dimana para pekerja sebagian besar tidak memakai helm pengaman, sepatu boot
dan alat perlindungan lainnya yang bisa melindungi mereka dari kecelakaankecelakaan yang sering terjadi pada suatu proyek. Para pekerja merasa lebih
nyaman dan tidak repot bekerja jika mereka tidak memakai helm, sepatu boot dan
alat perlindungan lain.
Di lain pihak, para pemborong tenaga kerja tidak memberikan perintah
secara tegas pada para pekerja untuk memakai peralatan keselamatan kerja.
Akibatnya, riskan terjadi kecelakaan kerja, misalnya kaki yang tertusuk paku pada
saat berjalan diatas begisting plat lantai. Keselamatan dalam bekerja harus
mendapatkan perhatian yang lebih bagi para pekerja. Untuk itu para pekerja harus
lebih berhati-hati dalam bekerja dan sadar untuk menggunakan peralatan
keselamatan yang telah disediakan agar tidak terjadi kecelakaan yang bisa
berakibat fatal.

91

3.8

Tinjauan Khusus (Pondasi)


Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan

bangunan di atas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar.


Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat
digunakan beberapa macam tipe pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut:

Fungsi bangunan atas

Besarnya beban dan berat dari bangunan atas

Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan

Jumlah biaya yang dikeluarkan


Pada proyek Hotel Entertainment Centre & Convention paket proyek

Hotel Rolling Stones pondasi yang digunakan adalah pondasi foot plat dimana
menggunakan tulangan baja D16-175. Pondasi ini langsung digunakan sebagai
basement.
3.8.1 Pemilihan Pondasi Foot Plat
Adapun alasan pemilihan pondasi foot plat pada proyek Hotel Rolling
Stone adalah:
a. Keadaan tanah
Keadaan tanah di daerah Kuta,khususnya di lokasi proyek Hotel Rolling
Stone adalah tanah berpasir. Dengan kondisi tanah tersebut maka pondasi
yang dipilih adalah pondasi foot plat.
b. Muka air tanah
92

Muka air tanah di lokasi proyek Hotel Rolling Stone adalah muka air
tanah yang cukup tinggi.
c. Jumlah biaya yang dikeluarkan.
Jika dibandingkan dengan jenis pondasi yang lain, jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk membuat pondasi ini lebih sedikit.

3.8.2 Langkah-Langkah Pengerjaan Pondasi


1. Pekerjaan Galian Basement dan Galian Sump Pit
Pekerjaan ini dilakukan 2 alat backhoe.

Gambar 3.60
Galian Pondasi

2. Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja


Pekerjaan ini dilakukan oleh 5-8 orang pekerja dengan menggunakan
concrete pump. Tebal lantai kerjanya adalah 70-90 mm.

93

Gambar 3.61

Gambar 3.62

Pengecoran Lantai Kerja

Lantai Kerja

3. Pekerjaan Penulangan Basement.


Pekerjaan Penulangan Basement ini dikerjakan oleh 6-10 orang

Gambar 3.63
Penulangan Pelat Basement

94

Gambar 3.64
Penulangan plat basment

4. Pekerjaan Pemasangan Wiremesh/BRC pada lantai kerja


Pekerjaan ini dilakukan oleh 2-3 orang pekerja dengan jarak antae
BRC adalah 1 m.

Gambar 3.65
Pemasangan BRC

5. Pekerjaan Pemasangan Kaki Ayam


Dilakukan oleh 1 orang pekerja, dimana kaki ayam ini diletakkan
diantara 2 tumpukan BRC. Total jumlah terpasang pada setiap

95

lantai 25 buah per lantai. Dibagian bawah kaki ayam diberi beton
decking.

Gambar 3.66
Pemasangan Kaki Ayam

6.

Pekerjaan Pembersihan Basement Sebelum Pengecoran.


Pekerjaan

ini

dikerjakan

oleh

orang

pekerja

dengan

menggunakan alat compressor yang berfungsi untuk membersihkan


debu dan sisa material seperti kawat, pecahan kayu, dan lain-lain

Gambar 3.67
Pembersihan Pelat Basement Sebelum Pengecoran

7. Pekerjaan Pengecoran Pelat Basement


Dikerjakan oleh 6-10 orang pekerja diantaranya 6 orang tukang, 3
menggunakan vibrator, dan 1 orang pengawas dan beberapa orang
pengarah pipa saluran campuran beton. Alat yang dibutuhkan
antara lain mixer berkapasitas 6 m3 dan 3 buah vibrator, 1 buah
concrete pump.

96

Gambar 3.68
Pegecoran Basement

Tebal lantai basement adalah 70 cm

Gambar 3.69
Lantai basement

3.8.3

Tulangan Raft Basement

Perhitungan tulangan raft basement :


97

Raft basement dengan tulangan D16 175 pada luasan per 1000 mm2
Jumlah Tulangan =

= 5,71 6 tulangan

Luas Tulangan Seluruhnya (Ast) = Jumlah Tulangan x ( x x diameter tulangan)

=6x(

x x 162 )

= 1206,37 mm2
Pemasangan tulangan raft basement setelah disesuaikan dengan perhitungan dan
kondisi di lapangan, misalnya didapatkan hasil perhitungan adalah D16 - 175 per
1000 mm2 , maka dalam pemasangan akan digunakan tulangan dengan diameter
16 mm dipasang sebanyak 6 buah per luasan 1000 mm2 , Pemasangan tulangan
harus memperhatikan jarak atau celah agar agregat dengan butir terbesar dapat
masuk sehingga kualitas beton yang diharapkan bisa tercapai.

98

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Melalui hasil pengamatan pada pelaksanaan proyek Pembangunan Hotel

Entertainment Centre & Convention (HECC) di lapangan yang dilakukan pada


saat Kerja Praktek, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.

Proyek Pembangunan Hotel Entertainment Centre & Convention


(HECC) yang berlokasi di Jalan Pantai Kuta, Kuta, Kabupatan Badung
direncanakan dapat memenuhi kebutuhan wisatawan akan tempat penginapan,
pertemuan, dan hiburan dengan fasilitas yang memadai serta kemudahan akses
ke tujuan wisata dan lingkungan yang nyaman dan diharapkan dapat
membuka lapangan kerja baru, sehingga dapat membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran.

b.

Adapun pihak-pihak yang berperan antara lain :


1.

Pemilik Proyek
Pemilik Proyek Pembangunan Pembangunan Hotel Entertainment Centre
& Convention (HECC) adalah PT. Citra Putra Mandiri.

2.

Kontaraktor

99

Pada Proyek Pembangunan Pembangunan Hotel Entertainment Centre &


Convention (HECC) adalah PT. Hutama Karya.
3.

Konsultan Perencana
Bertindak sebagai konsultan Perencana pada Proyek Pembangunan
Pembangunan Hotel Entertainment Centre & Convention (HECC) adalah:
Architects

: PT. Airmas Asri

Structure Consultant

: PT. Agung Kusumo Asia

Mechanical Consultant : PT. Mitra Inti Pranata


Electrical Consultant

c.

: PT. Mitra Inti Pranata

Pada proyek Pembangunan Hotel Entertainment Centre &


Convention (HECC) ini penetapan kontraktor dilakukan dengan penunjukan
langsung.

d.

Jenis Kontrak yang digunakan antara pihak owner dan pihak


kontraktor adalah Unit price.

e.

Sesuai dengan Surat Perintah Kerja tahap 1 jangka waktu


pelaksanaan adalah (enam puluh tujuh) hari kalender, jumlah harga kontrak
yang sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati adalah sebesar Rp.
19.000.000.000,00 (Sembilan Belas Miliar Rupiah).

f.

Pekerjaan yang sudah selesai adalah raft basement, sebagian besar


kolom, dinding, sump pit, pit lift.

g. Pondasi yang digunakan adalah pondasi foot plat dimana menggunakan


tulangan baja D16-175. Pondasi ini langsung digunakan sebagai basement.
h. Pemasangan tulangan raft basement setelah disesuaikan dengan perhitungan
dan kondisi di lapangan, misalnya didapatkan hasil perhitungan adalah D16 175 per 1000 mm2 , maka dalam pemasangan akan digunakan tulangan dengan
diameter 16 mm dipasang sebanyak 6 buah per luasan 1000 mm2 ,
Pemasangan tulangan harus memperhatikan jarak atau celah agar agregat
dengan butir terbesar dapat masuk sehingga kualitas beton yang diharapkan
bisa tercapai.
i. Langkah-Langkah Pengerjaan Pondasi:
100

Pekerjaan Galian Basement dan Galian Sump Pit


Pekerjaan Pengecoran Lantai Kerja
Pekerjaan Penulangan Basement
Pekerjaan Pemasangan Wiremesh/BRC pada lantai kerja
Pekerjaan Pemasangan Kaki Ayam
Pekerjaan Pembersihan Basement Sebelum Pengecoran
Pekerjaan Pengecoran Pelat Basement

4.2 Saran
Berkaitan dengan adanya permasalahan yang dijumpai pada saat
melaksanakan Kerja Praktek, maka ada beberapa hal yang dapat disampaikan
utnuk selanjutnya dapat dipakai sebagai pertimbangan baru yaitu :
a.

Dalam suatu proyek, komunikasi harus tetap dibina, baik


antara poject manager dengan supervisor atau supervisor dengan kepala
tukang. Sehingga, kemungkinan bawahan merasa kecewa dapat diminimalisir.

b.

Dalam pelaksanaan suatu item pekerjaan sebaiknya


diperhatikan dan diawasi sedetail mungkin agar menggunakan spesifikasi
teknis serta standar mutu yang telah ditentukan oleh perencana sehingga dapat
mencegah masalah-masalah yang tidak diinginkan.

c.

Pelaksana lapangan harus memberikan informasi kepada


pihak owner atau pengawas pada saat pekerjaan akan dimulai. Dengan cara
mengajukan gambar berupa shop drawing/as built drawing kepada pihak
pengawas sebelum pekerjaan dimulai, supaya tidak terjadi perubahan pada
saat proyek sudah berjalan, sehingga tidak terjadi kegiatan bongkar pasang
yang akan menimbulkan kerugian baik materil maupun waktu.

101

d.

Pelaksana proyek hendaknya memperhatikan keselamatan


dan kesejahteraan tenaga kerja dengan baik, misalnya dengan memberikan
helm dan sepatu kerja bagi pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan,
membayar upah tenaga teapat waktu. Begitupun dengan para pekerja akan
sadar untuk menjaga keselamatannya sendiri.

102

Anda mungkin juga menyukai