Anda di halaman 1dari 12

METODE PELAKSANAAN

A. TAHAP PERSIAPAN
Dalam pekerjaan persiapan ini, Penyedia Jasa harus menyusun rencana
kerja dan jadwal pelaksanaan sebagai alat pengendalian, untuk mencapai
cara kerja yang efektif dan efesien dan harus mendapat persetujuan
dari pemilik pekerjaan.
1) Mobilisasi Personil dan Peralatan
Sebelum tahap konstruksi dimulai semua personil dan peralatan yang
diperlukan dalam pekerjaan harus sudah siap di lapangan.
2) Penyiapam Data dan Dokumen Kontrak Penyedia Jasa Konstruksi
Berbagai data dan laporan yang terkait dengan pekerjaan harus
disiapkan. Pengawas akan melakukan pengecekan secara detail
terhadap seluruh kelengkapan data yang ada dan akan dipergunakan
sebagai acuan pelaksanaan konstruksi, antara lain :
- Persyaratan kontrak.
- Spesifikasi teknis.
- Gambar rencana.

B. TAHAP PRA KONSTRUKSI


Tahapan ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

1) Pemeriksaan Lapangan Bersama (Uitzet)


Setelah penandatanganan kontrak Penyedia Jasa Konstruksi, Pengawas
Lapangan bersama dengan, dan Tim Teknis melakukan pemeriksanaan
lapangan bersama. Pemeriksaan antara lain meliputi : kesesuaian
kondisi lapangan dengan gambar rencana, Identifikasi atas lokasi-
lokasi yang memerlukan data dan perencanaan detail tambahan,
identifikasi jenis dan estimasi volume pekerjaan sesuai yang
diperlukan, serta identifikasi atas masalah-masalah teknis dan non
teknis yang diperkirakan akan dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan fisik.
2) Review Desain
Jika ditemukan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan
kondisi lapangan, maka perlu diusulkan perubahan desain kepada
Pejabat Pembuat Komitmen atas persetujuan Tim Supervisi dan
Pengawas Lapangan.
Lingkup kegiatan Review Desain adalah : meneliti dan memberi
masukan tentang kesuaian desain dengan keadaan lapangan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen, menyiapkan data pendukung review
desain sesuai kebutuhan lapangan, menyiapkan konsep
review/penyesuaian desain sesuai dengan kebutuhan lapangan.
3) Perhitungan MC-0
Hasil pemeriksaan lapangan bersama dipakai sebagai dasar untuk
menghitung volume pekerjaan Mutual Check 0 % (MC-0). Penyedia
harus membuat MC-0, yang harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen.
4) Pemeriksaan Material dan Desain Mix Beton
Penyedia harus mengajukan sampel material yang akan dipakai,
Pengawas Lapangan memeriksa mengikuti standar yang telah
ditetapkan dalam dokumen kontrak. Selanjutnya Pengujian mutu
dilakukan secara rutin dan random.

C. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Dalam tahap ini Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan
pekerjaan dengan baik dengan hasil yang sesuai dengan rencana yang
meliputi aspek mutu, waktu dan biaya.
1) Pemeriksaan Gambar Kerja
Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai, Gambar Kerja (Construction
Drawing) atau gambar hasil review desain harus sudah tersedia.
2) Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi sesuai dengan
Spesifikasi Teknik dan Dokumen Kontrak, pekerjaan harus dilakukan
dengan cermat mulai tahap persiapan pelaksanaan, metode
pelaksanaan termasuk penyusunan program pelaksanaan, teknik
pelaksanaan, prosedur pelaksanaan dan rencana waktu pelaksanaan.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Penyedia Jasa pada tahap
pelaksanaan meliputi:

■ Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan yang harus disediakan oleh Penyedia
Jasa Konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan harus sesuai
dengan kebutuhannya dengan mengacu pada program, metode dan
jadwal waktu pelaksanaan.

■ Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan berpedoman dari jadwal waktu
pelaksanaan pekerjaan serta program mingguan dan bulanan yang
disusun pada awal pelaksanaan, dengan memperhatikan jenis dan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan program
pelaksanaan pekerjaan.

■ Kualitas
Kualitas konstruksi dimulai dari kualitas material/bahan yang akan
dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi. Untuk jenis pekerjaan
yang disyaratkan harus mencapai tingkat kualitas tertentu
dengan pengujian laboratorium (pekerjaan beton dan timbunan
tanah), pemeriksaan kualitas sudah harus dimulai pada tahap pra
pelaksanaan dengan mengambil contoh material untuk pengujian
laboratorium. Terhadap material yang memenuhi syarat kemudian
dilakukan percobaan untuk memperoleh standard campuran
(design mix) untuk beton dan standard pemadatan untuk timbunan
tanah. Selanjutnya kualitas pada saat pelaksanaan berpedoman
pada hasil percobaan yang telah dilakukan.
Kualitas bangunan secara keseluruhan, antara lain kebenaran
elevasi bangunan yang dilaksanakan atau kesesuaian fungsi
bangunan tersebut terhadap yang direncanakan harus selalu
dilakukan.

■ Kuantitas
Kuantitas pekerjaan adalah kuantitas yang dapat berubah setiap
saat. Karena itu, perlu dilakukan monitoring dari waktu ke waktu
untuk mengetahui apakah kuantitas pekerjaan tersebut mencukupi
atau tidak. Bila terdapat satu item pekerjaan yang diperkirakan
kurang, maka untuk mencukupi kekurangan tersebut akan
diambilkan dari kuantitas item pekerjaan yang diperkirakan lebih
atau berprioritas lebih rendah bila diharapkan harga kontrak
yang ada tetap dipertahankan.

■ Cara Pelaksanaan
Harus diperhatikn cara pelaksanaan yang tepat agar tidak
mengakibatkan pemborosan tenaga, bahan dan waktu serta hasil
kerja yang tidak memenuhi syarat.

■ Rencana Waktu (Time Schedule)


Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada Rencana Waktu
(Time Schedule) yang telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen.
Berdasarkan Rencana Waktu Kontrak, dibuat Rencana Waktu
Detail untuk setiap bangunan atau bagian pekerjaan. Selama
pelaksanaan dinilai apakah kemajuan pekerjaan atau bagian-
bagian pekerjaan sesuai dan tidak menyimpang dari rencana waktu
penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan.
■ Kerapihan
Pelaksanaan suatu bangunan selain harus memenuhi fungsinya juga
harus terlihat rapi. Terutama untuk bangunan ukur, kerapihan
sangat mendukung fungsi dari bangunan tersebut. Untuk itu
pekerjaan pekerjaan harus betul-betul baik dan rapi (plesteran
betu-betul rata, siaran betul-betul rapi, tiang betul- betul vertikal
dan sebagainya).

■ Keselamatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan harus diperhatikan dan dijaga
keselamatan, baik untuk para pekerja, petugas-petugas dari
Pengguna Jasa maupun peralatan dan bahan-bahan bangunan yang
dipergunakan dalam pekerjaan.

■ Keserasian
Selain harus memenuhi kualitas, suatu bangunan air harus
dibuat sedemikian rupa sehingga serasi dengan kondisi lapangan.
3) Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan
Mengingat banyaknya pihak yang terlibat dalam penanganan pekerjaan
ini, suatu sistem komunikasi dan konsultasi yang efektif harus tetap
dijaga.

Suatu regular meeting yang terencana dengan agenda dan catatan akan
merupakan suatu keharusan, guna menjamin adanya catatan dari
setiap diskusi, kesepakatan ataupun keputusan.
Kemajuan semua pekerjaan konstruksi akan dimonitor terus menerus.
Begitu terjadi keterlambatan, harus diupayakan untuk segera
memperbaiki jadwal kerja dan dipastikan tanggal penyelesaian yang
diajukan cukup masuk akal dan akan tepat waktu atau mungkin
sebelum akhir kontrak.
Selain itu dibutuhkan pula identifikasi hal-hal yang memungkinkan
terjadinya keterlambatan pekerjaan serta kajian untuk mengetahui
sejauh mana permasalahan yang timbul tersebut berpengaruh
terhadap jadwal pelaksanaan.

D. TAHAP PASCA KONSTRUKSI


Penyedia Jasa harus melaksanakan serah terima hasil pekerjaan
kepada Pengguna Jasa.
1) Pembuatan Gambar Terbangun (As Built Drawing)
Setelah pekerjaan selesai dengan perhitungan MC 100, Penyedia Jasa
harus membuat As Built Drawing untuk diserahkan kepada Pengguna
Jasa.
2) Pembuatan Laporan MC 100
Perhitungan MC 100 dilakukan setelah pekerjaan dinyatakan selesai
dilaksanakan 100%, yang diperkuat dengan hasil pengukuran MC
100. Hasil pehitungan volume bersama dituangkan dalam Berita Acara
MC 100 yang ditandatangani bersama oleh Penyedia Jasa Konstruksi,
Pengawas Lapangan, Tim Teknis/Ahli dan Pejabat Pembuat
Komitmen sebagai dasar pembayaran 100%.
3) Pemeriksaan Akhir dan Serah Terima Pekerjaan
Bilamana pihak Penyedia Jasa Konstruksi sudah menganggap
pekerjaannya telah selesai keseluruhannya dan setelah dilakukan
Mutual Check 100 %, Penyedia Jasa Konstruksi dapat mengajukan
permohonan tertulis untuk proses Serah Terima Pekerjaan Pertama
(P1) seperti yang telah diatur dalam dokumen kontrak Penyedia Jasa
Konstruksi. Pengawas Lapangan bersama Tim Supervisi memeriksa
pekerjaan yang telah dinyatakan selesai keseluruhannya.

4) Kewajiban Pemeliharaan Selama Masa Pemeliharaan


Penyedia Jasa Konstruksi harus memperbaiki segala kerusakan yang
terjadi selama masa pemeliharaan. Setelah pekerjaan perbaikan
diselesaikan dengan baik oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan masa
pemeliharaan berakhir, maka dibuat Berita Acara Penyelesaian akhir
atau Serah Terima Pekerjaan Kedua (P2) berdasarkan surat
permohonan dari Penyedia Jasa Konstruksi .
5) Tata Cara Pelaporan
a. Sistem pelaporan
Sistem pelaporan harus praktis, cepat, tepat dan akurat dengan
demikian tindakan yang mendasari langkah-langkah selanjutnya
dapat mencapai hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya.
b. Semua laporan harus bersih
Kesalahan laporan harus dicoret dan diparaf.
c. Laporan harian
Terdiri dari pencatatan rutin sehari-hari dan pencatatan
permasalahan sehari-hari.
Laporan Harian ditanda tangani oleh :
- Pengawas Lapangan
- Pelaksana Penyedia Jasa Konstruksi
d. Laporan Kemajuan Pekerjaan Komulatif
Laporan ini merupakan rekapitulasi perhitungan volume yang
dilampiri dengan perhitungan volume pekerjaan terlaksana.
e. Check List
Check List ini harus diisi oleh Pelaksana dan dimintakan
ijin/persetujuan sebelum memulai pekerjaan atau meneruskan
pekerjaan berikutnya.
Untuk pemakaian check list ini disesuaikan dengan adanya
pekerjaan/ bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi :
Check List Staking Out (Uitzet), Check List Galian Tanah, Check List
Timbunan Tanah, Check List Gebalan rumput, Check List Bekisting,
Check List Pekerjaan Penulangan, Check List Pasangan Batu, Check
List Siaran, Check List Plesteran, Check List Pengecoran Beton,
Check List Kisdam, Check List Pintu.

E. SPESIFIKASI TEKNIK
1) Pekerjaan Tanah
a) Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah harus dilakukan sedemikian sehingga aman,
tahan lama, tidak merusak lingkungan sekitarnya, tidak
menimbulkan masalah, dan tidak mengganggu O & P di kemudian hari.
Yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana lapisan-lapisan
tanahnya setelah tersingkap, jenis-jenisnya, ketebalannya dan yang
sangat penting adalah dimana letak tinggi muka air tanahnya.
b) Stripping dan Grubbing
Penggalian pembersihan lapisan atas tanah dan pembersihan dan
dongkel tanaman (stripping & grubbing) dilakukan untuk memperoleh
lapisan tanah yang bebas dari lapisan humus, akar-akar, sisa-sisa
bangunan untuk dapat dilakukan penimbunan diatasnya dengan
aman umumnya stripping dilaksanakan dengan mengupas permukaan
tanah sekitar 10-20 cm, tetapi kalau perlu bisa lebih.
Bila dengan stripping masih terdapat sisa akar-akar atau puing-puing
bangunan maka dilakukan penggalian setempat untuk membuangnya.
c) Timbunan Tanah
Sebelum dilakukan penimbunan harus dilakukan pengapasan
(stripping) terlebih dahulu.
Penimbunan dilakukan dengan menghampar tanah galian selapis demi
selapis setebal 15 cm – 20 cm, lalu dipadatkan dengan alat pemadat
(tangan/mesin).
Bila lapis pertama sudah mencapai kepadatan yang diinginkan (sudah
memenuhi syarat) maka lapisan berikutnya dihamparkan dan
dipadatkan dengan cara yang sama hingga mencapai ketinggian yang
dikehendaki. Dalam penimbunan lebar timbunan hendaknya dilebihkan
melebihi garis profil yang akhirnya di kepras (dipotong) sesuai
profilnya sebagai finishing.
Syarat Pemadatan :
Kadar air optimum untuk jenis tanah tertentu akan ditentukan oleh
Direksi. Menentukan kadar air optimum dilapangan dapat dilakukan
dengan cara “Pengepalan” yaitu dengan mengambil segenggam tanah
kemudian dikepal keras-keras beberapa kali.

d) Gebalan Rumput
Gebalan rumput dimaksudkan untuk melindungi tanah dari erosi
karena air hujan, sehingga ditetapkan sebagai berikut :
- Jenis rumput yang digunakan adalah rumput lamuran atau rumput
yang menjalar atau menurut petunjuk direksi.
- Tempat gebalan disiram air hingga basah, baru gebalan boleh
dipasang
- Lempengan rumput dipasang pada bagian-bagian yang dipasang
gebalan dan tiap lempangan ditusuk dengan bambu agar tidak
melorot
- Perawatan rumput dilakukan dengan penyiraman sampai rumput
tumbuh, bila ada yang amti agar disulam dengan yang baru.
2) Pasangan Batu
Susunan batu yang dihubungkan satu sama lain dengan teratur, baik
diikat dengan perekat (spesi) atau tidak diikat, itu disebut pasangan
batu.
Susunan batu yang teratur dan tidak diikat dengan perekat (spesi)
disebut pasangan batu kosong.
Pasangan batu untuk bagian muka susunannya tidak akan teratur,
maka agar terlihat baik dan rapi masih perlu diberi pasangan batu
muka.
Pasangan batu muka adalah pasangan batu yang bidang mukanya
dibuat kira-kira datar, baik berbentuk sembarang atau diberi bentuk
tertentu sesuai persyaratan dalam Spesifikasi Teknik.
a) Persyaratan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan pasangan batu adalah
batu, pasir, semen (PC), air.
 Batu
Jenis batu yang dipilih untuk digunakan pada daerah-daerah
tertentu tergantung dari faktor-faktor sbb :
- Pengujian dari pada konstruksi yang ada ditempat, dimana batu
jenis tersebut sudah digunakan.
- Tersedianya batu dalam jumlah yang diperlukan.
- Memenuhi standar laboratorium atau pengujian lapangan
untuk kepadatan dan keawetan.

- Kalau disekitarnya tidak ada batu yang memenuhi syarat, harus


dicari ditempat lain.
Syarat-syarat umum dari Batu :
- Bersih dan tidak terbungkus kotoran, Lumpur dll.
- Berat, keras, tahan lama dan homogen secara alami
- Tahan terhadap udara, air dan asam dari tanah
- Tahan terhadap tekanan
- Tidak higroscopis
- Bersih dari oksida besi dan mangaan yang dapat amempercepat
rusaknya batu.
- Bebas retakan, celah-celah dan lubang-lubang dimana akar
tumbuhan bias masuk dan memecahkan.
 Pasir (agregat halus)
Pasir dapat berasal dari sungai, galian atau dari produk
pemecahan batu. Pasir laut dilarang digunakan.
Pasir harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Keras, tajam, tidak tercampur butir dari batuan yang rendah
kualitasnya.
- Tahan lama : tidak mudah lapuk oleh cuaca
- Berbutir aneka ragam (gradasi)
- Tidak mengandung kotoran, butir-butir halus, zat-zat organik,
garam dan kimia.
- Ukuran butiran maximum 2 mm.
Tempat penimbunan dan penyimpanan pasir harus bersih dari
sampah organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak
terkontaminasi oleh bahan lainnya, seperti air laut/garam yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.
 Semen
Semua Semen Portland untuk spesi/mortal/adukan untuk pekerjaan
batu harus disesuaikan dengan syarat-syarat dan ketentuan
dalam SNI 15-2049-1994.
 Air
Air yang digunakan sama dengan ketentuan air pada pekerjaan
beton.
b) Cara Pengadukan
Ada 2 cara pengadukan :
- Pengadukan dengan tangan/tenaga manusia
- Pengadukan dengan mesin/molen
Pengadukan dengan tangan :
- Takar jumlah pasir dan ratakan bagian atasnya
- Takar jumlah semen dan sebarkan diatas pasir
- Aduk merata pasir dan semen sampai warnanya merata
- Tuangkan air dan aduk sampai warna merata dengan kepekatan
sama.
- Adukan harus ditutup agar tidak terkena terik matahari dan segera
digunakan tidak lebih dalam waktu setengah jam.
`Pengadukan dengan mesin :
- Pengadukan dengan mesin menghasilkan adukan yang baik dan
homogen.
- Takar pasir dan semen sesuai campurannya dan diaduk dalam
keadaan kering sampai merata warnanya, setelah itu ditambahkan air
dan diaduk lagi sampai rata.
- Bila dirasa masih kurang air dapat ditambahkan dan diaduk lagi
- Waktu pengadukan antara 4 – 10 menit
- Adukan harus sudah digunakan dalam waktu setengah jam setelah
diaduk
- Tidak boleh menambahkan air pada adukan yang mulai mengeras
untuk dipergunakan dengan mengaduk lagi
- Lindungi adukan yang sudah siap dengan lembaran plastik untuk
mencegah agar tidak cepat kering.

3) Pekerjaan Beton
a) Susunan Beton
Beton terdiri dari pasir, kerikil dan diikat dengan cement dan air. Bahan
pasir dan kerikil harus bermutu baik, dan memenuhi spesifikasi
tentang mutu beton apabila beton itu telah mengeras.
b) Campuran Beton
- Beton harus dibentuk dari semen Portland, Pasir, Kerikil, batu pecah,
air yang ditentukan sebelumnya semua campuran dengan
perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang baik/tepat.
- Untuk Beton konstruksi K125 dipergunakan campuran
perbandingan 1PC : 2 Ps : 3 Kr. Banyaknya semen tiap m3 paling
tidak harus 325 Kg dengan nilai factor air semen 0,57.

- Ukuran dalam agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian


pekerjaan tidak boleh melampui ukuran yang ditetapkan oleh
Direksi. Ukuran yang ditetapkan sepraktis mungkin sehingga
tercapai ukuran/takaran yang sesuai.

c) Bekisting/Acuan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Konstruksi acuan harus direncanakan sedemikian agar mudah
dipasang dan dibongkar tapi cukup kuat dan aman.
- Permukaan acuan harus dibuat rata, sambungan-sambungan papan
atau sudut-sudut dibuat rapat agar tidak bocor yang dapat berakibat
lolosnya air semen dan sarang-sarang kerikil/keropos.
- Bagian-bagiannya disangga dengan kuat sehingga tidak akan
melendut pada waktu pengecoran.
- Permukaan acuan harus benar-benar horizontal/vertikal seperti yang
direncanakan.
- Bahan bangunan untuk cetakan (kayu, besi, dll) harus utuh &
berkualitas baik.
- Bila direncanakan untuk mendapatkan permukaan yang halus,
papan harus diserut, menggunakan kayu lapis atau dilapisi plastik.
- Bila diperlukan lubang-lubang pada beton nantinya, harus diberi
pipa-pipa untuk ditempat-tempat yang dikehendaki.
- Bahan bekisting : Papan tebal > = 20 mm, kayu lapis > = 12 mm, balok
50 x 70 mm
d) Penulangan
Periksalah gambar pembesian termasuk pembengkokan berdasarkan
gambar penulangan yang disetujui direksi.
a. Pembengkokan :
- Perlengkapan pembengkokan tulangan seperti gambar perlu
dipersiapkan dilapangan oleh pemborong.
- Batang-batang harus dibengkokkan sesuai dengan bentuk dan
panjangnya, bila kurang jelas tanyakan ke atasan.
- Batang tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingindan
tidak boleh dengan cara yang dapat merusak tulangan.
- Pembengkokkan/pembuatan kait harus mengikuti ketentuan
SNI.
- Toleransi pemotongan/pembengkokkan berdasar ketentuan SNI.
b. Pemasangan Tulangan
- Tulangan disusun dengan jarak dan susunan sesuai gambar
- Penempatan tulangan tidak boleh terbalik antara lapisan atas dan
lapisan bawah.
- Untuk menjamin jarak yang benar antara tulangan atas dan
bawah, agar dipasang cakar ayam.
- Selimut/pelindung beton harus terjamin sesuai dengan gambar
baik horizontal maupun vertical dengan memasang beton tahu,
pemasangan beton tahu minimal 4 buahm2
- Tulangan harus diikat erat dengan sedikitnya dua kali putaran
dengan kawat beton diameter 1,6 mm.
- Ujung-ujung kawat beton agar dipotong sependek mungkin agar
tidak mencuat keluar dari beton.
- Bila papan acuan diberi pelumas, lakukan sebelum tulangan
dirakit diatasnya.
- Bila pemasangan tulangan selesai, agar dimintakan
pemeriksaan oleh direksi/pengawas.
e) Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja
tulang beton, pemasangan instalasi yang harus ditanam
penyengkapan, pengikatan dan persiapan permukaan yang harus
berhubungan dengan pengecoran telah disetujui oleh direksi.
Kecuali untuk beton pondasi sumuran, beton tidak boleh dicor dalam
air tanpa ijin tertulis dari Direksi dan cara mengecornya harus
menurut persetujuan.
b. Beton harus dikerjakan dengan mudah dan dicor dicetakan yang telah
ditentukan tanpa pemindahan tulang atau pemindahan dalam jangka
waktu satu jam setelah mencampur selesai.
c. Beton harus dicor berlapis-lapis sesuai dengan rencana, dengan
menggunakan mesin penggetar (vibrator) atau mesin lainnya yang
disetujui oleh Direksi.
d. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan di waktu hujan lebat
sehingga mungkin dapat memisahkan bahan-bahan beton.
e. Penyedia Jasa harus memberitahu tanggal mulai mengecor beton
kepada Direksi sebelum mulai pekerjaan.
f. Pengecoran yang baik diangkut dengan ember atau kereta dorong
(tidak boleh menggunakan talang).

f) Alat Bantu
Salah satu alat bantu yang biasa dipakai dalam pekerjaan pengecoran,
adalah mesin penggetar (vibrator). Ketentuan dalam penggunaan
vibrator, sebagai berikut:
- Jarum penggetar dimasukkan tegak lurus maximum miring 45
derajat.
- Tidak boleh dipakai untuk plat-plat yang tipis
- Jarum Pengetar bukan alat transport (menggeser adonan)
- Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih dari 30 s/d 50 cm
- Jarum penggetar dimasukkan perlahan-lahan
- Menariknya juga harus perlahan-lahan
- Penggetar ditarik apabila sekitar jarum tersebut berwarna
mengkilat.
- Baru dipindah ketempat lain
- Tidak boleh diulangi
- Jaraknya 1 s/d 1,5 panjang jarum penggetar
- Tidak boleh mengenai tulangan / cetakan beton.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

EDI NURCAHYO, S.T., M.Si.


Penata Tk I
NIP. 19810802 201001 1 026

Anda mungkin juga menyukai