METODA PELAKSANAAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 1 ayat 6, menyebutkan kegagalan bangunan
adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa, menjadi tidak berfungsi dengan baik secara
keseluruhan maupun sebahagian atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai kesalahan penyedia jasa atau pengguna jasa.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 18 tahun 2000 pada petunjuk teknis Pengadaan Barang/Jasa pada saat
rapat persiapan harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan disepakati pengguna barang/jasa pada saat persiapan
pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai kondisi lapangan, sehubungan dengan Undang-undang No. 18 Tahun 1999 dan
Keppres RI No. 18 Tahun 2000 diatas, maka pelaksanaan Pekerjaan yang berlokasi di Kota Bukittinggi diperlukan adanya
Metode Pelaksanaan Konstruksi untuk menghindari adanya kegagalan pekerjaan.
2. LINGKUP PEKERJAAN
Item pekerjaan yang dilaksanakan yaitu : Drainase Lingkungan Paket 2
3. PENERAPAN
Metode Pelaksanaan ini digunakan untuk memonitor pekerjaan yang dilaksanakan secara sistematis dan sesuai dengan
schedule pelaksanaan pekerjaan.
5. PENGENDALIAN MUTU
Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam proses produksi baik SDM, material,
peralatan, proses, saran kerja dan subkontraktor.
a. SDM
• Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis
• Pengarahan, pembinaan
• Monitor dan pelaporan
b. Material
• Pengujian sample bahan
• Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai
• Pemilihan supplier
• Jadwal kebutuhan material
• Cara penyimpanan
• Cara handling
• Monitor dan pelaporan
c. Peralatan
• Pemilihan jenis alat yang sesuai
• Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan)
• Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai
• Pemilihan supplier bahan yang baik
• Monitor dan pelaporan
d. Proses
• Peralatan yang sesuai
Metoda Pelaksanaan | Drainase Lingkungan Paket 2
Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman 2023
e. Schedule Pekerjaan
Schedule kerja dibuat berdasarkan asumsi, logika yang benar dan berdasarkan data-data yang sangat terbatas pada
saat ini.Schedule urutan kerja dalam bentuk kurva S dan barchart dapat dilihat dalam Time Schedule Kerja dan Network
Planning.
6. PENUTUP
Metode Pelaksanaan sangatlah mutlak untuk Perusahaan Jasa Konstruksi guna tercapainya
a. Kwalitasnya yang baik (the best of quality)
b. Tepatnya waktu (on time delivery)
c. Tepatnya Biaya (precisely the expense of)
METODA KONSTRUKSI
A. INFORMASI PEKERJAAN
Setelah dilakukannya Aanwjizing kantor/lapangan serta mempelajari bestek/gambar dan memahami berita acara
Aanwijzing, maka kesempatan ini kami mencoba membuat metoda Pelaksanaan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang
berlokasi di Kota Bukittinggi diperlukan adanya Metode Pelaksanaan Konstruksi untuk menghindari adanya kegagalan
pekerjaan.Dan merupakan salah satu syarat teknis untuk penawaran pekerjaan tersebut diatas.
Untuk memenuhi persyaratan Usulan Teknis dalam penawaran yang kami ajukan, maka kami susun berdasarkan
aturan-aturan pelaksanaan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam Bestek/Gambar Kerja.Dalam metoda Pelaksanaan pekerjaan
ini,kami menguraikan/menjelaskan langkah langkah kerja yang akan kami lakukan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut
diatas, yang meliputi alokasi dan mobilisasi tenaga kerja, material, dan peralatan, serta teknis pelaksanaan pekerjaan dan waktu
pengerjaannya selama ± 90 Hari Kalender.
Tahap awal pekerjaan adalah pekerjaan persiapan yang merupakan kegiatan orientasi lapangan dan kegiatan
Pengukuran ulang atau pemancangan dan pengambilan data awal pekerjaan.
• Orintasi Lapangan.
Orientasi Lapangan merupakan kegiatan untuk memahami kondisi medan kerja, dengan orientasi lapangan akan lebih
memudahkan dalam penentuan strategi pelaksanaan pekerjaan.
Pertama sekali dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan proyek ini, seperti pengelola proyek,
konsultan / Pengawas lapangan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan sekaligus menyampaikan Struktur
Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan Time Shedule Pelaksanaan Pekerjaan. Selanjutnya kami segera menyiapkan
proses pekerjaan yang terdiri dari pengurusan syarat-syarat administrasi dan teknis pekerjaan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini kami perkirakan + 90 hari kalender siap 100%, Sedangkan
pembagian waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing item jenis pekerjaan akan disesuaikan dengan Time
schedule yang dilampirkan dalam penawaran ini. Dalam waktu pelaksanaan ini juga diperhitungkan resiko hari hujan
dan hari- hari libur serta faktor-faktor lainnya yang bisa mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
• Metoda Pelaksanaan Lapangan.
Analisa-analisa dalam menentukan Metoda Pelaksanaan adalah kondisi lapangan, transportasi, bahan, peralatan, skill
tenagakerja dan pengaruh cuaca. Pada metode pelaksanaan akan diuraikan cara kerja yang layak dan realistik yang
bisa menyampaikan seluruh kegiatan baik pekerjaan persiapan maupun pekerjaan fisik yang akan dilaksanakan untuk
menyelesaikan seluruh item pekerjaan sesuai spesifikasi teknik yang telah ditetapkan dengan tahap pelaksanaan yang
sistematis berdasarkan sumber daya yang tersedia.
• Manajemen Proyek
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan terlebih dahulu dilaksanakan pekerjaan pembuatan foto dokumentasi
selama pelaksanaan pekerjaan pada keadaan kondisi sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah
selesai pelaksanaan pekerjaan (0%,50% dan100%), pengambilan opname foto dokumentasi tersebut dilakukan dari
satu titik/ posisi pengambilan tetap atau akan dikonsultasikan dengan direksi atau pengawas lapangan nantinya.
Pekerjaan pengukuran ulang atau pengecekan ulang dilakukan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut sesuai
dengan perencanaan baik itu Ketinggian, panjang dan lebar serta volume yang akan dikerjakan maupun yang
lainnya. Pekerjaan pengukuran ulang ini juga berguna untuk membuat MC.0 dan sebagai dasar untuk menentukan
lokasi pekerjaan dalam memulai pelaksanaan pekerjaan nantinya.
• Persiapan Lain Seperti Direksi Keet, Mess Kerja dan Gudang Sementara.
Untuk direksi keet akan dibuat konstruksi semi permanen dengan luas yang diperlukan, dilengkapi dengan mebel
sederhana. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat dikendalikan dengan cepat dan pada direksi keet ini ditempatkan
bestek atau gambar kerja yang akan dilaksanakan, serta dilengkapi juga dengan Jadwal waktu pelaksanaan
(TimeSchedule).
Pada direksikeet ini disediakan ruang-ruang tertentu, baik itu untuk kontraktor sendiri maupun ruang untuk
direksi/pengawas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan konsultasi apabila dalam peleksanaan ada hal-hal yang tidak
lengkap atau kurang jelas dalam gambar bestek atau gambar kerja.Untuk gudang dan mess kerja dibuat bangunan
sementara yang dapat melindungi dari panas dan hujan. Bangunan ini akan dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan. Kami juga akan memasang plank proyek diawal dan akhir proyek.
• Peralatan
Setelah pekerjaan pengukuran ulang selesai kami laksanakan, kami akan mendatangkan peralatan kerja yang
dibutuhkan ke Lokasi pekerjaan. Nantinya setelah pekerjaan selesai kami laksanakan, barulah peralatan kami bawa
kembali dari lokasi pekerjaan.
• Persiapan Bahan dan Tenaga
Sebelum memulai pekerjaan fisik, selain peralatan, juga akan didatangkan bahan dan tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Lancarnya suatu pekerjaan sangat ditentukan seberapa besar persiapan yang kita lakukan.
Semakin maksimal persiapan yang kita laksanakan maka semakin besar pula kemajuan/hasil yang akan didapatkan
nantinya. Untuk tenaga kerja serta material yang akan digunakanakan disiapkan dan ditempatkan sesuai dengan
komponen pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Untuk tenaga kerja pada penggalian dan pekerjaan nonskill akan kami datangkan dari lokasi setempat, sedangkan
untuk pekerjaan yang membutuhkan skill (terampil), dilakukan oleh personil dari perusahaan kami. Untuk material
bangunan sepertib batu, pasir, sirtu dan split akan kami datangkan dari quary lokal (penyedia material setempat).
• Mobilisasi adalah pengiriman atau pengerahan sumber daya manusia, barang, alat dan sarana–prasarana yang
dibutuhkan dalam rangka mengoperasikan suatu proyek sesuai scope dan persyaratan yang diperlukan.
• Peralatan kerja yang masuk dan keluar nantinya harus mendapat ijin dari direksi. Peralatan didatangkan sesuai
kebutuhan lapangan yang akan dikerjakan.
• Peralatan yang dikirim ke lapangan sesuai dengan item pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang
dilaksanakan. Dimana kondisi Peralatan yang digunakan dalam keadaan baik sehingga terlaksananya pekerjaan
sesuai target yang direncanakan.
• Mobilisasi dan demobilisasi Peralatan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan agar tidak mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
• Demobilisasi adalah proses pemulangan atau pengembalian peralatan, sumber daya manusia dan barang keluar dari
lokasi proyek karena telah selesainya pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
• Direksi Keet dibuat untuk jangka waktu penggunaan minimal sama dengan lama pelaksanaan pekerjaan, terbuat atas
konstruksi semi permanent dan seluruhnya akan menjadi milik pemberi kerja setelah pelaksanaan proyek berakhir.
Kami akan memelihara kebersihan halaman/bangunan dan melakukan perbaikan-perbaikan Direksi Keet selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung, sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi.
• Gambar Kerja (Shop Drawing)
Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (construction drawing) belum cukup memberikan
petunjuk untuk mencapai keadaan terlaksana, maka Kami akan membuat gambar kerja (shop drawing) yang memperlihatkan
secara terperinci cara pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud. Gambar kerja tersebut harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
• Gambar Hasil Revisi (As Build Drawing)
Semua yang belum terdapat dalam Gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi
Tugas/Direksi/Konsultan Pengawas ataupun tidak, Kami akan membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa
yang dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
SISTIM MUTU
Dalam setiap pengelolaan proyek berasas Organisasi Proyek Murni artinya proyek berdiri sendiri dengan kewenangan
penuh kepada Project Manager / Pelaksana untuk melakukan langkah dalam melaksanakan pekerjaan dan bertindak mewakili
direktur dalam mengambil keputusan proyek.
Tujuan :
• Terbentuk team proyek dengan bagian yang lengkap dengan komando tunggal
• Team proyek dapat segera malakukan tindakan dalam penanganan proyek
• Status mandiri memacu team agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, kwalitas terjamin dan hasil
yang memuaskan
• Jalur komunikasi akan lebih singkat dan cepat
• Memiliki efektifitas yang tinggi dalam menyelesaikan proyek.
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari sampah, rumput, dan berbagai hal lain
yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Sampah-sampah
yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut
dengan menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini dipasang pada tempat yang mudah
dilihat dengan mencantumkan data-data proyek antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan,
pengawas pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan
untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu
ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok.
Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.
3. Pengukuran
Pengukuran meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan elevasi. Elevasi yang tertera
pada shop drawing diterapkan di lapangan dengan memasang patok-patok dan bouwplank untuk menyimpan elevasi.2.
4. Galian Tanah
Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai. Elevasi galian dikontrol berdasarkan elevasi yang sudah
disimpan pada patok. Penggalian tanah menggunakan manual, yaitu menggali kedudukan saluran tanah atau saluran tertutup.
Setelah pemasangan bouplank sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan pemasangan bouplank ini beriring dengan
pekerjaan. Galian tanah Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian struktur,
galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal. Selama pelaksanaan pekerjaan galian Biasa, lereng
sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-kan
Metoda Pelaksanaan | Drainase Lingkungan Paket 2
Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman 2023
sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian
mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan
dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut
5. Bongkaran Beton
Proses pembongkaran beton biasanya dikerjakan menggunakan palu beton (bogem) dan pahat. Kadang-kadang Anda
juga perlu memakai gergaji untuk memotong tulangan besi yang masih menancap kuat di beton. Usahakan bidang kerja
pembongkaran jangan terlalu luas. Cukup sekitar 1 x 1 m per suatu waktu. Jadi bila Anda telah berhasil membongkar bidang
beton seluas 1 m2, Anda dapat berpindah ke bidang di sebelahnya dengan luas area yang sama. Selain akan memudahkan
proses pekerjaan, risiko bahaya yang ditimbulkannya pun dapat diperkecil. Pembongkaran cukup dikerjakan dengan
memukulkan palu beton pada struktur yang akan dihancurkan tadi, dimulai dari bagian atas ke bawah. Bagian struktur yang
susah dihancurkan bisa dibantu menggunakan pahat.
7. Pekerjaan Beton
I. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan – bahan untuk menyelesaikan pekerjaan beton sesuai
dengan Gambar Kerja dan RKS.
b. Untuk semua campuran beton konstruksi Beton K250
• syarat mutu sesuai dengan RKS dan persyaratan beton sesuai dengan PBI 1971 ( NI .2 ) atau ASTM.
• PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
• SNI 2847-2002 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
• SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
• SNI 8140-2016 – Peraturan Beton Struktural Untuk Rumah Tinggal
c. Kontraktor bertanggungjawab penuh atas kualitas konstruksi dengan ketentuan dalam pasal berikut dan sesuai dengan
Gambar Kerja dan konstryuksi yang diberikan.
d. Kehadiran Direksi/ pengawasan selaku wakil Pemberi Tugas atau Perencana yang sejauh mungkin melihat /
mengawasi/ menegur atau memberi nasehat tidaklah mengurangi tanggungjawab penuh tersebut diatas.
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah Portland Cement Type PCC, yang memenuhi syarat – syarat menurut standar semen
Indonesia ( NI – 8 – 1972 ) dan standar Industri Indonesia ( SII 0013 – 81 ) mutu dan cara uji semen Portland.
2. Seluruh pekerjaan beton harus digunakan semen dari merk yang sama, kecuali tidak adanya stock dipasaran,
dapat dipakai merk yang lain tanpa meninggalkan syarat yang ditentukan. Pemakaian semen merk lain harus
seizin Direksi/ pengawas secara tertulis.
3. Kantong – kantong semen yang rusak jahitannya dan robek – robek, tidak diperkenankan untuk digunakan.
4. Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.
5. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi/ pengawas tentang konsinyasi semen yang menyatakan nama
pabrik smen tersebut, type dan jumlah semen yang akan dikirim, bersama sertifikat telah diadakan testing sesuai
denagn segala sesuatu yang telah disebutkan tertutup rapat.
6. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan . Harus diterima dalam kantong asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat.
7. Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan tidak kena iar, diletakkan pada tempat
yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari permukaan lantai. Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampuai 2
m, dan setiap pengiriman baru harus dipisahkan diberi tanda dengan maksud agar pemakaiansemen dilakukan
menurut urutan pengirimannya.
b. Agregat Halus
1. Harus sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 ) atau ASTM
2. Kualisifikasi pasir diisyaratkan sebagai berikut :
Ukuran Ayakan ( US Standar Sieve ) Lolos
No. 4 100 %
No. 8 92 % – 100 %
No. 16 65 % - 85 %
No. 30 35 % - 55 %
No. 50 15 % - 30 %
No. 100 0 % - 12 %
No. 200 0%
3. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan terhadap berat kering ) dan yang diartikan lumpur
adalah bagian – bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm, atau ayakan No. 200 bila ditest sesuai dengan
ASTM C 117.
Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka agregat halus harus berupa di cuci
4. Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan organik, lumpur, tanah, karang, garam dan
sebagainya. Pasir laut tidak boleh dipergunakan. Harus berupa “ crused “ yang mempunyai susunan gradasi yang
baik, cukup syarat kekerasannya, padat dan tidak porous.
5. Kontraktor harus mengajukan contoh agregat halus yang dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi/
Pengawas.
Test – test yang harus dilakukan terhadap contoh diatas berupa :
0,75 Inch 90 % – 98 %
0,50 Inch 30 % – 45 %
No. 4 0 % – 10 %
No.8 0% –5%
Type A2 : Medium
0, 50 Inch 100 %
No. 4 10 % – 100 %
No. 8 0% –5%
3. Harus terdiri dari butir – butir yang keras tidak berpori, tidak pecah dan tidak terpengaruh oleh cuaca.
4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering juga tidak boleh mengandung zat
yang rusak beton.
5. Kontraktor harus mengajukan contog agregat kasar yang akan dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan
Direksi/ Pengawas. Test – test yang harus dilakukan terhadap contoh tersebut diatas berupa :
• Test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to Abration of Small Size Coarse.
• Test Gradasi sesuai denagn ASTM C 136
• Test Grdasi untuk kadar lumpur sesuai ASTM C 117
• Test – test lainnya bila dianggap perlu
6. Persyaratan agregat kasar berlaku juga untuk beton
d. Air
Sesuai ketentuan PBI – 1971 Ayat 3.6
Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih, bebas dari bahan – bahan yang merusak beton/ baja tulangan atau
campuran – campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dibuktikan hasil test laboratorium.
a. Bahan
1. Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971 setara produksi Kratau Steel ( KS )
dengan mutu sebagai berikut :
Diameter Jenis Barang Mutu Tau ( To. 2 )
Keterangan :
2. Kawat beton untuk pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 ( satu ) mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak menempuh seng.
3. Besi dan kawat beton seperti dimaksud diatas harus bebas dari kotoran–kotoran, karat, minyak, cat, kulit giling
serta bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.
4. Sambungan dan panjang kawat besi beton harus sesuai dengan PBI 1971 dan buku Pedoman Perencanaan
untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
b. Pelaksanaan
1. Pembengkokan dan pelurusan besi beton harus dilakukan dalam keadaan dingin, besi beton dipotong dan
dibengkokan sesuai gambar.
2. Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
c. Perawataan
Besi beton harus disimpan dengan baik tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan diudaara terbuka untuk jangka
waaktu yang panjang.
3. Semua pengetesan tersebut diatas, harus dilakukan di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi ( LUK BPPT )
Serpong aatau Laboraatorium lainnya yang direkomendasi oleh Direksi/ Pengawas dan minimal sesuai dengan
SII – 0136-84, Mutu dan cara uji baja tulangan beton atau standar/ peralatan lain yang setara.
IV. Acuan ( Bekisting )
a. Bahan
Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari multiplek tebal 9 mm dan maksimum dapat dipakai 2 ( dua
) kali pengecoran beton. Acauan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari acuan tersebut.
b. Konstruksi
1. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehngga tidak ada perubahan bentuk dan kuat penahan beban –
beban sementara sesuai denan jalannyaa pekerjaan beton.
2. Semua bekisting haraus diberi penguat datar dan silan sehingga tidak ada kemungkinan bergeraknya acuan,
juga harus dapat menghindarkaan keluarnya bagia adukan.
3. Susunan acuan dengan stutwerk disusun sedemikian rupa sehingga mudah di kontrol dan mudah dalam
pembongkaran nantinya tanpa merusak beton yan bersangkutan.
c. Pelapisan Cetakan ( Mould Oil )
Untuk mempermudah penyngkiraan penutup – penutup pelapisan cetakan dapat digunaakan dari merk yang telah
disetujui oleh Direksi/ Pengawas..
d. Beton Dekking
Sebelum dilaksankaan pengecoran beton, Kontraktor agar menyiaapkan beton dekking dengan mutu sesuai denan
mutu beton yang akan dicor dan tebal beton decking sesuai dengan PBI 1971.
V. Beton Bertulang
Beton Saluran
• Beton K. 250, untuk semua pengecoran saluran dan tutup saluran.
Kekuatan tekan beton diperoleh dari keadaan tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ( 15 x 15 x 15 )
cm pada usia 21 hari . Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam PBI
– 1971.
a. Persiapan
1. Proporsi semen, pasir, dan kerikil disesuaikan dengan trial mix yang telah disetujui.
2. Sebelum adukan beton cor, kayu – kayu bekisting dan lantai kerja harus bersih dari kotoran seperti serbuk
gergaji, tanah, minyak dan lain – lain sertaa haarus dibasahi secukupnya. Perlu diadakan tindakan – tindakan
untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasah tersebut pada sisi bawah.
3. Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi/ pengawas memeriksa dan menyetujui
bekisting, tulangan, stek–stek dan lai –lain dimana beton tulangan tersbeut akan diletakan . Jikaa tidak ada
pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/ pengawas, kontraktor
diperintahkan untuk menyikirkan beton yang baru dicor atas biaya–biaya Kontraktor.
b. Pelaksanaan
1. Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah di tuang di dalam mixer minimal 2 menit.
2. Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan siap dipakai dalam tempo 40 menit harus sudah
dituang pada acuan yang sudah disiapkan.
3. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih besar dari 2,00 m, untuk kolom yang tingi jendela –
jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari agresi dan menjamin satu pengecoran
yang tidak terputus.
4. Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang terus menerus atau tercapai pada construction joint,
beton tidak boleh dituang diatas lapisan beton yang cukup keras.
5. Jika pada bagaimana pengecoran terjadi pemberhentian harus ditentukan letaknya dan dibuat seperti yang
disetujui oleh Direksi/ pengawas.
6. Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam setelah beton dicor, semua pengecoran
dilakukan pada siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat
diselesaikan pada siang hari, kecuali yang izin Pemberi Tugas, Direksi/ pengawas boleh dikerjakan malam hari.
7. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika kontraktor mengambil tindakan – tindakan pencegahan
kerusakan yang telah disetujui Direksi/ pengawas.
8. Dalam rencana kerja/ barchart, pekerjaan struktur dilaksanakan maksimal 5 ( lima ) hari.
a. Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar ( vibrator ) yang berfrekwensi dalam adukan
paling sedikit 6.000 putaran dalam 1 menit. Penggetar harus dimulai pada waktu adukan dimasukkan dan dilanjutkan
dengan adukan berikutnya.
b. Pada permukaan yang vertical vibrator harus dekat kecetakan tapi tidak menyentuhnya, tidak boleh menggetarkan
pada satu bagian adukan lebih dari 20 detik.
c. Penggetaran boleh dilakukan pada tulangan-tulangan terutama pada tulangan yang telah masuk dan beton yang mulai
mengeras.
d. Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan satu massa yang bebas dari lubang–lubang agregasi dan honey
cumbig, memperlihatkan permukaan yang halus dan mempunyai suatu kepadatan yang sama dengan yang diperoleh
pada kubus test.
VIII. Pengujian
a. Kontraktor harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI 1971 pasal 4.7 bdan pasal 4.9 tanpa menggunakan
penggetar. Saat pengecoran pertama harus dibuat minimal 1 ( satu ) benda uji ukuran ( 15 x 15 x 15 ) cm dilakukan
setiap 1,5 m3 beton, sampai di dapat 20 ( dua puluh ) benda uji untuk yang pertama. Pengambilan benda uji harus
dengan periode antara yang disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
b. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut ( slump ) sebesar < 10 cm serta pengujian tekanan.
c. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarta itu tidak boleh
dipakai, dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur PBI 1971.
e. Pengambilan contoh untuk pengujian jumlahnya disesuaikan dengan keadaan konstruksi dan harus diambil langsung
dari lapangan lokasi pengecoran, atas petunjuk dan persetujuan Direksi/ Pengawas.
f. Kontraktor harus membuat bak air untuk tempat perawatan/ penyimpanan benda uji sebelum dilakukan test pengujian
laboratorium bak air harus terlindung dari curah hujan dan panas matahari.
Temperatur maksimal airnya 26 C. Pembuatan bak air harus disetujui oleh Direksi / Pengawas serta biaya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data – data kualitas beton yang disyahkan oleh Direksi/ Pengawas.
Meskipun hasil pengujian kubus – kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi
beton yang cacat seperti sebagai berikut :
X. Pipa – pipa
a. Pipa air buangan dan lain – lainnya serta bagian – bagiannya yang tertanam didalam ataupun yang bersinggungan
dengan beton harus dari bahan yang tidak merusak beton.
b. Pipa dan bagian – bagiannya yang terbuat dari aluminium tidak boleh tertanam di dalam beton, kecualai bila ditutup
dengan lapisan yang efektif dapat mencegah reaksi kimia antara aluminium dengan baja.
c. Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3 tebal beton tempat
pipa tersebut tertanam.
d. Pipa yang menembus beton harus menpunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi keuatan – kekuatan konstruksi
.
a. Waktu minimal dari saat selesainnya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran acuan dari bagian – bagian
struktur harus ditentukan dari percobaan – percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimal seperti
tercantum pada daftar sebagai berikut :
b. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari benturan/ pengrusakan dengan pertolongan bambu/
papan dan sebagainya.
c. Lajur–lajur tulangan ( stek ) yang belum dicor pada bagian konstruksi akan bekerj abeban – beban yang lebih tinggi
dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
d. Bila mana akibat pembongkaran cetakan pada bagian – bagian konstruksi akan bekerja beban – beban yang lebih
tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
e. Perlu ditekankan bahwa tanggungjawab atas keaman konstruksi beton seluruhnya terletak pada kontraktor.
f. Kontraktor harus memberitahukan Direksi/ Pengawas bilamana ia bermaksud membongkar cetakan pada bagian
konstruksi utama dan minta persetujuannya, walaupun begitu bukan berarti lepas tanggung jawabnya.
g. Pada dasarnya pembongkaran acuan harus dilaksankaan sesuai dengan ketentuan PBI 1971 NI.2.
• Pendatangan bahan sesuai dengan gambar perencanaan dan mutu bahan tersebut yang dibuktikan dengan hasil uji
beton laboratorium oleh pabrik beton preacest tersebut yang sebelumnya sudah meminta izin kepada Konsultan
Supervisi untuk didatangkan dari pabrik kelokasi pekerjaan.
• Beton pracetak dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.
• Pendatangan bahan sesuai dengan gambar perencanaan dan mutu bahan tersebut yang dibuktikan dengan hasil uji
beton laboratorium oleh pabrik beton preacest tersebut yang sebelumnya sudah meminta izin kepada Konsultan
Supervisi untuk didatangkan dari pabrik kelokasi pekerjaan.
• Beton pracetak dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.
• Diangkat menggunakan creane kapasitas 5 ton atau excavator mini menggunakan tali webbing dengan penuh kehati-
hatian agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang serius dan juga memastikan tali webbing masih layak dipakai agar tidak
terjatuh berakibat kerugian material.
• Setelah dilakukan pemasangan beton preacest tersebut, tersusun rapi sesuai gambar yang ada, maka sambungan
antara preacest diisi menggunakan semen grouting tanpa campuran apapun kecuali air, setelah itu diisi lah celah
celah yang kosong antara beton preacest tersebut agar air dari saluran tersebut tidak merembes ke luar beton
preacest yang mengakibatkan struktur tanah yang ada pada beton preacest menjadi rusak, bisa jadi akan mengalami
penurunan beton preacest.