METODA PELAKSANAAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 1 ayat 6, menyebutkan
kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa,
menjadi tidak berfungsi dengan baik secara keseluruhan maupun sebahagian atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang
sebagai kesalahan penyedia jasa atau pengguna jasa.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 18 tahun 2000 pada petunjuk teknis Pengadaan
Barang/Jasa pada saat rapat persiapan harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan disepakati
pengguna barang/jasa pada saat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai kondisi
lapangan, sehubungan dengan Undang-undang No. 18 Tahun 1999 dan Keppres RI No. 18 Tahun 2000
diatas, maka pelaksanaan Pekerjaan yang berlokasi di Kota Bukittinggi diperlukan adanya Metode
Pelaksanaan Konstruksi untuk menghindari adanya kegagalan pekerjaan.
2. LINGKUP PEKERJAAN
Item pekerjaan yang dilaksanakan yaitu : Drainase Lingkungan Paket 4
3. PENERAPAN
Metode Pelaksanaan ini digunakan untuk memonitor pekerjaan yang dilaksanakan secara sistematis dan
sesuai dengan schedule pelaksanaan pekerjaan.
5. PENGENDALIAN MUTU
Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam proses produksi baik
SDM, material, peralatan, proses, saran kerja dan subkontraktor.
a. SDM
• Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis
• Pengarahan, pembinaan
• Monitor dan pelaporan
b. Material
• Pengujian sample bahan
• Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai
• Pemilihan supplier
• Jadwal kebutuhan material
• Cara penyimpanan
• Cara handling
• Monitor dan pelaporan
c. Peralatan
• Pemilihan jenis alat yang sesuai
• Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan)
• Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai
Metoda Pelaksanaan | Drainase Lingkungan Paket 4
Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman 2023
e. Schedule Pekerjaan
Schedule kerja dibuat berdasarkan asumsi, logika yang benar dan berdasarkan data-data yang
sangat terbatas pada saat ini.Schedule urutan kerja dalam bentuk kurva S dan barchart dapat
dilihat dalam Time Schedule Kerja dan Network Planning.
6. PENUTUP
Metode Pelaksanaan sangatlah mutlak untuk Perusahaan Jasa Konstruksi guna tercapainya
a. Kwalitasnya yang baik (the best of quality)
b. Tepatnya waktu (on time delivery)
c. Tepatnya Biaya (precisely the expense of)
METODA KONSTRUKSI
A. INFORMASI PEKERJAAN
Setelah kami penyedia mengikuti Aanwjizing kantor/lapangan serta mempelajari bestek/gambar
dan memahami berita acara Aanwijzing, maka kesempatan ini kami mencoba membuat metoda
Pelaksanaan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang berlokasi di Kota Bukittinggi diperlukan adanya
Metode Pelaksanaan Konstruksi untuk menghindari adanya kegagalan pekerjaan.Dan merupakan salah
satu syarat teknis untuk penawaran pekerjaan tersebut diatas.
Untuk memenuhi persyaratan Usulan Teknis dalam penawaran yang kami ajukan, maka kami
susun berdasarkan aturan-aturan pelaksanaan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam Bestek/Gambar
Kerja.Dalam metoda Pelaksanaan pekerjaan ini,kami menguraikan/menjelaskan langkah langkah kerja
yang akan kami lakukan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut diatas, yang meliputi alokasi dan
mobilisasi tenaga kerja, material, dan peralatan, serta teknis pelaksanaan pekerjaan dan waktu
pengerjaannya selama ± 90 Hari Kalender.
Tahap awal pekerjaan adalah pekerjaan persiapan yang merupakan kegiatan orientasi lapangan
dan kegiatan Pengukuran ulang atau pemancangan dan pengambilan data awal pekerjaan.
• Orintasi Lapangan.
Orientasi Lapangan merupakan kegiatan untuk memahami kondisi medan kerja, dengan orientasi
lapangan akan lebih memudahkan dalam penentuan strategi pelaksanaan pekerjaan.
Pertama sekali dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan proyek ini, seperti
pengelola proyek, konsultan / Pengawas lapangan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
pekerjaan sekaligus menyampaikan Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan dan Time
Shedule Pelaksanaan Pekerjaan. Selanjutnya kami segera menyiapkan proses pekerjaan yang
terdiri dari pengurusan syarat-syarat administrasi dan teknis pekerjaan.
• Persiapan Lain Seperti Direksi Keet, Mess Kerja dan Gudang Sementara.
Untuk direksi keet akan dibuat konstruksi semi permanen dengan luas yang diperlukan,
dilengkapi dengan mebel sederhana. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat dikendalikan dengan
cepat dan pada direksi keet ini ditempatkan bestek atau gambar kerja yang akan dilaksanakan,
serta dilengkapi juga dengan Jadwal waktu pelaksanaan (TimeSchedule).
Pada direksikeet ini disediakan ruang-ruang tertentu, baik itu untuk kontraktor sendiri maupun
ruang untuk direksi/pengawas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan konsultasi apabila dalam
peleksanaan ada hal-hal yang tidak lengkap atau kurang jelas dalam gambar bestek atau
gambar kerja.Untuk gudang dan mess kerja dibuat bangunan sementara yang dapat melindungi
dari panas dan hujan. Bangunan ini akan dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
Kami juga akan memasang plank proyek diawal dan akhir proyek.
• Peralatan
Setelah pekerjaan pengukuran ulang selesai kami laksanakan, kami akan mendatangkan
peralatan kerja yang dibutuhkan ke Lokasi pekerjaan. Nantinya setelah pekerjaan selesai kami
laksanakan, barulah peralatan kami bawa kembali dari lokasi pekerjaan.
• Persiapan Bahan dan Tenaga
Sebelum memulai pekerjaan fisik, selain peralatan, juga akan didatangkan bahan dan tenaga
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Lancarnya suatu pekerjaan sangat ditentukan
seberapa besar persiapan yang kita lakukan. Semakin maksimal persiapan yang kita laksanakan
maka semakin besar pula kemajuan/hasil yang akan didapatkan nantinya. Untuk tenaga kerja
serta material yang akan digunakanakan disiapkan dan ditempatkan sesuai dengan komponen
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Untuk tenaga kerja pada penggalian dan pekerjaan nonskill akan kami datangkan dari lokasi
setempat, sedangkan untuk pekerjaan yang membutuhkan skill (terampil), dilakukan oleh
personil dari perusahaan kami. Untuk material bangunan sepertib batu, pasir, sirtu dan split akan
kami datangkan dari quary lokal (penyedia material setempat).
SISTIM MUTU
Dalam setiap pengelolaan proyek berasas Organisasi Proyek Murni artinya proyek berdiri sendiri
dengan kewenangan penuh kepada Project Manager / Pelaksana untuk melakukan langkah dalam
melaksanakan pekerjaan dan bertindak mewakili direktur dalam mengambil keputusan proyek.
Tujuan :
• Terbentuk team proyek dengan bagian yang lengkap dengan komando tunggal
• Team proyek dapat segera malakukan tindakan dalam penanganan proyek
• Status mandiri memacu team agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, kwalitas
terjamin dan hasil yang memuaskan
• Jalur komunikasi akan lebih singkat dan cepat
• Memiliki efektifitas yang tinggi dalam menyelesaikan proyek.
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari sampah, rumput,
dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu. Sampah-sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu
tempat yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut dengan menggunakan dump truck
untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini dipasang pada
tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek antara lain nama proyek, pekerjaan,
lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan pengukuran
lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan titik ikat (Bench Mark). Dalam
pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor.
Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan
panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.
material timbunan tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering maka dapat
dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini dilakukan beriringan dengan
pekerjaan Direksi Keet.
Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap orang dilokasi
proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di dalam lokasi proyek harus selalu
memakai alat pelindung diri dan Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang ada di lokasi.
Waktu Pengerjaan nya kami sesuaikan dengan Jadwal Pelaksanaan dan Schedule urutan kerja
dalam bentuk kurva “S” dan barchart dapat dilihat dalam Time Schedule Kerja.
3. Pengukuran
Pengukuran meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan elevasi. Elevasi yang
tertera pada shop drawing diterapkan di lapangan dengan memasang patok-patok dan bouwplankuntuk
menyimpan elevasi.2.
4. Galian Tanah
Setelah patok dipasang, pekerjaan galian bisa dimulai. Elevasi galian dikontrol berdasarkan
elevasi yang sudah disimpan pada patok. Penggalian tanah menggunakan manual, yaitu menggali
kedudukan saluran tanah atau saluran tertutup. Setelah pemasangan bouplank sesuai dengan dimensi
yang telah ditentukan pemasangan bouplank ini beriring dengan pekerjaan.
Galian tanah Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu, galian
struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal. Selama pelaksanaan
pekerjaan galian Biasa, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur
atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil.
Bilamana diperlukan, menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan
dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut
5. Bongkaran Beton
Proses pembongkaran beton biasanya dikerjakan menggunakan palu beton (bogem) dan pahat.
Kadang-kadang Anda juga perlu memakai gergaji untuk memotong tulangan besi yang masih menancap
kuat di beton. Usahakan bidang kerja pembongkaran jangan terlalu luas. Cukup sekitar 1 x 1 m per suatu
waktu. Jadi bila Anda telah berhasil membongkar bidang beton seluas 1 m2, Anda dapat berpindah ke
bidang di sebelahnya dengan luas area yang sama. Selain akan memudahkan proses pekerjaan, risiko
bahaya yang ditimbulkannya pun dapat diperkecil. Pembongkaran cukup dikerjakan dengan memukulkan
palu beton pada struktur yang akan dihancurkan tadi, dimulai dari bagian atas ke bawah. Bagian struktur
yang susah dihancurkan bisa dibantu menggunakan pahat.
7. Pekerjaan Beton
I. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan meliputi semua tenaga, peralatan dan bahan – bahan untuk menyelesaikan
pekerjaan beton sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
b. Untuk semua campuran beton konstruksi Beton K225
• syarat mutu sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan persyaratan beton sesuai dengan PBI 1971
( NI .2 ) atau ASTM.
a. Semen
1. Semen yang dipakai adalah Portland Cement Type PCC, yang memenuhi syarat – syarat
menurut standar semen Indonesia ( NI – 8 – 1972 ) dan standar Industri Indonesia ( SII 0013
– 81 ) mutu dan cara uji semen Portland.
2. Seluruh pekerjaan beton harus digunakan semen dari merk yang sama, kecuali tidak adanya
stock dipasaran, dapat dipakai merk yang lain tanpa meninggalkan syarat yang ditentukan.
Pemakaian semen merk lain harus seizin Direksi/ pengawas secara tertulis.
3. Kantong – kantong semen yang rusak jahitannya dan robek – robek, tidak diperkenankan
untuk digunakan.
4. Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong, sama sekali tidak diperbolehkan
untuk dipergunakan.
5. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi/ pengawas tentang konsinyasi semen yang
menyatakan nama pabrik smen tersebut, type dan jumlah semen yang akan dikirim, bersama
sertifikat telah diadakan testing sesuai denagn segala sesuatu yang telah disebutkan tertutup
rapat.
6. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan . Harus diterima dalam kantong asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
7. Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan tidak kena iar,
diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari permukaan lantai. Tidak
boleh ditumpuk sampai tingginya melampuai 2 m, dan setiap pengiriman baru harus
dipisahkan diberi tanda dengan maksud agar pemakaiansemen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
b. Agregat Halus
1. Harus sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 ) atau ASTM
2. Kualisifikasi pasir diisyaratkan sebagai berikut :
Ukuran Ayakan ( US Standar Sieve ) Lolos
No. 4 100 %
No. 8 92 % – 100 %
No. 16 65 % - 85 %
No. 30 35 % - 55 %
No. 50 15 % - 30 %
No. 100 0 % - 12 %
No. 200 0%
3. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan terhadap berat kering ) dan yang
diartikan lumpur adalah bagian – bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm, atau ayakan
No. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C 117.
Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka agregat halus harus berupa di cuci
4. Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan organik, lumpur, tanah,
karang, garam dan sebagainya. Pasir laut tidak boleh dipergunakan. Harus berupa “ crused “
yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya, padat dan tidak
porous.
5. Kontraktor harus mengajukan contoh agregat halus yang dipergunakan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi/ Pengawas.
Test – test yang harus dilakukan terhadap contoh diatas berupa :
0,75 Inch 90 % – 98 %
0,50 Inch 30 % – 45 %
No. 4 0 % – 10 %
No.8 0% –5%
Type A2 : Medium
0, 50 Inch 100 %
No. 4 10 % – 100 %
No. 8 0% –5%
3. Harus terdiri dari butir – butir yang keras tidak berpori, tidak pecah dan tidak terpengaruh oleh
cuaca.
4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering juga tidak
boleh mengandung zat yang rusak beton.
5. Kontraktor harus mengajukan contog agregat kasar yang akan dipergunakan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi/ Pengawas. Test – test yang harus dilakukan terhadap
contoh tersebut diatas berupa :
• Test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to Abration of Small Size
Coarse.
• Test Gradasi sesuai denagn ASTM C 136
• Test Grdasi untuk kadar lumpur sesuai ASTM C 117
• Test – test lainnya bila dianggap perlu
6. Persyaratan agregat kasar berlaku juga untuk beton
d. Air
Sesuai ketentuan PBI – 1971 Ayat 3.6
Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih, bebas dari bahan – bahan yang merusak beton/
baja tulangan atau campuran – campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dibuktikan hasil
test laboratorium.
a. Bahan
1. Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan PBI 1971 setara produksi
Kratau Steel ( KS ) dengan mutu sebagai berikut :
Diameter Jenis Barang Mutu Tau ( To. 2 )
Keterangan :
2. Kawat beton untuk pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 (
satu ) mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak menempuh seng.
3. Besi dan kawat beton seperti dimaksud diatas harus bebas dari kotoran–kotoran, karat,
minyak, cat, kulit giling serta bahan lain yang mengurangi daya lekat terhadap beton.
4. Sambungan dan panjang kawat besi beton harus sesuai dengan PBI 1971 dan buku
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
b. Pelaksanaan
1. Pembengkokan dan pelurusan besi beton harus dilakukan dalam keadaan dingin, besi beton
dipotong dan dibengkokan sesuai gambar.
2. Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempat.
c. Perawataan
Besi beton harus disimpan dengan baik tidak menyentuh tanah dan tidak disimpan diudaara
terbuka untuk jangka waaktu yang panjang.
b. Konstruksi
1. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehngga tidak ada perubahan bentuk dan kuat
penahan beban – beban sementara sesuai denan jalannyaa pekerjaan beton.
2. Semua bekisting haraus diberi penguat datar dan silan sehingga tidak ada kemungkinan
bergeraknya acuan, juga harus dapat menghindarkaan keluarnya bagia adukan.
3. Susunan acuan dengan stutwerk disusun sedemikian rupa sehingga mudah di kontrol dan
mudah dalam pembongkaran nantinya tanpa merusak beton yan bersangkutan.
c. Pelapisan Cetakan ( Mould Oil )
Untuk mempermudah penyngkiraan penutup – penutup pelapisan cetakan dapat digunaakan dari
merk yang telah disetujui oleh Direksi/ Pengawas..
d. Beton Dekking
Sebelum dilaksankaan pengecoran beton, Kontraktor agar menyiaapkan beton dekking dengan
mutu sesuai denan mutu beton yang akan dicor dan tebal beton decking sesuai dengan PBI
1971.
V. Beton Bertulang
Beton Saluran
• Beton K. 225, untuk semua pengecoran saluran dan tutup saluran.
Kekuatan tekan beton diperoleh dari keadaan tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus
beton ( 15 x 15 x 15 ) cm pada usia 21 hari . Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam PBI – 1971.
a. Persiapan
1. Proporsi semen, pasir, dan kerikil disesuaikan dengan trial mix yang telah disetujui.
2. Sebelum adukan beton cor, kayu – kayu bekisting dan lantai kerja harus bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain – lain sertaa haarus dibasahi secukupnya.
Perlu diadakan tindakan – tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pembasah
tersebut pada sisi bawah.
3. Pekerjaan pengecoran beton baru dilaksanakan sesudah Direksi/ pengawas memeriksa dan
menyetujui bekisting, tulangan, stek–stek dan lai –lain dimana beton tulangan tersbeut akan
diletakan . Jikaa tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran
tidak disetujui oleh Direksi/ pengawas, kontraktor diperintahkan untuk menyikirkan beton
yang baru dicor atas biaya–biaya Kontraktor.
b. Pelaksanaan
1. Proses pengadukan bahan campuran beton yang sudah di tuang di dalam mixer minimal 2
menit.
2. Untuk menjaga agar ikatan beton tetap terjamin, maka adukan siap dipakai dalam tempo 40
menit harus sudah dituang pada acuan yang sudah disiapkan.
3. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih besar dari 2,00 m, untuk kolom yang
tingi jendela – jendela harus dibuat pada cetakan, ini harus dikerjakan untuk menghindari
agresi dan menjamin satu pengecoran yang tidak terputus.
4. Pengecoran beton dilakukan dalam suatu operasi yang terus menerus atau tercapai pada
construction joint, beton tidak boleh dituang diatas lapisan beton yang cukup keras.
5. Jika pada bagaimana pengecoran terjadi pemberhentian harus ditentukan letaknya dan
dibuat seperti yang disetujui oleh Direksi/ pengawas.
6. Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam setelah beton dicor,
semua pengecoran dilakukan pada siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian
pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali yang izin
Pemberi Tugas, Direksi/ pengawas boleh dikerjakan malam hari.
7. Tidak boleh mengecor beton waktu hujan, kecuali jika kontraktor mengambil tindakan –
tindakan pencegahan kerusakan yang telah disetujui Direksi/ pengawas.
8. Dalam rencana kerja/ barchart, pekerjaan struktur dilaksanakan maksimal 5 ( lima ) hari.
a. Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar ( vibrator ) yang
berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 6.000 putaran dalam 1 menit. Penggetar harus dimulai
pada waktu adukan dimasukkan dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya.
b. Pada permukaan yang vertical vibrator harus dekat kecetakan tapi tidak menyentuhnya, tidak
boleh menggetarkan pada satu bagian adukan lebih dari 20 detik.
c. Penggetaran boleh dilakukan pada tulangan-tulangan terutama pada tulangan yang telah masuk
dan beton yang mulai mengeras.
d. Pekerjaan beton yang telah selesai harus merupakan satu massa yang bebas dari lubang–lubang
agregasi dan honey cumbig, memperlihatkan permukaan yang halus dan mempunyai suatu
kepadatan yang sama dengan yang diperoleh pada kubus test.
VIII. Pengujian
a. Kontraktor harus membuat benda uji menurut ketentuan dalam PBI 1971 pasal 4.7 bdan pasal 4.9
tanpa menggunakan penggetar. Saat pengecoran pertama harus dibuat minimal 1 ( satu ) benda
uji ukuran ( 15 x 15 x 15 ) cm dilakukan setiap 1,5 m3 beton, sampai di dapat 20 ( dua puluh )
benda uji untuk yang pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
b. Termasuk dalam pengujian ini adalah pengujian susut ( slump ) sebesar < 10 cm serta pengujian
tekanan.
c. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi
syarta itu tidak boleh dipakai, dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.
d. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur PBI
1971.
e. Pengambilan contoh untuk pengujian jumlahnya disesuaikan dengan keadaan konstruksi dan
harus diambil langsung dari lapangan lokasi pengecoran, atas petunjuk dan persetujuan Direksi/
Pengawas.
f. Kontraktor harus membuat bak air untuk tempat perawatan/ penyimpanan benda uji sebelum
dilakukan test pengujian laboratorium bak air harus terlindung dari curah hujan dan panas
matahari.
Temperatur maksimal airnya 26 C. Pembuatan bak air harus disetujui oleh Direksi / Pengawas
serta biaya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data – data kualitas beton yang disyahkan oleh
Direksi/ Pengawas.
Meskipun hasil pengujian kubus – kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk
menolak konstruksi beton yang cacat seperti sebagai berikut :
b. Konstruksi Beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai
dengan Gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain
X. Pipa – pipa
a. Pipa air buangan dan lain – lainnya serta bagian – bagiannya yang tertanam didalam ataupun
yang bersinggungan dengan beton harus dari bahan yang tidak merusak beton.
b. Pipa dan bagian – bagiannya yang terbuat dari aluminium tidak boleh tertanam di dalam beton,
kecualai bila ditutup dengan lapisan yang efektif dapat mencegah reaksi kimia antara aluminium
dengan baja.
c. Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar dari pada 1/3
tebal beton tempat pipa tersebut tertanam.
d. Pipa yang menembus beton harus menpunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi keuatan
– kekuatan konstruksi .
a. Waktu minimal dari saat selesainnya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran acuan
dari bagian – bagian struktur harus ditentukan dari percobaan – percobaan kubus benda uji
yang memberikan kuat desak minimal seperti tercantum pada daftar sebagai berikut :
b. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari benturan/ pengrusakan dengan
pertolongan bambu/ papan dan sebagainya.
c. Lajur–lajur tulangan ( stek ) yang belum dicor pada bagian konstruksi akan bekerj abeban –
beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung.
d. Bila mana akibat pembongkaran cetakan pada bagian – bagian konstruksi akan bekerja beban
– beban yang lebih tinggi dari rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung.
e. Perlu ditekankan bahwa tanggungjawab atas keaman konstruksi beton seluruhnya terletak
pada kontraktor.
f. Kontraktor harus memberitahukan Direksi/ Pengawas bilamana ia bermaksud membongkar
cetakan pada bagian konstruksi utama dan minta persetujuannya, walaupun begitu bukan
berarti lepas tanggung jawabnya.
g. Pada dasarnya pembongkaran acuan harus dilaksankaan sesuai dengan ketentuan PBI 1971
NI.2.
• Pendatangan bahan sesuai dengan gambar perencanaan dan mutu bahan tersebut yang
dibuktikan dengan hasil uji beton laboratorium oleh pabrik beton preacest tersebut yang
sebelumnya sudah meminta izin kepada Konsultan Supervisi untuk didatangkan dari pabrik
kelokasi pekerjaan.
• Beton pracetak dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.