Anda di halaman 1dari 21

LEARNING SUMMARY

PENGAWASAN KONSTRUKSI

NO. ABSEN : 21
NAMA : NICODEMUS NICSON BAU, SST.
UNIT KERJA : BP2P NT II
MATERI : PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PADA PERSIAPAN PEK. KONSTRUKSI

1. PEMERIKSAAN BERSAMA (MUTUAL CHECK/MC-0)

1.1. Pembersian Lapangan


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan lapangan dari rintangan,
hambatan, antara lain:
1. Site Clearing (Pembersihan lokasi) merupakan upaya membersihkan areal dari
tumbuhan liar dan semak belukar disekitar lokasi pekerjaan konstruksi, tujuannya
untuk mengetahui secara pasti elevasi dan bentuk permukaan tanah asli.
2. Stripping (Pengupasan) merupakan upaya mengupas lapisan humus (top soil)
setebal +/- 20 cm. pada seluruh permukaan tanah pada areal yang akan dikerjakan.
Tujuannya agar didapatkan permukaan bidang kontak pada alas pekerjaan
konstruksi dengan baik.
3. Grubbing (Pembongkaran) merupakan upaya menggali dan membuang akar-
akar tanaman/tonggak-tonggak kayu /sisa-sisa/puing-puing bangunan dari
pasangan batu/ beton.

1.2. Pemeriksaan Bersama (Mutual Check/MC-0)


Penyedia jasa pekerjaan konstruksi menyampaikan dokumen permohonan perubahan
dengan menggunakan contoh Format Perubahan di Lapangan (Formulir II.1.), yang
meliputi:
1. Informasi detail perubahan,
2. Metode perbaikan,
3. Dasar pertimbangan perubahan,
4. Gambar konstruksi.

1.3. Rangkuman
Kegiatan Pemeriksaan Bersama dimulai dari pembersihan lapangan yang dapat berupa
Site Clearing (Pembersihan lokasi), Stripping (Pengupasan), Grubbing (Pembongkaran),
yang bertujuan agar lokasi atau areal pekerjaan konstruksi terbebas dari rintangan
sehingga dapat mempermudah pemasangan patok. Langkah selanjutnya adalah
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan serta menyesuaikannya dengan
desain. Apabila ditemukan ketidaksesuaian kondisi lapangan dengan desain, atas
persetujuan pengguna jasa, melalui berita acara pemeriksaan bersama, penyesuaian
dapat dilakukan dengan menuangkannya dalam addendum kontrak.
2. PERSYARATAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

2.1. Prosedur Permohonan Memulai Pekerjaan


Penyedia jasa pekerjaan konstruksi tidak diperkenankan melakukan kegiatan sebelum
memperoleh persetujuan dari pengguna jasa. Penyedia jasa pekerjaan konstruksi harus
menyampaikan permohonan ijin memulai pekerjaan (request of work) terlebih dahulu
sebelum memulai setiap pekerjaan.

2.2. Pemeriksaan Persyaratan Permohonan Memulai Pekerjaan


Sebagai Pengawas Pekerjaan, sebelum melakukan pemeriksaan atas dokumen yang
dilampirkan penyedia jasa pekerjaan konstruksi, perlu memahami terlebih dahulu
kriteria persetujuan dokumen tersebut sebagaimana tersebut dibawah ini:
1. Gambar Kerja: kesesuaian gambar kerja dengan gambar desain dan kondisi
lapangan. Bila ditemukan gambar kerja tidak sesuai dengan gambar desian atau
tidak sesuai dengan kondisi lapangan, penyedia jasa pekerjaan konstruksi
memohon perubahan gambar kerja dengan menggunakan contoh Format
Permohonan Perubahan Gambar Kerja, sebagaimana tersebut pada formulir III.2.
Contoh Format Perubahan Gambar Kerja.
Prosedur perubahan gambar kerja yang tidak sesuai dengan gambar desian dan
kondisi lapangan dapat dilihat pada gambar III.3. Bagan Alir Permohonan
PerubahanGambar Kerja.
2. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement): Sesuai dengan
spesifikasi dalam kontrak dan gambar desain:
a. Metode Kerja: Kelaikan dan keandalan metode kerja yang digunakan,
b. Tenaga Kerja yang Terlibat: kompetensi tenaga kerja yang diajukan sesuai
dengan rencana pekerjaan yang diajukan,
c. Peralatan yang dibutuhkan:
i. Kesesuaian dan kelaikan peralatan dengan rencana pekerjaan yang
diajukan,
ii. Operator masing masing alat memiliki Surat Ijin Operator (SIO)
iii. Masing masing alat memiliki Surat Ijin Laik Operasi (SILO).

d. Material yang digunakan: sesuai dengan spesifikasi, apabila ditemukan


material yang akan digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi, pekerjaan
tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan sebelum material yang akan
digunakan tersebut diganti dan memenuhi spesifikasi.
e. Aspek Keselamatan Konstruksi: kesesuaian analisis K3 yang mengacu
pada Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yang telah disetujui,
f. Jadwal mobilisasi: kesesuaian jadwal mobilisasi tiap tiap sumber daya,
khususnya Peralatan, Material, Tenaga Kerja dengan rencana pekerjaan
yang diusulkan,
3. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP):
Kesesuaian item-item pemeriksaan dan pengujian dengan pengendalian mutu yang
mencakup pemeriksaan material dan hasil pekerjaan.

2.3. Latihan
a. Apa saja yang harus dipersiapkan oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi sebelum
mengajukan ijin mulai bekerja?

b. Sebagai seorang pengawas lapangan, apabila anda menemui material yang dikirim ke
lapangan tidak sesuai dengan spesifikasi, apa yang anda akan lakukan melihat kondisi
material tersebut?

c. Coba uraikan dalam kondisi yang bagaimana gambar kerja yang diusulkan oleh
penyedia jasa pekerjaan konstruksi dapat diubah?

2.4. Rangkuman
Penyedia jasa pekerjaan konstruksi tidak diperkenankan melakukan kegiatan apapun di
lapangan sebelum mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa. Untuk memperoleh ijin
kerja dari pengguna jasa, penyedia jasa pekerjaan konstruksi harus mengajukan
permohonan memulai pekerjaan yang dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti:
1. Gambar Kerja,
2. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan, yang memuat
a. Metode Kerja: Kelaikan dan keandalan metode kerja yang digunakan,
b. Tenaga Kerja yang Terlibat: kompetensi tenaga kerja yang diajukan
sesuai dengan rencana pekerjaan yang diajukan,
c. Peralatan yang dibutuhkan: Operator yang memiliki surat ijin dan alat
yang laik untuk dioperasikan
d. Material yang digunakan yang sesuai dengan spesifikasi
e. Aspek Keselamatan Konstruksi sebgaimana telah disetujui untuk masing
masing kegiatan pada waktu PCM
f. Jadwal mobilisasi seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan/pekerjaan yang dimintakan ijin untuk mulai kerja
3. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP)
3. PENGAWASAN PEKERJAAN

3.1. Pengawasan Mutu Pekerjaaan


untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan oleh penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi telah berdasarkan spesifikasi dan metode kerja yang telah disetujui oleh
pengguna jasa, hal-hal yang menjadi perhatian dalam melakukan pengawasan
mutu pekerjaan:
1. Metode Kerja:
a. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang telah disetujui,
b. Memperhatikan titik tunggu (holding point), dimana pekerjaan dapat
dilanjutkan bila tahap pekerjaan sebelumnya telah selesai dan disetujui,
2. Tenaga kerja yang terlibat: Pemeriksaan terkait jumlah tenaga kerja sesuai
dengan rencana.
3. Peralatan yang dibutuhkan: Pemeriksaan ketersediaan SILO (Surat Izin Laik
Operasi) dan SIO (Surat Izin Operator) untuk operator masing-masing alat
telah sesuai.
4. Material yang digunakan: Pengawasan terhadap kualitas (sesuai spesifikasi)
dan kuantitas material dasar serta material olahan. Prosedur Pemeriksaan
Material di lapangan dapat dilakukan sebagaimana terlihat pada Gambar IV.1.
Bagan Alir Pemeriksaan Material di Lapangan. Pengajuan pemeriksaan
material sebagaimana dapat dilihat pada Formulir IV.1. Contoh Format
Pemeriksaan/Pengujian. Pemeriksaan material di lapangan dilakukan pada
saat penerimaan di lapangan oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi melalui
pemeriksaan secara visual dan pengukuran (bila diperlukan), dan disaksikan
oleh pengawas pekerjaan, untuk memastikan bahwa materil yang dikirim ke
lapangan sesuai dengan material yang telah disetujui.
5. Keselamatan Konstruksi (mengacu analisis K3 tiap pekerjaan):
a. Dokumen analisis K3 sudah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK; dan
b. Implementasi keselamatan konstruksi per pekerjaan.
6. Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya: Pemeriksaan terkait ketersedian
sumber daya tiap pekerjaan sesuai jadwal mobilisasi.
7. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP):
Pengawasan terhadap kegiatan pemeriksaan dan pengujian sesuai dengan
rencana pada metode kerja. Penyedia jasa pelaksanaan konstruksi mengajukan
permintaan pemeriksaan/pengujian dengan menggunakan format
pemeriksaan/pengujian sesuai dengan formulir IV.1
8. Hasil Pekerjaan
Pengawasan terkait hasil tiap-tiap kegiatan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan/spesifikasi. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai
spesifikasi, Pengawas Pekerjaan membuat laporan ketidak sesuaian,
mengacu pada Formulir
IV.2. Format Laporan Ketidaksesuaian (oleh Pengawas Pekerjaan).
Penyedia jasa pekerjaan konstruksi, wajib melakukan pemeriksaan hasil
setiap pekerjaan, baik yang dilaksanakannya sendiri maupun yang
dilaksanakan oleh sub penyedia jasa pekerjaan konstruksi. Jika hasil
pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan spesifikasi, penyedia jasa
pekerjaan konstruksi mengajukan permohonan pemeriksaan kepada PPK
sesuai dengan Gambar IV.3. Bagan Alir Pelaksanaan Inspeksi.

3.2. Pengawasan Pelaksanaan Rencana Kerja Pengelolaan dan


Pemantauan Lingkungan (RKPPL)
Pengelolaan sumber daya ini di mulai dari mengidentifikasi aspek lingkungan
terhadap pencemaran air, udara dan tanah, yang berdampak luas kepada:
1. Kesehatan individu pekerja;
2. Kesehatan masyarakat terhadap epidemi;
3. Berubahnya tatanan sosial masyarakat; dan
4. Pembangunan yang berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan
baik di tempat kerja dan/atau di sekitarnya tempat kerja atau bahkan ke area
yang lebih luas.
Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilakukan
serta besaran dampak dari kegiatan/usaha tersebut, sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 16 thn 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
no. 38 thn 2019 tentang Jenis Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
AMDAL, dokumen lingkungan dibedakan atas 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang
merupakan suatu kajian mengenai dampak penting dari suatu
rencana kegiatan/usaha, pada lingkungan hidup untuk
memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak
Iingkungan. Dokumen AMDAL terdiri dari:
a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (KA-ANDAL),
b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL),
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL),
d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL),
2. Upaya Pengelolaan dan Pemantaun Lingkungan (UKL-UPL):
upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan AMDAL,

3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan


Lingkungan (SPPL): merupakan pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya, diluar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL.
Dokumen RKPPL, bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan kondisi
lapangan, serta paling sedikit memuat:
1. Tujuan RKPPL, Lokasi Pekerjaan Konstruksi/Kegiatan, Data
Teknis Kegiatan, Struktur Organisasi Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi,
2. Rona Lingkungan awal pada Lokasi Pekerjaan Konstruksi/Kegiatan dan
Foto Kondisi eksisting,
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan dari setiap tahapan pekerjaan
serta potensi dampak yang ditimbulkan,
4. Rencana Pemantauan terhadap Pengelolaan Lingkungan yang
dilakukan dan potensi dampak yang ditimbulkan.
3.3. Pengawasan Pelaksanaan Rencana Manajemen Lalulintas Pekerjaan (RMLLP),
bila ada
Pengawas pekerjaan dapat melihat dokumen RMLLP yang disiapkan oleh
penyedia jasa pekerjaan konstruksi serta telah disetuju oleh pengguna jasa pada
PCM.

1 Manajemen dan Keselamatan Lalulintas


a. Pembagian Zona Pekerjaan Jalan: zona pekerjaan jalan dibagi dalam 4
(empat) zona; Zona Peringatan Dini, Zona Pemandu Transisi, Zona Kerja,
dan Zona Terminasi, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
IV.5. Zona Pekerjaan Jalan, yang mana parameter parameter Panjang, serta
lainnya dapat dilihat pada lampiran spesifikasi.
a. Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalulintas:
1) Semua personil paling sedikit berusia 18 tahun, serta
mengenakan baju yang reflektif, sepatu boot dan
helm kerja pada setiap saat selama jam kerja di
dalam daerah kerja.
2) Menyediakan petugas bendera (flagmen) dan/atau
perlengkapan jalan sementara pada setiap titik lokasi
konflik antara lalulintas umum dengan kendaraan
dan/atau kegiatan proyek.
3) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus berkoordinasi
dengan pihak Kepolisian dan Dinas Perhubungan.
4) Operasi pada malam hari harus diterangi dengan
lampu dan atau sistem reflektif yang ditempatkan
dan dioperasikan serta tidak menyorot kearah
pengguna jalan yang mendekati lokasi tersebut.
b. Pemeliharaan Rambu jalan Sementara: Rambu rambu,
barikade, lampu, dll, harus tetap dipelihara oleh petugas
penyedia jasa pekerjaan konstruksi.
c. Penutupan Jalan: penutupan jalan sementara harus
mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang dan
disetujui oleh pengguna jasa.
d. Rambu Lalulintas dan Alat Pemberi Isyarat Lalulintas:
Rambu lalulintas atau alat pemberi isyarat lalulintas, harus
sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
2 Perlengkapan Minimal Jalan Sementara

a. Rambu rambu laluintas: penempatan dan dimensi rambu,


baik yang sifatnya sementara maupun rambu tetap, harus
memenuhi kaidah dan pedoman resmi yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang, yang meliputi lokasi penempatan,
dimensi, material, tinggi rambu, maupun warna rambu.
b. Rambu Portabel: agar diyakinkan bahwa rambu portabel
yang digunakan tidak mudah terguling dan tidak
membahayakan lalulintas serta pengguna jalan.
c. Rambu Elektronik: penggunaan rambu elektronik mengacu
pada peraturan menteri perhubungan.
d. Penghalang Lalulintas: penghalang lalulintas atau barikade
yang digunakan adalah yang terbuat dari plastik dan untuk
pemberatnya dapat diisi dengan air sesuai dengan petunjuk
dari pabrik serta harus saling mengunci antara satu segmen
dengan segmen lainnya, sementara penggunaan penghalang
lalulintas yang terbuat dari
beton pracetak hanya diperbolehkan bila telah mendapat
persetujuan dari pengguna jasa.
e. Marka Jalan Sementara: marka jalan sementara harus
dilaksanakan pada setiap pelapisan perkerasan sebelum jalan
dibuka untuk lalu lintas umum. Pada pelapisan ulang
perkerasan aspal beton, marka sementara harus dilaksanakan
sesegera mungkin setelah suatu lapisan telah dihampar.
Marka sementara pada permukaan akhir harus dibuang
sebelum marka permanen dilaksanakan.
3 Pekerjaan Jalan sementara atau Jembatan Sementara

a. Penyediaan Lahan: lahan untuk jalan atau jembatan


sementara harus sudah tersedia sebelum dilakukan
pebangunannya.
b. Jalan Alih Sementara (Detour): jalan alih sementara atau
detour, baik bangunan jalan maupun jembatan, harus
dibangun untuk dapat melayani kondisi lalu lintas yang ada,
dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan
struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka
untuk lalu lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan,
drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah
disetujui pengguna jasa. Selama digunakan untuk lalu lintas
umum, jalan alih sementara harus dipelihara.
c. Jalan Samping (Ramp) Sementara untuk Lalulintas: bila
diperlukan jalan samping sementara (ramp) untuk jalan
masuk umum dari dan ke jalan raya, jalan sementara ini
harus dibangun dan dipelihara untuk melayani lalulintas
yang akan melewatinya.
4 Pemeliharaan Untuk Keselamatan Lalulintas

a. Jalan Alih Sementara dan Pengendalian Lalulintas: semua


jalan alih sementara dan pemasangan alat pengendali lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan harus dipelihara agar
tetap aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi
ketentuan dan menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi
pemakai jalan umum.
b. Pembersihan Penghalang: Selama pelaksanaan pekerjaan,
harus menjamin bahwa perkerasan, bahu jalan lokasi yang
berdekatan dengan Daerah Milik Jalan harus dijaga agar
bebas dari bahan pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak
terpakai lainnya yang dapat mengganggu atau
membahayakan lalu lintas yang lewat. Pekerjaan juga harus
dijaga agar bebas dari setiap parkir liar atau kegiatan
perdagangan kaki lima kecuali untuk daerah-daerah yang
digunakan untuk maksud tersebut.

3.4. Pelaporan
1. Bentuk Laporan Pekerjaan Konstruksi
Dalam rangka melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, seluruh aktivitas dilaporkan sesuai dengan
kemajuan pekerjaan, tatacara pelaporan dan format pelaporan dibahas
dan sepakati terlebih dahulu pada Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
(PCM). Secara umum, terdapat 3 (tiga) jenis laporan pada pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang dikeanl dengan:

a. Laporan Pelaksanaan Pekerjaan. Laporan ini disusun oleh Penyedia


Jasa Pekerjaan Konstruksi dan ditujuan kepada PPK, yang terdiri
dari:
1) Laporan Harian;

2) Laporan Mingguan; dan

3) Laporan Bulanan.

b. Laporan Pengawasan. Laporan ini disusun oleh Direksi


Teknis/Konsultan Pengawas dan ditujukan kepada PPK, terdiri dari
laporan bulanan, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Direksi


Teknis, maka laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi;

2) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh


Konsultan Pengawas, maka laporan bulanan berupa:

i. Laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan


ii. Laporan pelaksanaan tugas pengawasan.

c. Laporan Pengendalian. Laporan ini disusun oleh Kepala Satuan


Kerja/PPK dan ditujuan kepada atasan langsung.

2. Laporan Pelaksanaan Pekerjaan

Laporan pelaksanaan dibuat dan disampaikan oleh Penyedia Jasa


Pekerjaan Konstruksi kepada PPK setelah mendapat verifikasi dari
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, yang berisi informasi tentang
kemajuan pekerjaan yang mengacu pada rencana pelaksanaan pekerjaan
yang telah ditetapkan pada PCM beserta uraian kendala dan masalah
yang dihadapi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan
pekerjaan, yang terdiri dari: Laporan Harian, Laporan Mingguan, dan
Laporan Bulanan.

a. Laporan Harian
Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan
mengenai rencana dan realisasi pekerjaan harian, dimana buku harian
yang dibuat, paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;


2) Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan
keterampilan yang diperlukan;

3) Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;

4) Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk peralatan;

5) Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;

6) Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;

7) Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa


alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;

8) Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan


design, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis,
keterlambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari kepada
Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas, yang memuat paling sedikit hal-hal
sebagai berikut:

1) Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub


pekerjaan, pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang
digunakan; daftar peralatan yang meliputi jenis, jumlah dan
kondisi peralatan; serta penempatan tenaga kerja untuk setiap
pekerjaan dan/atau sub pekerjaan;

2) Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam


lainnya yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;

3) Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan


pelaksanaan pekerjaan di lapangan serta kondisi khusus
lainnya yang berdampak atau berpotensi berdampak pada
pelaksanaan pekerjaan;

4) Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian


kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain
sebagaimana yang disyaratkan di dalam peraturan;

5) Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa


oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan harian
Keselamatan Konstruksi dapat dapat dijadikan satu dalam
format Laporan harian atau dapat juga menggunakan format
terpisah;

6) Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya;


7) Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan,
perubahan desain, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi
teknis, kelambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain
sebagainya, dan

8) Bila terjadi keterlambatan, harus memuat informasi terkait


sebab- sebab terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
apakah disebabkan karena kerusakan peralatan, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi personil/ bahan/peralatan terlambat,
atau disebabkan keadaan cuaca buruk.

Laporan Harian, yang telah diperiksa oleh Direksi Teknis/Konsultan


Pengawas dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK,
sebagaimana dapat dilihat pada Formulir IV.4. Format Laporan
Harian, dibuat rangkap 4 (empat), dan distribusikan kepada:

1) Asli untuk Kasatker/PPK;

2) Lembar ke dua untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK;

3) Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas; dan

4) Lembar ke empat untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan yang memuat capaian pelaksanaan pekerjaan
selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian minggu berikutnya
disusun dan disampaikan oleh penyedia jasa pakerjaan konstruksi
setiap minggu pada hari Senin di minggu berikutnya kepada
Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas. Laporan mingguan ini dapat merupakan salah satu bahan
rapat mingguan yang dilaksanakan oleh PPK, paling sedikit memuat
hal-hal sebagai berikut:

1) Rangkuman capaian pekerjaan berupa hasil pembandingan


capaian dengan minggu sebelumnya dan capaian pada
minggu berjalan dengan rencana kegiatan dan sasaran
capaian pada minggu berikutnya;

2) Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1


(satu) minggu beserta tindakan penanggulangan yang telah
dilakukan dan potensi kendala pada minggu berikutnya;

3) Dukungan yang diperlukan dari Kasatker/PPK, Direksi


Teknis/Konsultan Pengawas, dan pihak-pihak lain yang
terkait;

4) Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen


yang diajukan beserta statusnya;
5) Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;

6) Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan


Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan
tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain.

Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap


untuk didistribusikan kepada:

1) Asli untuk Kasatker/PPK;

2) Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan

3) Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

e. Laporan Bulanan

Laporan bulanan disusun oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi


untuk pekerjaan periode tanggal 26 sampai dengan tanggal 25 bulan
berikutnya,
pada mendapat verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas,dan
disampaikan kepada Kasatker/PPK setiap tanggal 10 bulan
berikutnya, yang memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan


fisik dengan membandingkan capaian di bulan sebelumnya,
capaian pada bulan berjalan serta target capaian di bulan
berikutnya;

2) Foto dokumentasi;
3) Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi, status pembayaran dari Pengguna Jasa;

4) Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;

5) Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya,


tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana
tindakan selanjutnya;

6) Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan


berikutnya, beserta rencana pencegahan atau penanggulangan
yang akan dilakukan;

7) Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan

8) Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan


Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan
tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain.

Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 6 (enam) rangkap untuk


didistribusikan kepada:

1) 4 (empat) dokumen untuk Kasatker/PPK;

2) 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan

3) 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

3. Laporan Pengawas
Laporan pengawasan pekerjaan merupakan laporan yang disusun oleh
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas kepada Kasatker/PPK, yang terdiri
dari laporan pengawasan terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan laporan pelaksanaan pengawasan, jika pengawasan pekerjaan
dilakukan oleh Konsultan Pengawas.
a. Laporan Pengawasan terhadap Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Laporan pengawasan terhadap hasil pelaksanaan
pekerjaan konstruksi meliputi laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan khusus dan laporan akhir.
1) Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
i. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian
pekerjaan fisik dengan membandingkan capaian di bulan
sebelumnya, capaian pada bulan berjalan serta target
capaian di bulan berikutnya;
ii. Foto dokumentasi;
iii. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi, status pembayaran dari Pengguna;
iv. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
v. Masalah dan kendala yang dihadapi; termasuk statusnya,
tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan
rencana tindakan selanjutnya;
vi. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan
berikutnya, beserta rencana pencegahan atau
penanggulangan yang akan dilakukan;
vii. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen;
viii. Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus
ditindak lanjuti oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK;
ix. Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status
persetujuannya);
x. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan
Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan
tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain;
xi. Kendala yang dihadapi Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas, tindakan yang telah dan akan dilakukan serta
dukungan yang
dibutuhkan dari Direksi Lapangan/Konsultan MK untuk
tujuan kelancaran proyek.
2) Laporan bulanan merupakan kompilasi dan updating dari
laporan mingguan.
3) Laporan Khusus (apabila diperlukan), yang berisi tentang
kejadian, kegiatan, keadaan khusus yang perlu dilaporkan atau
atas permintaan Kasatker/PPK.
4) Laporan Akhir yang merupakan hasil keseluruhan dari laporan
bulanan sejak awal hingga akhir pekerjaan konstruksi yang
telah dirangkum dan memuat evaluasi pelaksanaan pekerjaan;

b. Laporan Pelaksanaan Pengawasan

Laporan pelaksanaan pengawasan disusun dalam hal pengawasan


pekerjaan dilakukan oleh Konsultan Pengawas dan diserahkan setiap
bulan, yang meliputi laporan pendahuluan, laporan berkala, laporan
bulanan, laporan khusus (apabila diperlukan), dan laporan akhir.

1) Laporan Pendahuluan, harus diserahkan selambat-lambatnya 30


(tiga puluh) hari sejak tanggal SPMK, paling sedikit memuat
hal-hal sebagai berikut:
i. Pemahaman terhadap ligkup layanan konsultansi selama
masa kontrak;
ii. Rencana kerja dan pengoragnisasian pekerjaan;
iii. Jadwal pelaskanaan dan penugasan tenaga ahli; dan
iv. Ringkasan kemajuan pelaksanaan pengawasan (jika sudah ada).
2) Laporan Berkala (triwulan/antara), yang penyerahannya sesuai
dengan yang tercantum dalam kontrak, paling sedikit memuat
hal-hal sebagai berikut:
v. Hasil sementara pelaksanaan kegiatan di dalam proyek;
vi. Kemajuan pelaksanaan pengawasan;
vii. Rencana kerja untuk sisa masa pengawasan termasuk
pemutakhiran sebagai konsekuensi jika hasil kemajuan
pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana;
viii. Jadwal pelaksanaan dan penggunaan tenaga ahli; dan
ix. Evaluasi sementara dan saran kepada PPK.
3) Laporan Bulanan, paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
x. Ringkasan pelaksanaan kegiatan pengawasan pekerjaan
(daftar pelaksanaan kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan
status persetujuannya);
xi. Laporan sumber daya manusia tim Konsultan Pengawas
(personil, time sheet, dll);
xii. Daftar dan status persetujuan yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas;
xiii. Daftar dan status instruksi yang dikeluarkan Konsultan
Pengawas kepada Peyedia;
xiv. Daftar dan status persetujuan dokumen yang harus
ditindaklanuti oleh Kasatker/PPK;
xv. Kendala yang dihadapi Konsultan Pengawas, tindakan
yang telah dan akan dilakukan serta dukungan yang
dibutuhkan;
xvi. Penyerahan laporan bulanan sesuai dengan yang
tercantum dalam kontrak.
4) Laporan Khusus (jika diperlukan), yang berisi tentang kejadian,
kegiatan, keadaan khusus yang perlu dilaporkan atau atas
permintaan Kasatker/PPK.
5) Laporan Akhir yang meliputi laporan seluruh layanan dalam
masa kontrak konsultan, dengan melampirkan salinan seluruh
keluaran yang dipersyaratkan dalam kontrak, serta salinan
dokumentasi lainnya yang dipandang penting, paling sedikit
memuat hal-hal sebagai berikut:
xvii. Rencana kerja awal untuk selama periode pengawasan;
xviii. Renca kerja yang dimutakhirkan selama periode pengawasan;
xix. Realisasi pelaksanaan pengawasan;
xx. Jadwal dan realisasi pelaksanaan dan penggunaan tenaga ahli
selama masa periode pengawasan; dan
xxi. Evaluasi pelaksanaan pengawasan secara menyeluruh dan
saran kepada PPK.

4. Laporan Kasatker/PPK Kepada Atasan Langsung


Laporan Kasatker/PPK kepada atasan langsung, merupakan laporan
pengendalian pekerjaan konstruksi, paling sedikit dilakukan selama
2 (dua) kali selama masa kontrak pekerjaan konstruksi, paling sedikit
memuat hal- hal sebagai berikut:
1) Ringkasan status kemajuan pekerjaan, baik kemajuan fisik
maupun pembayaran/keuangan, serta sisa target berikutnya yang
harus dicapai;
2) Penilaian kinerja terhadap para pihak yang terlibat di dalam
proyek, seperti Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, Sub
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas;
3) Kendala-kendala yang dihadapi terkait pengendalian pekerjaan
konstruksi serta penanggulangan yang sudah dan/atau yang akan
dilakukan;
4) Potensi masalah yang mungkin terjadi serta rencana pencegahan
atau penanggualanannya;
5) Status perubahan kontrak, bila ada;
6) Laporan keterlambatan dan/atau ketidaksesuaian dengan rencana
yang ditetapkan beserta penyebab keterlambatan serta usulan
rencana percepatan dan/atau alternatif solusi lainnya; dan
7) Hal-hal lain yang perlu untuk dilaporkan.

3.5. Penerimaan dan Pembayaran Hasil Pekerjaan


Penerimaan hasil pekerjaan dilakukan setelah seluruh ketentuan mutu
pekerjaan dalam kontrak dipenuhi.Pengguna jasa melakukan pemeriksaan atas
dokumen pendukung yang diusulkan dan jika hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya ketidaksesuaian spesifikasi dan volume yang tertulis dalam dokumen
penagihan, maka PPK berhak untuk tidak menyetujui dokumen tersebut dan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan perbaikan terhadap
hasil pekerjaan maupun dokumen penagihannya;

4. Kontraak kritis
4.1. Kriteria Kontrak Kritis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/2020 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia,
apabila Penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka
Pengguna Jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau
memberlakukan ketentuan kontrak kritis.
Kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar
10%;
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
lebih besar 5%;
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
pelaksanaan kurang dari 5% dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.

4.2. Penanganan Kontrak Kritis


Penanganan Kontrak Kritis dilakukan dengan rapat pembuktian (Show
Cause Meeting/SCM), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pada saat Kontrak dinyatakan kritis, Pengguna Jasa berdasarkan laporan
dari Pengawas Pekerjaan memberikan peringatan secara tertulis kepada
Penyedia dan selanjutnya Pengguna Jasa menyelenggarakan Rapat
Pembuktian (SCM) Tahap I.
b. Dalam SCM Tahap I, Pengguna Jasa, Pengawas Pekerjaan dan Penyedia
membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai
oleh Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang
dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap I.
c. Apabila Penyedia gagal pada uji coba pertama, maka Pengguna Jasa
menerbitkan Surat Peringatan Kontrak Kritis I dan harus diselenggarakan
SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh Penyedia dalam waktu tertentu (uji coba kedua)
yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap II.
d. Apabila Penyedia gagal pada uji coba kedua, maka Pengguna Jasa
menerbitkan Surat Peringatan Kontrak Kritis II dan harus diselenggarakan
SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh Penyedia dalam waktu tertentu (uji coba ketiga)
yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap III.
e. Apabila Penyedia gagal pada uji coba ketiga, maka Pengguna Jasa
menerbitkan Surat Peringatan Kontrak Kritis III dan Pengguna Jasa dapat
melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan
Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.
f. Apabila uji coba berhasil, namun pada pelaksanaan pekerjaan selanjutnya
Kontrak dinyatakan kritis lagi maka berlaku ketentuan SCM dari awal.
g. Dalam hal diperkirakan Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai
Masa Pelaksanaan berakhir, namun Pengguna Jasa menilai bahwa
Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, Pengguna Jasa dapat
memberikan kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan
pekerjaan.
h. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan
dimuat dalam adendum Kontrak yang didalamnya mengatur:
a) Waktu pemberian kesempatan penyelesaian pekerjaan;
b) Pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia;
c) Perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan; dan
d) Sumber dana untuk membiayai penyelesaian sisa pekerjaan
yang akan dilanjutkan ke Tahun Anggaran berikutnya dari
DIPA Tahun Anggaran berikutnya, apabila pemberian
kesempatan melampaui
Tahun Anggaran.
e) Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak
Masa Pelaksanaan berakhir.

f) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan


pekerjaan dapat melampaui Tahun Anggaran.

Anda mungkin juga menyukai