PENGAWASAN KONSTRUKSI
NO. ABSEN : 21
NAMA : NICODEMUS NICSON BAU, SST.
UNIT KERJA : BP2P NT II
MATERI : PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PADA PERSIAPAN PEK. KONSTRUKSI
1.3. Rangkuman
Kegiatan Pemeriksaan Bersama dimulai dari pembersihan lapangan yang dapat berupa
Site Clearing (Pembersihan lokasi), Stripping (Pengupasan), Grubbing (Pembongkaran),
yang bertujuan agar lokasi atau areal pekerjaan konstruksi terbebas dari rintangan
sehingga dapat mempermudah pemasangan patok. Langkah selanjutnya adalah
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan serta menyesuaikannya dengan
desain. Apabila ditemukan ketidaksesuaian kondisi lapangan dengan desain, atas
persetujuan pengguna jasa, melalui berita acara pemeriksaan bersama, penyesuaian
dapat dilakukan dengan menuangkannya dalam addendum kontrak.
2. PERSYARATAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
2.3. Latihan
a. Apa saja yang harus dipersiapkan oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi sebelum
mengajukan ijin mulai bekerja?
b. Sebagai seorang pengawas lapangan, apabila anda menemui material yang dikirim ke
lapangan tidak sesuai dengan spesifikasi, apa yang anda akan lakukan melihat kondisi
material tersebut?
c. Coba uraikan dalam kondisi yang bagaimana gambar kerja yang diusulkan oleh
penyedia jasa pekerjaan konstruksi dapat diubah?
2.4. Rangkuman
Penyedia jasa pekerjaan konstruksi tidak diperkenankan melakukan kegiatan apapun di
lapangan sebelum mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa. Untuk memperoleh ijin
kerja dari pengguna jasa, penyedia jasa pekerjaan konstruksi harus mengajukan
permohonan memulai pekerjaan yang dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti:
1. Gambar Kerja,
2. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan, yang memuat
a. Metode Kerja: Kelaikan dan keandalan metode kerja yang digunakan,
b. Tenaga Kerja yang Terlibat: kompetensi tenaga kerja yang diajukan
sesuai dengan rencana pekerjaan yang diajukan,
c. Peralatan yang dibutuhkan: Operator yang memiliki surat ijin dan alat
yang laik untuk dioperasikan
d. Material yang digunakan yang sesuai dengan spesifikasi
e. Aspek Keselamatan Konstruksi sebgaimana telah disetujui untuk masing
masing kegiatan pada waktu PCM
f. Jadwal mobilisasi seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan/pekerjaan yang dimintakan ijin untuk mulai kerja
3. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP)
3. PENGAWASAN PEKERJAAN
3.4. Pelaporan
1. Bentuk Laporan Pekerjaan Konstruksi
Dalam rangka melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, seluruh aktivitas dilaporkan sesuai dengan
kemajuan pekerjaan, tatacara pelaporan dan format pelaporan dibahas
dan sepakati terlebih dahulu pada Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
(PCM). Secara umum, terdapat 3 (tiga) jenis laporan pada pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang dikeanl dengan:
3) Laporan Bulanan.
a. Laporan Harian
Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan
mengenai rencana dan realisasi pekerjaan harian, dimana buku harian
yang dibuat, paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan yang memuat capaian pelaksanaan pekerjaan
selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian minggu berikutnya
disusun dan disampaikan oleh penyedia jasa pakerjaan konstruksi
setiap minggu pada hari Senin di minggu berikutnya kepada
Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas. Laporan mingguan ini dapat merupakan salah satu bahan
rapat mingguan yang dilaksanakan oleh PPK, paling sedikit memuat
hal-hal sebagai berikut:
e. Laporan Bulanan
2) Foto dokumentasi;
3) Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi, status pembayaran dari Pengguna Jasa;
3. Laporan Pengawas
Laporan pengawasan pekerjaan merupakan laporan yang disusun oleh
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas kepada Kasatker/PPK, yang terdiri
dari laporan pengawasan terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan laporan pelaksanaan pengawasan, jika pengawasan pekerjaan
dilakukan oleh Konsultan Pengawas.
a. Laporan Pengawasan terhadap Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Laporan pengawasan terhadap hasil pelaksanaan
pekerjaan konstruksi meliputi laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan khusus dan laporan akhir.
1) Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
i. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian
pekerjaan fisik dengan membandingkan capaian di bulan
sebelumnya, capaian pada bulan berjalan serta target
capaian di bulan berikutnya;
ii. Foto dokumentasi;
iii. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi, status pembayaran dari Pengguna;
iv. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
v. Masalah dan kendala yang dihadapi; termasuk statusnya,
tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan
rencana tindakan selanjutnya;
vi. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan
berikutnya, beserta rencana pencegahan atau
penanggulangan yang akan dilakukan;
vii. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen;
viii. Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus
ditindak lanjuti oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK;
ix. Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan beserta hasil dan status
persetujuannya);
x. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan
Konstruksi, termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan
tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain;
xi. Kendala yang dihadapi Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas, tindakan yang telah dan akan dilakukan serta
dukungan yang
dibutuhkan dari Direksi Lapangan/Konsultan MK untuk
tujuan kelancaran proyek.
2) Laporan bulanan merupakan kompilasi dan updating dari
laporan mingguan.
3) Laporan Khusus (apabila diperlukan), yang berisi tentang
kejadian, kegiatan, keadaan khusus yang perlu dilaporkan atau
atas permintaan Kasatker/PPK.
4) Laporan Akhir yang merupakan hasil keseluruhan dari laporan
bulanan sejak awal hingga akhir pekerjaan konstruksi yang
telah dirangkum dan memuat evaluasi pelaksanaan pekerjaan;
4. Kontraak kritis
4.1. Kriteria Kontrak Kritis
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/2020 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia,
apabila Penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka
Pengguna Jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau
memberlakukan ketentuan kontrak kritis.
Kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar
10%;
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
lebih besar 5%;
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
pelaksanaan kurang dari 5% dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.