Anda di halaman 1dari 31

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 1

BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Nama Pekerjaan
Nama Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pekerjaan Pembangunan Masjid Provinsi
Jawa Barat di Plumbon Kabupaten Cirebon Tahap I , Tahun Anggaran 2015.
1.2 Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan Pembangunan Masjid adalah di Jalan Raya Plumbon KM.12
Kabupaten Cirebon.
1.3 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pembangunan Masjid ini meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Struktur
1) Pekerjaan Tanah dan Pondasi
2) Pekerjaan Struktur Lantai Dasar/1
3) Pekerjaan Struktur Lantai 2
4) Pekerjaan Struktur Lantai 3 / Mezanine
5) Pekerjaan Struktur Atap Dak
6) Pekerjaan Struktur Atap Kubah
c. Pekerjaan Mekanikal dan ELektrikal
1) Pekerjaan Penangkap Petir
2) Pekerjaan Sparing Instalasi Air Bersih, Air Kotor dan Air Hujan
d. Pekerjaan Site Development
1) Pembersihan
2) UIrugan Pematangan Lahan
3) Pekerjaan Keermir Batu Kali, dan Lain-lain sesuai gambar kerja
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pemborong termasuk pula pengadaan
tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan segala keperluan yang berhubungan
dengan pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan.
1.4

Acuan Pelaksanaan Pekerjaan


a. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam RENCANA
KERJA DAN SYARAT-SYARAT dan Bill Of Quantity pekerjaan ini ;
b. Gambar-gambar yang dilampirkan pada RENCANA KERJA DAN SYARATSYARAT pekerjaan ini ;
c. Keterangan-keterangan dan gambar-gambar yang diberikan oleh Konsultan
kepada pelaksana pada waktu Rapat Penjelasan Pekerjaan/Rapat Aanwijzing
Pekerjaan /Risalah Aanwijzing.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 2

Pasal 2
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentua dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
a. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29 Tahun.2000 jo PP No.
59 Tahun 2010.
b. Perpres RI No. 54 Tahun 2010 jo. Perpres RI No. 35 Tahun 2010 jo Pepres RI No. 70
Tahun 2012 jo Pepres RI No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
c. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
d. Pergub Jabar No. 99 Tahun 1999 tentang Pedoman Pelaksanaan Jasa Konstruksi
Pembangunan Bangunan Gedung Daerah.
e. Kepgub Jabar No. 910/Kep.1269-Org/2014 tanggal 9 September 2014 tentang
Standar Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk TA. 2015.
f. Perda. Provinsi Jawa Barat No. 13 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung
g. Peraturan Presiden RI Nomor : 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
l. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung serta standar teknis yang
terkait
m. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan masalah bangunan.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan
oleh Kontraktor dan sudah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan BoQ.
c. Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
d. Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran tentang Penetapan Kontraktor.
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui oleh Pengawas
Lapangan dan Pemberi Tugas.

Pasal 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 3

2. Ukuran :
a. Pada dasanya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
As
- As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam
b. Khusus ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya ukuran yang tertulis
adalah ukuran jadi terpasang atau dalam keadaan selesai/finished.
3. Perbedaan Gambar.
a. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka Gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
b. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka yang
berlaku / mengikat adalah Gambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi
Konstruksi dan kekuatan Struktur.
c. Bila ada perbedaan antara gambar Kerja Arsitektur dengan Sanitasi/Mekanikal, maka
Gambar Kerja yang dipakai adalah ukuran fungsional dalam Gambar Kerja Arsitektur.
d. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Elektrikal, maka yang
dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam Gambar Arsitektur.
e. Bila ada perbedaan - perbedaan itu, ketidakjelasan, maupun kesimpangsiuran
menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, maka Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas Lapangan, dan
mengadakan pertemuan dengan Konsultan Perencana, untuk mendapatkan
keputusan dari Konsultan Perencana Gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
f. ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang
waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.
4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
a. Gambar Detail pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib
dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
c. Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik yang belum tercakup secara lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen maupun
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.
5. Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawings)
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar yang sesuai dengan hasil pelaksanaan (As
Built Drawings) yang selesai sebelum serah terima ke 1, dan telah disetujui oleh konsultan
Pengawas dan diketahui oleh konsultan Perencana.
6. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum
dalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahun Konsultan Pengawas. Segala akibat
yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu
pelaksanaan.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 4

Pasal 4
JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerja
pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart dan S-Curve Bahan dan
Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada Pengawas Lapangan, sehingga
pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak menggangu kelancaran proyek secara
keseluruhan dan kelancaran kegiatan disekitar lokasi pekerjaan.
2. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas
Lapangan, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah SPK diterima
Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan
disyahkan oleh Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja 4 (empat) rangkap kepada
Pengawas Lapangan, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada bangsal
Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi
kerja.

Pasal 5
LAPORAN HARIAN
1.

Pelaksana Lapangan setiap hari akan membuat laporan harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik teknis
maupun administratif.
2. Dalam pembuatan laporan tersebut pihak pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
3. Laporan tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan
sebagai bahan monitoring.

Pasal 6
KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa
disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu kepada Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5. Dalam waktu 7(tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor
harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri (Penanggung jawab/
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 5

Pasal 7
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR
1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak,
Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor
telepon di lokasi kepada Tim pengelola Teknis setempat dan Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.
3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi
perubahan alamat Kontraktor, Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 8
PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN
1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Proyek, Pengawas Lapangan dan milik Pihak Ketiga yang ada dilapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Pengawas Lapangan/
Konsultan Perencana, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung
jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan di
tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 9
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut Syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan
pekerja dilapangan.
2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua Petugas dan Pekerja yang ada dibawah kekuasaan Kontraktor.
3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua Petugas dan pekerja.
4. Tidak diperkenankan membuat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk Pekerja,
kecuali untuk Penjaga Keamanan.
5. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 10
ALAT-ALAT PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum
pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
a. Beton Molen yang jumlahnya minimal 2 Buah dalam kondisi yang baik.
b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Pengawas Lapangan.
c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.
d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk sistem pengeringan, jika diperlukan.
e. Penggetar beton (vibrator).

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 6

f. Scafolding
g. Mesin Pemadat.
h. Alat-alat besar sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.
l. Mesin Pemotong Besi dan Keramik
k. dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pekerjaannya.

Pasal 11
SITUASI
11.1 Hal mana pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon Pemborong wajib meneliti situasi
medan terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain
yang berpengaruh terhadap harga penawaran.
11.2 Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk klaim
dikemudian hari.
11.3 Dalam rapat penjelasan akan ditunjukan dimana pembangunan akan dilaksanakan.

Pasal 12
PEKERJAAN PERSIAPAN TAPAK
Pekerjaan Persiapan Tapak meliputi :
12.1 Pembuatan jalan masuk sementara untuk lalu-lintas orang dan bahan.
Peletakan jalan masuk sementara, diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu lalu lintas kerja.
12.2 Pembuatan saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar areal pekerjaan
selalu dalam keadaan kering.
12.3 Pengadaan air untuk keperluan pekerja dan pekerjaan, kualitas air harus baik dan
memenuhi persyaratan kerekatan.
Pengadaan listrik kerja dan pembuatan tempat pembuangan air kotor sementara.

Pasal 13
PEKERJAAN PERSIAPAN BANGUNAN
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan pagar konstruksi/pengaman.
b. Pekerjaan pembuatan bangsal kerja
c. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.
d. Pekerjaan penyediaan alat pemadam kebakaran.
e. Pekerjaan Drainage tapak sementara.
f. Pekerjaan jalan masuk dan jalan konstruksi sementara.
g. Pekerjaan pembongkaran, pengamanan dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
h. Pekerjaan pemasangan patok ukur dan papan bangunan (bouwplank)
i. Perijinan dan lain lain.

2. Pekerjaan Pagar Konstruksi/Pengaman.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 7

a. Kontraktor harus membuat pagar konstruksi/pengaman pada batas sekeliling tapak


pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan, serta untuk pengaman
terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan Pengawas maupun Pihak Ketiga.
b. Pagar konstruksi/pengaman dibuat dari bahan kayu atau bahan lain.
3. Pekerjaan Bangsal Kerja / Direkskeet.
a.Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan gudang material/bahan diatas tapak
pekerjaan.
Bangsal Kerja terdiri dari :
- Bangsal Konsultan Pengawas
- Bangsal Kontraktor
- Los - los kerja untuk Pekerja.
b. Luas Bangsal/Direkskeet adalah 12 m2 (dua belas) meter persegi dengan spesifikasi :
- Lantai plesteran 1 PC : 5 pasir
- Rangka bangunan : kayu kelas II
- Dinding : panel tripleks/multipleks tebal 4 mm, dengan rangka kayu kelas II
- Atap : Asbes semen gelombang, seng gelombang, dengan rangka kayu kelas II
- Jendela : kayu kelas II, dengan jumlah secukupnya
- Pintu : kayu kelas II, jumlah secukupnya dan dapat dikunci dengan baik.
- Dilengkapi dengan sebuah kamar mandi/WC dan tempat cuci tangan dengan
persediaan air yang cukup
c. Perlengkapan Bangsal Konsultan Pengawas :
- Meja tulis + kursi
- Papan tulis ukuran 90 x 180 cm (White Board)
- Alat-alat tulis (spidol,tipp ex) dan mesin tik
- Papan untuk menempelkan gambar
- Meja besar / meja rapat ukuran 100 x 200 cm
- Kursi untuk perlengkapan meja besar kapasitas minimal 8 Orang
- Peti untuk contoh bahan.
- 1 (satu) buah almari yang dapat dikunci
- 6(enam) buah Helm Proyek Untuk Direksi
- 6 (enam) buah Sepatu Boot untuk Direksi
d. Kontraktor harus pula membuat Bangsal Los kerja (workshop) untuk para pekerja dan
gudang penyimpan bahan/material yang dapat dikunci.
e. Lokasi tempat bangsal kerja, khususnya gudang penyimpanan bahan/material harus
sedemikian rupa sehinggga :
- Mudah dicapai oleh truk pengangkut bahan/material dari luar tapak.
- Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan
Lokasi tempat Bangsal kerja dan gudang penyimpanan bahan/material akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
4. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat penampungannya.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 8

Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa terisi penuh
untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal 3,5 m3, dibuat dari pasangan bata
merah setengah bata dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau dari drum-drum.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan
berlangsung
dan
pemasangan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaaan sementara atas persetujuan Konsultan Pengawas.
5. Pekerjaan Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pemadam
kebakaran (fire Extinguiser) lengkap dengan isinya sehingga siap digunakan, minimal 1
buah kapsitas 5 kg.
6. Pekerjaan Drainase Tapak Sementara
a. Dipersyaratkan tidak boleh ada genangan air didalam tapak selama pekerjaan
berlangsung. Untuk itu Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi
untuk pembuangan air dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kontur tanah
yang ada di tapak.
b. Disarankan sebaiknya saluran drainase tapak sementara sesuai dengan rencana tapak
dalam gambar kerja dokumen dan petunjuk Konsultan Pengawas.
7. Pekerjaan Jalan Masuk dan Jalan Konstruksi/Sementara
a. Jalan masuk dan jalan konstruksi/sementara harus diadakan oleh Kontraktor menurut
petunjuk pada Gambar Kerja Dokumen atau petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Disarankan sebaiknya posisi, letak dan jalur masuk dan jalan konstruksi/sementara
sesuai dengan rencara jalan jalan aspal dalam Gambar Kerja Dokumen.
c. Sewa jalan masuk, mengingat lahan yang berkontur cukup besar, maka perlu ada jalan
masuk lagi untuk memudahkan mobilisasi barang, tempatnya akan ditunjukkan
langsung oleh Konsultan Pengawas.
8. Pekerjaan Pembongkaran, Pembersihan dan Pengamanan sebelum Pelaksanaan
Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah
permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di
dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai ketentuan Pasal-pasal yang lain dari
Spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan
harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
a) Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Umum
Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan
menentukan seluruh pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 9

harus tetap berada di tempatnya. Kontraktor harus menjaga semua jenis benda
yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya.
2) Pembersihan, Pembongkaran dan Pembuangan Pohon-pohon
Semua objek yang berada di atas muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu
lapuk, tunggul, alar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintanganrintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukkan berada di sana, harus
dibersihkan dan/atau dibongkar, dan dibuang bila perlu.
Pada daerah-daerah tertentu di bawah timbunan badan jalan, dimana lapisan
tanah permukaan atau material tak terpakai harus dibuang atau harus
dipadatkan, seluruh tunggul dan akar harus dibuang sampai habis dan bersih.
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang sampai habis dan
bersih.
Pembersihan dan pembongkaran terowongan, kanal dan selokan hanya
ditentukan sampai kedalaman yang diperlukan oleh pekerjaan penggalian pada
daerah-daerah tersebut.
Lubang-lubang akibat pembongkaran akar harus diurug dengan material yang
memadai dan dipadatkan kembali.
3) Pengupasan Lapisan Tanah Permukaan (Topsoil Stripping)
Pada daerah di bawah timbunan badan jalan atau pada tempat yang ditentukan
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus mengupas lapisan tanah permukaan
dan membuangnya sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.
Secara umum pembuangan tanah permukaan hanya mencakup lapisan tanah
yang subur bagi tumbuhnya tumbuh-tumbuhan dan maksimal tebal 20 cm.
Pembuangan lapisan tanah permukaan pada daerah-daerah yang telah
ditentukan harus sampai pada kedalaman yang sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas, dan lapisan atas tanah itu harus dipisahkan dari material
hasil penggalian lainnya.
Bila lapisan tanah permukaan tersebut akan dipergunakan untuk menutupi
lereng timbunan atau daerah lainnya yang telah ditentukan Konsultan Pengawas
atau sebagaimana ditunjukkan dalam gambar, pekerjaan pengupasan lapisan
tanah tersebut dianggap mencakup juga penimbunannya bila perlu, dan
pembuangannya serta penempatan dan penebarannya di daerah-daerah yang
ditentukan Konsultan Pengawas. Setelah ditebarkan, lapisan atas tanah tersebut
harus digaru untuk membentuk permukaan yang rata yang bersih dari gulma,
akar, rerumputan dan batu-batu besar.
4) Perlindungan Untuk Tempat Tertentu Yang Harus Tetap Dipertahankan
Pada daerah-daerah yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, kontraktor
bertanggung jawab untuk selalu melindungi dan memelihara semak-semak,
pepohonan dan rerumputan yang ada pada daerah tersebut. Patok pengukuran,
patok kilometer, instalasi pelayanan umum, dan benda lainnya yang ditunjuk
Konsultan Pengawas untuk ditinggalkan harus dilindungi dari kerusakan yang

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 10

dapat diakibatkan oleh operasi kontraktor. Bila pekerjaan telah selesai, daerahdaerah tersebut harus dikembalikan kepada Pemberi Tugas dengan keadaan
yang sama seperti sebelumnya, dan setiap kerusakan akibat langsung atau
tidak langsung dari pekerjaan kontraktor harus diperbaiki dengan biaya sendiri.
b. Pembuangan Material Hasil Pembersihan
Kontraktor berhak memanfaatkan kayu-kayu (bila ada ijin dari badan Pemerintah
yang berwenang) untuk tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kontrak, dengan
syarat kontraktor telah memenuhi ketentuan-ketentuan dari badan Pemerintah yang
berwenang.
Kayu-kayu lainnya, kecuali yang akan dipergunakan, dan semua semak-semak,
tunggul, akar, batang kayu dan material tak terpakai lainnya hasil operasi
pembersihan dan pembongkaran harus dibuang dilokasi yang sudah disediakan oleh
kontraktor.
Jalan dan daerah-daerah di sekitarnya harus dijaga kerapihannya. Tidak boleh
terdapat puing-puing di atau di sekitar daerah milik jalan.
c. Metode Pengukuran
Pembersihan pembongkaran, pengupasan lapisan atas tanah dan pembuangan
bekas-bekas pembongkaran dan perlindungan untuk daerah-daerah tertentu, akan
dipandang sebagai pekerjaan pembersihan tempat kerja, dan akan dibayar
berdasarkan ukuran meter persegi.
Pekerjaan pembersihan tempat kerja dan pembuangan pohon-pohon pada daerah
yang diperuntukan bagi daerah pembuangan, daerah material, daerah
penambangan material timbunan, daerah jalan kerja dan semua daerah konstruksi
sementara, tidak akan dibayar bila daerah-daerah tersebut berada diluar daerah
yang telah ditetapkan untuk dibersihkan akan dibongkar, dan kontraktor diijinkan
menentukan apakah memilih menggunakan daerah pembuangan ataupun
penambangan material timbunan.

9. Pekerjaan Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank)


a. Patok Ukur
1). Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 10 x 10 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +0,00, sesuai dengan gambar
kerja. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2). Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai dengan patokan ketinggian atau
peil permukaan yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
3). Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor pada tiap bagian pekerjaan
atau bangunan adalah minimal 2(dua) buah dan lokasi penanamannya sesuai
petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
4). Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi
dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 11

b. Papan Bangunan (Bouwplank)


1). Papan bangunan (Bouwplank) dibuat dari Kayu Borneo dengan ukuran tebal 2 cm
dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
Papan bangunan dipasang pada patok Kayu Borneo 5/7 cm yang jaraknya satu
sama lain adalah 150 cm, tertancap kuat di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.
2). Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.
3). Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata
"waterpass", kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
4). Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus
menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.

10. Perijinan dan lain lain


01. a.

Ijin Bangunan (IMB)


Ijin bangunan secara administrasi akan diurus oleh Pemberi Tugas, dalam
pelaksanaannya ijin bangunan akan diurus oleh Kontraktor.
Biaya pengurusan ijin Bangunan sudah termasuk dalam pekerjaan ini dan
menjadi tanggung jawab Kontraktor

b.

Papan Reklame
Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk
apapun dalam lingkungan halaman tapak pekerjaan atau pada pagar
halaman pekerjaan.

c.

Papan Nama Proyek.


Kontraktor diwajibkan memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

02. Administrasi Lapangan dikerjakan tiap harinya


03. setiap Kemajuan Pekerjaan harus didokumentasikan dari mulai kondisi
eksisting sampai pekerjaan selesai 100%.

Pasal 14
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
14.1 Lingkup pekerjaan area gedung ini meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Galian Tanah Pondasi Poer


Galian Tanah Sloof
Urugan Kembali
Urugan Tanah Peninggian Bangunan
Urugan Pasir Bawah pondasi Poer dan Sloof t.10 cm
Urugan Pasir Bawah Plat Lantai Dasar t. 10 cm
Cut and Fill untuk area Keermir
dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 12

14.2 Pekerjaan Galian


a.

b.
c.
d.

Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah yang
dianggap cukup menahan beban bangunan. Apabila diperlukan untuk
mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan/ ditumbuk.
Untuk Galian Tanah Bored Pile harus mencapai Lapisan tanah keras dari muka
tanah asli dan secara detail dapat dilihat pada gambar kerja.
Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali
dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.
Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ke
tempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui Direksi.

14.3 Pekerjaan Urugan / Timbunan dan Pemadatan


a. Tanah yang dipergunakan untuk pengurugan harus dari tanah yang baik dan
memenuhi syarat teknis, bebas dari akar, bahan-bahan organis, barang
bekas/sampah dan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan direksi dan jika
diizinkan dapat digunakan tanah bekas galian.
b. Tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu
bouwplank dan lobang pondasi.
c. Urugan tanah peninggian lantai, harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
Ukuran yang tercantum dalam gambar kerja adalah ukuran tanah urugan dalam
keadaan padat.
Untuk urugan tanah peninggian lantai dengan tinggi ukuran lebih dari 20 cm, maka
pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dimana tebal setiap lapisan adalah 20
cm (maksimal).
Pemadatan tanah peninggian lantai, harus menggunakan Stamper dan
dilaksanakan sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran dinding.
d. Pemadatan subgrade fill khusus termasuk pasir kerikil dan batu harus seluruhnya
dipadatkan hingga mencapai 90% kepadatan maximum. Ini meliputi semua daerah
(bangunan dan bukan bangunan) untuk jalan pengerasan aspal dan di bawah
bangunan-bangunan di dalam batas areal yang harus dilaksanakan.
e. Urugan pada lereng harus dilakukan dengan membuat bertangga pada lereng
tersebut untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan.
f. Urugan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian seperti ditunjukkan pada gambar.
Lapisan pasir urug, harus dipadatkan dengan cara di timbris setelah terlebih dahulu
disiram air secara merata, sehingga urugan pasir tersebut benar-benar padat.
14.4 Pembentukan Muka Tanah ( finish grading )
Muka tanah dimana bangunan akan berdiri di atasnya harus dibentuk dengan rata dan
baik, sesuai dengan garis ketinggian atau kedalaman menurut gambar rencana.
a. Alinemen Horisontal dan Vertikal
Konsultan Pengawas harus memberitahu Kontraktor mengenai lokasi titik-titik
potong garis tangent dan landai jalan (Points of interection of Tangents and grade
lines). Gambar harus menunjukan data-data kurva horizontal dan vertical, dan
angka superelevasi bila perlu. Kontraktor harus membuat gambar penampang
melintang berdasarkan pada data-data tersebut dan melaksanakan pematokan
(stake out) sebelum memulai pekerjaan. Bila menurut konsultan pengawas, perlu
ada modifikasi garis ataupun ketinggian, baik sebelum maupun setelah stake out,
konsultan pengawas harus memberikan instruksi terperinci kepada kontraktor, dan
kontraktor harus merevisi stake-out untuk dimintakan lagi persetujuan Konsultan
Pengawas. Ketentuan-ketentuan itu harus ditaati tanpa diadakan pembayaran

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 13

tambahan dan segala pembayaran sudah tercakup didalam harga penawaran


untuk mata pembayaran dalam kontrak ini.
b.

Kuantitas Pekerjaan
Kuantitas pekerjaan dari berbagai galian dan timbunan yang harus diukur untuk
pembayaran dalam kontrak, didasarkan pada garis-garis pada profil dan
penampang melintang yang telah disetujui atau sebagaimana perintah Konsultan
Pengawas. Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik tanah, Konsultan Pengawas
dapat menentukan sudut kemiringan galian dan urugan, atau pembentukan
bangku (bench) pada lereng saat pekerjaaan berlangsung.
Penampang melintang merupakan dasar kalkulasi pekerjaan galian tetapi bila
perlu disertai pengukuran di tempat kerja agar penentuan kuantitas pekerjaan
untuk setiap mata pembayaran dilakukan dengan tepat. Batas galian dan urugan
yang sebenarnya, harus diukur dan dicatat oleh kontraktor. Konsultan Pengawas
harus memeriksa cacatan tersebut dan bila benar akan disetujui untuk dijadikan
dasar pembayaran. Penggalian dan pengurugan yang melewati batas penampang
melintang yang telah disetujui tidak dibayar.
Material galian yang berlebih dari yang dibutuhkan pada Bab 5. Galian Struktur
dan memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini, harus digunakan untuk daerah
urugan, dan harus disimpan bila tidak diperlukan pada saat penggalian.
Penggakian yang berlebihan harus diurug lagi sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas, dengan material lapis pondasi agregat (sub-base) atau material
lainnya yang sesuai tanpa ada pembayaran tambahan.

c.

Metoda Pengukuran
Kuantitas pekerjaan tanah yang akan dibayar adalah jumlah meter kubik material
diukur dan dihitung dengan metoda luas rata-rata (average end-area method),
kecuali bila kesalahan mencapai 5 persen sesuai dengan perbandingan dengan
formula prismodail, maka konsultan pengawas akan mengijinkan metoda
pengukuran lain yang lebih akurat. Tetapi kontraktor harus mengajukan ijin itu
sebelum menyerahkan hasil pengukurannya untuk disetujui. Kuantitas pekerjaan
yang diukur dengan average end-area method, bila sudah diajukan dan disetujui
Konsultan Pengawas, tak dapat ditinjau lagi dengan tujuan untuk menerapkan
metoda lain yang lebih akurat.

d.

Galian.
Galian mencakup semua penggalian dalam batas daerah milik jalan kecuali galian
struktur, pemindahan, pengangkutan, pemanfaatan atau pembuangan segala
material galian, pembentukan bidang galian, dan penyempurnaan bidang galian
yang terbuka (exposed), sesuai dengan Spesifikasi dan garis, ketinggian,
kelandaian, ukuran dan penampang melintang yang tercantum dalam gambar dan
petunjuk Konsultan Pengawas.

e.

Penggunaan Material Galian


Material yang memenuhi persyaratan dan berasal dari galian menurut Pasal ini
harus dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan permanent menurut Rks ini atau
material galian dianggap sebagai sampah (waste) bila Konsultan Pengawas
menentukan demikian dan diperlakukan sesuai ketentuan dalam RKS ini.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 14

f.

Pembuangan Material yang tidak Memenuhi Persyaratan


Bila diperintahkan secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, kontraktor harus
membongkar material yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan
dan harus membuangnya sesuai dengan ketentuan Pasal S4.06.
Bila dari penggalian diperoleh material yang memenuhi syarat da yang tidak,
kontraktor harus melaksanakan penggalian sedemikian rupa sehingga material
yang memenuhi syarat digali secara terpisah tanpa dicampuri material lain, untuk
digunakan dalam pekerjaan.
Bila material yang tidak memenuhi syarat berada di bawah subgrade pada daerah
galian atau di bawah pondasi timbunan diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
dibuang, maka tanah bekas galian tersebut harus dipadatkan, sampai kedalaman
20 cm, sampai kepadatan 90% dari kepadatan kering maksimum manurut
AASHITO T99. pembayaran untuk pekerjaan pemadatan itu tercakup dalam
Harga Satuan untuk pekerjaan Galian Biasa.

g. Urugan
Pekerjaan ini meliputi timbunan badan jalan dan pengurugan kembali yang tidak
diatur ketentuan lain, dengan penyediaan, penempatan, pemadatan dan
pengolahan material dengan mutu yang dapat diterima, yang diperoleh dari
sumber yang disetujui sesuai dengan spesifikasi dan sesuai dengan garis,
ketinggian, kelandaian, ukuran dan penampang melintang seperti tampak dalam
gambar dan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

h. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Pemadatan Fondasi Badan Jalan
Kontraktor harus menggali tanah berumput, sampah, atau bahan tak terpakai
lainnya sampai kedalaman yang diminta oleh konsultan pengawas. Pekerjaan
ini harus dianggap termasuk dalam pekerjaan pembersihan tempat kerja.
Sebelum memulai pekerjaan timbunan badan jalan, kontraktor harus terlebih
dahulu mengurug kembali segala lubang di seluruh daerah yang sudah
dibersihkan dan dikupas, dan daerah itu harus disesuaikan kerataannya
dengan ketinggian setelah pengupasan tanah permukaan. Material urugan
harus disetujui dulu oleh Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini tidak dibayar
langsung, melainkan merupakan kewajiban tambahan kontraktor.
Sebelum pelaksanaan timbunan, Konsultan Pengawas dapat memerintahkan
pemadatan areal yang telah dibersihkan atau telah dikupas tanah
permukaannya, sehingga kepadatannya memenuhi ketentuan dalam RKS ini.
2) Penghamparan dan Pemadatan
(i)

Material untuk timbunan badan jalan sebagaimana diatur di atas, harus


dihampar selapis demi selapis horizontal secara sama tebal dengan lebar
sesuai dengan ketentuan dari konsultan pengawas dan sesuai dengan
garis, kelandaian, penampang melintang dan ukuran yang tercantum
pada gambar. Lapisan material gembur (sebelum dipadatkan) selain

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 15

batuan, tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali bila alat pemadatannya
mampu melakukan pemadatan sampai kedalaman lebih dari 20 cm
dengan kepadatan yang seragam dan dapat diterima oleh konsultan
pengawas. Setelah kadar airnya disesuaikan untuk tercapainya
kepadatan maksimum, material itu harus dipadatkan sampai tingkat
kepadatan yang telah ditentukan.
(ii)

Bila tumpukan material untuk timbunan dalam keadaan sedemikian rupa


sehingga tidak bisa dipadatkan menurut ketentuan dari kontrak, maka
kontraktor dengan biaya sendiri harus bertanggung jawab untuk:
Memperbaiki dengan memindahkan material tersebut untuk diproses
dampai berada dalam kondisi bisa digunakan, dan atau
menggantinya dengan material lain yang sesuai, atau
Memperbaiki kondisi material secara mekanis atau pun kimiawi, atau
Menangguhkan pekerjaan sampai material tersebut kondisinya sesuai
untuk dipadatkan sesuai ketentuan kontrak.

(iii)

Bila badan jalan terletak pada lereng bukit, atau urugan baru harus
dipadatkan pada badan jalan lama, atau urugan harus dilakukan
setengah lebar badan jalan, maka lereng bukit atau badan jalan lama atau
urugan setengah meter yang pertama itu harus dipotong sedemikian rupa
sehingga memudahkan penggunaan peralatan pemadatan pada waktu
urugan baru diletakan brupa lapisan horizontal dan material hasil
pemotongan tersebut dapat dicampurkan dan dipadatkan dengan urugan
baru.
Dalam pengukuran pekerjaan ini, tidak ada pembayaran untuk volume
material yang dipotong dari lereng bukit atau dari bahan jalan lama atau
dari separuh lebar yang urugan pertama, tetapi akan dihitung volume
netto urugan pada lereng bukit, badan jalan lama atau urugan separuh
lebar pertama.

(iv)

Untuk mencegah terganggunya pelaksanaan konstruksi badan jembatan


(abutment), dinding samping (wing walts) dan gorong-gorong, kontraktor
harus menghentikan pembuatan badan jalan dimuka struktur-struktur
tersebut, sampai pekerjaan-pekerjaan struktur itu mendekati penyelesaian
sehingga daerah-daerah di dekatnya bisa dikerjakan tanpa menggangu
pekerjaan jembatan. Biaya penangguhan pekerjaan ini sudah harus
termasuk ke dalam Harga Satuan untuk Galian Biasa dan Borrow
Material.

(v)

Material untuk badan jalan pada keadaan yang tidak memungkinkan


pemadatan dilakukan secara normal harus dihamparkan secara horizontal
dengan ketebalan lapisan tidak melebihi 10 cm dan dipadatkan dengan
mechanical hammers.

(vi)

Dalam melaksanakan timbunan badan jalan melewati atau di atas goronggorong dan jembatan bila memang dikehendaki dalam kontrak, kontraktor
harus mengerjakan timbunan sama tingginya pada kedua sisi. Bila
diperlukan pengurugan atau penimbunan dengan sisi yang satu lebih
tinggi dari pada sisi yang lain, maka penambahan material untuk sisi yang
lebih tinggi tidak boleh dilakukan sebelum ada ijin dari Konsultan
Pengawas, dan sebelum struktur berusia 14 hari; dan hasil test

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 16

laboratorium yang diawasi konsultan pengawas menunjukan bahwa


struktur sudah cukup kuat menahan tekanan yang diakibatkan tanpa
mengalami kerusakan atau tegangan di atas faktor aman.
Bila material khusus untuk urugan di dekat struktur ditentukan dalam
kontrak, pengurugan dapat dilakukan dengan lebar kurang dari lebar total
timbunan badan itu dan dilakukan secara bertahap sehingga perbedaan
tinggi areal yang berbatasan tidak lebih dari satu lapisan.
Pada timbunan batu, material harus ditempatkan secara hati-hati pada
jarak tertentu dan struktur sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini.
Pekerjaan harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak terjadi desakan
terhadap struktur, dan di semua lereng didaerah urugan harus dibentuk
bench atau sengkedan untuk mencegah timbulnya desakan. Penimbunan
dan pembentukan bench pada lereng harus bertahap lama sehingga
terbentuk lapisan horizontal dari material padat dalam jarak sekurangkurangnya sama dengan tinggi penopang (abutment) atau dinding yang
diurugi, kecuali bila ada material yang dapat merusak daerah struktur itu.

3) Percobaan Pemadatan
Sebelum memulai pekerjaan timbunan, kontraktor harus mengadakan
percobaan pemadatan sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas. . lokasi
untuk percobaan adalah tanah yang ditemui di sepanjang daerah milik jalan,
dan peralatan pemadatan harus sama dengan yang akan dipakai dalam
pekerjaan utama dan telah disetujui konsultan pengawas.
Tujuan percobaan adalah untuk memastikan kadar air optimum dan
mengetahui hubungan antara jumlah lintasan alat pemadatan dan kepadatan
yang diperoleh dengan tanah sejenis itu. untuk pekerjaan ini, tak ada
pembayaran khusus, dan dianggap sebagai kewajiban tambahan kontraktor
sesuai dengan ketentuan Pasal lain dalam Spesifikasi.
4) Kepadatan yang diisyaratkan
Kepadatan yang disyaratkan untuk setiap lapisan timbunan adalah sebagai
berikut :
(i)
Lapisan yang berada lebih dari 20 cm di bawah subgrade harus
dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai
ketentuan AASHITO T 99. untuk semua jenis tanah, kecuali material
urugan batu, yang mengandung lebih dari 19,9 mm (3/4 inci), kepadatan
kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi sesuai jumlah
kandungan material oversize tersebut sebagaimana petunjuk Konsultan
Pengawas. Penghamparan dan pemadatan lapisan berikutnya tidak boleh
dilakukan sebelum lapisan sebelumnya dipadatkan secara sempurna dan
disetujui oleh konsultan pengawas.
(ii)

Lapisan 20 cm atau kurang di bawah subgrade harus dipadatkan sampai


100% kepadatankering maksimum yang ditentukan dengan AASHTO T
99.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 17

5) Kadar air
Material timbunan yang tidak mengandung kadar air yang memadai harus
ditambah kadar airnya dengan cara disiram atau diaduk. Material yang
mengandung kadar air yang melebihi kadar air yang diperlukan untuk mencapai
kepadatan maksimum, tidak boleh digunakan dalam timbunan, tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas, dan sebelum dikeringkan secara sempurna.
Pengeringan material yang basah dapat dilakukan dengan cara dijemur atau
dicampur material yang lebih kering atau cara lain yang disetujui.
Pemadatan timbunan harus dikerjakan pada kadar air optimum. Dalam
membentuk timbunan itu, kontraktor harus mencegah masuknya air hujan ke
daerah pekerjaan, dan harus memperhitungkan ketinggian dan lebar timbunan
dengan faktor susut atau muai.
6) Urugan Batu
Urugan batu tidak dapat dilaksanakan sebelum permintaan penggalian dan
pengurugan telah disetujui Konsultan Pengawas. Untuk memperoleh
permukaan ketinggian yang seragam, material penutup urugan batu harus
disediakan oleh kontraktor setempat.
Bila material tersebut tak dapat disediakan, sehingga diperlukan pemakaian
borrow material, maka borrow material itu harus disediakan dan dihamparkan
oleh kontraktor tanpa tambahan pembayaran.
Urugan batu harus dihamparkan dengan tebal lapisan dalam keadaan tidak
padat tidak lebih dari 60 cm dan dipadatkan sesuai dengan ketentuan. Bagian
teratas urugan ini tidak boleh kurang dari 20 cm di bawah subgrade, dan celahcelah harus diurug dengan kerikil, butiran, atau material sejenis lainnya yang
telah disetujui, dan dipadatkan secara merata sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.
Suatu urugan akan dianggap sebagi urugan batuan bila tanah atau material
halus lainnya jika dicampurkan merata diseluruh urugan tidak cukup memenuhi
rongga sehingga partikel batuan dalam keadaan bersentuhan satu sama lain
dan tidak dipisahkan oleh tanah atau material sejenis lainnya. Selain dari pada
hal tersebut diatas, material urugan akan diperlakukan dan dianggap sebagai
urugan tanah yang dihamparkan dan dipadatkan sesuai ketentuan Pasal
S4.05.
Bila batuan akan dicampurkan pada urugan atau menjadi bagian dari urugn
yang sebagian besar terdiri dari material tanah yang mudah remuk, maka batubatu itu harus dibatasi sampai ukuran maksimum tidak lebih dari 75% ketebalan
lapisan. Agar permukaan urugan seragam dan rata, urugan batu harus ditutup
dengan tanah secukupnya.

7) Material campuran untuk urugan


Bila timbunan akan menggunakan material campuran seperti pasir, kapur atau
lempung atau material lain yang berlainan sifat, maka material tersebut harus
diletakkan pada lapisan berselang-selang pada seluruh lebar timbunan dengan
ketebalan yang ditentukan Konsultan Pengawas.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 18

Bila kualitas material urugan bermacam-macam, kontraktor harus bekerja


sedemikian rupa sehingga material yang menurut Konsultan Pengawas lebih
baik harus diletakkan pada lapisan yang lebih atas. Batu cadas atau lempung
harus dihancurkan dan gumpalan atau bongkahan-bongkahan tidak boleh
terkumpul pada kaki timbunan.
8) Perataan timbunan yang sudah ada
Sebelum urugan ditempatkan dan diletakan pada badan jalan, timbunan badan
jalan lama harus diratakan dengan digali, digaruk atau cara mekanis lainnya
yang disetujui sampai ketinggian yang ditentukan Konsultan Pengawas. Tanah,
aspal lama atau material lainnya hasil dari pekerjaan ini akan ditentukan oleh
konsultan pengawas cocok atau tidaknya digunakan untuk timbunan. Bila bisa
dipakai, material tersebut harus dipergunakan pada timbunan di dekatnya
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, dan ketentuan pada Pasal S4.03 Galian
Biasa. Bila tidak bisa material itu harus dibuang sesuai ketentuan Pasal S4.06
Sampah (waste).

Pasal 15
PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan pondasi seperti tercantum dalam gambar kerja diantaranya :
a. Pondasi Tiang Pancang beton dan
b. Pondasi pasangan batu kali
2. Persyaratan Bahan
a. Tiang pancang yang digunakan adalah produk pabrik yang telah memenuhi standard
SII, tiang pancang yang dipakai berbentuk segi empat dengan ukuran 25 x 25 sesuai
dengan gambar. Produk yang digunakan setaraf produk dari PT.Beton Elemenindo
Perkasa, dengan spesifikasi sebagai berikut:
Sistem pemancangan menggunakan sistem hidrolik Jack Piling System dimana
tiang pancang ditancapkan dengan tenaga hidrolik, dengan demikian tidak
menimbulkan kebisingan akibat pukulan ataupun getaran/ vibrasi.
Adapun jenis tiang yang dipergunakan adalan dengan dimensi penampang 25x25 cm
dengan panjang tiang 3 m dan 6 m tiap unitnya, untuk lebih jelasnya kami uraikan
berikut ini :
Ukuran Penampang
: 25 x 25 cm
Mutu Beton
: K 450
Mutu Baja tulangan (Bj TD)
: U 39
Ukuran dan jumlah tulangan : 4 d 16 mm
Tulangan spiral
: d 6 mm
Luas Baja Tulangan
: 8,043 cm2
Luas Penampang Tiang Netto : 625 cm 2
P axial yang dapat dipikul oleh Square :
P = (148,5 x 625) + (2.262 x 8.043) = 11.105 Kg = 111 Ton

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 19

P izin
Safety Factor

: 45 Ton
: 2,47

b. Batu kali
Batu kali yang dipakai harus batu pecah dari jenis yangkeras, bersudut runcing dan
tidak porous.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Pemancangan
a.1. Driving cap
Selama pekerjaan pemancangan, kepala tiang harus dilindungi dengan suatu
bantalan/driving cap.
a.2. Alat Pancang
Menggunakan sistem hidrolik Jack Piling System
a.3. Pengikat
Selama pekerjaan pemancangan, tiang pancang harus diikat demikian sehingga
tiang tidak dapat bergerak pada arah horizontal.
a.4. Penetrasi
Tiang pancang harus dipancang sampai suatu kedalaman atau dipancang menurut
penetrasi yang diminta dalam dokumen. Pencatatan yang teliti dari penetrasi pada
tiap tiang pancang untuk mendapatkan data yang tidak diragukan.
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu kepada Direksi untuk disetujui
Perencana, alat pancang yang akan dipakai lengkap dengan spesifikasinya untuk
dapat disetujui.
Untuk tiap tiang yang dipancang, maka grafik kalendering harus dibuat oleh
Kontraktor dan disetujui Direksi dan seterusnya dievaluasi daya dukungnya.
Pada keadaan pemancangan dihentikan sebelum penetrasi akhir tercapai,
pencatatan penetrasi baru boleh diambil setelah mencapai paling sedikit 30 cm dari
posisi tiang yang terhenti.
a.5. Tiang pancang tambahan
Suatu tiang pancang yang rusak pada saat pemancangan atau
pengangkatan/pengangkutan, yang mengakibatkan kebutuhan struktur tiang tidak
dapat dipertanggung jawabkan, harus dicabut dan diganti atau dipakai tiang
pancang tambahan dengan persetujuan Direksi tanpa tambahan biaya.
Tiang-tiang pancang tidak boleh menyimpang lebih dari 1,25 % kemiringan, &dan
bertengger tidak lebih dari yang dibatasi oleh daftar berikut ini :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah tiang
toleransi
toleransi satu
toleransi kelompok
perkelompok
sendiri
tiang terhadap
tiang ( titik berat ( cm )
tiang lain
kenyataan terhadap
(cm)
beban ) ( cm )
------------------------------------------------------------------------------------------------------------1
7,5
7,5
2,3
7,5
11
5
4,5
7,5
11
4,5
6
7,5
11
4
7
7,5
12,5
2,5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 20

Paling lambat 5 hari setelah pemancangan selesai dengan sepengetahuan Direksi


lapangan, Kontraktor mengirim data kemiringan dan letak akhir tiang pencang
terhadap as bangunan.
a.6. Perubahan poer
Perubahan poer akibat penambahan tiang dan/atau toleransi jarak antara tiang
yang tidak dipenuhi, maka biaya tambahan pekerjaan poer menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
a.7. Penyambungan
- Kontraktor harus menggunakan dolly baja dengan panjang maksimum 2
meter, apabila kalendering yang disyaratkan tidak tercapai pada saat seluruh
panjang tiang masuk dalam tanah.
- Apabila tiang pancang dengan kalendering yang disyaratkan tercapai pada
kedalaman di bawah peil atau poer, semua biaya penyambungan tiang
termasuk galian, menjadi beban Kontraktor. Penyambungan tiang dilakukan
dengan sambungan overlap tulangan dengan panjang 40 kali diameter
tulangan yang disambung.
- Apabila panjang dolly telah masuk 1 meter ke dalam tanah, Kontraktor harus
mengadakan pencatatan kalendering pada sisa panjang 30 cm berikutnya,
dan apabila kalendering yang disyaratkan masih belum tercapai,
pemancangan dihentikan dan harus melaporkan pada Direksi. Dalam hal ini
semua biaya akibat perubahan tersebut, antara lain penambahan tiang
pancang, penyambungan dan lain-lain alternatif pemecahan menjadi beban
Kontraktor Pondasi.
a.8. Data-data karakteristik dari alat-alat pancang yang akan cipakai berikut usul
kalenderingnya harus diberikan kepada Perencana Konstruksi minimum 2
minggu sebelum start pemancangan dan harus mendapat persetujuan Direksi
Pengawas.
Data-data pemancangan dari semua tiang pancang harus diberikan paling
lambat hari berikutnya sesudah hari pemancangan tiang yang bersangkutan,
dan data-data ini harus disyahkan oleh Direksi Pengawas untuk diteruskan
pada Perencana.
a.9. Jika tiang pancang dicabut, karena kesalahan dalam pemancangan, jika tidak
dipancang kembali, maka ruangan yang timbul harus diisi dengan batu-batu
koral atau pasir tanpa biaya tambahan.
a.10. Bagian atas dari semua tiang-tiang harus berada disebelah atas dari elevasi
pemotongan (setelah pemancangan), dimana beton akan dipotong sampai
permukaan yang tepat 7,5 cm diatas sisi bawah pile caps dengan besi-besi
betonnya tetap diteruskan sepanjang 40 kali diameter.
a.11. Bila ada batu-batu atau gangguan-gangguan lainnya yang menyulitkan
pemancangan, Kontraktor harus mengusahakan berbagai cara dengan
persetujuan Direksi Lapangan untuk mengatasinya tanpa tambahan biaya.
a.12 Jika dibutuhkan tambahan dalam penyelidikan tanah untuk menambah
data-data mengenai stratifikasi lampisan-lapisan tanah, maka biayanya
ditanggung oleh Kontraktor.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 21

a.13 Semua tiang harus dipancang secara kontinu tanpa berhenti sampai tiang
mencapai lapisan yang diperlukan dengan kalendering sesuai dengan daya
dukung tiang yang disyaratkan.
a.14 Penghitungan volume tiang pancang adalah sesuai dengan panjang tiang
pancang yang dikeluarkan oleh pabrik, yaitu 3 meter, dengan demikian
pemakaian pancang dihitung berdasarkan kelipatan 3 meter.
a.15. Besarnya volume pancang yang tertanam harus sesuai dengan hasil final set
di lapangan, jika terjadi kelebihan atau kekurangan berdasarkan volume
dalam penawaran, dapat dilakukan pekerjaan tambah/kurang.
b. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Batu Kali
1) Persyaratan pekerjaan galian pondasi harus memenuhi persyaratan galian pondasi
seperti terurai dalam pasal pekerjaan tanah dalam buku RKS ini.
Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi,
dimensi atau seperti tercantum dalam gambar kerja dengan penampang lereng
galian kanan dan kiri dimiringkan 10 derajat keluar pondasi.
2) Galian harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
3) Untuk menjaga lereng lubang galian agar tidak longsor, maka apabila dianggap
perlu oleh Pengawas Lapangan kontraktor harus
memasang (casing)
sementara. Biaya untuk pekerjaan ini sudah termasuk dalam penawaran dan
tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.
4) Dasar galian harus diurug dengan pasir urug setebal 5 -10 cm sesuai gambar,
kemudian disiram air sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan / ditimbris.
5) Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi terlebih dahulu harus dibuat profil-profil
bentuk pondasi dari bambu atau kayu pada setiap ujung sesuai ukuran gambar
dan disetujui oleh pengawas lapangan.
6) Konstruksi pasangan pondasi batu kali
- Lantai kerja pondasi adalah pasangan batu kosong (aanstamping) yang
disusun
berdiri tegak, teratur dan bersilangan, diurug pasir hingga
merata dan mengisi
lubang diselah-selah batu, kemudian disiram air dan
ditimbris.
- Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan
campuran 1 pc : 5 ps , terkecuali disyarakat pasangan kedap air / trassram
dalam gambar
kerja harus dipasang dengan adukan 1 pc : 3 ps.
- Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada
dari
bagian pondasi yang berongga atau tidak padat, khusus pada bagian
tengahnya.
Pemasangan batu kali/belah disusun bersilang dan bagian
nat/lubang kecil diisi batu
pecahan/kricak.
- Setiap jarak 75 cm atau seperti gambar harus ditanam stek tulangan beton
diameter 10 mm sedalam + 30 - 40 cm untuk pengait sloof dan pasangan
dinding bata, ukuran panjang stek tulangan adalah 100 cm atau sesuai gambar.
- Dalam proses pengeringan, pondasi harus selalu dibasahi atau disiram air.
Selama
pondasi belum mencapai bentuk profilnya, lubang galian tidak boleh
diurug.
- Pada setiap perletakan kolom beton, kolom praktis pada pondasi harus pula
ditanam
stek tulangan kolom sedalam minimal 40 D, dengan diameter dan
jumlah tulangan
yang sama dengan tulangan pokok .
- Untuk pekerajaan Kirmir terdapat pasangan sulingan dari pipa pvc 1,
penempatan sesuai dengan gambar kerja.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 22

Pasal 16
PEKERJAAN BETON BERTULANG DAN TIDAK BERTULANG
16.1 Lingkup Pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan Beton Bertulang terdiri dari :
Pondasi Tiang Pancang, Poer Plat, Sloof, Kolom Struktur, Kolom Praktis, Sirip
Beton, Plat Lantai Beton, Balok, Struktur Tangga dan Pondasi, Balok Struktur, Plat
Atap Dak, Ring Balok, dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.
b. Pekerjaan Beton tidak bertulang terdiri dari :
Lantai kerja, Rabat, dan segala sesuatu yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini
sesuai gambar.
16.2 Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan ketentuan yang tercantum pada :
a. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SKSNI T-15-1991-03
b. PUBB NI-3 tahun 1970, NI-8 tahun 1964
c. PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai :
1. Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton ( PBI 1971 NI-2, Bagian
II Bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9)
2. Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2, Bagian II Bab 45-6 seluruh pasal).
3. Syarat-syarat pekerjaan tulangan (PBI 1971 NI-2, Bagian IV Bab 8 seluruh
pasal).

16.3 Persyaratan Beton :


Penjelasan Mutu Beton
a. Untuk beton bertulang yang bersifat struktur mutu beton yang digunakan K-250
dimana beton harus mempunyai kekuatan tekan dan kareakteristik sebesar 250
kg/cm2 (minimal). Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang disyaratkan, maka
Pemborong harus membuat MIX DESIGN di Laboratorium Beton milik Pemerintah
atau yang ditunjuk oleh Direksi, untuk mendapatkan komposisi campuran dari
bahan-bahan yang digunakan
Termasuk Mutu Beton K-250 dimana beton harus mempunyai kekuatan tekan dan
kareakteristik sebesar 250 kg/cm2 (minimal) dan Mutu Beton K-400 dimana beton
harus mempunyai kekuatan tekan dan kareakteristik sebesar 400 kg/cm2
(minimal)
b.

Untuk beton bertulang yang bersifat praktis, seperti kolom praktis, balok lintel dll,
campuran beton yang digunakan adalah K-175 atau campuran 1PC : 2 PS : 3
KR.

c.

Untuk beton tidak bertulang, adukan dibuat dengan campuran : 1PC : 3PS : 5KR,
seperti untuk lantai kerja dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.

16.4 Persyaratan Bahan


a. Semen Portland / PC
Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut peraturan Semen
Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No. 12 tahun 1965 Semen
harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta dalam kantong asli

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 23

dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri seperti, Tiga Roda, atau
yang setaraf dipersyaratkan satu merek PC yang disetujui Konsultan Pengawas
untuk seluruh pekerjaan. Semen harus disimpan dalam gudangyang kedap air,
cukup ventilasi di atas lantai setingi 30 cm dari atas tanah. Penyimpanan harus
berurutan dan terpisah menurut menurut pengiriman. Kantong-kantong semen
tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
b. Pasir
1). Semua pasir yang akan dipakai harus pasir alam tidak di perkenankan memakai
pasir laut.
2). Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan substansi lain yanjg
merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5 %.
3). Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai
bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai sedikitnya 14 (empat belas) hari
sebelum diperlukan.
4). Timbunan pasir alam harus dibersihkan semua dari tumbuh-tumbuhan, kotoran
dan bahan-bahan lain yang tidak dapat dipakai harus disingkirkan. Bahan harus
diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk mengahasilkan
c. Agregat (Kerikil atau Batu Pecah)
Agregat dapat dipakai agragat alami ata buatan memenuhipersyaratan PBI 1971
(NI-2) pasaln 3.3, 3.4, dan 3.5 Agragat tidak boleh mengandung bahan yang dapat
merusak beton dan ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus
mengajukan contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dahulu.
d. Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesui/mortar dan speci injeksi harus
dari aiar yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal3.6.
e. Baja tulangan
1). Baja tulangan yang dipakai adalah mutu baja U-32 (Ulir) untuk baja diameter
lebih besar dan sama dengan 16mm serta mutu baja U-24 untuk baja diameter
lebih kecil atau sama dengan 12mm, sesuai dengan PBI 1971. JIS SR 24 British
Standard No. 785. 1938 atau ASTM Designation A-15.
2). Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dengan gambar kerja, penggantian
dengan diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari direksi. Segala biaya
yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap gambar sejauh Gambar
Kerja adalah Kontraktor.
3). Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab
disesuaikan diameter serta asal pembelian.
4). Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran dan
lemak serta sejauh mungkin terhadap karat.
f. Bahan campuran (additives)
1). Pemakaian bahan tambahan kimiawi (Konkret admixtures additives) kecuali yang
disebut tegas dalam Gambar Kerja (RKS) harus seijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.
2). bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set) tidak boleh
dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air dalam tanah hidrostatik pressure tidak
boleh bahan kedap air yang mengandung bahan stearate. bahan campuran

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 24

tambahan beton harus sesua dengan iklim tropis AS 1978 & ASTM C 494 Type B
& D sekaligus sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.
3). Semua admixture yang akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan
benda uji/contoh-contoh yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
4). Untuk penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai
bahan perekat CALBOND sebelum dicor dengan beton baru serta permukaannya
harus dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 M2 adalah 0,3 liter CALBOND
dicampur dengan larutan semen/PC sekitar 25 %nya dengan cara ditaburkan.
g. Bekisting
1). Bekisting dibuat dari panel multiplex 12 mm atau papan borneo tebal minimal 2 cm
dengan rangka penguat penyokong dan penyangga dibuat dari kayu borneo 5/7,
5/10 secukupnya, sehingga mampu mendapatkan kekakuan dan kekuatan
mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton. Untuk kolom struktur dipakai
papan borneo tebal 3/20.
2). Steger cetakan/bekisting dipakai kayu borneo dengan ukuran minimum 5/10 cm
atau pipa besi (scaffolding). Tidak diperkenankan mempergunakan bambu.
3). Khusus cetakan bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih
kaku, permukaan panel lurus, halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.

16.5 Persyaratan teknis


a. Komposisi campuran beton
1). Beton dibentuk dari semen portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, air seperti yang
ditentukan ; semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah
sebaik-baiknya sehingga sampai didapat kekentalan yang tepat.
2). Untuk mengetahui karakteristik dari beton tersebut, harus memenuhi syarat mutu
beton menurut PBI 1971, disertai sertifikat hasil pengujian laboratorium pengujian
beton dilaksanakan 4 (empat) kali tahapan.
3). Ukuran maksimum dari agragat kasar dalam beton tidak boleh melampaui ukuran
yand ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus memperhitungkan celah
lubang anatar tulang agar tidak terjadi rongga-rongga beton.
4). Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan demikian juga pemeriksaan terhadap agrqgat dan beton
yang dihasilkan. Pebandingan campuran dan faktor air semen yan tepat akan
ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kekedapan,
keawetan, dan kekuatan yang dikehendaki. Faktor air semen dari beton tidak
terhitung air yang dihisap oleh agregat dan tidak boleh melebihi 0,55 (dari
beratnya). Pengujian beton akan dilakukan oleh Kontraktor dan perbandinganperbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan-tujuan seperti di atas
dan Kontraktor tidak berhak claim atas perubahan-perubahan yang demikian.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 25

b. Pengujian dari Konsistensi Beton dan benda-benda uji Beton


1). Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keprluan untuk
menjamin beton dengan Konsistensi yangn baik dan untuk penyesuaian variasi
kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam
mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat
hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang
tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan
sengat perlu. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh kurang
dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm untuk segala beton yang dipergunakan.
2). Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan melaui pengujian biasa dengan silinder
berukuran 15 x 30 cm atau kubus 15 x 15 x 15 cm atau kubus 20 x 20 x 20 cm
dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI 1971. Pengujian slump disesuaikan dengan
NI-2 PBI 1971 dan Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang erpresetatif, frekuensi akan
ditetapkan oleh Pengawas Lapangan (Pengawas Lapangan).
c. Benda uji
Selama pengecoran beton harus terdapat benda-benda uji sebagai berikut :
- Minimum 1 benda uji setiap hari
- Minimum 20 benda uji pada akhir pelaksanaan
- Setiap pengecoran 5 m 3 dibuat 1 benda uji
- Yang terbesar menentukan
d. Persyaratan pelaksanaan
1). Rencana Cetakan
- Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan
pada Gambar Kerja. bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus
mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas sebelum pembuatan cetakan
dimulai.
- Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik, atau
setiap permukaan hanya 1 (satu) kali.
- Semua cetakan harus kokoh
Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga
menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak
(Exposed) adalah semi exposed aratinya setelah cetakan dibongkar memberikan
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
- Sebelum
beton
dicor permukaan
panel cetakan diminyaki secara
merata untuk cegah lekatnya beton pada cetakan.
- Celah - celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga
pada waktu pengecoran tidak ada air adukan yangkeluar.
2). Baja Tulangan
a). Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih,
karat minyak gemuk dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi
daya lekat dalam beton. Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang tertera pada gambar.
b). Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesua dengan Gambar Kerja.
Agar tulangan tetap tepat di tempatya maka tulangan harus diikat kuat dengan
dengan kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton
decking atau kursi- kursibesi/cakar ayam, perenggang, specer atau logam
gantung (metal hanger) sesuai dengan kebutuhan. Dalam segala hal untuk

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 26

baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat sehingga
tidak akan ada batang yang turun.
c). Penempatan
besi
beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan
serta
harus
mempunyai
jarak
tetap
untuk setiap bagian - bagian konstruksi tertentu seperti : kolom dan balok
2,5 cm, plat beton 1,5 cm.
d). Penyambungan Jika diperlukan untuk menyambung tulangan Overlap
pada sambungan untuk tulang - tulangan dinding tegak (vertikal)
dan
kolom sedikitnya harus 40 (empat puluh) diameter batang.
3). Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan dan perawatan beton harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam PBI 1971 pasal 6.1. sampai
dengan pasal 6.6.
4). Mengaduk
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam Mesin
Pengaduk Beton yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam hal ini hars
dujaga adukan plastis merata danntidak boleh ada bagian air yang tidak terikat oleh
bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian rupa, sehingga beton
dari adukan ke adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang sama. Pengaduk
yang sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak memuaskan harus
diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing Plant) harus diatur,
sehingga pekerjaan mengaduk dapat dapat diawasi dengan mudah dari station
operator. Tiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur
waktu dan jumlah adukan.
Disarankan memakai adukan beton siap pakai Beton Ready Mix agar kualitas
beton lebih konsisten dan lebih cepat dalam pelaksanaannya.
5). Suhu
Suhu beton waktu di Cor/dituang tidak boleh lebih dari 32 derajat dan biula suhu dari
beton yang ditaruh berada anatara 27 sampai 32 derajat celciuis, beton harus
diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian di Cor.
6). Pengangkutan Beton
Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan
dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan nilai
slump.
7). Pengecoran
- Beton tidak boleh di cor sebelum semua pekerjaan cetakan bekisting selesai,
Ukuran dan letak baja tulangan baja tulangan beton sesuai dengan Gambar
Pelaksanaan pemasangan instalasi - instalasi yang harus ditanam, besi
penggantung plafond sesuai pola kerangka langit -langit, besi penggantung,
cable tray dan stek-stek penyokong dan pengikatan serta lain-lain telah selesai
dikerjakan.
Sebelum pengecoran dimulai permukaan - permukaan yang
berhubungan telah disetujui Pengawas Lapangan.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 27

- Sebelum pengecoran
beton
semua
permukaan
pada
tempat
pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan
dan barang lepas. Permukaan
bekisting
dari
bahan - bahan yang
menyerap pada tempat-tempat yang akan di cor harus dibasahi dengan
merata sehingga kelembaban air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.
- Pada pengecoran, beton baru ke permukaan beton yang telah di cor
terlebih dahulu permukaan
beton
lama tersebut harus bersih,
dilembabkan dan dikasarkan. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai
perekat beton yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.
- Perlu diperhatikan letak jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang
akan masih berlanjut terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
- Koordinasi dengan pekerjaan elektrikal, sanitasi dan mekanikal harus dilakukan
sebelum pengecoran dimulai. Terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing
yang menembus/tertanam dalam beton untuk keprluan setiap disiplin kerja.
- Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas serta Kontraktor ada di
tempat kerja dan persiapan betul-betul memadai.
- Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutannya ke posisi terakhir harus sependek mungkin, sehingga tidak
terjadi pemisahan antar kerikil dan spesi pada waktu pengecoran.
- Pengecoran
beton
untuk bagian yang vertikal seperti kolom, harus
menggunakan tremie dengan tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 2 (dua) m.
Pengecoran beton untuk bagian horizontal seperti : plat, balok, parapet harus
dicor lapis demi lapis horizontal menyeluruh dengan ketebalan perlapis < 50
cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal lapisaan 50 cm tidak dapat memenuhi
spesifikasi.
- Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama
sehingga sedemikian rupa sehinggga
speci/mortal
terpisah
dari
agregat kasar. Suatu pengecoran
yang
sudah dimulai pada suatu
bagian tidak boleh terputus sebelum bagian itu selesai.
- Setiap lapisan beton harus dipadatkan sepadat mungkin sehingga ia bebas
dari kantong - kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan
dari cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan
dari beton kepala alat penggetar (Vibrator) harus dapat
menembus
dan menggetarkan beton
pada
bagian atas
dari
lapisan
yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan
terpisahnya bahan beton dengan airnya.
- Untuk pengecoran kolom, plat lantai ataupun balok, agar
pelaksanaannnya lebih efektif diwajibkan
menggunakan
tremie
disediakan oleh Pengusaha beton ready mix.

dalam
yang

8. Waktu dan Cara-cara Pembukaaan Cetakan


Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan, harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton baru dapat
diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari, kecuali beton yang
menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus diperiksa dengan
teliti, permukaan yang tidak rata, berongga dan tidak rata/rapi harus segera
diperbaiki sampai disetujui oleh Pengawas Lapangan.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 28

9. Perawatan (Curing)
Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan dibawah ini.
Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah paling sedikit 14 (empat
belas) hari secara terus menerus sesudah beton cukup keras, untuk mencegah
kerusakan dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan
pipa berlubang. Pengawas Lapangan berhak menentukan cara/sistem perawatan
yang harus dilaksanakan pada tiap bagian pekerjaan beton.
10. Perlindungan (Protection)
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan
sebelum dapat diterima oleh Pengawas Lapangan. Permukaan beton yang
terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 (tiga)
hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus
dibuat
efektif
secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.
11. Perbaikan permukaan beton
- Jika hasil pembukaan cetakan terdapat
beton yang tidak tercetak
dengan baik menurut gambar
atau
diluar
garis permukaan atau
ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan
spesifikasi dan harus dibuang/dibongkar
dan
diperbaiki
atas biaya
pemborong. Apabila
kerusakan tersebut dapat diperbaiki
atas
izin
Pengawas Lapangan dengan cara ditambal pada tempat yang rusak, maka
teknik penambalan harus dilaksanakan sebagai berikut.
- Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang
terdiri dari ; sarang
kerikil, kerusakan - kerusakan
karena
cetakan,
lubang - lubang baut,
ketidakrataan
dan
bengkok
kecil,
maka
dilaksanakan dengan pemahatan kemudian digosok
dengan
gurinda.
Lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran tajam dan dicor sedemikian
rupa sehingga pengisian akan terkunci rapat ditempatnya. Semua lubang
harus
terus
menerus dibasahi selama 24 (dua puluh emapat) jam
sebelum dicor.
12. Pipa sparing listrik
Pipa sparing untuk listrik digunakan dengan pipa PVC sekwalitas AW dengan alur
sesuai gambar kerja yang dilengkapi dengan doos dan kawat penarik kabel
didalam sparing pipa. Untuk posisi pipa sparing ini, kontraktor harus
memperhatikan dan meneliti gambar kerja elektrikal.
13. Beton tumbuk
Semua beton tumbuk untuk rabat atau lantai harus mempunyai kemiringan agar
air tidak menggenang pada permukaan tanpa ada cekungan.
14. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)
- Semua
gambar detail pelaksanaan (shop drawing) harus memenuhi
persyaratan seperti yang terurai dalam RKS ini.
- Pembuatan cetakan beton (bekisting) yang menyangkut detail prinsif harus di
buat Shop Drawing untuk dimintakan persetujuan tertulis dari Pengawas
Lapangan.
15. Pipa-pipa instalasi
- Semua pipa-pipa (air hujan, elektrikal, gas dan lain-lain) serta bagian-bagian
yang tertanam didalam atau bersinggungan dengan beton harus dibuat dari
bahan yang tidak merusak beton.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 29

- Pipa-pipa yang ditanam didalam plat, balok beton dan kolom tidak boleh
mempunyai diameter lebih dari 1/3 tebal plat atau balok tempat pipa tersebut
tertanam, dan jarak dari pusat ke pusat pipa tidak boleh lebih kecil dari 3 kali
diameter pipa.
- Semua pipa serta serta bagian - bagian yang menembus lantai, balok dan
kolom harus mempunyai ukuran dan letak yang tidak mengurangi kekuatan
konstruksi (harus dipilih tempat momen = 0) atau sesuai petunjuk Pengawas
Lapangan.

PASAL 17
BETON KEDAP AIR / WATERPROFING
17.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton kedap air dan lapisan waterprofing dilaksanakan pada plat beton area
basah.
Persyaratan bahan
Cairan kedap air dari full acrylic berbasis air, tidak berbau dan tidak menggunakan
cairan berbahaya atau mudah terbakar, menghasilkan satu membrane tanpa
sambungan, daya rentang yang tingggi didukung fiberglass, mempunyai kemampuan
menahan atau menutup keretakan, mempunyai Elastisitas yang tinggi.
Jenis bahan yang dipakai setaraf Master Guard Exposed sistem Chopped Strand
Fiberglass Matt. 220 grm/m2.
Produk Spesifikasi :
> Primer

> Bodycoat

> Finish / Top Coat

> Fiberglass 220g/m2


> Fiberglass 300g/m2
> Completed System
> Coverage
> Coverage (Coating)
> Packing

:
:
:
:
:
:

Cairan mastergurad campur air 25% sampai 35%


mecakup 150 grm/m2
Cairan mastergurad gunakan langsung / campur air 15%
mencakup 450 grm/m2
Cairan mastergurad gunakan langsung / campur air 15%
mencakup 450 grm/m2
Aplikasikan untuk dapat dilalui oleh pejalan kaki
Aplikasikan untuk dek parkir kendaraan
DFT = 700 800 mircons
2.4 kg/m2
0.6 kg/m2
24 kg/20kg/4kg

17.2 Persyaratan Pelaksanaan

Persiapan permukaan (plesteran semen).


Pastikan permukaan kokoh dan tahan tehadap pergerakan dan pemuaian, sistem
pengaliran air yang baik dan tidak membentuk genangan air. Pastikan permukaan
telah halus , bersih , bebas dari debu dan minyak serta tidak ada sisa serpihan
benda-benda yang kasar atau tajam.

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 30

Persiapan permukaan (beton).


Pastikan permukaan kokoh dan tahan tehadap pergerakan dan pemuaian, sistem
pengaliran air yang baik dan tidak membentuk genangan air. Semua permukaan
beton hasru dihaluskan dengan steel trowel..

Langkah pertama
Permukaan dibasahi untuk megurangi suhu perukaan untuk menghindari
pembentukan kantong udara atau terjadinya reaksi sewaktu proses primer. Lapisi
permukaan dengan cairan masterguard yang telah dicampur dengan air 25%
hingga 35% cakupa 150 grm/m2

Langkah kedua
Roll / kuas satu lapisan masterguard pertama (gunakan langsung / campur air
max. 15% cakupan 450 grm/m2), segera bentangkan satu lapis fiberglass (220
grm/m2) pada lapisan dalam kondisi basah, segera lanjutkan lapisan masterguard
kedua (gunakan langsung / campur air 15 % cakupan 450 grm/m2) pada
fiberglass untuk menekan fiberglass dan pastikan tidak ada udara yang
terperangkap. Gunakan kuas untuk rataka semua kantong udara.Pastikan
Masterguard kedua benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.

Langkah ketiga.
Setelah fiberglass kering, cek semua permukaan. Bila terdapat kantong udara,
harus dipotong dan dihaluskan dengan ampelas dan diulang pada bagian
tersebut. Sedang untuk fiberglass berlebih dirataka dengan kapi dan lakukan
proses fiberglass pada bagian permukaan yang tidak terlapisi. Pastikan
permukaan benar-benar kering sebelum proses selanjutnya.

Langkah keempat.
Lapiskan minimum 2 lapisan Masterguard (gunakan langsung / campur air
max.15% cakupan 450 grm/m2) dengan arah menyilang. Pastikan tidak ada poripori setelah kering maka harus diulang lagi dengan arah menyilang, ulang sampai
tidak ada pori-pori setelah kering.
Kontraktor
harus melaksanakan pengujian
kebocoran terutama untuk
permukaan horizontal plat. Cara pengujian ini adalah dengan menuangkan air
ke area yang tertutup lapisan waterproofing hingga ketinggian air minimum 50 mm
dan dibiarkan selama 3x24 jam. Beri tanda bagian-bagian yang tidak sempurna
atau bocor.

Kontraktor wajib mengadakan pengamanan


dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakn lainnya. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan
oleh kelalaian kontraktor, baik waktu pekerjaan ini dilakukan / dilaksanakan
maupun pada saat pekerjaan telah
selesai, maka kontraktor harus
memperbaiki/ mengganti bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah
tanggung jawab kontraktor

Syarat Teknis Pembangunan Masjid Plumbon Tahap 1 - 31

Pasal 18
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PENGAMAN & PEMBERSIHAN
SETELAH PEMBANGUNAN
1. Pembersihan Tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku RKS ini
dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi
setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.
2. Semua bekas bongkaran bangunan "Existing" pohon dan sebagainya, harus dikeluarkan
dari Tapak/Site konstruksi.
3. Selama pembangunan
berlangsung,
kontraktor
harus menjaga keamanan
bahan/ material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah
terima.

Pasal 19
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Selain persyaratan teknis yang tercantum di atas, pemborong diwajibkan pula
mengadakan Pengurusan dan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
dilengkapi dengan UPL-UKL dari Pemda setempat.
Surat IMB harus sudah diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen sebelum
Serah Terima pekerjaan Pertama.
2. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas dan Kontraktor, bila diperlukan
akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana.
3. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna, dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman
harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.
4. Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki
segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan
benar-benar telah sempurna.

Pasal 20
PENUTUP
Gambar di buat dalam dokumen secara terpisah, Segala sesuatu yang belum tercantum di
dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, akan ditentukan kemudian pada Rapat
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.

Anda mungkin juga menyukai