PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEKERJAAN PEMBANGUNAN
RESERVOIR KAPASITAS 300 M3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB 1. METODA UMUM.................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Umum..............................................................................................3
1.2 Sistem Struktur.................................................................................3
1.3 Laporan Penyelidikan Tanah................................................................3
1.4 Perencanaan Pelat Atap, Dinding dan Pondasi......................................3
1.1 Umum
DASAR-DASAR PERANCANAAN
Peraturan-peraturan yang dipakai :
a. Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SKSNI-T-15-1991-03)
b. Peraturan Muatan Indonesia 1983
c. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. Berdasarkan SKSNI T-15-
1991-03
Oleh W.C Vis & Gideon Kusuma
Mutu Bahan/Material
Material Beton
- Kolom, Balok & Dinding K-300
- Pelat Atap dan Pelat Dasar K-300
Material Baja Tulangan
-Tulangan < 12 mm BJTP 24 (polos)
-Tulangan > 12 mm BJTP 32 (ulir)
Pembebanan
Beban yang ditinjau dari beban tetap dan beban sementara
- Beban Mati
Beban mati yang diperhitungkan terdiri dari berat sendiri struktur,
beban akibat finishing struktur, beban akibat peralatan mekanikan dan
elektrikal.
- Beban Hidup
Beban hidup yang ditinjau dalam perencanaan gedung ini adalah
sebagai berikut:
Pada atap beton 150 kg/m2
Beban air dengan BJ 1000kg/m3
- Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Kombinasi beban tetap & beban sementara dapat dilihat pada input data
SAP-90
2.1 Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agrerat halus, agrerat kasar
dan air, dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang
dihasilkan, jumlah semen yang terdapat di dalamnya minimum sesuai
dengan persyaratan dalam spesifikasi. Hasil akhir pekerjaan harus berupa
beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan sifat-
sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agrerat halus dengan agrerat kasar tergantung dari
gradasi bahannya, tetapi jumlah agrerat halus selalu minimum dengan
ketentuan bahwa bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan
yang cukup untuk mengisi ruang-ruang / rongga-rongga diantara agrerat
kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing.
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air
yang dipakai dalam adukan harus minimum sehingga menghasilkan
kemudahan untuk dikerjakan dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi
dan cara pengecoran beton.
Semua bahan, pengujian dan lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini
mengikuti Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( N.1-2 ) atau British
Standard yang telah diterapkan dengan tujuan menetapkan suatu standar
yang dapat diterima. Standar lainnya dapat juga diterapkan asal sudah
disetujui oleh Direksi sebagai setara.
2.4 Semen
Semen harus berupa semen Portland ( PC ) biasa yang sesuai dengan
standar NI-8 sebagaimana dinyatakan dalam PBI-71 atau British Standard
No. 12 1958 untuk kelas I - Z475.
Semua semen harus berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup atau dalam
tempat lain darpabrikan yang sudah disetujui.
Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus memberikan kepada
Direksi, satu copy faktur untuk tiap pengiriman semen, dimana tertera nama
pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat
pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah
diuji dan dianalisa serta dalam segala hal sesuai dengan standar.
Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan standar
bila dianggap perlu oleh Direksi. Direksi berhak untuk menolak semen yang
terbukti tidak memuaskan, sekalipun sudah terdapat sertifikat dari pabrikan.
Kontraktor harus menyediakan semua contoh pengujian dan memberikan
bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengujian.
Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak
tembus air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian. Semen
yang menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas
biaya Kontraktor.
Kontraktor harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen
dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak
terganggu dan memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
Kontraktor harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat
yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen. Gudang-gudang
tersebut harus benar-benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan
berkapasitas cukup. Lantai gudang minimum harus 300 mm di atas tanah
atau di atas air yang mungkin tergenang di lantai. Ketika diangkut ke
lapangan dengan lori / gerobak, semen harus ditutup dengan terpal atau
bahan penutup lain yang tidak tembus air. Semen harus sesegera mungkin
digunakan setelah dikirim dan tiap semen yang menurut pendapat Direksi
sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari udara atau dari
manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya
Kontraktor.
Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah.
Semen-semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga
yang dikirim lebih dahulu dapat dipakai lebih dahulu.
2.5 Agrerat
Agrerat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1973, Bagian 2 atau B.S
No. 8521 :1965. Agrerat kasar ( kerikil atau batu pecah/split ) adalah agrerat
yang tertahan pada saringan 5 mm dan agrerat halus (pasir) adalah agrerat
yang lolos saringan 5 mm.
Untuk struktur di atas dan beton tumbuk, agrerat kasarnya harus bergradasi
dari 25 mm. Pemakaian agrerat "all in" ( semua gradasi ) tidak
diperbolehkan.
Untuk beton kurus, agrerat kasar harus bergradasi dari 38 mm - 5 mm.
Sebelum pembetonan dimulai, sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agrerat
harus diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Dari tiap jumlah tersebut
Kontraktor harus mengambil dua contoh yang representatif dan mengadakan
analisa gradasi serta pengujian lain sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
Semuanya harus sesuai dengan P.B.I 1971 atau British Standar No. 812 :
1967.
Bila agrerat yang disetujui oleh Direksi sudah terpilih, Kontraktor harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu
sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu dan gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atau gradasi
bahan harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 ton yang
dipasok.
Agrerat kasar dan halus harus ditangani dan disimpan secara terpisah dan
sedemikian sehingga tidak terjadi segrerasi dari partikel yang berbeda
ukuran.
Tumpukan persediaan harus diletakkan pada suatu tumpuan dari beton
lemah, kayu atau bahan lain yang kekuatannya disetujui dan agrerat harus
dijaga tetap bersih dan bebas dari benda asing.
Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau di lapangan untuk agrerat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.
2.6 Unsur-unsur Tambahan / Additive
Pada umumnya pemakaian additive dalam beton diperbolehkan asalkan
sudah memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi.
Untuk beton kelas K 225 dianjurkan pemakaian ( super ) plasticizer, pada
dasarnya untuk mengurangi rasio semen air guna membatasi penyusutan.
Kontraktor harus memahami bahwa waktu pengadukan yang tepat sangat
penting dan jika dipakai additive ini, kontraktor harus memberikan usulan
secara rinci.
B. Pengecoran Beton
Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dilakukan sebelum
pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan persiapan yang disebutkan dan
spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi.
Kontraktor harus memberikan usulan rencana kerja pengecoran yang
meliputi kapasitas produksi dan volume pekerjaan sebelum pengecoran
dilakukan.
a. Persiapan Pengecoran
Semua peralatan, material dan tenaga sudah harus siap sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai. Permukaan sebelah dalam dari acuan dimana akan
dilaksanakan pekerjaan pengecoran harus dibuktikan terlebih dulu dari
bahan-bahan lepas dari kotoran-kotoran dan sebagainya. Acuan yang
terbuat dari kayu ataupun bahan-bahan lain yang dikhawatirkan akan dapat
mengurangi air semen harus terlebih dahulu dibasahi dengan air sehingga
jenuh sebelum dilaksanakan pengecoran.
Tulangan-tulangan, angka-angka dan lain-lain harus sudah seluruhnya
mendapat ijin dari Direksi mengenai penempatannya dan telah cukup diberi
beton deking sesuai dengan gambar rencana sehingga pengecoran dan
pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan
bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton. Dalam hal-hal
dipakainya bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan
acuan setelah beton mengeras, telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
menganggu pelekatan antara besi dan beton. Bidang-bidang beton lama
yang akan berhubungan dengan beton yang akan dicor, harus terlebih
dahulu dikasarkan dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air sehingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru dilaksanakan, bidang-bidang kontak beton lama tersebut harus telah
disapu dengan spesi mortar dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya.
b. Pelaksanaan Pengecoran
Pengecoran beton hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali kalau
memang diperkenankan atau diperbolehkan atau diharuskan dilaksanakan
juga pada malam hari. Bila dilaksanakan pengecoran pada malam hari
perlengkapan pengecoran dan lain-lain yang diperlukan harus disiapkan
sehingga pekerjaan itu nantinya menghasilkan mutu yang sebaik-baiknya.
Pengecoran sebaiknya dilaksanakan segera setelah selesai pengadukan dan
sebelum terjadi proses pengikatan. Penundaan pengecoran dalam hal masih
diizinkan dalam batas-batas mana beton masih dapat dikerjakan dengan
baik tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila
diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk memperlambat
proses pengerasan. Pelaksanaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi proses pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor
tersebut. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dengan ketinggian lebih dari
1,5 m, tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton
dijatuhkan dari tempat tinggi, maka alat-alat dan metoda yang akan dipakai
harus mendapat persetujuan dari Direksi dan juga tidak boleh menimbun
beton dalam jumlah besar di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian
meratakannya sepanjang acuan. Lubang-lubang drainage dan sebagainya
yang harus dibuat seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar ataupun atas
perintah Direksi harus dibuat dari bambu atau batang pisang dengan
diameter 5 - 7,5 cm dan harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan
pengecoran. Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari K 225 atau
beton-beton dengan persyaratan kekuatan yang tinggi, pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesainya pengadukan. Untuk dinding beton,
pengecoran dilakukan secara lapis-lapis horizontal dengan tebal yang pada
umumnya diambil 30 cm menerus ke seluruh panjangnya sampai dengan
pengakhiran yang disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi khusus
( contructions joints) seperti yang diperlihatkan pada gambar rencana.
Beton, acuan dan atau tulangan-tulangan yang menonjol keluar harus
dicegah dari kemungkinan kena sentuhan atau getaran yang dapat
membahayakan daya lekatnya dengan beton.
Pengecoran bisa dilaksanakan dengan cara lain misalnya dilaksanakan dari
suatu ujung menuju ujung yang lain untuk setebal bagian dari balok itu kalau
Direksi menentukan bagian begitu. Yang perlu diperhatikan lagi adalah
bahwasannya pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilakukan kalau pada
tempat pengecoran seluruhnya melebihi 38 derajat celcius atau di bawah
hujan lebat tanpa adanya usaha-usaha untuk melindunginya. Kalau suhunya
tinggi maka Pemborong harus memperhitungkan kehilangan air pada adukan
beton akibat penguapan pada saat transport ataupun pada saat pengecoran.
Kalau suhu di tempat pengecoran lebih besar dari 38 derajat Celcius maka
dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
(1) Semua persediaan agrerat, air dan tangki penimbunannya dan juga
mesin pengaduk harus dilindungi dari sinar matahari.
(2) Agrerat didinginkan secara kontinue dengan air jika mungkin.
(3) Air yang digunakan dapat didinginkan dengan menambah air pada
tangki penimbunan jika diperlukan.
(4) Atau cara-cara lain di bawah pengawasan seorang ahli.
Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan
kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan. Catatan ini harus
tersedia untuk diperiksa oleh Direksi setiap saat.
b. External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu memberikan getaran
paling tidak 8.000 getaran tiap menit dari berat efektif sebesar 0.25 kg.
External vibrator harus diletakkan sedemikian pada acuan sehingga akan
menghasilkan getaran-getaran mendatar.
Bila lebih dari satu alat yang digunakan, jaraknya harus diatur sedemikian
sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat getar lainnya. Pada
beton precast, dapat dibuat suatu meja getar dari konstruksi yang disetujui
oleh Direksi dan dipakai alat penggetar yang dapat memberikan paling tidak
8000 getaran per menit. Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton
pemakaian external vibrator yang dilekatkan pada acuan digunakan atas
seijin Direksi.
c. Internal Vibrator
Internal digunakan dengan cara memasukkan alat-alat pulsator atau
penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut
harus paling tidak memberikan 8.000 getaran tiap menit bila dimasukkan ke
dalam adukan beton yang mempunyai nilai 2,5 cm yang akan memberikan
daerah yang kelihatan bergetar pada radius tidak kurang dari 45 cm. Alat itu
harus dimasukkan dalam adukan beton searah dengan memanjangnya,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara tingginya telah
dipadatkan. Kemudian ditarik keluar secara perlahan-lahan dimasukkan lagi
pada posisi selanjutnya. Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi-posisi yang tidak lebih jauh
dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan guna mendorong beton ke samping.
Jarum vibrator tidak boleh mengenai beton yang sudah mulai mengeras
ataupun baja tulangan sehingga menyebabkan merambatnya getaran-
getaran ke bagian lainnya yang sudah mulai mengeras.
d. Jumlah Vibrator
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan
diberikan pada tabel di bawah ini :
______________________________________________________________
Kecepatan mengecor beton
Jumlah Alat
______________________________________________________________
4 m3 beton/jam
2
8 m3 beton/jam
3
12 m3 beton/jam
4
16 m3 beton/jam
5
20 m3 beton/jam
6
_______________________________________________________________
Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar
apabila terjadi kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda. Bila digunakan alat
lain, maka cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi.
2.22 Bekisting
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh
Direksi. Kontraktor harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam
jangka waktu yang cukup sebelum pekerjaan dimulai.
Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari balok kecil dan harus
yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi
ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu dan
triplex harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan baik. Semua
sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Agar beton tidak menempel pada bekisting, bagian permukaan dalam
bekisting diberi selapis minyak yang jenisnya sudah disetujui, sebelum beton
dicorkan. Minyak pelumas baik yang sudah atau belum dipakai tidak boleh
dipakai untuk maksud ini. Harus diperhatikan agar besi tulangan tidak
terkena bahan pelapis semacam ini.
Pengikat baja untuk di dalam atau blok antara ( spacer ) yang sudah
disetujui boleh dipakai. bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam
permanen dalam beton sekurang-kurangnya harus berjarak 50 mm dari
permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul
akibat pengikat atau pengantara harus ditutup dengan rapih segera setelah
bekisting dibuka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya
sama dengan mutu beton induknya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus halus mata bekisting harus
dilapisi dengan tripleks bermutu tinggi yang sudah disetujui Direksi.
Sebelum memasang kayu bekisting, Direksi akan memilih panil kayu lapis
yang boleh dipakai ulang. Panil kayu lapis yang ditolak oleh Direksi harus
disingkirkan. Direksi sama sekali tidak bertanggung jawab atas mutu
permukaan akhir setelah memberikan persetujuan atas bekisting.
Semua sudut-sudut kolom, balok-balok dan tembok-tembok yang terbuka
harus diberi alur ( 15 mm ) kecuali jika ditetapkan lain pada Gambar.
Bekisting untuk kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu
dan benda lainnya dapat disingkirkan sebelum beton dicorkan.
Beton di bagian manapun tidak boleh dicorkan sebelum bekistingnya
diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
2.24 Penulangan
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk,
cat, debu atau zat lainnya yang dapat menganggu perlekatan yang
sempurna antara tulangan dan beton. Jika diinstruksikan oleh Direksi, baja
harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai.
Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh
Direksi.
Baja tulangan dipakai baja ulir U-32 yang sesuai dengan SII 0136 1984,
British Standar No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan ulir.
Baja tulangan pabrik harus sesuai dengan bagian yang relevan pada British
Standard 4483 : 1969 atau yang setara.
2.25 Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas
dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan dan karat.
2.26 Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan kontraktor harus mempersiapkan daftar tekukan
(bending schedule) untuk disetujui oleh Direksi.
Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan
dimensi yang diperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan P.B.I 71, SNI
atau British Standard 4466 : 1969 atau yang setara serta dipasang pada
posisi yang tepat seperti diperlihatkan pada gambar sehingga beton deking
yang ditetapkan dapat dipenuhi di semua tempat. Baja harus ditekuk dengan
alat yang sudah disetujui. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan
dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang
mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar
tidak boleh dipakai.
Harus diperhatikan agar panjang keseluruhan dari tulangan yang
mempunyai banyak tekukan, tepat dan sesudah penekukan dan
pemasangan batang baja tetap di tempat tanpa timbul lengkungan atau
puntiran.
Bila diperlukan satu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan
dengan sebuah penjepit ( pin ) yang mempunyai diameter 4 kali besar
diameter batang yang ditekuk.
2.27 Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan
beton atau gantungan logam menurut kebutuhan, dan pada persilangan-
persilangan diikat dengan kawat baja yang dipilar dingin dengan diameter
tidak kurang dari 1.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan ke bagian
tubuh utama beton.
Baja tidak boleh ditumpu dengan penahan logam yang menonjol hingga ke
permukaan beton, pada tumpuan kayu atau kepingan-kepingan agrerat
kasar.
Bila pengatur jarak dari spesi pra cetak untuk mengatur tebal beton deking
sekurang-kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan
kekuatan yang ditetapkan untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil
mungkin. Blok-blok ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam di
dalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
Selama pengecoran berlangsung, seorang pemasang tulangan yang ahli
harus berada di tempat untuk mengecek, menyesuaikan dan memperbaiki
tulangan.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada
siar konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda
kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari
beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin
menempel dari pengecoran sebelumnya.
Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk
melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu yang
cukup.
Jarak minimum dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke
permukaan beton terdekat harus sesuai dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.
2.33 Air
Air untuk mengaduk dan mengeringkan beton harus bersih, bebas dari
unsur-unsur atau kotoran yang berbahaya yang dapat mempengaruhi daya
pengikatan semen.
Direksi dapat meminta agar dilakukan pengujian kimia setiap saat dan biaya
pengujian ini dibebankan pada kontraktor.