Anda di halaman 1dari 23

METODA

PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEKERJAAN PEMBANGUNAN
RESERVOIR KAPASITAS 300 M3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB 1. METODA UMUM.................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Umum..............................................................................................3
1.2 Sistem Struktur.................................................................................3
1.3 Laporan Penyelidikan Tanah................................................................3
1.4 Perencanaan Pelat Atap, Dinding dan Pondasi......................................3

BAB 2. METODA PEKERJAAN RESERVOIR......Error! Bookmark not defined.


2.1 Umum..............................................................................................5
2.2 Bahan Bangunan Secara Umum...................................................5
2.4 Semen.............................................................................................6
2.5 Agrerat............................................................................................7
2.6 Unsur-unsur Tambahan / Additive..................................................8
2.7 Adukan Percobaan..........................................................................8
2.8 Kelas Beton....................................................................................9
2.9 Pengujian Beton dan Bahan-bahan Beton...................................9
2.10Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan. .10
2.11Penolakan Beton...........................................................................10
2.12Pengukuran Bahan-bahan Beton.................................................10
2.13Pengadukan Beton.......................................................................11
2.14Pengangkutan dan Pengecoran Beton........................................11
2.15Pemadatan Beton.........................................................................14
2.16Lantai Kerja..................................................................................16
2.17Spesi Semen ( Cement Mortar )...................................................16
2.18Perlindungan dan Pengeringan Beton........................................16
2.19Pengerjaan Permukaan Beton Dengan Sendok Semen
( Trowelling )..................................................................................17
2.20Siar-siar Konstruksi.......................................................................17
2.21Siar Kontraksi ( Penyusutan )......................................................18
2.22Bekisting.......................................................................................18
2.23Pembukaan Bekisting...................................................................19
2.24Penulangan....................................................................................19
2.25Penyimpanan.................................................................................20
2.26Penekukan.....................................................................................20
2.27Pemasangan..................................................................................20
2.28Toleransi Untuk Beton Yang Tidak Terbuka...............................21
2.29Toleransi Untuk Beton dengan muka halus ( Fair Face ).........21
2.30Kemiringan Pelat Lantai...............................................................22
2.31Cacat Pada Beton........................................................................22
2.32Percobaan Bekisting Untuk Finishing..........................................22
2.33Air..................................................................................................22
2.34Pengujian Struktur-struktur Hidrolis............................................23
Bab 1
METODE UMUM

1.1 Umum

DASAR-DASAR PERANCANAAN
Peraturan-peraturan yang dipakai :
a. Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SKSNI-T-15-1991-03)
b. Peraturan Muatan Indonesia 1983
c. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. Berdasarkan SKSNI T-15-
1991-03
Oleh W.C Vis & Gideon Kusuma

Mutu Bahan/Material
Material Beton
- Kolom, Balok & Dinding K-300
- Pelat Atap dan Pelat Dasar K-300
Material Baja Tulangan
-Tulangan < 12 mm BJTP 24 (polos)
-Tulangan > 12 mm BJTP 32 (ulir)

Pembebanan
Beban yang ditinjau dari beban tetap dan beban sementara
- Beban Mati
Beban mati yang diperhitungkan terdiri dari berat sendiri struktur,
beban akibat finishing struktur, beban akibat peralatan mekanikan dan
elektrikal.
- Beban Hidup
Beban hidup yang ditinjau dalam perencanaan gedung ini adalah
sebagai berikut:
Pada atap beton 150 kg/m2
Beban air dengan BJ 1000kg/m3
- Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Kombinasi beban tetap & beban sementara dapat dilihat pada input data
SAP-90

1.2 SISTEM STRUKTUR


Kaidah model struktur di desain sehingga punya Daktilitas yang cukup, dalam
arti bahwa kekuatan kolom harus lebih kuat dibanding kekuatan balok.
Pondasi bangunan menggunakan jenis pondasi Raaf yang sekaligus berfungsi
sebagai dasar resevoir.

1.3 LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH


Penyelidikan tanah untuk pembangunan gedung belum dilakukan sehingga
pondasi yang dipilih di desain dengan asumsi parameter tanah seperti
tertulis, sehingga perlu tunjauan empiris lebih dalam saat pelaksanaan.

1.4 PERENCANAAN PELAT ATAP, DINDING DAN PONDASI


Pelat atap didesain dengan acuan SKSNI-T15-1991-03, dimana tulangan dua
arah yang menumpu pada balok pengaku, sesuai grade denah pelat.
Dinding permukaan tanah didesain sebagai pondasi raaf, dan tulangannya
pun di desain sesuai SKSNI-T-15-1991-03
Bangunan ini tidak ada perilaku guling karena secara keseluruhan bagian
atap, dinding dan dasar reservoir berhubungan secara monolit yang di
perkaku dengan balok 2 atap
Bab 2
METODE PEKERJAAN BETON

2.1 Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agrerat halus, agrerat kasar
dan air, dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang
dihasilkan, jumlah semen yang terdapat di dalamnya minimum sesuai
dengan persyaratan dalam spesifikasi. Hasil akhir pekerjaan harus berupa
beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan sifat-
sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agrerat halus dengan agrerat kasar tergantung dari
gradasi bahannya, tetapi jumlah agrerat halus selalu minimum dengan
ketentuan bahwa bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan
yang cukup untuk mengisi ruang-ruang / rongga-rongga diantara agrerat
kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing.
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air
yang dipakai dalam adukan harus minimum sehingga menghasilkan
kemudahan untuk dikerjakan dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi
dan cara pengecoran beton.
Semua bahan, pengujian dan lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini
mengikuti Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( N.1-2 ) atau British
Standard yang telah diterapkan dengan tujuan menetapkan suatu standar
yang dapat diterima. Standar lainnya dapat juga diterapkan asal sudah
disetujui oleh Direksi sebagai setara.

2.2 Bahan Bangunan Secara Umum


Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai
dengan " Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia ( NI-3 )", British
Standar yang relevan atau yang setara.
Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh dari semua bahan-bahan yang
akan dipakai untuk pekerjaan beton, untuk memperoleh persetujuan dari
Direksi dan tidak boleh memesan bahan-bahan tersebut dalam jumlah besar
sebelum diberikan persetujuan untuk pemakaian tiap bulan.
Direksi akan menahan contoh-contoh bahan yang sudah disetujui sebagai
patokan, pengiriman-pengiriman bahan selanjutnya akan dicek
kesesuaiannya dengan contoh tersebut.
Kontraktor tidak boleh melakukan penyimpangan yang berarti terhadap
contoh yang sudah disetujui, tanpa persetujuan dari Direksi.
Semua bahan yang ditolak oleh Direksi harus segera disingkirkan dari
lapangan atas biaya kontraktor.

2.4 Semen
Semen harus berupa semen Portland ( PC ) biasa yang sesuai dengan
standar NI-8 sebagaimana dinyatakan dalam PBI-71 atau British Standard
No. 12 1958 untuk kelas I - Z475.
Semua semen harus berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup atau dalam
tempat lain darpabrikan yang sudah disetujui.
Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus memberikan kepada
Direksi, satu copy faktur untuk tiap pengiriman semen, dimana tertera nama
pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat
pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah
diuji dan dianalisa serta dalam segala hal sesuai dengan standar.
Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan standar
bila dianggap perlu oleh Direksi. Direksi berhak untuk menolak semen yang
terbukti tidak memuaskan, sekalipun sudah terdapat sertifikat dari pabrikan.
Kontraktor harus menyediakan semua contoh pengujian dan memberikan
bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengujian.
Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak
tembus air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian. Semen
yang menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas
biaya Kontraktor.
Kontraktor harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen
dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak
terganggu dan memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
Kontraktor harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat
yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen. Gudang-gudang
tersebut harus benar-benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan
berkapasitas cukup. Lantai gudang minimum harus 300 mm di atas tanah
atau di atas air yang mungkin tergenang di lantai. Ketika diangkut ke
lapangan dengan lori / gerobak, semen harus ditutup dengan terpal atau
bahan penutup lain yang tidak tembus air. Semen harus sesegera mungkin
digunakan setelah dikirim dan tiap semen yang menurut pendapat Direksi
sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari udara atau dari
manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya
Kontraktor.
Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah.
Semen-semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga
yang dikirim lebih dahulu dapat dipakai lebih dahulu.

2.5 Agrerat
Agrerat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1973, Bagian 2 atau B.S
No. 8521 :1965. Agrerat kasar ( kerikil atau batu pecah/split ) adalah agrerat
yang tertahan pada saringan 5 mm dan agrerat halus (pasir) adalah agrerat
yang lolos saringan 5 mm.
Untuk struktur di atas dan beton tumbuk, agrerat kasarnya harus bergradasi
dari 25 mm. Pemakaian agrerat "all in" ( semua gradasi ) tidak
diperbolehkan.
Untuk beton kurus, agrerat kasar harus bergradasi dari 38 mm - 5 mm.
Sebelum pembetonan dimulai, sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agrerat
harus diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Dari tiap jumlah tersebut
Kontraktor harus mengambil dua contoh yang representatif dan mengadakan
analisa gradasi serta pengujian lain sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
Semuanya harus sesuai dengan P.B.I 1971 atau British Standar No. 812 :
1967.
Bila agrerat yang disetujui oleh Direksi sudah terpilih, Kontraktor harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu
sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu dan gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atau gradasi
bahan harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 ton yang
dipasok.
Agrerat kasar dan halus harus ditangani dan disimpan secara terpisah dan
sedemikian sehingga tidak terjadi segrerasi dari partikel yang berbeda
ukuran.
Tumpukan persediaan harus diletakkan pada suatu tumpuan dari beton
lemah, kayu atau bahan lain yang kekuatannya disetujui dan agrerat harus
dijaga tetap bersih dan bebas dari benda asing.
Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau di lapangan untuk agrerat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.
2.6 Unsur-unsur Tambahan / Additive
Pada umumnya pemakaian additive dalam beton diperbolehkan asalkan
sudah memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi.
Untuk beton kelas K 225 dianjurkan pemakaian ( super ) plasticizer, pada
dasarnya untuk mengurangi rasio semen air guna membatasi penyusutan.
Kontraktor harus memahami bahwa waktu pengadukan yang tepat sangat
penting dan jika dipakai additive ini, kontraktor harus memberikan usulan
secara rinci.

2.7 Adukan Percobaan


Pemborong harus menyerahkan jauh sebelum pengujian dilaksanakan, data-
data berikut ini untuk rencana adukan tiap kelas beton.
a) Usulan distribusi ukuran butir pasir
b) Usulan distribusi ukuran butiran agrerat
c) Asal pasir dan agrerat
d) Pengolahan adukan
e) Kandungan semen
f) Perbandingan air dan semen
g) Usulan slump
h) Bahan-bahan aditif bila ada
Dari adukan yang diusulkan harus diambil kubus uji sebagai berikut :
Untuk tiap kelas beton, harus dibuat 6 kubus. Tiga kubus harus diuji pada
umur 7 hari dan tiga lagi pada umur 28 hari.
Pada tiap umur pengujian kekuatan kubus tidak boleh ada yang lebih rendah
dari 1 1/3 kali kekuatan kerja kubus uji yang disyaratkan. Sebelum memulai
pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi untuk disetujui,
detil lengkap mengenai pengujian ini bersama dengan analisa gradasi dan
perhitungan rencana campuran ( mix design ). Kontraktor tidak boleh
melakukan pengecoran bagian manapun sebelum rencana campurannya
disetujui oleh Direksi. Direksi berwenang untuk meminta agar Kontraktor
menyerahkan hasil pengujian, pada tenggang waktu tertentu, dari beton
yang dicor dalam pekerjaan. Kontraktor harus sudah memperhitungkan
biayanya dalam Penawaran.

Sebelum memulai pekerjaan beton, Kontraktor harus menyediakan 6 kubus


beton dari tiap kelas. 3 kubus harus diuji pada kekuatan 7 hari setelah dibuat
dan 3 lagi harus diuji pada kekuatan 28 hari setelah dibuat. Kontraktor harus
menyerahkan pada Direksi detil lengkap mengenai pengujian ini bersama
dengan analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran. Kontraktor tidak
boleh melakukan pengecoran di bagian manapun sebelum Direksi
menyetujui rencana campuran.

2.8 Kelas Beton


I=K 225 II = K 175 III
Kekuatan kubus karakteristik 225 175 -
(150 x 150 x 150 mm ) 28 hari kg/cm2 kg/cm2 kc/cm2
yang ditentukan
Ukuran agrerat kasar
Maksimum 25 mm 25 mm 30
mm
Kandungan semen minimum 325 kg/m3 325 kg/m3 -
Perbandingan campuran
"percobaan pertama"
semen : ag. halus : ag. kasar 1 : 1,5 :2,5 1:2:3 1:3:
6
Basic slump mak / min ( mm ) 75 / 50 75 / 50
Deviasi standar permulaan 65 N / cm2 65 N / cm2
Perbandingan campuran yang diberikan di atas telah diperkirakan guna
mencapai kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah
pengecoran. Dengan ketentuan bahwa bahan yang dipakai bermutu baik dan
pengawasan dilakukan dengan baik.
Beton hendaknya dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang
disyaratkan untuk kelas tertentu lebih menentukan dari pada perbandingan
campuran yang diperlihatkan.
Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak terpenuhi, Direksi berwenang untuk
memperbaiki perbandingan campuran atas biaya kontraktor untuk mencapai
kekuatan rencana.

2.9 Pengujian Beton dan Bahan-bahan Beton


Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 atau
British Standar No. 1881 : 1984 dan dapat juga mencakup pengujian slump
dan kompresi. Jika beton tidak memenuhi persyaratan percobaan slump,
adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari
lapangan oleh Kontraktor. Jika pengujian tekan (kompresi) gagal, harus
diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi
sekurang-kurangnya 1 kubus untuk tiap 10 m3 dan minimum 3 kubus tiap
hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan
kondisi yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 hari menurut
keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada Kontraktor.

2.10 Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di


Lapangan
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang
seragam, yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagai mana
ditetapkan. Untuk ini, Kontraktor harus menyediakan dengan biaya sendiri,
serta mempergunakan alat penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang
akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan
mencor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk
pengujian sebagaimana diuraikan disini atau menurut petunjuk dari Direksi.
Semen dan semua agrerat harus diukur dan ditetapkan proporsinya menurut
berft. Pengadukan yang memakai kantong semen yang tidak utuh tidak
diperbolehkan.

2.11 Penolakan Beton


Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka Direksi berwenang untuk menolak seluruh
pekerjaan beton darimana kubus-kubus tersebut diambil.
Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau
yang permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal ini kontraktor harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut
instruksi dari Direksi sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi sudah
memuaskan.

2.12 Pengukuran Bahan-bahan Beton


Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat
kecuali air yang boleh diukur menurut volume. Agrerat halus dan kasar harus
diukur secara terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang
memenuhi ketepatan + 1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal
disetujui oleh Direksi.
Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air
yang ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui
oleh Direksi jauh sebelum beton dicor.
2.13 Pengadukan Beton
Beton harus diaduk di tempat yang sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Pengadukan harus memakai mixer yang digerakkan dengan
daya yang tidak kontinu serta mempunyai kapasitas minimum 1 m3.
Jenisnya harus disetujui oleh Direksi dan dijalankan dengan kecepatan
sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.

Pengaturan, pengangkutan, pengukuran dan pengadukan bahan beton harus


mendapat persetujuan dari Direksi dan bila mungkin, harus diatur
sedemikian sehingga seluruh operasi dapat dilihat dari satu titik dan diawasi
serta dicek oleh seorang pengawas.
Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui
oleh Direksi untuk mutu beton kelas III.
Pengadukan harus sedemikian sehingga bahan beton tersebar merata ke
seluruh masa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan
beton padat yang homogen tanpa adanya air yang berlebihan.

2.14 Pengangkutan dan Pengecoran Beton


A. Pengangkutan Beton
Pengangkutan beton yang telah diaduk dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang mana dapat dicegah
segrerasi dan kehilangan bahan-bahan ( semen, air atau agrerat halus ).
Pengangkutan harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan
dicor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah
disetujui oleh Direksi.
Dalam hal ini Direksi mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini setelah mempelajari usul-usul dari pemborong mengenai
konstruksi, kemiringan serta panjang talang tersebut. Adukan beton pada
umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam setelah pengadukan
dengan air dimulai.
Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan
yang panjang.
Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam apabila diperlukan
jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu dan penggunaannya
harus ada izin tertulis dari Direksi. Pengangkutan beton harus dilindungi
terhadap cuaca buruk seperti suhu yang panas, hujan ataupun angin
kencang yang dapat mempengaruhi secara cepat air dalam campuran beton.

B. Pengecoran Beton
Pengecoran beton dibagian manapun tidak boleh dilakukan sebelum
pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan persiapan yang disebutkan dan
spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi.
Kontraktor harus memberikan usulan rencana kerja pengecoran yang
meliputi kapasitas produksi dan volume pekerjaan sebelum pengecoran
dilakukan.

a. Persiapan Pengecoran
Semua peralatan, material dan tenaga sudah harus siap sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai. Permukaan sebelah dalam dari acuan dimana akan
dilaksanakan pekerjaan pengecoran harus dibuktikan terlebih dulu dari
bahan-bahan lepas dari kotoran-kotoran dan sebagainya. Acuan yang
terbuat dari kayu ataupun bahan-bahan lain yang dikhawatirkan akan dapat
mengurangi air semen harus terlebih dahulu dibasahi dengan air sehingga
jenuh sebelum dilaksanakan pengecoran.
Tulangan-tulangan, angka-angka dan lain-lain harus sudah seluruhnya
mendapat ijin dari Direksi mengenai penempatannya dan telah cukup diberi
beton deking sesuai dengan gambar rencana sehingga pengecoran dan
pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan
bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton. Dalam hal-hal
dipakainya bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan
acuan setelah beton mengeras, telah betul-betul diperiksa sehingga tidak
menganggu pelekatan antara besi dan beton. Bidang-bidang beton lama
yang akan berhubungan dengan beton yang akan dicor, harus terlebih
dahulu dikasarkan dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air sehingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru dilaksanakan, bidang-bidang kontak beton lama tersebut harus telah
disapu dengan spesi mortar dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya.

b. Pelaksanaan Pengecoran
Pengecoran beton hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali kalau
memang diperkenankan atau diperbolehkan atau diharuskan dilaksanakan
juga pada malam hari. Bila dilaksanakan pengecoran pada malam hari
perlengkapan pengecoran dan lain-lain yang diperlukan harus disiapkan
sehingga pekerjaan itu nantinya menghasilkan mutu yang sebaik-baiknya.
Pengecoran sebaiknya dilaksanakan segera setelah selesai pengadukan dan
sebelum terjadi proses pengikatan. Penundaan pengecoran dalam hal masih
diizinkan dalam batas-batas mana beton masih dapat dikerjakan dengan
baik tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila
diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk memperlambat
proses pengerasan. Pelaksanaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi proses pemisahan bahan
(segregation) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor
tersebut. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dengan ketinggian lebih dari
1,5 m, tetapi jika bagian pekerjaan tertentu memerlukan agar beton
dijatuhkan dari tempat tinggi, maka alat-alat dan metoda yang akan dipakai
harus mendapat persetujuan dari Direksi dan juga tidak boleh menimbun
beton dalam jumlah besar di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian
meratakannya sepanjang acuan. Lubang-lubang drainage dan sebagainya
yang harus dibuat seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar ataupun atas
perintah Direksi harus dibuat dari bambu atau batang pisang dengan
diameter 5 - 7,5 cm dan harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan
pengecoran. Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari K 225 atau
beton-beton dengan persyaratan kekuatan yang tinggi, pengecoran harus
dilakukan secepatnya sesudah selesainya pengadukan. Untuk dinding beton,
pengecoran dilakukan secara lapis-lapis horizontal dengan tebal yang pada
umumnya diambil 30 cm menerus ke seluruh panjangnya sampai dengan
pengakhiran yang disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi khusus
( contructions joints) seperti yang diperlihatkan pada gambar rencana.
Beton, acuan dan atau tulangan-tulangan yang menonjol keluar harus
dicegah dari kemungkinan kena sentuhan atau getaran yang dapat
membahayakan daya lekatnya dengan beton.
Pengecoran bisa dilaksanakan dengan cara lain misalnya dilaksanakan dari
suatu ujung menuju ujung yang lain untuk setebal bagian dari balok itu kalau
Direksi menentukan bagian begitu. Yang perlu diperhatikan lagi adalah
bahwasannya pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilakukan kalau pada
tempat pengecoran seluruhnya melebihi 38 derajat celcius atau di bawah
hujan lebat tanpa adanya usaha-usaha untuk melindunginya. Kalau suhunya
tinggi maka Pemborong harus memperhitungkan kehilangan air pada adukan
beton akibat penguapan pada saat transport ataupun pada saat pengecoran.

Kalau suhu di tempat pengecoran lebih besar dari 38 derajat Celcius maka
dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
(1) Semua persediaan agrerat, air dan tangki penimbunannya dan juga
mesin pengaduk harus dilindungi dari sinar matahari.
(2) Agrerat didinginkan secara kontinue dengan air jika mungkin.
(3) Air yang digunakan dapat didinginkan dengan menambah air pada
tangki penimbunan jika diperlukan.
(4) Atau cara-cara lain di bawah pengawasan seorang ahli.
Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan
kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan. Catatan ini harus
tersedia untuk diperiksa oleh Direksi setiap saat.

2.15 Pemadatan Beton


a. Umum
Selama proses pengecoran berlangsung maka beton harus dipadatkan
dengan alat mekanis ( internal atau external vibrators ) kecuali jika Direksi
mengizinkan pemadatan dengan menggunakan tenaga manusia. ( Kalau
oleh Direksi diperkenankan cara pemadatan dengan tenaga manusia maka
dapat dilakukan dengan cara memukul-mukul acuan dari sebelah luar,
mencocok atau mentusuk-tusuk adukan beton secara kontinue. Ketelitian
dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar semua terisi, sela-sela diantara
dan di sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan
dan sebagainya, membuat agar permukaan menjadi rata dan halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara serta mengisi semua rongga.
Juga harus diperhatikan agar penggetaran / pemadatan tidak terlalu lama
dikerjakan yang dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan ( segregasi ).
Tenaga-tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak
pengalaman dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk Direksi, atau Manual !

b. External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu memberikan getaran
paling tidak 8.000 getaran tiap menit dari berat efektif sebesar 0.25 kg.
External vibrator harus diletakkan sedemikian pada acuan sehingga akan
menghasilkan getaran-getaran mendatar.
Bila lebih dari satu alat yang digunakan, jaraknya harus diatur sedemikian
sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat getar lainnya. Pada
beton precast, dapat dibuat suatu meja getar dari konstruksi yang disetujui
oleh Direksi dan dipakai alat penggetar yang dapat memberikan paling tidak
8000 getaran per menit. Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton
pemakaian external vibrator yang dilekatkan pada acuan digunakan atas
seijin Direksi.
c. Internal Vibrator
Internal digunakan dengan cara memasukkan alat-alat pulsator atau
penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut
harus paling tidak memberikan 8.000 getaran tiap menit bila dimasukkan ke
dalam adukan beton yang mempunyai nilai 2,5 cm yang akan memberikan
daerah yang kelihatan bergetar pada radius tidak kurang dari 45 cm. Alat itu
harus dimasukkan dalam adukan beton searah dengan memanjangnya,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara tingginya telah
dipadatkan. Kemudian ditarik keluar secara perlahan-lahan dimasukkan lagi
pada posisi selanjutnya. Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih
lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi-posisi yang tidak lebih jauh
dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan guna mendorong beton ke samping.
Jarum vibrator tidak boleh mengenai beton yang sudah mulai mengeras
ataupun baja tulangan sehingga menyebabkan merambatnya getaran-
getaran ke bagian lainnya yang sudah mulai mengeras.
d. Jumlah Vibrator
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan
diberikan pada tabel di bawah ini :

______________________________________________________________
Kecepatan mengecor beton
Jumlah Alat
______________________________________________________________
4 m3 beton/jam
2
8 m3 beton/jam
3
12 m3 beton/jam
4
16 m3 beton/jam
5
20 m3 beton/jam
6
_______________________________________________________________
Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar
apabila terjadi kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda. Bila digunakan alat
lain, maka cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi.

2.16 Lantai Kerja


Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di atas permukaan tanah.
Kecuali jika ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja setebal 50 mm
minimum, kelas III, di atas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.
2.17 Spesi Semen ( Cement Mortar )
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen berbanding sejumlah bagian
agrerat halus yang sudah ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian
sehingga dihasilkan campuran akhir yang konsistensi plastisnya disetujui
oleh Direksi. Spesi harus diaduk pada suatu landasan kayu atau logam
dalam jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai
mengeras dan telah dicampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh
dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak boleh
diolah lagi untuk dipakai.

2.18 Perlindungan dan Pengeringan Beton


Semua permukaan yang terbuka harus dilindungi dari matahari dan semua
beton harus dijaga agar tetap lembab dengan cara dibasahi selama tujuh
hari sekurang-kurangnya setelah pengecoran. Perlindungan diberikan
dengan cara menutupi dengan pasir basah sekurang-kurangnya setebal 50
mm, atau dengan kantong-kantong goni basah. Permukaan-permukaan yang
baru saja dicor harus dilindungi dari hujan maupun dari pengaruh-pengaruh
lain yang dapat merusak permukaan yang lunak sebelum terjadi
pengerasan.
Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak
diberi beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap
kerusakan yang timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau
pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh Kontraktor atas biaya sendiri
hingga memuaskan Direksi.

2.19 Pengerjaan Permukaan Beton Dengan Sendok Semen


(Trowelling)
Bilamana dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor
setempat, permukaan yang dihasilkan harus datar dengan hasil akhir yang
rata tetapi bertekstur kasar. Sebelum pengerasan pertama dimulai,
permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk
menutup retakan-retakan dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan
pada permukaan beton baru yang terbuka.

2.20 Siar-siar Konstruksi


Semua siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horizontal atau
vertikal. Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang
ditunjang dengan baik, jika perlu, dibor guna melewati penulangan. Bila
pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah dicor mulai
mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
Jika diperlukan siar konstruksi di tempat yang lain dari pada yang telah
disetujui, karena terjadi kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga,
harus disediakan penopang tegak lurus pada garis tegangan-tegangan
utama, tetapi jika lokasinya dekat tumpuan suatu pelat atau balok, atau di
tempat lain yang dianggap tidak menguntungkan oleh Direksi, maka beton
yang sudah dicor harus dipecah kembali dan disingkirkan sehingga dicapai
suatu lokasi yang cocok untuk siar konstruksi sebagaimana disetujui Direksi.
Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar
berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan. Siar-siar konstruksi pada
permukaan-permukaan yang terbuka harus sungguh-sungguh horisontal
atau vertikal dan jika diperlukan dipasang juga beading di dalam dinding
bekisting pada permukaan yang terbuka untuk menjamin penampilan siar
yang memuaskan. Sebelum menempatkan beton baru pada beton yang
sudah mengeras, permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan
seluruhnya dari benda-benda asing atau serpihan-serpihan.
Jika beton kurang dari 3 hari umurnya, permukaan tersebut harus disiapkan
dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari
atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus dilukai secara ringan
atau diembus dengan pasir (sand blasted) untuk memperlihatkan agrerat.
Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi bekisting
akan diperiksa dan dikencangkan.
Sebelum perletakan beton baru, permukaan tersebut harus disiram dengan
air. Setelah kelebihan air dibuang, lapisan adukan semen setebal 12 mm
dengan campuran dan konsistensi yang sama dengan campuran beton induk
diletakkan di atas permukaan yang sudah bersih tersebut sesaat sebelum
pengecoran berikutnya.

2.21 Siar Kontraksi ( Penyusutan )


Siar-siar kontraksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar
atau spesifikasi. Jenis seal, bila ada, harus diserahkan untuk disetujui oleh
Tenaga Ahli / Direksi.

2.22 Bekisting
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh
Direksi. Kontraktor harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam
jangka waktu yang cukup sebelum pekerjaan dimulai.
Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari balok kecil dan harus
yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi
ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu dan
triplex harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan baik. Semua
sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Agar beton tidak menempel pada bekisting, bagian permukaan dalam
bekisting diberi selapis minyak yang jenisnya sudah disetujui, sebelum beton
dicorkan. Minyak pelumas baik yang sudah atau belum dipakai tidak boleh
dipakai untuk maksud ini. Harus diperhatikan agar besi tulangan tidak
terkena bahan pelapis semacam ini.
Pengikat baja untuk di dalam atau blok antara ( spacer ) yang sudah
disetujui boleh dipakai. bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam
permanen dalam beton sekurang-kurangnya harus berjarak 50 mm dari
permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul
akibat pengikat atau pengantara harus ditutup dengan rapih segera setelah
bekisting dibuka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya
sama dengan mutu beton induknya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus halus mata bekisting harus
dilapisi dengan tripleks bermutu tinggi yang sudah disetujui Direksi.
Sebelum memasang kayu bekisting, Direksi akan memilih panil kayu lapis
yang boleh dipakai ulang. Panil kayu lapis yang ditolak oleh Direksi harus
disingkirkan. Direksi sama sekali tidak bertanggung jawab atas mutu
permukaan akhir setelah memberikan persetujuan atas bekisting.
Semua sudut-sudut kolom, balok-balok dan tembok-tembok yang terbuka
harus diberi alur ( 15 mm ) kecuali jika ditetapkan lain pada Gambar.
Bekisting untuk kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu
dan benda lainnya dapat disingkirkan sebelum beton dicorkan.
Beton di bagian manapun tidak boleh dicorkan sebelum bekistingnya
diperiksa dan disetujui oleh Direksi.

2.23 Pembukaan Bekisting


Pembukaan bekisting harus dikerjakan sedemikian sehingga tidak timbul
kerusakan pada beton. Bekisting tidak boleh dibuka sebelum beton
mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan-tegangan yang
timbul akibat pembukaan dan jika diperlukan kontraktor harus
membuktikannya sehingga dianggap memuaskan oleh Direksi.
Jangka waktu minimum antara pengecoran dan pemadatan beton dengan
pengangkatan bekisting adalah 3 hari, namun demikian hal ini tidak
membebaskan kontraktor dari keawjibannya untuk menunda pengangkatan
bekisting sampai beton mencapai kekuatan yang memadai. Kontraktor harus
bertanggung jawab dan wajib memperbaiki semua kerusakan yang timbul
akibat pengangkatan bekisting yang terlalu dini, atas biaya sendiri.
Jika setelah pengangkatan bekisting ternyata "sarang lebah" pada beton
atau cacat lainnya, harus segera dilaporkan kepada Direksi. Perbaikan atau
pengerjaan apapun tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan dari Direksi.
Setelah struktur selesai, semua bekisting harus dibongkar seluruhnya,
namun demikian, pembongkaran tidak boleh dikerjakan tanpa adanya
persetujuan dari Direksi.

2.24 Penulangan
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk,
cat, debu atau zat lainnya yang dapat menganggu perlekatan yang
sempurna antara tulangan dan beton. Jika diinstruksikan oleh Direksi, baja
harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai.
Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh
Direksi.
Baja tulangan dipakai baja ulir U-32 yang sesuai dengan SII 0136 1984,
British Standar No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan ulir.
Baja tulangan pabrik harus sesuai dengan bagian yang relevan pada British
Standard 4483 : 1969 atau yang setara.
2.25 Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas
dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan dan karat.

2.26 Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan kontraktor harus mempersiapkan daftar tekukan
(bending schedule) untuk disetujui oleh Direksi.
Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan
dimensi yang diperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan P.B.I 71, SNI
atau British Standard 4466 : 1969 atau yang setara serta dipasang pada
posisi yang tepat seperti diperlihatkan pada gambar sehingga beton deking
yang ditetapkan dapat dipenuhi di semua tempat. Baja harus ditekuk dengan
alat yang sudah disetujui. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan
dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang
mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar
tidak boleh dipakai.
Harus diperhatikan agar panjang keseluruhan dari tulangan yang
mempunyai banyak tekukan, tepat dan sesudah penekukan dan
pemasangan batang baja tetap di tempat tanpa timbul lengkungan atau
puntiran.
Bila diperlukan satu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan
dengan sebuah penjepit ( pin ) yang mempunyai diameter 4 kali besar
diameter batang yang ditekuk.

2.27 Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan
beton atau gantungan logam menurut kebutuhan, dan pada persilangan-
persilangan diikat dengan kawat baja yang dipilar dingin dengan diameter
tidak kurang dari 1.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan ke bagian
tubuh utama beton.
Baja tidak boleh ditumpu dengan penahan logam yang menonjol hingga ke
permukaan beton, pada tumpuan kayu atau kepingan-kepingan agrerat
kasar.
Bila pengatur jarak dari spesi pra cetak untuk mengatur tebal beton deking
sekurang-kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan
kekuatan yang ditetapkan untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil
mungkin. Blok-blok ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam di
dalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
Selama pengecoran berlangsung, seorang pemasang tulangan yang ahli
harus berada di tempat untuk mengecek, menyesuaikan dan memperbaiki
tulangan.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada
siar konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda
kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari
beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin
menempel dari pengecoran sebelumnya.
Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk
melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu yang
cukup.
Jarak minimum dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke
permukaan beton terdekat harus sesuai dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.

2.28 Toleransi Untuk Beton Yang Tidak Terbuka


Posisi bagian-bagian struktur antara lain as-as balok / dinding / pelat harus
tepat dalam batas-batas toleransi 10 mm, tetapi akumulasi toleransi tidak
diperbolehkan. Ukuran bagian antara lain pada potongan-potongan balok /
peat harus tepat dengan toleransi 3 mm sampai 5 mm.

2.29 Toleransi Untuk Beton dengan muka halus ( Fair


Face )
Toleransi untuk beton dengan muka halus adalah 0,6 cm, posisi bagian
struktur dan maksimum 0,3 cm untuk ukuran bagian struktur. Pergeseran
papan bekisting pada siar-siar tidak boleh melebihi 0,1 cm dan perbedaan
garis sepadan (aligment) bagian struktur harus dalam batas 0,1 %.
Akumulasi toleransi tidak diperbolehkan.

2.30 Kemiringan Pelat Lantai


Semua kemiringan pelat lantai sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus
dihitung dari tebal minimum pelat lantai yang diperlukan bagian bawah dari
pelat lantai yang miring harus horisontal.
2.31 Cacat Pada Beton
Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk
menolak beton yang ternyata memiliki salah satu atau lebih dari cacat
berikut :
- Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan
pada gambar.
- Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan
- Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya.
Direksi harus memeriksa semua permukaan beton setelah bekisting dilepas
dan sebelum dilakukan pekerjaan selanjutnya pada permukaan beton.
Setiap permukaan yang terlihat ber " sarang lebah " tetapi diterima oleh
Direksi harus diisi dengan bahan grounting yang tidak susut yang disetujui
oleh Direksi dan harus dikerjakan hingga mencapai permukaan yang benar
dengan mamakai kikir.

2.32 Percobaan Bekisting Untuk Finishing


Untuk menghasilkan permukaan akhir yang halus, kontraktor harus
melakukan percobaan bekisting beton untuk permukaan halus. Percobaan ini
akan dilakukan pada balok pondasi dan kepala tiang menurut petunjuk
Direksi.
Jika percobaan ini tidak memenuhi standar beton muka halus sebagaimana
disebutkan dalam spesifikasi ini, kontraktor harus selanjutnya melakukan
percobaan lagi sampai dihasilkan standar beton muka halus yang disetujui
oleh Direksi.
Rencana kontraktor untuk percobaan-percobaan ini harus diserahkan kepada
Direksi dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum pekerjaan beton
dimulai.

2.33 Air
Air untuk mengaduk dan mengeringkan beton harus bersih, bebas dari
unsur-unsur atau kotoran yang berbahaya yang dapat mempengaruhi daya
pengikatan semen.
Direksi dapat meminta agar dilakukan pengujian kimia setiap saat dan biaya
pengujian ini dibebankan pada kontraktor.

2.34 Pengujian Struktur-struktur Hidrolis


Umum
Pengujian struktur-struktur hidrolis untuk membuktikan bahwa beton yang
dihasilkan benar-benar tidak tembus air harus dilakukan pada Reservoir Air
dan instalasi Pengolahan Air (water Treatment Plant), Tangki Pemecah
Tekanan dan konstruksi-konstruksi lain yang akan terisi air.
Metode
Setelah bekisting dilepas, semua dinding harus bersih dari timbunan supaya
kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas. Sebelum pelaksanaan
pengujian ini, tidak boleh dilakukan pengecatan.
Setiap bagian konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan
dibiarkan terisi sekurang-kurangnya 48 jam. Ketinggian air selama waktu
tersebut harus diamati dan tidak boleh terlihat adanya penurunan muka air.
Penurunan maksimum yang diijinkan selama 24 jam : 1 (satu) cm.
Perbaikan
Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi
adanya kebocoran.
Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang diijinkan,
kontraktor harus mengadakan perbaikan secara umum atas biaya sendiri.
Setelah perbaikan selesai, metoda pengujian hidrolis harus diulangi
sebagaimana diuraikan pada ayat ini.
Pengujian tidak perlu diulangi jika :
1. Tidak terlihat adanya kebocoran dan
2. Penurunan taraf muka air tidak melebihi nilai yang ditetapkan yaitu 1 cm.
Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus dikerjakan dengan,
misalnya sumbat air dari Expandite atau produk lain yang disetujui Direksi.
Semua bahan harus dipakai dan diterapkan tepat sesuai dengan petunjuk
dari pabrikan.

Anda mungkin juga menyukai