Anda di halaman 1dari 5

Nama : Randy Charlos Manuel

NIM : 19209019

Kelas : Teknik Sipil A

Mata Kuliah : Perencanaan dan Pengendalian Proyek

 Buatkan Kegiatan Berulang Pada Proyek Konstruksi

Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak
bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir, sumber daya terbatas, dan
dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Kerzner (dalam
Soeharto, 1997) tahapan rangkaian pada proyek konstruksi tersebut meliputi kegiatan
planning, organizing, directing, controlling, dan staffing.
Untuk Mencapai tujuan proyek konstruksi, proses planning dan controlling yang baik
sangatlah diperlukan. Proses ini dilakukan sebelum proyek konstruksi dilaksanakan. Suatu
perencanaan yang baik dan mendetail akan mempermudah proses pengendalian pada proyek
yang akan dilaksanakan. Biaya, mutu, dan waktu akan selalu berhubungan dengan
perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan tujuan utama yang
akan dicapai adalah keseimbangan dari ketiga aspek tersebut.
Sebelum melaksanakan proyek konstruksi, proses pertama yang harus dilakukan
adalah membuat rencana kegiatan. Proses ini mencakup metode pelaksanaan, menguraikan
pekerjaan ke bentuk yang lebih detail (Work Breakdown Structure), membuat urutan-urutan
ketergantungan (Logic Diagram) pada proses konstruksi, dan menghitung waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara terpisah yang kemudian dipadukan menjadi
Time Schedule.
Jenis dan jumlah dari sumber daya akan mempengaruhi waktu pelaksanaan dan
kegiatan. Dengan kemampuan untuk mengorganisir sumber daya dengan tepat akan dapat
mencapai tujuan proyek, sehingga dari perencanaan waktu yang optimum dapat diperoleh
biaya yang minimum dengan tetap memperhatikan persyaratan kualitas yang ditetapkan.
Sumber daya yang dimaksud dalam proyek konstruksi yaitu: material, tenaga kerja,
peralatan, dan lain-lain. Banyaknya umber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam proses konstruksi dapat diketahui dari penjadwalan kegiatan-kegiatan
proyek tersebut.
Dalam merencanakan suatu proyek, sering kali terdapat adanya kegiatan yang tidak
dapat dimulai jika kegiatan lain belum selesai dikerjakan. Perencanaan waktu pada proyek
konstruksi merupakan penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang ada pada proyek tersebut.
Penjadwalan waktu kegiatan proyek berisi:
1. Urutan-urutan pekerjaan
2. Jenis-jenis pekerjaan
3. Waktu suatu pekerjaan dimulai dan selesai
Penelitian dan pengalaman di industry konstruksi memperlihatkan bahwa sebagian besar
pekerjaan konstruksi direncanakan dengan menggunakan teknik yang berdasarkan pada salah
satu dari dua model berikut:
1. Model pertama: Proyek sebagai serangkaian pekerjaan yang terpisah (Non-repetitive
Activities).
Model ini mengasumsikan bahwa proyek konstruksi merupakan sekumpulan kegiatan
dengan durasi waktu tersendiri dan sejumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan tersebut.
2. Model kedua: proyek sebagai rangkaian kegiatan kegiatan yang berulang (Repetitive
Activities).
Model kedua ini mengasumsikan bahwa proyek konstruksi merupakan sekumpulan
kegiatan berulang, yang setiap kegiatannya memiliki kegiatan produktivitas sendiri

1. Perencanaan Waktu Proyek Dengan Kegiatan Berulang (Repetitive Activities).

Pada suatu proyek konstruksi, kontraktor seringkali dihadapkan pada proyek-proyek


yang mengandung beberapa unit yang identik atau serupa, seperti segmen-segmen lantai pada
bangunan bertingkat banyak, unit-unit rumah pada pembangunan perumahan, ruas-ruas jalan
pada proyek jalan raya dan lain-lain. Proyek-proyek multi unit seperti ini bercirikan
pengulangan kegiatan yang dalam banyak kasus muncul sebgai pemecahan atau penguraian
dari suatu kegiatan umum menjadi beberapa kegiatan khusus.

Kegiatan-kegiatan yang berulang membutuhkan alat penjadwalan yang mampu


memfasilitasi aliran sumber daya yang tak terputus dari satu unit ke unit berikutnya. Karena
itu seringkali persyaratan ini yang menjadi tolak ukur penentuan waktu mulai kegiatan dan
yang menentukan seluruh durasi proyek. Merencanakan jadwal proyek multi unit dengan
pengulangan kegiatan berarti sama dengan meminimalkan durasi proyek dengan
memperhatikan batasanbatasan kontinyuitas sumber daya.
1.1. Line of Balance Method (LoB)

Line of Balance (LoB) pada mulanya berasal dari industry manufaktur dan kemudian
pada tahun 1942 dikembangkan oleh Departemen Angkatan Laut AS untuk pemrograman
dan pengendalian proyek-proyek yang bersifat repetitif. Kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh Nation Building Agency di Inggris untuk proyek-proyek perumahan yang bersifat
repetitif yang alat penjadwalannya berorientasi pada sumber daya ini ternyata lebih sesuai
dan realistic daripada alat penjadwalan yang berorientasi dominasi kegiatan. Metode ini
kemudian diadaptasi untuk perencanaan dan pengendalian proyek, yang produktifitas sumber
daya yang dipertimbangkan sebagai bagian yang penting (Arianto, 2010).

Line of Balance (LoB) merupakan metode penjadwalan proyek yang ditujukan untuk
perencanaan proyek yang memiliki kegiatan berulang (Repetitive). Seperti pada proyek
perumahan, konstruksi jalan raya, pemasangan pipa dan lain sebagainya terutama proyek
dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dengan kegiatan yang berulang. LoB juga berfungsi
sebagai media control dan monitoring, karena bisa digunakan untuk menunjukkan jumlah
pekerjaan yang sudah selesai dalam kurun waktu tertentu, sehingga tingkat produksi bisa
selalu dikontrol apakah sesuai dengan rencana awal (Sanjaya dan Syahrizal,2014).

1.2. Langkah-Langkah Penyusunan Diagram LoB

Berikut langkah-langkah penyusunan diagram LoB (Arsana, 2010)

1. Menyiapkan Network Diagram dari kegiatan untuk 1 unit beserta durasi dari masing-
masing kegiatan dengan 1 kelompok pekerja untuk mengetahui hubungan
ketergantungan antar kegiatan.
2. Berdasarkan durasi tersebut dapat ditentukan kecepatan produksi untuk tiap kegiatan
dengan 1 kelompok pekerja.
3. Menentukan jumlah kelompok pekerja yang mengerjakan tiap kegiatan.
4. Berdasarkan kecepatan produksi untuk tiap kegiatan dengan 1 kelompok pekerja dan
jumlah kelompok kerja yang digunakan dapat ditentukan kecepatan produksi total
untuk tiap kegiatan dengan jumlah kelompok pekerja yang digunakan.
5. Berdasarkan kecepatan produksi total untuk tiap kegiatan dan jumlah unit yang
dibangun, dapat ditentukan durasi total tiap kegiatan untuk menyelesaikan semua unit.
6. Menentukan waktu start dan finish untuk tiap kegiatan dan selanjutnya dapat diketahui
durasi total proyek.
7. Gambar diagram LoB.

1.3. Conflict / Interfensi

Conflict / Interfansi terjadi apabila suatu aktivitas laju produktivitasnya lebih lambat
dibandingkan aktivitas pengikutnya. Dalam LoB chart digambarkan dengan perpotongan
garis suatu aktivitas dengan garis aktivitas pengikutnya pada suatu unit tertentu. Hal ini
berarti pada saat pekerjaan selesai unit tertentu, aktivitas pengikut aktivitas tersebut tidak bisa
dimulai karena aktivitas tersebut belum selesai. Sehingga timbul idle time bagi sumber daya
karena harus menunggu aktivitas tersebut selesai terlebih dahulu. Untuk menghilangkan
waktu tunggu tersebut, maka aktivitas yang harus menunggu biasanya diperlambat laju
produksinya, sehingga tiap pekerjaan tetap kontinu tanpa waktu tunggu.

1.4. Buffers

Buffers menentukan diperbolehkan seberapa dekat suatu aktivitas dengan aktivitas


pengikutnya saat dikerjakan. Sehingga tujuan pemberian buffer oleh paraperencana adalah
untuk meminimalisir resiko terjadi conflict/interfensi yang menyebabkan idle time sumber
daya.

Buffers terdiri dari Time Buffer dan Space Buffer. Time Buffer adalah suatu jarak
horizontal yang diberikan pada suatu aktivitas dengan aktivitas pengikutnya sehingga
aktivitas pengikut diperkenankan dikerjakan setelah mencapai suatu durasi tertentu.
Sedangkan Space/Location Buffer adalah suatu jarak vertikal yang diberikan pada suatu
aktivitas dengan aktivitas pengikutnya sehingga aktivitas pengikut diperkenankan dikerjakan
setelah mencapai suatujumlah tertentu.

Buffer ini biasanya disebabkan oleh:

1. Kecepatan produksi yang berbeda dimana kegiatan yang mendahului mempunyai


kecepatan produksi yang lebih lambat dari kegiatan yang mengikuti.
2. Perbaikan dan keterbatasan peralatan.
3. Keterbatasan material.
4. Variasi jumlah kelompok pekerja dimana kegiatan yang mendahului menggunakan
kelompok pekerja yang lebih banyak daripada kegiatan yang mengikuti.
1.5. Crew Synchronization / Penyerempakan Kelompok Pekerja

Crew Synchronization/penyerempakan kelompok pekerja merupakan suatu langkah


untuk mengatur sumber daya sehingga dalam melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan,
kelompok pekerja tersebut dapat tetap produktif secara kontinu, tanpa ada waktu tunggu.
Biasanya penyerempakan kelompok pekerja dilakukan dengan mengatur jumlah
crew/kelompok kerja dengan direkomendasikan bahwa kondisi kekontinuan kelompok
pekerja boleh dipenuhi, tetapi menjadi keharusan untuk penjadwalan aktivitas yang berulang.

Durasi dan jumlah crew dapat dijabarkan ke sebuah hubungan sebagai berikut:

C=DxR

Dimana: C = Jumlah crew/kelompok kerja

D = durasi pekerjaan

R = production rate (jumlah unit per satuan waktu)

Dari hubungan ini dapat diartikan untuk mempercepat production rate, maka diperlukan
penambahan kelompok kerja.

Anda mungkin juga menyukai