Anda di halaman 1dari 9

51

BAB V
PENGENDALIAN PROYEK

Pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek harus sesuai dengan standar


kualitas yang direncanakan, baik mutu, waktu, dan biaya. Oleh karena itu perlu
diperhatikan pengendalian proyek agar tercapai standar yang diinginkan tersebut.
Pengendalian dilakukan melalui pengawasan atau pengujian terhadap semua
pekerjaan yang dilakukan agar sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat.
Pengendalian tersebut dapat berupa pengendalian mutu material yang digunakan,
mutu peralatan, waktu yang diperlukan, biaya pelaksanaan, yang semuanya diatur
dengan manajemen yang baik dan dilaporkan secara berkala agar diketahui hasil
dan perkembangan yang dicapai. Secara umum proses pengendalian meliputi hal-
hal berikut :
1. Penentuan Standar
Merupakan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan, baik dalam hal kualitas
hasil pekerjaan maupun waktu yang diperlukan.
2. Pemeriksaan
Merupakan tindakan untuk mengetahui atau mengukur seberapa jauh tingkat
kesesuain hasil pelaksanaan pekerjaan, dibandingkan dengan rencana yang
ditetapkan dan disepakati bersama. Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan
dengan membuat interpretasi hasil-hasil pemeriksaan yang kemudian
dijadikan bahan untuk memberi saran.
3. Perbandingan
Merupakan kegiatan membandingkan hasil pekerjaan yang telah dicapai
dengan rencana yang telah ditentukan. Hasil perbandingan ini akan memberi
suatu kesimpulan, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan atau dihentikan.
4. Evaluasi dan perbaikan
Adalah mengevaluasi pekerjaan dan melakukan tindakan perbaikan,
meluruskan penyimpangan yang terjadi serta mengantisipasi keadaan yang
tidak terduga. Tindakan koreksi dapat berupa penyesuaian, modifikasi
52

rencana, perbaikan syarat-syarat pelaksanaan, pembongkaran diikuti


pembuatan yang baru, dan lain-lain.
Pengendalian dalam setiap aspek dituntut untuk memberi hasil yang
optimal sesuai dengan standar dan spesifikasi yang ada. Dengan demikian
efektifitas dan efisiensi waktu, mutu, serta biaya dapat tercapai. Suatu keadaan
yang menyimpang dari standar dan spesifikasi yang ada harus teratasi. Secara
umum tujuan dari pengendalian proyek dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan.
2. Lebih peka dalam mengamati masalah yang mungkin timbul pada
pelaksanaan pekerjaan.
3. Lebih mudah dalam memilih metode terbaik dan yang sesuai untuk
memecahkan masalah yang terjadi.
4. Untuk mengontrol pekerjaan agar tidak menyimpang dari perencanaan
semula.
Pengendalian dalam suatu proyek dilakukan dengan mengadakan
pengawasan terhadap semua pekerjaan konstruksi yang melibatkan penggunaan
semua sumber daya yang terdapat dalam lokasi proyek. Pengendalian dalam suatu
proyek meliputi :
1. Pengendalian mutu
2. Pengendalian biaya
3. Pengendalian waktu pekerjaan
4. Pengendalian logistik
5. Pengendalian prestasi kemajuan kerja.

5.1 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah pengendalian teknis untuk mengarahkan
pelaksanaan pembangunan fisik agar tidak melanggar syarat dan spesifikasi yang
telah direncanakan. Pengendalian mutu meliputi pengendalian mutu bahan dan
pengendalian tenaga kerja.
53

5.1.1 Pengendalian Mutu Bahan


Pengendalian mutu bahan dilakukan dengan pengawasan yang ketat agar
bahan bangunan atau material yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan
sesuai dengan persyaratan mutu bahan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat pekerjaan (RKS). Pengendalian yang diterapkan dalam proyek ini
meliputi aturan sebagai berikut :
a. Ketersediaan Bahan
b. Jadwal Pengadaan Bahan
c. Penyimpanan Bahan
d. Pemakaian Bahan
5.1.2 Pengendalian Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terlibat dalam Proyek Pembangunan Hotel Atria
Bintang 3 (Karaoke, Bar, dan Lounge) :
a. Tenaga Ahli
Tenaga ahli merupakan tenaga yang berpendidikan sarjana dan
berpengalaman banyak dalam bidang konstruksi.
b. Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana merupakan tenaga-tenaga yang berpendidikan minimal
STM atau sederajat dan berpengalaman di bidangnya.
c. Tenaga Kerja Terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang sudah terlatih
dan mempunyai ketrampilan khusus dalam bidang teknis pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
d. Tenaga Kerja Tidak Terampil
Tenaga kerja tidak terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang tidak
mempunyai ketrampilan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Tugasnya melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.

5.2 Pengendalian Biaya


Dalam proyek ini pengendalian biaya dilakukan dengan memeriksa apakah
biaya yang sudah dikeluarkan sesuai dengan kemajuan atau progres prestasi yang
54

telah dicapai. Hal ini dapat diketahui dengan melihat kurva S, kurva S secara
grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan komulatif pada suatu sumbu tegak,
terhadap waktu pada sumbu mendatar. Kurva S ini digambarkan pada suatu
diagram yang menunjukan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Diagram ini disebut bar
chart. Jumlah baiaya yang dikeluarkan dapat diukur menurut kemajuan yang
dicapai.
Bar chart adalah diagaram batang yang menggambarkan berbagai
pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu-satuan waktu tertentu. Dalam suatu
proyek, bar chart diuraikan menjadi beberapa macam uraian pekerjaan kemudian
diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing
pekerjaan tersebut. Lamanya waktu ini diperkirakan data-data yang dipakai serta
pengalaman kerja sebelumnya dan dibuat secara parallel tanpa mengabaikan cash
flow dari biaya. Bar chart dilengkapi dengan kurva S untuk membandingkan
antara lamanya suatu pekerjaan dengan bobot.
Karena satuan waktu yang dipakai adalah mingguan, maka elevasi
terhadap biaya yang telah dikeluarkan dilakukan mingguan pula. Besarnya biaya
yang telah dikeluarkan ini dibandingkan dengan rencana anggaran biaya dan
dicari presentasenya. Dengan mengetahui presentase dan posisi waktu saat ini
dapat digambarkan kurva S aktual ke Bar Chart yang memuat kurva S rencana.
Dengan membandingkan kurva S aktual dan kurva S rencana akan diperoleh
kemungkinan :
- Kurva S aktual berada dibawah kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan
pekerjaan mengalami keterlambatan.
- Kurva S aktual berhimpit dengan kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan
pekerjaan tepat sesuai dengan pekerjaan.
- Kurva S aktual berada di atas kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan
pekerjaan lebih cepat dari rencana.

5.3 Pengendalian Waktu Pekerjaan


Pengendalian waktu pelaksanaan mutlak dilakukan dalam suatu proyek
karena pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian waktu
55

dilakukan dengan cara membandingkan prestasi kerja kemajuan fisik di lapangan


dengan pengendalian waktu seluruh pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan
jangka waktu yang direncanakan dan berjalan dengan lancar. Pengendalian waktu
dilakukan dengan membuat time schedule yang menggambarkan jadwal masing-
masing tahapan pekerjaan. Jadwal ini dibuat oleh tim pelaksana dan disetujui oleh
pemilik proyek.
5.3.1 Network Planning
Dalam Network Planning (NWP), tercantum urutan waktu yang akan
digunakan untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan, urutan pekerjaan yang
harus dilakukan, pekerjaan yang harus didahulukan, dilakukan bersamaan ataupun
berurutan. Dari Network Planning (NWP) juga dapat diketahui kapan suatu
pekerjaan harus dimulai dan diselesaikan.
Dengan membuat NWP ini, akan memberikan manfaat yang sangat besar
yaitu dapat diketahui logika ketergantungan antar kegiatan proyek, dapat
ditunjukkan dengan jelas waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan yang tidak
memungkinkan dapat dicapainya pelaksanaan proyek lebih ekonomis, dan
terdapatnya kepastian dalam penggunaan sumber tenaga, bahan, dan peralatan.
5.3.2 Time Schedule
Dalam kaitannya dengan pengendalian waktu, time schedule memberikan
gambaran kondisi penggunaan waktu yang nyata di lapangan. Dengan time
schedule dapat diketahui hasil seperti, progres kemajuan fisik yang telah
dicapai ,bobot tiap pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan berapa besar
ketinggalan yang harus dikejar sampai batas waktu yang ditentukan dapat
diketahui.
5.3.3 Kurva S
Kurva S merupakan terjemahan lanjutan dari time schedule yang isinya
memuat akumulasi pekerjaan pada waktu tertentu yang digambarkan dalam
bentuk grafik. Dalam kurva S dimuat semua yang ada dalam time schedule dan
dilengkapi dengan pengakumulasian bobot pekerjaan pada interval waktu tertentu.
Pada kurva S ini, yang dipantau adalah penggunaan waktu pada
keseluruhan pekerjaan proyek terhadap volume pekerjaan yang harus diselesaikan
56

dan dibandingkan dengan rencana waktu yang dibuat untuk menyelesaikan


pekerjaan sampai volume waktu tertentu.
5.3.4 Sistem Koordinasi dan Sistem Informasi Proyek
Tujuan diberlakukannya sistem koordinasi dan sistem informasi proyek
dalam Proyek Pembangunan Hotel Atria Bintang 3 (Karaoke, Bar, dan Lounge)
ini adalah untuk menciptakan keselarasan antara hasil pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa dengan kebijakan pengguna jasa. Sistem koordinasi
proyek berupa rapat koordinasi yang meliputi :
a. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Rapat tinjauan manajemen dilakukan dalam dua tingkatan yaitu tingkatan
proyek dan tingkatan wilayah. RTM proyek dilakukan setiap seminggu
sekali atau lebih yang dihadiri oleh seluruh staf proyek, sedangkan RTM
wilayah dilakukan pada setiap bulan sekali yang dilaksanakan di Kantor
Pusat. Tujuan RTM adalah untuk mengevaluasi dan mengendalikan
perkembangan proyek secara mingguan sehingga permasalahan yang ada
di proyek dapat segera teratasi.
b. Rapat Koordinasi Lapangan dengan pengguna jasa (owner)
Rapat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proyek
berjalan, disamping sebagai wahana untuk bertukar pikiran guna mencari
solusi jika terjadi permasalah di lapangan. Dalam rapat ini penyedia jasa
(kontraktor) wajib memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan
oleh pengguna jasa (owner) termasuk mengenai mutu pelaksanaan proyek.
c. Rapat Direksi
Rapat ini dihadiri oleh berbagai pihak yaitu dari pihak penyedia jasa
(kontraktor), pengguna jasa (owner) dan konsultan perencana serta
konsultan pengawas. Tujuan rapat ini adalah untuk kepentingan koordinasi
dan evaluasi kemajuan proyek yang sedang berjalan serta pengambilan
kebijakan yang sesuai bila terjadi permasalahan di proyek.
57

5.4 Pengendalian Logistik


Kegiatan ini menyangkut penyediaan material, dan peralatan agar
pemakaian bahan dan alat dapat seefisien mungkin sehingga terhindar dari
pemborosan. Alat yang digunakan hendaknya tidak berlebihan supaya tidak
mengganggu jalannya proyek dan alat yang sudah tersedia harus diatur
penggunaannya agar berfungsi secara efisien. Pengendalian jumlah tenaga kerja
juga sangat mempengaruhi terhadap efisiensi pekerjaan. Agar dapat berjalan
optimal maka dibuat rencana pemanfaatan tenaga kerja, untuk mengatasi bila
terjadi keterlambatan pada salah satu bagian pekerjaan.
5.4.1 Pengendalian Bahan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan. Pengawasan dilakukan terhadap bahan-bahan bangunan baik kualitas
maupun kuantitasnya. Penyediaan material harus disesuaikan terhadap kebutuhan
material pada saat pelaksanaan pekerjaan dan kemajuan pekerjaan yang ada,
sehingga material yang didatangkan tidak berlebihan yang dapat mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, dan material tidak tercecer akibat kecerobohan
pada saat pengangkutan, penyimpanan, dan pelaksanaan pekerjaan. Disamping hal
tersebut, dilakukan pula pengendalian pada penempatan dan penyimpanan bahan.
5.4.2 Pengendalian peralatan
Pengendalian ini merupakan penyediaan peralatan yang meliputi milik
para pekerja sendiri dan peralatan milik PT. Bina Damar Agung Buana concrete
mixer, vibrator, dan lain-lain. Sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan
secara optimal. Karena setiap pekerjaan mempunyai durasi waktu yang telah
ditetapkan atau terbatas maka penyediaan alat dijaga agar peralatan selalu dalam
keadaan siap pakai pada saat dibutuhkan sehingga tidak menimbulkan
keterlambatan pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengendalian alat antara lain :
a. Mengatur jalannya pekerjaan agar alat-alat yang tersedia tidak
mengganggu terlalau lama.
b. Mengadakan pengawasan yang memadai untuk menghindari
hilangnya peralatan.
58

c. Material dan alat yang tersedia di lokasi diusahakan tidak


berlebihan sehingga tidak mengganggu kelancaran jalannya proyek.

5.5 Pengukuran dan Perhitungan Volume Pekerjaan


Pengendalian ini dilakukan seminggu sekali. Pada mulanya tim pelaksana
mengajukan daftar rencana kerja proyek bersama dengan rencana kerja sementara
dari seluruh kegiatan proyek. Setelah itu setiap minggu tim pelaksana akan
mengajukan usulan kemajuan proyek kepada pihak tim pengawas untuk disahkan.
Pada tahap ini terjadi dialog langsung antara kedua pihak tersebut untuk
membicarakan kemajuan proyek yang sebenarnya. Dalam hal ini tim pelaksana
berhak memberikan peringatan dan saran. Hal ini tidak akan mempengaruhi
kebijaksanaan tim konsultan pengawas sebagai pemegang keputusan akhir atas
penilaian kemajuan proyek.

5.6 Laporan Pelaksanaan Lapangan


Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan yang telah dicapai dan sebagai
pertanggungjawaban, maka pengawas lapangan memberi laporan tertulis kepada
kontraktor pelaksana untuk dicek, dan kemudian dibuat laporan. Laporan yang
disusun terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Laporan Harian
Merupakan laporan yang dibuat setiap hari secara tertulis berdasarkan
pengamatan pekerjaan yang dilakukan pada hari itu.
2. Laporan Mingguan
Laporan ini berdasarkan laporan harian yang disusun pada minggu
tersebut. Laporan ini memuat daftar nilai bobot pekerjaan, prestasi mingguan
dan nilai bobot terhadap seluruh pekerjaan.
3. Laporan Bulanan
Dibuat berdasarkan laporan mingguan selama satu bulan yang telah
dibuat. Laporan ini berisi bobot pekerjaan, prestasi pekerjaan pada bulan
tersebut dan bobot prestasi terhadap seluruh pekerjaan.
59

5.7 Permasalahan dan Pemecahannya


Dalam pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, adalah wajar apabila timbul
suatu permasalahan atau beberapa kendala yang mungkin berpengaruh terhadap
pelaksanaan pekerjaan proyek. Dalam sub bab ini akan dibahas tentang masalah-
masalah yang timbul, baik itu masalah teknis maupun masalah non teknis.
Adapun masalah-masalah yang berhasil dikumpulkan dari pengamatan di
lapangan secara langsung maupun keterangan dari pelaksana adalah sebagai
berikut :
1. Waktu pelaksanaan terlambat hampir 1 bulan karena adanya sejumlah pekerja
yang tidak bekerja secara efektif karena faktor cuaca
2. Adanya keterlambatan pengiriman adukan beton (ready mix concrete) ke
lokasi proyek.
3. Keterbatasan penyedia material alam (seperti pasir, sirtu, tanah urug padas) .
4. Adanya libur Hari Raya yang menyebabkan proyek tertunda selama satu
minggu.
5. Curah hujan yang tinggi menyebabkan proyek tertunda, khususnya pada
pekerjaan pengecoran.
Permasalahan di atas amat berpengaruh terhadap jalannya proyek,
sehingga untuk mengatasinya diperlukan solusi berikut ini :
1. Kontraktor membayar tunai kepada penyedia beton ready mix agar mendapat
prioritas pengecoran sehingga kebutuhan beton terpenuhi.
2. Memaksimalkan pengecoran site mix dengan cara pengadaan sewa molen dan
mencukupi kebutuhan material cor (split, pasir beton dan semen).
3. Memaksimalkan jam kerja pada saat tidak hujan dan memfasilitasi pekerja
dengan mantel untuk tetap bekerja walaupun turun hujan.

Anda mungkin juga menyukai