Anda di halaman 1dari 8

MINIMNYA SDM (TENAGA KERJA) ANDAL DALAM DUNIA

KONSTRUKSI DI INDONESIA
LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Proyek
Yang diampu oleh Ir. Rochany Natawidjana M.T dan Siti Nurasiyah S.T M.T

Oleh:
KOMANG SRI DEWI SUCI ADNYANI
1701289

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
upaya pembangunan suatu bangunan dalam batasan waktu, biaya dan mutu
tertentu      mencangkup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan arsitektur,
meskipun tidak  jarang juga melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin,
elektro, geoteknik, maupun lansekap. Proyek konstruksi selalu memerlukan
resources (sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan bangunan),
machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information
(informasi), dan time (waktu). Suatu proyek konstruksi memiliki karekteristik
yang jelas yaitu Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai
(awal proyek dan waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.Hasilnya tidak
berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin/berulang
(pabrikasi).Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di
awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.Intensitas
kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan dan
pelaksanaan).Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam
pula.Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah
ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.Spesifikasi proyek tertentu, artinya
persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga, dan metoda
pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi prosedur persyaratan
tersebut.Mempunyai administrasi dan dokumentasi yang jelas.
Suatu proyek konstruksi tidak terlepas dari kata berhasil dan gagal.
Keberhasilan dan kegagalan suatu proyek konstruksi dapat bergantung pada
banyak faktor yang berkecimpung dalam proyek konstruksi tersebut. Sumber daya
manusia merupakan faktor penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara
lain Owner, Konsultan, Kontraktor, Tenaga Ahli dan juga Tenaga Kerja. Tenaga
kerja merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam hal keberhasilan
ataupun kegagalan dalam proyek konstruksi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah
pada laporan ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kerja konstruksi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi minimnya tenaga kerja konstruksi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian tenaga kerja konstruksi
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minimnya tenaga kerja
konstruksi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tenaga Kerja Konstruksi


Tenaga kerja konstruksi merupakan salah satu unsur penting dalam
pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap
biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya yang komplek dan
sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih
mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam hal ini tenaga kerja yaitu
semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang
ahli/profesional sampai tenaga kerja pemborong/buruh. Penempatan tenaga
kerja dibagi menjadi beberapa bagian, anatar lain:
1. Tenaga Kerja Ahli
Pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek yang sedang
berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang penting
terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan
pekerjaan.
2. Mandor
Dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
antara lain dapat membaca gambar kontruksi, dapat memebuat
perhitungan ringan dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan
yang akan digunakan.
3. Tenaga Tukang
Harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara kerja
yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi lima bagian
yaitu tukang besi, tukang batu, tukang kayu, tukang las, dan tukang
listrik.
4. Tenaga Kerja Kasar
Memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan bahan,
alat, dan lain-lain.
5. Tenaga Keamanan
Bertugas menjaga keamanan lokasi proyek. Prosedur penerimaan tamu
serta membuka dan menutup jika ada concrete mixer truck maupun
truk bahan bangunan yang akan masuk ke lokasi proyek.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Minimnya Tenaga Kerja Konstruksi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tenaga kerja konstruksi
merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Tetapi minimnya tenaga kerja konstruksi yang andal membuat banyak proyek
yang mengalami kegagalan, baik dalam hal waktu (produktivitas), biaya,
sampai dengan kegagalan struktur konstruksi yang mungkin penyebabnya
merupakan tenaga kerja yang kurang andal dalam melaksanakan tugasnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya tenaga kerja konstruksi andal
yaitu banyaknya tenaga kerja yang tidak bersertifikat. Di Indonesia sudah
banyak pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan sertifikat bagi tenaga kerja
konstruksi, akan tetapi banyak juga yang mengindahkan pelatihan-pelatihan
tersebut. Sebagaimana diketahui, di tahun 2019 ini Ditjen Bina Konstruksi
memiliki target untuk mencetak 512.000 tenaga kerja konstruksi bersertifikat.
Hal tersebut diwujudkan melalui kegiatan sertifikasi yang dilakukan di Jakarta
dan beberapa kota di Indonesia seperti Aceh, Medan, dan Purworejo. Tahun
2019 sebagai tahun Sumber Daya Manusia, Kementerian PUPR juga terus
berupaya meningkatkan jumlah tenaga kerja konstruksi baik terampil maupun
ahli melalui jalur Vokasi. Hal ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian
kerjasama yang telah di tandatangani oleh Sekjen Kementerian PUPR dengan
Sekjen Kemenristekdikti beberapa waktu lalu.
Sejak Tahun 2015 sampai dengan 2018, jumlah tenaga kerja yang
tersertifikasi adalah sebesar 192 ribu tenaga kerja dengan rata-rata setiap tahun
menghasilkan 50 ribu tenaga kerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi selaku
pembina Jasa Konstruksi Indonesia terus berupaya memenuhi target
peningkatan jumlah tenaga kerja konstruksi hingga 10 kali lipat, sebagaimana
yang disampaikan Presiden RI saat memberikan Sertifikasi Tenaga Kerja
Konstruksi di JIExpo Kemayoran, Oktober 2018 lalu. Hal tersebut juga sesuai
amanat Undang-Undang Jasa Konstruksi nomor 2 Tahun 2017. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS,2018) tenaga kerja konstruksi saat ini
berjumlah 8,3 juta, sedangkan tenaga kerja bersertifikat hanya 7,4% saja, atau
sebesar 616.000 orang dengan rincian : 419.000 orang tenaga kerja terampil
dan 197.000 orang tenaga kerja ahli (data LPJKN, Januari 2019). Pada tahun
ini, Kementerian PUPR menargetkan 212.000 orang tenaga kerja konstruksi
bersertifikat melalui program pelatihan dan sertifikasi reguler, maupun jalur
vokasional (sebanyak 16.000 orang) atas anggaran APBN, dan 300.000 tenaga
kerja konstruksi bersertifikat melalui LPJK dan sumber dana lainnya. Dengan
demikian tahun ini Kementerian PUPR menargetkan 512.000 tenaga kerja
konstruksi bersertifikat.
Karena minimnya tenaga kerja yang bersertifikat akhirnya pemerintah
melakukan tindakan untuk menanggulangi kekurangan tenaga kerja konstruksi
pada proyek konstruksi yaitu dengan memanfaatkan data kependudukan.
Untuk meningkatkan ketepatan data tenaga kerja konstruksi, Kementerian
PUPR menjalin kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri.
Penandatanganan kerjasama dilakukan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi Kementerian PUPR Yaya Supriyatna dan Direktur Fasilitasi
Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri
Gunawan. Sesditjen Bina Konstruksi Yaya Supriyatna mengatakan dengan
adanya sinkronisasi data antara Ditjen Bina Konstruksi dengan Ditjen
Dukcapil, permasalahan yang terjadi selama ini dalam proses verifikasi,
validasi dan pemutakhiran data peserta pelatihan/uji sertifikasi kompetensi
konstruksi dapat diminimalisir. Data kependudukan juga akan
menyempurnakan sistem informasi tenaga kerja konstruksi (Dayanaker) yang
dikelola oleh Ditjen Bina Konstruksi yang menyajikan data tenaga kerja
konstruksi tenaga ahli dan tenaga terampil yang sudah dilatih dan memiliki
sertifikat kompetensi. Sehingga Sistem Dayanaker menjadi acuan bagi semua
penyedia jasa dalam mempekerjakan tenaga kerja konstruksi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tenaga kerja konstruksi merupakan salah satu unsur penting dalam
pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap
biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya yang komplek dan
sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih
mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam hal ini tenaga kerja yaitu
semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang
ahli/profesional sampai tenaga kerja pemborong/buruh. Penempatan tenaga
kerja dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Tenaga Kerja Ahli, Mandor
Tenaga Tukan, Tenaga Kerja Kasar, dan Tenaga Keamanan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi minimnya tenaga kerja konstruksi
andal yaitu banyaknya tenaga kerja yang tidak bersertifikat. Di Indonesia
sudah banyak pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan sertifikat bagi tenaga
kerja konstruksi, akan tetapi banyak juga yang mengindahkan pelatihan-
pelatihan tersebut. Sebagaimana diketahui, di tahun 2019 ini Ditjen Bina
Konstruksi memiliki target untuk mencetak 512.000 tenaga kerja konstruksi
bersertifikat. Hal tersebut diwujudkan melalui kegiatan sertifikasi yang
dilakukan di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia seperti Aceh, Medan, dan
Purworejo. Tahun 2019 sebagai tahun Sumber Daya Manusia, Kementerian
PUPR juga terus berupaya meningkatkan jumlah tenaga kerja konstruksi baik
terampil maupun ahli melalui jalur Vokasi. Hal ini merupakan tindak lanjut
dari perjanjian kerjasama yang telah di tandatangani oleh Sekjen Kementerian
PUPR dengan Sekjen Kemenristekdikti beberapa waktu lalu.

3.2 Rekomendasi
Penyedia tenaga kerja konstruksi sebisa mungkin memberikan pelatihan
kepada para tenaga kerjanya untuk memahami betul pekerjaan yang akan
dilakukan, agar nantinya pelaksanaan konstruksi proyek dapat berjalan dengan
lancar atau sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Tenaga kerja konstruksi
akan memahami betul pekerjaan yang akan mereka lakukan meskipun tidak
memiliki sertifikat tenaga kerja konstruksi. Kegagalan suatu proyek konstruksi
dapat diminimalisir dengan adanya pelatihan terhadap para tenaga kerja
konstruksi yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Juniarti, Reni. 2018.Proyek Konstruksi.
http://renijuniarti.blogspot.com/2018/03/sistem-administrasi-proyek-pertemuan-
1.html. Diakses pada April 2020

Ahadi. 2011. Tenaga Kerja Proyek Bangunan.http://www.ilmusipil.com/tenaga-


kerja-proyek-bangunan. Diakses pada April 2020

Anonim. 2019. Tenaga kerja konstruksi bersertifikat minim, pemerintah


manfaatkan data kependudukan. https://nasional.kontan.co.id/news/tenaga-kerja-
konstruksi-bersertifikat-minim-pemerintah-manfaatkan-data-kependudukan.
Diakses pada April 2020

Anda mungkin juga menyukai