D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
M. ILHAM K ( 22025014003 )
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah
Nya sehingga makalah mata kuliah Sistem dan Bangunan Air ini dapat terselesaikan. Makalah
mata kuliah Sistem dan Bangunan Air disusun dari beberapa literatur mengenai perencanaan
sistem irigasi dan bangunan air di Indonesia, dengan harapan agar memudahkan para
mahasiswa untuk mempelajari dan mengerti tentang mata kuliah Sistem dan Bangunan Air
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam
beberapa hal, oleh karena itu saran yang membangun akan penulis terima sebagai sebuah
masukan yang berarti. Kami mengharapkan agar modul kuliah ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan air tidak dapat lepas
darikehidupan sehari-hari sebagai komponen mutlak penopang kehidupan maka
manusia dengan berbagi upaya berusaha untuk memperoleh manfaat yang optimal
dari pendaya gunaannya serta berupaya mengendalikan untuk mencegah kerusakan
dan kerugian yang mungkin di timbulkan oleh air.
b. Untuk mengetahui definisi, jenis jenis dan bagian bagian dari bangunan
utama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bangunan Utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai semua bangunan yang
direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan
irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi
kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan
mengatur air yang masuk. Di Indonesia sebagian besar sumber air untuk irigasi,
diambil dari air sungai. Untuk mengambil air sungai biasanya dibuat bangunan
penangkap di mana sebelumnya air sungai tersebut dinaikkan permukaannya
dengan cara dibendung.
2.2 Jenis-jenis Bangunan Utama
Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke jaringan irigasi
untuk keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan lainnya yang
memerlukan suatu bangunan disebut dengan bangunan utama. Untuk kepentingan
keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bangunan utama, maka
aliran air sungai tidak diperbolehkan disadap seluruhnya. Akan tetapi, harus tetap
dialirkan sejumlah 5% dari debit yang ada. Salah satu bangunan utama yang
mempunyai fungsi membelokkan air dan menampung air disebut bendung ada
enam bangunan utama yang sudah pernah atau sering dibangun di Indonesia,
antara lain:
2.2.1 Bendung Tetap
2
2.2.2 Bendung Gerak Vertikal
Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang
rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal
maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi
muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjir dan
meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk
berbagai keperluan. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan dari bentuk
pintu-pintunya antara lain:
a. Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi
bukaan yang kecil dan sedang.
b. Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan
lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar.
2.2.3 Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal)
3
jaringan irigasi. Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan
sedimen dan batuan meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan
masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada
saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk sungai
kembali.
2.2.5 Pompa
b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air),
4
2.3 Bagian-Bagian Bangunan Utama
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara
terinci dalam pasal berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut:
5
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di
sungai, maka ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni:
(1) Bendung pelimpah
• Metode pelaksanaan
1. Pertimbangan topografi
3. Pengaruh hidraulik
6
2.3.2 Pengambilan
3. Shunt undersluice
Tipe (2) sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah tipe tradisional; tipe (3)
dibuat di luar lebar bersih bangunan bendung dan tipe (4) menggabung
pengambilan dan pembilas dalam satu bidang atas bawah.
7
2.3.4 Kantong lumpur
8
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
4. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di
jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
5. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi
serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan
bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
2.4.1 Bangunan Pengukur Debit
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan
diatur) pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap
tersier. Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk
maksud ini. Namun demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan
irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah
irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada faktor
penting antara lain :
- Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani.
9
- Alat Ukur Vlueter
• Ambang Tipis/Tajam
a. Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan
dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan
teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah
satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka
air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur. Pada cabang saluran
dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat alat
pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.
Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi dibuat
10
sudut aliran antara 00 sampai 90 0.
b. Bangunan Sadap
1. Bangunan Sadap Sekunder
11
- Alat ukur Romijn
12
2.4.4 Bangunan Persilangan
Dalam jaringan irigasi dan drainase, sering dijumpai kondisi
persilangan antara jaringan tersebut dengan bangunan lain seperti
jalan raya, jalan kereta api atau saluran/sungai lain. Untuk mengatasi
hal ini maka diperlukan suatu bangunan silang, sehingga bangunan-
bangunan tersebut tetap berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-
masing dan tidak saling mengganggu. Untuk jaringan irigasi teknis,
bangunan persilangan biasanya berupa gorong-gorong (mengalirkan
air dibawah jalan raya), talang (mengalirkan air diatas melewati
sungai) dan atau siphon (mengalirkan air di bawah penampang
sungai/bila melewati alur/cekungan). Sementara bangunan bantu
irigasi berupa bangunan terjun bila saluran berada pada medan yang
curam.
2.4.5 Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum
saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat
bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan
yang khas :
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi
superkritis.
13
kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya
tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,diatas bangunan
melebihi 1,50 m. Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang
jatuh bebas akan mengenai lantai kolam dan bergerak ke hilir
pada potongan U (lihat Gambar 5.18). Akibat luapan dan
turbulensi (pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai luapan,
sebagian dari energi direndam di depan potongan U. Energi
selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi
energi hilir yang memakai dasar kolam sebagai bidang
persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan ∆Z/H1,
dan kurang lebih sama dengan 1,67H1. Harga Hd ini dapat
dipakai untuk menentukan ∆Z sebuah bangunan terjun tegak.
b. Bangunan Terjun Miring
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di
dalam bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal
saluran.
Adapun beberapa jenis bangunan pelengkap yaitu :
a. Bangunan Pengukur Debit
b. Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
c. Bangunan Bagi Dan Sadap
d. Bangunan Persilangan
e. Bangunan Terjun
3.2 Saran
Untuk memudahkan dalam pembuatan tugas makalah diperlukan banyak
referensi dalam menemukan acuan dalam pembuatan makalah seperti
deskripsi mengenai materi karena kurangnya referensi yang ditemukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, S. . (2001). Irigasi dan Bangunan Air. Journal of Chemical Information
and Modeling, May, 1–275.
17