Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

“ KOMPONEN BANGUNAN AIR ”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
M. ILHAM K ( 22025014003 )

Mata Kuliah : Sistem & Bangunan Air


Kelas : Reguler B

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah

Nya sehingga makalah mata kuliah Sistem dan Bangunan Air ini dapat terselesaikan. Makalah

mata kuliah Sistem dan Bangunan Air disusun dari beberapa literatur mengenai perencanaan

sistem irigasi dan bangunan air di Indonesia, dengan harapan agar memudahkan para

mahasiswa untuk mempelajari dan mengerti tentang mata kuliah Sistem dan Bangunan Air

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dalam

beberapa hal, oleh karena itu saran yang membangun akan penulis terima sebagai sebuah

masukan yang berarti. Kami mengharapkan agar modul kuliah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan seluruh mahasiswa Departemen Teknik Sipil PSTS-UIM.

Makassar, 29 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
2.1 Bangunan Utama ....................................................................................................... 2
2.2 Jenis-jenis Bangunan Utama ................................................................................... 2
2.2.1 Bendung Tetap........................................................................................................ 2
2.2.2 Bendung Gerak Vertikal ....................................................................................... 3
2.2.3 Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal) .................................................... 3
2.2.4 Bendung Saringan Bawah .................................................................................... 3
2.2.5 Pompa ..................................................................................................................... 4
2.2.6 Pengambilan Bebas ............................................................................................... 4
2.3 Bagian-Bagian Bangunan Utama ............................................................................ 5
2.3.1 Bangunan Bendung ..................................................................................................... 5
2.3.2 Pengambilan ................................................................................................................. 7
2.3.3 Pembilas ........................................................................................................................ 7
2.3.4 Kantong lumpur .......................................................................................................... 8
2.3.5 Bangunan Perkuatan Sungai .................................................................................... 8
2.4 Bangunan pelengkap ................................................................................................ 8
2.4.1 Bangunan Pengukur Debit ........................................................................................ 9
2.4.2 Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air................................................................... 10
2.4.3 Bangunan Bagi Dan Sadap ...................................................................................... 10
2.4.4 Bangunan Persilangan.............................................................................................. 13
2.4.5 Bangunan Terjun ....................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan air tidak dapat lepas
darikehidupan sehari-hari sebagai komponen mutlak penopang kehidupan maka
manusia dengan berbagi upaya berusaha untuk memperoleh manfaat yang optimal
dari pendaya gunaannya serta berupaya mengendalikan untuk mencegah kerusakan
dan kerugian yang mungkin di timbulkan oleh air.

Pemanfaatan suatu sungai merupakan salah satu untuk mencapai tujuan


tersebut,dimana perlu dilakukan usaha-usaha pelestarian, pengendalian dan
pengembangan wilayahnya. Pembangunan bangunan air merupakan salah satu
upaya pengembangan wilayah sungai dengan mendaya gunakan air untuk keperluan
berbagai keperluan seperti irigasi air minum maupun pembangkit listrik. Bangunan
air juga dapat berfungsi sebagai pengatur dan pengendali serta menampung aliran
agar air yang di butuhkan dapat tersalurkan dan terpenuhi pada waktu yang tepat
walaupun musim kemarau. Dalam makalah ini akan membahas tentang jenis jenis
bangunan air, bangunan utama dan bangunan pelengkap.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Saja Komponen bangunan air ?

b. Apa pengertian, jenis dan bagian bagian bangunan Utama ?

c. Apa saja jenis jenis bangunan pelengkap ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui komponen komponen bangunan air.

b. Untuk mengetahui definisi, jenis jenis dan bagian bagian dari bangunan

utama.

c. Untuk mengetahui Jenis jenis bangunan pelengkap.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bangunan Utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai semua bangunan yang
direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan
irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi
kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan
mengatur air yang masuk. Di Indonesia sebagian besar sumber air untuk irigasi,
diambil dari air sungai. Untuk mengambil air sungai biasanya dibuat bangunan
penangkap di mana sebelumnya air sungai tersebut dinaikkan permukaannya
dengan cara dibendung.
2.2 Jenis-jenis Bangunan Utama
Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke jaringan irigasi
untuk keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan lainnya yang
memerlukan suatu bangunan disebut dengan bangunan utama. Untuk kepentingan
keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bangunan utama, maka
aliran air sungai tidak diperbolehkan disadap seluruhnya. Akan tetapi, harus tetap
dialirkan sejumlah 5% dari debit yang ada. Salah satu bangunan utama yang
mempunyai fungsi membelokkan air dan menampung air disebut bendung ada
enam bangunan utama yang sudah pernah atau sering dibangun di Indonesia,
antara lain:
2.2.1 Bendung Tetap

Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai


atau sudetan, dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan
ambang tetap sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara
gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan airnya dilimpahkan ke hilir dengan
terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak dengan maksud untuk
meredam energi.

2
2.2.2 Bendung Gerak Vertikal

Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang
rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal
maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi
muka air di hulu bendung kaitannya dengan muka air banjir dan
meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk
berbagai keperluan. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan dari bentuk
pintu-pintunya antara lain:
a. Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi
bukaan yang kecil dan sedang.
b. Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan
lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar.
2.2.3 Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal)

Bendung karet memiliki dua bagian pokok, yaitu :

a. Tubuh bendung yang terbuat dari karet

b. Fondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet,


serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan
(mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung
karet. Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara
mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan
cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung
karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau
air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol
udara atau air (manometer).
2.2.4 Bendung Saringan Bawah

Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan


saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat
saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap
melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke

3
jaringan irigasi. Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan
sedimen dan batuan meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan
masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada
saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk sungai
kembali.
2.2.5 Pompa

Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain tidak


dapat memecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi, atau
kalau pengambilan air relatif sedikit dibandingkan dengan lebar sungai.
Dengan instalasi pompa pengambilan air dapat dilakukan dengan mudah
dan cepat. Namun dalam operasionalnya memerlukan biaya operasi dan
pemeliharaannya cukup mahal terutama dengan makin mahalnya bahan
bakar dan tenaga listrik. Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga
penggeraknya, antara lain:
a. Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan),

b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air),

c. Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak

d. Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.


2.2.6 Pengambilan Bebas

Pengambilan air untuk irigasi ini langsung dilakukan dari sungai


dengan meletakkan bangunan pengambilan yang tepat di tepi sungai, yaitu
pada tikungan luar dan tebing sungai yang kuat atau masif. Bangunan
pengambilan ini dilengkapi pintu, ambang rendah dan saringan yang pada
saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak meluap ke saluran
induk. Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi elevasi muka air di
sungai yang selalu bervariasi tergantung debit pengaliran sungai saat itu.
Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah irigasi dengan luasan
yang kecil sekitar 150 ha dan masih pada tingkat irigasi .(setengah) teknis
atau irigasi sederhana.

4
2.3 Bagian-Bagian Bangunan Utama

Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara
terinci dalam pasal berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut:

Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02)


Gambar Tata letak tipe-tipe bangunan utama
2.3.1 Bangunan Bendung

Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-


benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan
dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka
air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti
pada tipe bendung saringan bawah (bottom rack weir).

5
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di
sungai, maka ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni:
(1) Bendung pelimpah

(2) Bendung gerak (barrage)


Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
• Tipe, bentuk dan morfologi sungai

• Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi

• Topografi pada lokasi yang direncanakan

• Kondisi geologi teknik pada lokasi

• Metode pelaksanaan

• Aksesibilitas dan tingkat pelayanan


Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah :

1. Pertimbangan topografi

2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung

3. Pengaruh hidraulik

4. Pengaruh regime sungai

5. Tingkat kesulitan saluran induk

6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung

7. Luas layanan irigasi

8. Luas daerah tangkapan air

9. Tingkat kemudahan pencapaian

10. Biaya pembangunan.

6
2.3.2 Pengambilan

Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi


dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana
pengelakan sedimen.
2.3.3 Pembilas

Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan


pembilas guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan
saluran irigasi. Pembilas dapat direncanakan sebagai:
1. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan

2. Pembilas bawah (undersluice)

3. Shunt undersluice

4. Pembilas bawah tipe boks.

Tipe (2) sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah tipe tradisional; tipe (3)
dibuat di luar lebar bersih bangunan bendung dan tipe (4) menggabung
pengambilan dan pembilas dalam satu bidang atas bawah.

(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02)


Gambar Pengambilan dan pembilasan

7
2.3.4 Kantong lumpur

Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar


dari fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir
berukuran 0.088 mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir
pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam
kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke
sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian
dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan
tersebut kembali ke sungai. Dalam hal tertentu, pembersihan ini dengan jalan
mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.
2.3.5 Bangunan Perkuatan Sungai

Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan


utama untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
1. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan ini umumnya
berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
2. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap
genangan akibat banjir
3. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
4. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan
bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan
tersebut.
2.4 Bangunan pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama diperlukan keperluan :
1. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran

2. Rumah untuk operasi pintu.


3. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga

8
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
4. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di
jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
5. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi
serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan
bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
2.4.1 Bangunan Pengukur Debit

Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan
diatur) pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap
tersier. Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk
maksud ini. Namun demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan
irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah
irigasi.
Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada faktor
penting antara lain :

- Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit

- Ketelitian pengukuran di lapangan

- Bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis

- Rumus debit sederhana dan teliti

- Operasi dan pembacaan papan duga mudah

- Pemeliharaan sederhana dan murah

- Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani.

Jenis Bangunan Pengukur Debit :


• Ambang Lebar

- Alat Ukur Drempel

- Alat Ukur Romyn

9
- Alat Ukur Vlueter

- Alat Ukur Parshall

• Ambang Tipis/Tajam

- Alat Ukur Cipoletti

- Alat Ukur Thomson

- Alat Ukur Rechboch


2.4.2 Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
Ada empat jenis bangunan pengatur muka air, yaitu : pintu skot balok,
pintu sorong, mercu tetap dan kontrol celah trapesium. Kedua bangunan pertama
dapat dipakai sebagai bangunan pengontrol untuk mengendalikan tinggi muka air
di saluran. Sedangkan kedua bangunan yang terakhir hanya mempengaruhi tinggi
muka air. Pada saluran yang lebar (lebar dari 2 m) mungkin akan menguntungkan
untuk mengkombinasi beberapa tipe bangunan pengatur muka air, misalnya:
- skot balok dengan pintu bawah

- mercu tetap dengan pintu bawah

- mercu tetap dengan skot balok


2.4.3 Bangunan Bagi Dan Sadap

a. Bangunan Bagi
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan
dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan
teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah
satu dari pintu-pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka
air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur. Pada cabang saluran
dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang alat alat
pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil.
Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi dibuat

10
sudut aliran antara 00 sampai 90 0.

(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP-04)


Gambar Saluran dengan bangunan pengatur dan sadap ke saluran sekunder

b. Bangunan Sadap
1. Bangunan Sadap Sekunder

Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran


sekunder dan oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak
tersier. Kapasitas bangunan – bangunan sadap ini secara umum
lebih besar daripada 0,250 m3/dt. Ada empat tipe bangunan yang
dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yakni :

11
- Alat ukur Romijn

- Alat ukur Crump-de Gruyter

- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar

- Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume

Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran


saluran sekunder yang akan diberi air serta besarnya kehilangan
tinggi energi yang diizinkan. Untuk kehilangan tinggi energi
kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar 2 m3/dt ;
dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan.
Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong
yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat
ukur ambang lebar. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang
memadai, maka alat ukur Crump-de Gruyter merupakan
bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat direncana dengan
pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai sebesar 0,9
m3/dt setiap pintu.
2. Bangunan Sadap Tersier

Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-


petak tersier. Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 l/dt
sampai 250 l/dt Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat
ukur Romijn, jika muka air hulu diatur dengan bangunan
pengatur dan jika kehilangan tinggi energi merupakan masalah.
Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan
muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat
ukur Crump-de Gruyter. Harga antara debit Qrnaks/Qmin untuk
alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara
debit untuk pintu Romijn.

12
2.4.4 Bangunan Persilangan
Dalam jaringan irigasi dan drainase, sering dijumpai kondisi
persilangan antara jaringan tersebut dengan bangunan lain seperti
jalan raya, jalan kereta api atau saluran/sungai lain. Untuk mengatasi
hal ini maka diperlukan suatu bangunan silang, sehingga bangunan-
bangunan tersebut tetap berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-
masing dan tidak saling mengganggu. Untuk jaringan irigasi teknis,
bangunan persilangan biasanya berupa gorong-gorong (mengalirkan
air dibawah jalan raya), talang (mengalirkan air diatas melewati
sungai) dan atau siphon (mengalirkan air di bawah penampang
sungai/bila melewati alur/cekungan). Sementara bangunan bantu
irigasi berupa bangunan terjun bila saluran berada pada medan yang
curam.
2.4.5 Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum
saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat
bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat perencanaan
yang khas :
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi
superkritis.

2. bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.

3. bagian tepat di sebelah hilir yaitu tempat dimana energi


diredam.
4. bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah
erosi.
a. Bangunan Terjun Tegak.

Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila


ketinggiannya ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat
berkurang akibat variasi di tempat jatuhnya pancaran di lantai

13
kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya
tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,diatas bangunan
melebihi 1,50 m. Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang
jatuh bebas akan mengenai lantai kolam dan bergerak ke hilir
pada potongan U (lihat Gambar 5.18). Akibat luapan dan
turbulensi (pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai luapan,
sebagian dari energi direndam di depan potongan U. Energi
selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi
energi hilir yang memakai dasar kolam sebagai bidang
persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan ∆Z/H1,
dan kurang lebih sama dengan 1,67H1. Harga Hd ini dapat
dipakai untuk menentukan ∆Z sebuah bangunan terjun tegak.
b. Bangunan Terjun Miring

Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah


praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh
melebihi 1,5 m. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang
dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing
dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir),
disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1: 2.
(Sidharta, 2001)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai semua bangunan yang


direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan irigasi, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk
mengukur dan mengatur air yang masuk. Ada enam jenis bangunan utama :
a. Bendung tetap
b. Bendung Gerak Vertikal
c. Bendung Karet (Bendung Gerak Horizontal)
d. Bendung Saringan Bawah
e. Pompa
f. Pengambilan Bebas
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian. Pembagiannya dibuat sebagai
berikut:
a. Bangunan Bendung
b. Pengambilan
c. Pembilas
d. Kantong lumpur
e. Bangunan Perkuatan Sungai
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke
bangunan utama diperlukan keperluan :
a. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran

b. Rumah untuk operasi pintu.


c. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
d. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama
mudah di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum

15
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di
dalam bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal
saluran.
Adapun beberapa jenis bangunan pelengkap yaitu :
a. Bangunan Pengukur Debit
b. Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
c. Bangunan Bagi Dan Sadap
d. Bangunan Persilangan
e. Bangunan Terjun
3.2 Saran
Untuk memudahkan dalam pembuatan tugas makalah diperlukan banyak
referensi dalam menemukan acuan dalam pembuatan makalah seperti
deskripsi mengenai materi karena kurangnya referensi yang ditemukan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, S. . (2001). Irigasi dan Bangunan Air. Journal of Chemical Information
and Modeling, May, 1–275.

17

Anda mungkin juga menyukai