Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATERI REPORT

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA)


INFRASTRUKTUR KEAIRAN (BENDUNGAN)
Dosen pengampu: Erin Chainago,ST,MSc

DISUSUN OLEH:
NAMA: ALWI SYAHRI HASIBUAN
NPM: 2007210195
KELAS: 6B1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas materi report yang membahas
“INFRASTUKTUR KEAIRAN” dengan lancar. 

Penyusunan tugas ini dalam rangka memenuhi tugas Mata kuliah Pengembangan Sumber
Daya Air (PSDA) yang diampu oleh bapak Erin Chainago,ST,MSc. Proses penyusunannya tak
lepas dari masukan berbagai pihak, dan dari berbagai buku dan jurnal. Oleh karena itu, saya
ucapkan terima kasih atas bimbingannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran
yang membangun dari pembaca.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk Saya
sebagai penulis dan pembaca.

Medan 30 Mei, 2023

ALWI SYAHRI HASIBUAN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................2

1.3 Manfaat........................................................................................................................3

BAB II DASAR TEORI.......................................................................................................4

2.1 Sejarah Bendungan.....................................................................................................5

2.2 Angka Keamanan Bendungan...................................................................................6

2.3 Keamanan Struktur....................................................................................................6

2.4 Pemantauan dan Pemeliharaan.................................................................................7

2.5 Pemeriksaan................................................................................................................8

2.6 Bentuk dan Fungsi Struktur......................................................................................13

KESIMPULAN....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, dan beton, yang
dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan
menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomer
27/PRT/M/2015). Bendungan adalah bangunan yang posisinya tegak lurus terhadap arah aliran
sungai yang terbentuk secara buatan atau alamiah. Bendungan memiliki struktur bangunan
utama, seperti tubuh bendungan dan juga struktur bangunan pelengkap dan peralatanya seperti
bangunan pelimpah, pintu air dan katup, bangunan pengeluaran, jalan masuk, jalan hantar, dan
bangunan prasarana. Tipe-tipe bendungan dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan.
Berdasarkan fungsinya bendungan dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai penampung air,
pengalih aliran (differsion dam), pengendali banjir, dan bendungan serbaguna. Berdasarkan
aspek hidraulik, bendungan dibedakan menjadi dua yaitu bendungan yang boleh dilimpasi air
(overflow dam), dan bendungan yang mercunya tidak boleh dilimpasi air (non overflow dam).
Berdasarkan aspek materialnya tipe bendungan dibedakan berdasarkan beton gaya berat, beton
dengan penyangga, beton pelengkung, dan bendungan urugan tanah atau urugan batu.

Bendungan pada umumnya dilengkapi dengan bangunan pelengkap berupa bangunan


pelimpah. Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan kelebihan debit banjir yang sudah
tidak mampu ditampung lagi oleh waduk (reservoir). Limpahan air dialirkan melalui mercu
pelimpah ke sungai atau drainase alam melalui suatu saluran. Bangunan pelimpah harus didesain
secara matang agar bisa mengalirkan kelebihan air dari waduk kembali ke sungai dengan aman
tanpa memberikan kerusakan yang berarti pada bangunan pelimpah dan bagian-bagian pelimpah
lainnya. Perencanaan pelimpah sangat penting untuk diperhatikan, karena apabila perencanaan
pelimpah kurang baik atau kapasitas pelimpah tidak mencukupi, maka hal tersebut dapat
menyebabkan kegagalan struktur bendungan akibat erosi pada tubuh bendungan. Untuk
memberikan kapasitas limpasan yang mencukupi, maka 6 Institut Teknologi Nasional pelimpah
harus memiliki perencanaan yang baik secara struktural, hidraulik, dan penempatan lokasinya
harus dipilih pada tanah yang tidak mudah longsor.

1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan bendungan ini yaitu sebagai sarana untuk mengendalikan banjir,
melestarikan tanah dan sumber-sumber air serta pengendalian erosi.

Bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu
air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan.
Bendungan digunakan untuk keperluan irigasi, air minum industri, tempat rekreasi, tempat
penampungan limbah, cadangan air minum, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan
olahraga air.

1.3. Manfaat
Manfaat dari tujuan pembuatan Bendungan yaitu:
1. Untuk menampung air dalam volume yang besar
2. Untuk mencukupi kebutuhan air besrsih
3. Sebagai pengendalian banjir
4. Mengatur tata air
5. Pengendalian kekeringan
6. Sebagai sumber irigasi
7. Tempat konservasi hewan dan tumbuhan
8. Mata pencaharian masyarakat sekitar
9. Sebagai pembangkit listrik tenaga air
10. Dijadikan objek wisata
BAB II
Dasar Teori

2.1 Sejarah Bendungan


Bendungan atau Empangan atau istilah pinjaman Inggris dam adalah konstruksi yang
dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali
bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak
diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.

Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai "bangunan


yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur."

Bendungan (dam) dan bendung (weir) sebenarnya merupakan struktur yang


berbeda. Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam), yang
berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai. Air sungai yang
permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat
digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai
penggerak pengilingan tradisional di negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup
besar dan deras alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem
transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila misalnya muka air
sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.

Berdasarkan struktur dan bahan yang digunakan, bendungan dapat diklasifikasikan


sebagai dam kayu, "embankment dam" atau "masonry dam", dengan berbagai subtipenya.
Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan,
meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi
atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari
tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk
semua tujuan di atas.

Menurut ketinggian, dam besar lebih tinggi dari 15 meter dan dam utama lebih dari 150


m. Sedangkan, dam rendah kurang dari 30 m, dam sedang antara 30 – 100 m, dan dam
tinggi lebih dari 100 m. Kadang-kadang ada yang namanya Bendungan Sadel sebenarnya adalah
sebuah dike, yaitu tembok yang dibangun sepanjang sisi danau untuk melindungi tanah di
sekelilingnya dari banjir. Ini mirip dengan tanggul, yaitu tembok yang dibuat sepanjang sisi
sungai atau air terjun untuk melindungi tanah di sekitarnya dari kebanjiran.

2.2 Angka Keamanan dan Longsoran Pada Lereng Bendungan


Longsor pada lereng bendungan sangat berbahaya bagi keamanan bendungan. Pada bendungan
urugan, keruntuhan lereng biasanya berbentuk lingkaran. Untuk menganalisis faktor keamanan
tanah yang keruntuhannya berbentuk lingkaran di gunakan metode kesetimbangan gaya atau
metode kesetimbangan momen. Keadaan kritis yang ditinjau dalam analisis keamanan lereng
tubuh bendung adalah :

1. masa konstruksi (ketika sedang dibangun)


2. pada masa beroperasi : muka air banjir, musim hujan (muka air normal) dan musim
kemarau (muka air minimum)
3. ketika bendungan kehilangan air secara cepat / kondisi surut cepat.

2.3 Keamanan Struktur


A. Bendungan harus didesain dan dibangun sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga aman untuk semua kondisi dan kombinasi beban kerja serta aman
dioperasikan pada semua kondisi operasi (normal , luar biasa, darurat) à harus memenuhi
kreteria desain. Agar keamanan struktur terpenuhi, bendungan harus didesain berdasar 3
kriteria pokok berikut:

1. aman terhadap kegagalan struktural dan operasional


2. aman terhadap kegagalan hidrolis
3. aman terhadap kegagalan rembesan

B. Aman terhadap kegagalan stuktural dan operasional: Bendungan secara keseluruhan,


terma suk tubuh bendungan, pondasi, abutmen (bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk,
harus selalu aman pada:
1. semua kondisi dan kombinasi beban yang bekerja (termasuk kondisi gempa bumi dan
banjir) dan
2. semua kondisi operasi (operasi normal, banjir, darurat,luar biasa)

C. Aman terhadap kegagalan hidrolis(hydraulic failure)Bendungan harus:


1. dilengkapi pelimpah yang mampu melewatkan banjir desain dengan aman, memiliki
tinggi jagaan yang cukup,
2. aman terhadap erosi eksternal/erosi permukaan (puncak dan lereng harus diproteksi),
gerusan/scouring, dll.

D. Aman terhadap kegagalan rembesan (seepage failure), Bendungan harus aman


terhadaperosi buluh/piping, boiling, uplift, erosi internal, rekahhidrolik, arching, dan
pelarutan soluble material.

2.4 Pemantauan dan Pemeliharaan


Bendungan harus selalu dipelihara dengan baik dan dipantau sehingga dapat diketahui sedini
mungkin setiap problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata dan
selalu dipelihara shg selalu siap dioperasikan pada segala kondisi operasi. Pengukuran dan
pembacaan instrumen, terutama ditujukan untuk mengetahui kondisi didalam tubuh bendungan
dan pondasi. Pengukuran dan pembacaan dilakukan terhadap aspek perilaku /kreteria keamanan
bendungan dan terhadap beban luar, yang terdiri dari:

A. Aspek perilaku bendungan, minimal:


1. Deformasi
2. Rembesan
3. Tekanan Pori dan Gaya angkat (up lift)

B. Beban luar:
1. Elevasi muka air waduk,
2. Elevasi sedimen
3. Data meteorology (hujan, suhu udara)
C. Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan, kemudian secara berkala dikirim kekantor
induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalam-an dan setiap tahun sekali dibuat laporan
perilaku bendungan tahunan,

2.5 . Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan, secara umum adalah untuk mengetahui perilaku bendungan dan
status/kondisi keamanan bendungan (dengan didukung evaluasi yang memadai). Kegiatan
pemeriksaan yang harus dilakukan oleh Pemilik atau Pengelola bendungan adalah:
a. Pemeriksaan rutin, tujuannya untuk mengetahui tanda-tanda perilaku bendungan.
Dilakukan dalam interval waktu pendek, yaitu : Harian, Mingguan, Bulanan.
b. Pemeriksaan Berkala: Setengah Tahunan (tiap satu tahun dirangkum dalam
laporan tahunan), Pemeriksaan besar minimal 1 x / 5 tahun
c. Pemeriksaan luar biasa, dilakukan sebelum dan sesudahhujan badai dan setelah
gempa bumi
d. Pemeriksaan khusus: dilakukan setelah terjadinya kondisi khususyang
dapatmengancam keamanan bendungan, seperti : adanya perubahan perilaku
bendungan yang mencolok, longsoran besar, retakan besar, amblesan pada puncak
bendungan, dll.

2.6 Bentuk dan fungsi Struktur bendungan

1.Badan Bendungan

Merupakan tubuh bendungan yang memiliki fungsi sebagai penghalang air. Bendungan
umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lainnya seperti pintu air atau
tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke dalam daerah tanah yang
spesifik. Kekuatan air ini memberikan kekuatan yang disimpan di dalam pompa air dan hal ini
dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi jutaan konsumen.

2. Pondasi
Ini merupakan bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.

3. Pintu Air

Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka
maupun yang tertutup. Bagian yang penting dari pintu air yaitu :

 Daun pintu

Merupakan bagian dari pintu air yang dapat menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk
membuka , mengatur dan menutup aliran air.

 Rangka pengatur arah gerakan

Merupakan alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang dapat digunakan
untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.

 Angker

Merupakan baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka
pengatur arah gerakan agar dapat untuk memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi
beton.

 Hoist

Merupakan alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan
mudah.

4. Bangunan Pelimpah 

Merupakan bangunan dan intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam waduk
agar tidak membahayakan keamanan bendungan. Bagian-bagian penting dari bangunan pelimpah
antara lain :

 Saluran pengarah dan pengatur aliran atau controle structures.


Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan alirannya kecil namun
debit airnya besar.

 Saluran pengangkut debit air  meliputi saluran peluncur, chute, discharge carrier dan
floodway.

Semakin tinggi bendungan maka semakin besar perbedaan antara permukaan air tertinggi di
dalam waduk dengan permukaan air sungai di sebelah hilir bendungan. Apabila kemiringan
saluran pengangkut debit air dibuat kecil, maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat
bangunan menjadi lebih mahal. Sehingga, kemiringannya terpaksa dibuat besar, dengan
sendirinya dan disesuaikan dengan keadaan topografi setempat

 Bangunan peredam energy (energy dissipator)

Digunakan untuk menghilangkan atau untuk mengurangi energi air agar tidak merusak tebing,
jembatan, jalan, bangunan atau pun instalasi lain di sebelah hilir bangunan pelimpah.

5. Kanal

Merupakan salah satu bagian bendungan yang digunakan untuk menampung limpahan air saat
curah hujan tinggi.

6. Reservoir

Elemen pada bendungan yang biasanya digunakan untuk menampung atau menerima limpahan
air yang bersumber dari bendungan.

7. Stilling Basin

Ini adalah komponen bendungan yang mempunyai fungsi yang sama yaitu dengan energy
dissipater.

8. Katup
Fungsinya sama seperti  pintu air biasa yaitu hanya dapat menahan tekanan yang lebih tinggi
misalnya pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan. Adalah alat untuk membuka, mengatur dan
menutup aliran air dengan cara memutar, menggerakkan kearah melintang atau pun memanjang
di dalam saluran airnya.

9. Drainage Gallery

Komponen atau bagian ini biasanya digunakan sebagai alat untuk pembangkit listrik pada
bendungan.
KESIMPULAN
A. Fungsi dan kondisi bendungan telah mulai menurun perlu dilakukan pemeliharaan berkala
dan rehabilitasi;
B. Kurang intensif pemantauan terhadap perilaku bendungan agar sesuai kaidah teknis keamanan
bendungan;
C. Anggaran Operasi dan Pemeliharaan secara ber- tahap sudah ditingkatkan
D. Operasi dan Pemeliharaan Bendungan belum menjadi prioritas dalam rangka pemenuhan
target swasembada pangan;
E. Kapasitas Sumber Daya Manusia yang terbatas akan ditindaklanjuti melalui pelatihan dan
sertifikasi;
F. Terbatasnya Manual OP, RTD, dan Pola Operasi Waduk sebagai kewajiban pengelola
bendungan;
G. Permasalahan sedimentasi akan dilakukan pengerukan (dredging) dan upaya vegetatif;
H. Masih relatif kecil Pengembangan, Pemanfatan bendungan u keperluan PLTM/PLTA.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum. (1997). Peraturan Menteri PU Nomor 72/PRT/1997 Tentang
Keamanan Bendungan. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. (2015).
Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/2015 tentang Bendungan. Jakarta. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian Pekerjaan Umum. (1997). Peraturan Menteri PU Nomor 72/PRT/1997 Tentang
Keamanan Bendungan. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015).
Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/2015 tentang Bendungan. Jakarta. Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2013). Draft Pedoman Penyusunan Rencana Tindak
Darurat. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2016).
Profil Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan Bendungan dan Danau Tahun. Jakarta.
Direktorat Bina Operasi dan Pemeiharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Direktorat Jendeal Sumber Daya Air. (2016). Pembangunan Bendungan 2014-2019. Jakarta.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air .
PT. Dehas Inframedia Karsa, PT. Indra Karya Wilayah 3. (2014). Laporan Rencana Tindak
Darurat Bendungan Mamak. Jakarta. PT. Dehas Inframedia Karsa, PT. Indra Karya Wilayah 3.

Anda mungkin juga menyukai