Disusun oleh :
Annisa Fresyia
422022001
FAKULTAS TEKNIK
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah Yang Maha Esa.Berkat limpahan karunia nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Infrastruktur bendungan di Indonesia” dengan lancar
Penyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Rekayasa
Sipil yang diampu oleh ibu Ida Yuliana, S.T, M.T. Proses penyusunannya tak lepas dari
masukan berbagai pihak.Oleh karema itu,saya ucapkan terima kasih atas bimbingannya. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,baik dari segi tanda baca,tata
bahsa maupun isi.Sehigga penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran yag membangun
dari pembaca
Demikian yang dapat saya sampaikan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
umumnya,dan untuk akademisi pada khususnya
Annisa Fresyia
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C.Tujuan Makalah................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bendungan...........................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
1. Latar belakang
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan
menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dampak pembangunan Infrastruktur
dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
sendiri juga dapat menjadi tekanan bagi infrastruktur. Menurut Haryono (2010)
pembangunan merupakan sebuah proses menuju perubahan yang terencana dengan tujuan
masyarakat yang lebih baik dan dilakukan dengan memperhatikan nilai atau norma yang
berlaku. Dalam konsep pengembangan wilayah dan kota, diperlukan aksesibilitas terhadap
pusat perekonomian dan pelayanan perkotaan yang diwujudkan lewat penyediaan
infrastruktur. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa usaha pembangunan yang terencana
akan menimbulkan pertumbuhan, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, infrastruktur disebut sebagai
sebuah sistem, fasilitas teknis maupun fisik, perangkat keras dan juga lunak, yang berfungsi
sebagai alat pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
sosial. Ja’far M (2007) berpendapat bahwa infrastruktur dalam jangka pendek akan berperan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja, sementara dalam
jangka menengah serta panjang akan mendorong terjadinya peningkatan efisiensi dan
produktivitas sektor-sektor terkait. Star (2006) menjelaskan bahwa infrastruktur harus
disediakan oleh negara. Penyediaan infrastruktur harus dilakukan dengan
mempertimbangkan fondasi ekonomi yang diperlukan agar perekonomian suatu negara
menjadi maju.
Bendungan adalah salah satu prasarana infrastruktur sumber daya air yang memiliki nilai
investasi tinggi dalam kehidupan manusia. Bendungan besar menurut kriteria International
Commission on Large DAMS (ICOLD) adalah bangunan atau kosntruksi yang besar
manfaatnya namun juga tidak menutup kemungkinan untuk mengalami kegagalan atau
berdampak buruk. Keberadaan bendungan tidak hanya dapat berdampak baik, tetapi juga
dapat menimbulkan dampak buruk. Bentuk dampak positif yang ditimbulkan dari keberadaan
bendungan diantaranya adalah bendungan menjadi sarana untuk merangsang pembangunan
ekonomi. Serta dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah penurunan produktifitas
pertanian (Wang dkk, 2013)
2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bendungan ?
2. Bagaimana kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini?
3. Sejauh mana infrastruktur bendungan di Indonesia dapat diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan air, irigasi, dan pengelolaan banjir?
4. Apa tantangan infrastruktur bendungan dalam memenuhi kebutuhan air, irigasi, dan
pengendalian banjir secara efektif ?
5. Bagaimana penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh, penginderaan
jauh, atau sistem informasi geografis (SIG) dapat membantu dalam manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia?
3. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
A. Definisi Bendungan
1. Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan atau
pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula
dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung
lumpur sehingga terbentuk waduk (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang
Bendungan). Berikut ini beberapa pengertian bendungan dari beberapa sumber buku:
d) Pengendali Banjir
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian
besar akan mengalir ke sungai-sungai yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai
yang tidak jarang mengakibatkan banjir di kawasan hilir sungai tersebut, apabila
kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak memadai. Dengan dibangunnya bendungan-
bendungan di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan
dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembangkit listrik tenaga air,
untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain-lain.
e) Perikanan
Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk yang tanahnya digunakan untuk
pembuatan waduk dari mata pencaharian sebelumnya beralih ke dunia perikanan dengan
memanfaatkan waduk untuk peternakan ikan di dalam jaring-jaring apung atau karamba-
karamba.
Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi
dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga air maupun sebagai
tempat latihan para atlet olahraga air.
3. Jenis-jenis Bendungan
Menurut Sani (2008), bendungan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis atau tipe, yaitu:
1. Bendungan besar (Large Dams). Bendungan yang tingginya lebih dari 10 m, diukur dari
bagian bawah pondasi sampai puncak bendungan.
2. Bendungan kecil (Small Dams). Semua bendungan yang tidak memiliki syarat sebagai
bendungan besar (Large Dams).
1. Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose Dams). Bendungan dengan tujuan
tunggal (Single Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu
tujuan saja misalnya PLTA.
2. Bendungan serba guna (Multi Purpose Dams). Bendungan serba guna (Multi Purpose
Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya
untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan perikanan.
Bendungan berdasarkan penggunaannya
1. Bendungan untuk dilewati air (Overflow Dams), adalah bendungan yang dibangun untuk
dilewati air misalnya, pada bangunan pelimpas (Spillway).
2. Bendungan untuk menahan air (Non Overflow Dams), adalah bendungan yang sama
sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya terbuat dari
beton, pasangan batu, atau pasangan bata.
1. Bendungan serbasama (Homogeneus Dams), adalah bendungan yang lebih dari setengah
volumenya terdiri dari bahan bangunan yang seragam.
2. Bendungan urungan berlapis-lapis (Zoned Dams), adalah bendungan yang terdiri dari
beberapa lapisan yaitu, lapisan kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu (Rock
Zones), lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter zones).
3. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (Impermeable Face Rock Fill
Dams), adalah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya diletakan
di sebelah hulu bendungan . lapisan yang biasanya dipakai adalah aspal dan beton
bertulang.
4. Bendungan beton (Concrete Dams), adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton
baik dengan tulangan atau tidak. Pembagian tipe bendungan berdasarkan fungsi.
Kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini dapat bervariasi tergantung pada
masing-masing bendungan. Namun, secara umum, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam
infrastruktur bendungan di Indonesia. Berikut adalah beberapa kondisi yang umum ditemui:
1. Usia infrastruktur: Sebagian besar bendungan di Indonesia dibangun pada tahun 1970-an
hingga 1990-an. Oleh karena itu, banyak bendungan yang sudah mencapai usia tua dan
menghadapi masalah pemeliharaan dan perawatan yang memadai.
5. Pengelolaan sedimentasi: Bendungan yang terletak di daerah aliran sungai dengan tingkat
sedimentasi tinggi menghadapi masalah pengendalian sedimentasi yang dapat
mengurangi kapasitas tampung dan mengurangi efisiensi operasional bendungan.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tantangan ini melalui
upaya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur bendungan, pengembangan teknologi
pengelolaan air yang inovatif, dan peningkatan koordinasi antara lembaga terkait. Namun,
tantangan tersebut masih menjadi fokus dalam upaya meningkatkan efisiensi, keandalan, dan
keberlanjutan infrastruktur bendungan di Indonesia.
Penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh, penginderaan jauh, dan sistem
informasi geografis (SIG) memiliki potensi besar dalam membantu manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia. Berikut adalah beberapa cara di mana
teknologi tersebut dapat memberikan manfaat:
1. Pemantauan jarak jauh: Melalui penggunaan sistem pemantauan jarak jauh, seperti sensor
dan perangkat berbasis internet, kondisi bendungan dapat dipantau secara real-time dari
jarak jauh. Data tentang tinggi air, tekanan, deformasi struktur, atau parameter penting
lainnya dapat dikumpulkan dan dianalisis secara akurat. Ini memungkinkan pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat dalam hal manajemen bendungan, seperti pengaturan
aliran air atau deteksi dini kerusakan potensial.
2. Penginderaan jauh: Teknologi penginderaan jauh, seperti citra satelit atau pesawat
nirawak, dapat memberikan data spasial yang luas tentang kondisi lingkungan sekitar
bendungan. Dengan menggunakan citra satelit, misalnya, dapat dilakukan pemantauan
daerah aliran sungai, pola curah hujan, atau perubahan tata guna lahan yang dapat
berdampak pada pengelolaan bendungan. Informasi ini dapat digunakan untuk
perencanaan pengaturan air, pemantauan banjir, atau penilaian risiko lingkungan.
3. Sistem Informasi Geografis (SIG): SIG merupakan alat yang efektif untuk
mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data geografis terkait bendungan. Dengan
menggunakan SIG, data spasial tentang bendungan, topografi, hidrologi, dan lingkungan
sekitarnya dapat diintegrasikan dalam satu platform. Ini memungkinkan pemetaan dan
pemodelan yang lebih baik dari kondisi bendungan dan lingkungan sekitarnya. SIG juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi konflik penggunaan lahan, analisis
kebutuhan irigasi, atau perencanaan pengelolaan sumber daya air secara holistik.
4. Prediksi banjir dan perubahan iklim: Teknologi modern juga memungkinkan
pengembangan model prediksi banjir yang lebih akurat berdasarkan data hidrologi dan
meteorologi. Dengan memanfaatkan data historis dan real-time, model tersebut dapat
memberikan informasi yang lebih baik tentang kemungkinan banjir, aliran air, dan
dampaknya. Selain itu, teknologi juga dapat membantu dalam analisis perubahan iklim
dan penyesuaian strategi pengelolaan air untuk menghadapi risiko perubahan iklim.
Penerapan teknologi modern ini dapat membantu meningkatkan manajemen dan pemeliharaan
infrastruktur bendungan di Indonesia. Melalui pemantauan yang akurat, pemodelan yang
canggih, dan pengambilan keputusan yang berdasarkan data, infrastruktur bendungan dapat
dikelola secara lebih efisien, keandalan dapat ditingkatkan, dan risiko bencana alam dapat
diminimalkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan:
B. Saran
1. Peningkatan pemeliharaan rutin: Perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan rutin yang
terjadwal untuk memastikan keberlanjutan dan keandalan infrastruktur bendungan. Pemerintah
dan otoritas terkait perlu memberikan perhatian yang serius terhadap pemeliharaan dan alokasi
anggaran yang memadai untuk tujuan ini.
2. Peningkatan kapasitas tampung: Dalam menghadapi kebutuhan air yang semakin meningkat,
perlu dipertimbangkan upaya untuk meningkatkan kapasitas tampung bendungan. Ini dapat
melalui peningkatan kapasitas eksisting atau pembangunan bendungan baru sesuai dengan
kebutuhan dan potensi daerah.
3. Pengelolaan sedimentasi yang efektif: Perlu dilakukan upaya pengelolaan sedimentasi yang
lebih efektif dengan melibatkan penggunaan teknologi modern dan metode inovatif. Ini dapat
termasuk penggunaan alat pengendali sedimentasi, pengaturan aliran sungai, atau pengelolaan
sedimentasi secara terpadu.
4. Pemanfaatan teknologi modern: Penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh,
penginderaan jauh, dan SIG harus ditingkatkan. Ini akan memberikan informasi yang lebih
akurat dan real-time tentang kondisi bendungan, lingkungan sekitarnya, dan perubahan iklim.
Data ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Santika EF. Infrastruktur Bendungan yang Dibangun Era SBY dan Jokowi, Siapa yang Paling Banyak?
Katadata.co.id. Published August 5, 2023. Accessed June 2, 2023.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/05/08/infrastruktur-bendungan-yang-dibangun-
era-sby-dan-jokowi-siapa-yang-paling-banyak
Sani, Asrul. 2008. Analisis Kapasitas Waduk dengan Metode Ripple dan Behaviour (Studi Kasus Pada
Waduk Mamak Sumbawa). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sarono , W dan Asmoro , W. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadas Lintang. Semarang: Universitas
Diponegoro.