Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INFRASTRUKTUR BENDUNGAN DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Pengantar Sistem Rekayasa Sipil

Dosen Pengampu : Ida Yuliana, S.T, M.T.

Disusun oleh :

Annisa Fresyia
422022001

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah Yang Maha Esa.Berkat limpahan karunia nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Infrastruktur bendungan di Indonesia” dengan lancar

Penyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Rekayasa
Sipil yang diampu oleh ibu Ida Yuliana, S.T, M.T. Proses penyusunannya tak lepas dari
masukan berbagai pihak.Oleh karema itu,saya ucapkan terima kasih atas bimbingannya. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,baik dari segi tanda baca,tata
bahsa maupun isi.Sehigga penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran yag membangun
dari pembaca

Demikian yang dapat saya sampaikan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
umumnya,dan untuk akademisi pada khususnya

Kayuagung,29 Mei 2023

Annisa Fresyia
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C.Tujuan Makalah................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Bendungan...........................................................................................2

B. Kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini......................................3

C. Peran Infrastruktur bendungan di Indonesia......................................................7

D.Tantangan infrastruktur bendungan....................................................................7

E. Penerapan teknologi modern dalam infrastruktur bendungan di Indonesia .....8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................11


BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang akan
menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dampak pembangunan Infrastruktur
dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
sendiri juga dapat menjadi tekanan bagi infrastruktur. Menurut Haryono (2010)
pembangunan merupakan sebuah proses menuju perubahan yang terencana dengan tujuan
masyarakat yang lebih baik dan dilakukan dengan memperhatikan nilai atau norma yang
berlaku. Dalam konsep pengembangan wilayah dan kota, diperlukan aksesibilitas terhadap
pusat perekonomian dan pelayanan perkotaan yang diwujudkan lewat penyediaan
infrastruktur. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa usaha pembangunan yang terencana
akan menimbulkan pertumbuhan, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, infrastruktur disebut sebagai
sebuah sistem, fasilitas teknis maupun fisik, perangkat keras dan juga lunak, yang berfungsi
sebagai alat pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
sosial. Ja’far M (2007) berpendapat bahwa infrastruktur dalam jangka pendek akan berperan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja, sementara dalam
jangka menengah serta panjang akan mendorong terjadinya peningkatan efisiensi dan
produktivitas sektor-sektor terkait. Star (2006) menjelaskan bahwa infrastruktur harus
disediakan oleh negara. Penyediaan infrastruktur harus dilakukan dengan
mempertimbangkan fondasi ekonomi yang diperlukan agar perekonomian suatu negara
menjadi maju.

Bendungan adalah salah satu prasarana infrastruktur sumber daya air yang memiliki nilai
investasi tinggi dalam kehidupan manusia. Bendungan besar menurut kriteria International
Commission on Large DAMS (ICOLD) adalah bangunan atau kosntruksi yang besar
manfaatnya namun juga tidak menutup kemungkinan untuk mengalami kegagalan atau
berdampak buruk. Keberadaan bendungan tidak hanya dapat berdampak baik, tetapi juga
dapat menimbulkan dampak buruk. Bentuk dampak positif yang ditimbulkan dari keberadaan
bendungan diantaranya adalah bendungan menjadi sarana untuk merangsang pembangunan
ekonomi. Serta dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah penurunan produktifitas
pertanian (Wang dkk, 2013)

2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bendungan ?
2. Bagaimana kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini?
3. Sejauh mana infrastruktur bendungan di Indonesia dapat diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan air, irigasi, dan pengelolaan banjir?
4. Apa tantangan infrastruktur bendungan dalam memenuhi kebutuhan air, irigasi, dan
pengendalian banjir secara efektif ?
5. Bagaimana penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh, penginderaan
jauh, atau sistem informasi geografis (SIG) dapat membantu dalam manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia?
3. Tujuan Makalah

1. Memaparkan definisi dari bendungan


2. Memberikan informasi mengenai kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia
3. Memaparkan sejauh mana infrastruktur bendungan di Indonesia dapat diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan air, irigasi, dan pengelolaan banjir
4. Untuk mengetahui tantangan infrastruktur bendungan dalam memenuhi kebutuhan air,
irigasi, dan pengendalian banjir secara efektif
5. Untuk mengetahui penerapan teknologi modern dapat membantu dalam manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bendungan

1. Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan atau
pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula
dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung
lumpur sehingga terbentuk waduk (Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang
Bendungan). Berikut ini beberapa pengertian bendungan dari beberapa sumber buku:

 Menurut Kartasapoetra (1991), bendungan merupakan bangunan air yang dibangun


secara melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya
naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu
sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian.
 Menurut Sani (2008), bendungan adalah bangunan yang berfungsi sebagai peninggi
muka air dan penyimpanan di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah
besar yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum industri atau
yang lainnya.
 Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap bangunan
penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air atau dapat
menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap
dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian, tetapi tidak termasuk
bendung dan tanggul
2. Menurut Sarono dkk (2007), terdapat beberapa fungsi dan manfaat bendungan, yaitu
sebagai berikut:
a) Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar akan
ditampung sehingga pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai irigasi lahan pertanian.

b) Penyediaan Air Baku


Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga dimanfaatkan sebagai
bahan baku air minum dimana daerah perkotaan sangat langka dengan air bersih.
c) Sebagai PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk mendapatkan
kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu
sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan
memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi
listrik melalui generator.

d) Pengendali Banjir

Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian
besar akan mengalir ke sungai-sungai yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai
yang tidak jarang mengakibatkan banjir di kawasan hilir sungai tersebut, apabila
kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak memadai. Dengan dibangunnya bendungan-
bendungan di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan
dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembangkit listrik tenaga air,
untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain-lain.

e) Perikanan

Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk yang tanahnya digunakan untuk
pembuatan waduk dari mata pencaharian sebelumnya beralih ke dunia perikanan dengan
memanfaatkan waduk untuk peternakan ikan di dalam jaring-jaring apung atau karamba-
karamba.

f) Pariwisata dan Olahraga Air

Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi
dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga air maupun sebagai
tempat latihan para atlet olahraga air.

3. Jenis-jenis Bendungan

Menurut Sani (2008), bendungan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis atau tipe, yaitu:

 Bendungan berdasarkan ukuran

Berdasarkan ukuranya, terdapat dua jenis bendungan, yaitu:

1. Bendungan besar (Large Dams). Bendungan yang tingginya lebih dari 10 m, diukur dari
bagian bawah pondasi sampai puncak bendungan.
2. Bendungan kecil (Small Dams). Semua bendungan yang tidak memiliki syarat sebagai
bendungan besar (Large Dams).

 Bendungan berdasarkan tujuan pembangunan

Berdasarkan tujuan pembangunannya, terdapat dua jenis bendungan, yaitu:

1. Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose Dams). Bendungan dengan tujuan
tunggal (Single Purpose Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu
tujuan saja misalnya PLTA.
2. Bendungan serba guna (Multi Purpose Dams). Bendungan serba guna (Multi Purpose
Dams) adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya
untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan perikanan.
 Bendungan berdasarkan penggunaannya

Berdasarkan penggunaannya, terdapat tiga jenis bendungan, yaitu:

1. Bendungan membentuk waduk (Storage Dams). Bangunan yang dibangun untuk


membentuk waduk guna menyimpan air pada waktu kelebihan agar dapat dipakai pada
waktu diperlukan.
2. Bendungan penangkap atau pembelok air (Diversion Dams). Bendungan yang dibangun
agar permukaan air lebih tinggi, sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran air atau
terowongan air.
3. Bendungan untuk memperlambat air (Distension Dams). Bendungan yang dibangun
untuk memperlambat air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

 Bendungan berdasarkan jalannya air

Berdasarkan jalannya air, terdapat dua jenis bendungan, yaitu:

1. Bendungan untuk dilewati air (Overflow Dams), adalah bendungan yang dibangun untuk
dilewati air misalnya, pada bangunan pelimpas (Spillway).
2. Bendungan untuk menahan air (Non Overflow Dams), adalah bendungan yang sama
sekali tidak boleh dilewati air. Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya terbuat dari
beton, pasangan batu, atau pasangan bata.

 Bendungan berdasarkan konstruksinya

Berdasarkan konstruksinya, terdapat empat jenis bendungan, yaitu:

1. Bendungan serbasama (Homogeneus Dams), adalah bendungan yang lebih dari setengah
volumenya terdiri dari bahan bangunan yang seragam.
2. Bendungan urungan berlapis-lapis (Zoned Dams), adalah bendungan yang terdiri dari
beberapa lapisan yaitu, lapisan kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu (Rock
Zones), lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter zones).
3. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka (Impermeable Face Rock Fill
Dams), adalah bendungan urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya diletakan
di sebelah hulu bendungan . lapisan yang biasanya dipakai adalah aspal dan beton
bertulang.
4. Bendungan beton (Concrete Dams), adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton
baik dengan tulangan atau tidak. Pembagian tipe bendungan berdasarkan fungsi.

 Bendungan berdasarkan fungsi

Berdasarkan fungsinya, terdapat beberapa jenis bendungan, yaitu: bendungan pengelak


pendahuluan (Primary Cofferdam, Dike ), bendungan pengelak (Cofferdam), bendungan utama
(Main Dams), bendungan sisi (High Level Dams), bendungan ditempat rendah (Saddle Dams),
tanggul (Dyke, Levee), bendungan limbah industry (Industrial Waste Dams), dan bendungan
pertambangan (Mine Tailing Dam, Tailing Dams)

B. Kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini

Pembangunan infrastruktur kerap digencarkan oleh pemerintahan yang sedang memegang


kendali. Ada beragam infrastruktur yang diinisiasikan, tetapi salah satu infrastruktur yang tak
luput dari rencana adalah bendungan atau waduk. Selama 20 tahun terakhir, Indonesia dipimpin
oleh dua presiden dengan masing-masing jabatan dua periode. Di antaranya era Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada 2004-2014 dan Joko Widodo alias Jokowi pada 2014-2024. Selama dua
rezim itu, berapa banyak bendungan yang sudah dikonstruksi? Dilansir dari Detik.com, SBY
menginisiasikan 21 bendungan. Selama 10 tahun menjabat, hanya 5 bendungan yang selesai
ditangani.Sisanya, 16 bendungan, 'diwariskan' kepada pemerintahan Jokowi. Jokowi sendiri
membangun sedikitnya 40 bendungan hingga saat ini. Rinciannya, sebanyak 29 bendungan
terbangun pada 2021 dan 11 bendungan terbangun pada 2022, seperti dijabarkan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan diwartakan Kompas.com. Meski PUPR
tak merincikan lagi asal bendungan yang dibangun, tetapi 16 bendungan warisan SBY yang
belum selesai telah dirampungkan pada pemerintahan Jokowi. UPR menyebut, ada 61 target
bendungan yang bakal dibangun selama dua periode Jokowi, 2014-2024. Dari 61 bendungan tersebut,
sebanyak 52 bendungan dengan total kapasitas tampung 3.734,09 juta m3 memiliki potensi
pemanfaatan untuk layanan irigasi. Bendungan tersebut tersebar di 71 Daerah Irigasi (DI) yang
terdiri dari 16 DI bersumber dari bendungan selesai dan 55 DI dari bendungan on going. Namun,
PUPR memberi catatan bahwa pembangunan bendungan memang memakan waktu yang cukup
lama. Walhasil dalam proses pembangunan, kerap kali tidak selesai dan 'diwariskan' ke
pemerintahan selanjutnya.

Kondisi infrastruktur bendungan di Indonesia saat ini dapat bervariasi tergantung pada
masing-masing bendungan. Namun, secara umum, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam
infrastruktur bendungan di Indonesia. Berikut adalah beberapa kondisi yang umum ditemui:

1. Usia infrastruktur: Sebagian besar bendungan di Indonesia dibangun pada tahun 1970-an
hingga 1990-an. Oleh karena itu, banyak bendungan yang sudah mencapai usia tua dan
menghadapi masalah pemeliharaan dan perawatan yang memadai.

2. Kebutuhan pemeliharaan: Beberapa bendungan di Indonesia memerlukan pemeliharaan


rutin dan perbaikan untuk memastikan keberlanjutan dan keandalan. Namun, terbatasnya
anggaran dan sumber daya manusia dapat menjadi hambatan dalam menjaga
pemeliharaan yang memadai.

3. Kapasitas dan peningkatan daya tampung: Beberapa bendungan di Indonesia menghadapi


keterbatasan daya tampung yang tidak sesuai dengan permintaan air yang semakin
meningkat. Hal ini dapat menyebabkan kendala dalam memenuhi kebutuhan air bagi
berbagai sektor seperti irigasi, pembangkit listrik, dan penyediaan air minum.

4. Kondisi geoteknikal: Beberapa bendungan menghadapi masalah geoteknikal seperti


keretakan pada struktur, erosi tanah, atau penurunan tanah yang dapat mengancam
integritas bendungan. Hal ini memerlukan perhatian khusus dalam pemantauan dan
perbaikan.

5. Pengelolaan sedimentasi: Bendungan yang terletak di daerah aliran sungai dengan tingkat
sedimentasi tinggi menghadapi masalah pengendalian sedimentasi yang dapat
mengurangi kapasitas tampung dan mengurangi efisiensi operasional bendungan.

6. Kesiapan menghadapi bencana alam: Bendungan di Indonesia perlu memiliki kesiapan


dalam menghadapi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau gempa bumi.
Kesiapan ini meliputi infrastruktur keamanan dan sistem peringatan dini yang efektif.
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya memperbaiki dan memperkuat
infrastruktur bendungan di negara ini. Terdapat upaya untuk melakukan perbaikan dan
pemeliharaan terhadap bendungan yang sudah ada, serta rencana untuk membangun bendungan
baru guna meningkatkan kapasitas dan mengatasi tantangan yang ada.

C. Peran Infrastruktur bendungan di Indonesia dalam memenuhi


kebutuhan air, irigasi, dan pengelolaan banjir
Pemerintah berhati-hati melakukan pengelolaan pada setiap sumber daya air di tanah air. Supaya,
sumber daya air yang dimiliki oleh Indonesia mampu memenuhi setiap kebutuhan air yang
diperlukan oleh masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langkah yang dilakukan oleh
pemerintah itu, menyikapi adanya prediksi dari lembaga internasional terkait dengan
peningkatan konsumsi air yang signifikan yang berpotensi terjadi dalam beberapa waktu ke
depan. Disebabkan oleh pertambahan penduduk secara masif dan minimnya sumber daya air
terdampak perubahan iklim yang terjadi. pada musim kemarau air yang ditampung pada
infrastruktur itu pun dapat dialirkan ke daerah-daerah yang kerap menjadi langganan kekeringan
di masa depan. Melalui irigasi yang telah dibangun, air mampu dialiri pada berbagai pelsok tanah
air. Sementara itu, pengelolaan sumber daya air, juga erat kaitan dengan ketahanan pangan di
dalam negeri. Mengingat, air menjadi komoditi utama dalam sektor pertanian. Ketersediaan air
yang cukup mampu membuat sektor pertanian dalam negeri dapat semakin bergelora setiap
tahun. Pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi
rekayasanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain: hidrologi,
hidraulika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai, rekayasa sistem
pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dll. Di samping itu suksesnya program
pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi,
lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.

D. Tantangan infrastruktur bendungan dalam memenuhi kebutuhan air,

irigasi, dan pengendalian banjir

Infrastruktur bendungan dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam memenuhi kebutuhan


air, irigasi, dan pengendalian banjir di Indonesia. Beberapa tantangan utama yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan kapasitas: Sebagian besar bendungan di Indonesia memiliki kapasitas


tampung yang terbatas. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
air yang semakin meningkat dari sektor pertanian, industri, dan perkotaan. Kebutuhan air
yang melampaui kapasitas tampung bendungan dapat mengakibatkan kekurangan
pasokan air dan berdampak negatif pada sektor-sektor tersebut.
2. Penyimpangan penggunaan air: Kadang-kadang, penggunaan air dari bendungan tidak
selalu sesuai dengan rencana awal. Penggunaan yang tidak efisien atau penyimpangan
dalam alokasi air dapat menyebabkan distribusi air yang tidak merata dan ketidakadilan
dalam pemenuhan kebutuhan air, terutama antara sektor pertanian, industri, dan
masyarakat.
3. Perubahan pola curah hujan: Perubahan pola curah hujan sebagai akibat dari perubahan
iklim dapat berdampak pada ketersediaan air dan pengelolaan banjir. Peningkatan
intensitas hujan atau kemunculan pola hujan yang tidak teratur dapat menyebabkan banjir
yang lebih sering terjadi atau sulitnya mengatur aliran air dengan tepat.
4. Sedimentasi: Infrastruktur bendungan juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan
sedimentasi. Aliran sungai membawa material sedimen seperti pasir dan lumpur yang
dapat mengendap di waduk bendungan dan mengurangi kapasitas tampung. Akumulasi
sedimen yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi operasional bendungan dan
meningkatkan risiko banjir.
5. Pemeliharaan dan perawatan yang tidak memadai: Kurangnya pemeliharaan rutin dan
perawatan yang memadai dapat menyebabkan penurunan kinerja infrastruktur
bendungan. Kekurangan anggaran dan sumber daya manusia, serta kurangnya perhatian
terhadap pemeliharaan dan perbaikan, dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan
keandalan bendungan.
6. Koordinasi dan pengelolaan terpadu: Koordinasi yang efektif antara pihak terkait seperti
pemerintah, otoritas bendungan, petani, dan masyarakat adalah penting untuk memenuhi
kebutuhan air, irigasi, dan pengendalian banjir dengan efisien. Diperlukan pendekatan
pengelolaan terpadu yang melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan untuk
mengatasi tantangan yang ada.

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tantangan ini melalui
upaya perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur bendungan, pengembangan teknologi
pengelolaan air yang inovatif, dan peningkatan koordinasi antara lembaga terkait. Namun,
tantangan tersebut masih menjadi fokus dalam upaya meningkatkan efisiensi, keandalan, dan
keberlanjutan infrastruktur bendungan di Indonesia.

E. Penerapan teknologi modern dalam manajemen dan pemeliharaan

infrastruktur bendungan di Indonesia

Penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh, penginderaan jauh, dan sistem
informasi geografis (SIG) memiliki potensi besar dalam membantu manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia. Berikut adalah beberapa cara di mana
teknologi tersebut dapat memberikan manfaat:

1. Pemantauan jarak jauh: Melalui penggunaan sistem pemantauan jarak jauh, seperti sensor
dan perangkat berbasis internet, kondisi bendungan dapat dipantau secara real-time dari
jarak jauh. Data tentang tinggi air, tekanan, deformasi struktur, atau parameter penting
lainnya dapat dikumpulkan dan dianalisis secara akurat. Ini memungkinkan pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat dalam hal manajemen bendungan, seperti pengaturan
aliran air atau deteksi dini kerusakan potensial.
2. Penginderaan jauh: Teknologi penginderaan jauh, seperti citra satelit atau pesawat
nirawak, dapat memberikan data spasial yang luas tentang kondisi lingkungan sekitar
bendungan. Dengan menggunakan citra satelit, misalnya, dapat dilakukan pemantauan
daerah aliran sungai, pola curah hujan, atau perubahan tata guna lahan yang dapat
berdampak pada pengelolaan bendungan. Informasi ini dapat digunakan untuk
perencanaan pengaturan air, pemantauan banjir, atau penilaian risiko lingkungan.
3. Sistem Informasi Geografis (SIG): SIG merupakan alat yang efektif untuk
mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data geografis terkait bendungan. Dengan
menggunakan SIG, data spasial tentang bendungan, topografi, hidrologi, dan lingkungan
sekitarnya dapat diintegrasikan dalam satu platform. Ini memungkinkan pemetaan dan
pemodelan yang lebih baik dari kondisi bendungan dan lingkungan sekitarnya. SIG juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi konflik penggunaan lahan, analisis
kebutuhan irigasi, atau perencanaan pengelolaan sumber daya air secara holistik.
4. Prediksi banjir dan perubahan iklim: Teknologi modern juga memungkinkan
pengembangan model prediksi banjir yang lebih akurat berdasarkan data hidrologi dan
meteorologi. Dengan memanfaatkan data historis dan real-time, model tersebut dapat
memberikan informasi yang lebih baik tentang kemungkinan banjir, aliran air, dan
dampaknya. Selain itu, teknologi juga dapat membantu dalam analisis perubahan iklim
dan penyesuaian strategi pengelolaan air untuk menghadapi risiko perubahan iklim.

Penerapan teknologi modern ini dapat membantu meningkatkan manajemen dan pemeliharaan
infrastruktur bendungan di Indonesia. Melalui pemantauan yang akurat, pemodelan yang
canggih, dan pengambilan keputusan yang berdasarkan data, infrastruktur bendungan dapat
dikelola secara lebih efisien, keandalan dapat ditingkatkan, dan risiko bencana alam dapat
diminimalkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan:

Infrastruktur bendungan di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan dalam memenuhi


kebutuhan air, irigasi, dan pengendalian banjir. Beberapa tantangan tersebut meliputi
keterbatasan kapasitas, penyimpangan penggunaan air, perubahan pola curah hujan, sedimentasi,
pemeliharaan yang tidak memadai, dan koordinasi yang kurang terpadu. Meskipun demikian,
penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh, penginderaan jauh, dan sistem
informasi geografis (SIG) dapat membantu dalam manajemen dan pemeliharaan infrastruktur
bendungan di Indonesia.

B. Saran

Untuk meningkatkan manajemen dan pemeliharaan infrastruktur bendungan di Indonesia,


beberapa saran yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan pemeliharaan rutin: Perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan rutin yang
terjadwal untuk memastikan keberlanjutan dan keandalan infrastruktur bendungan. Pemerintah
dan otoritas terkait perlu memberikan perhatian yang serius terhadap pemeliharaan dan alokasi
anggaran yang memadai untuk tujuan ini.

2. Peningkatan kapasitas tampung: Dalam menghadapi kebutuhan air yang semakin meningkat,
perlu dipertimbangkan upaya untuk meningkatkan kapasitas tampung bendungan. Ini dapat
melalui peningkatan kapasitas eksisting atau pembangunan bendungan baru sesuai dengan
kebutuhan dan potensi daerah.

3. Pengelolaan sedimentasi yang efektif: Perlu dilakukan upaya pengelolaan sedimentasi yang
lebih efektif dengan melibatkan penggunaan teknologi modern dan metode inovatif. Ini dapat
termasuk penggunaan alat pengendali sedimentasi, pengaturan aliran sungai, atau pengelolaan
sedimentasi secara terpadu.

4. Pemanfaatan teknologi modern: Penerapan teknologi modern seperti pemantauan jarak jauh,
penginderaan jauh, dan SIG harus ditingkatkan. Ini akan memberikan informasi yang lebih
akurat dan real-time tentang kondisi bendungan, lingkungan sekitarnya, dan perubahan iklim.
Data ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam manajemen dan
pemeliharaan infrastruktur bendungan.

5. Peningkatan koordinasi dan kolaborasi: Penting untuk meningkatkan koordinasi dan


kolaborasi antara pihak terkait, termasuk pemerintah, otoritas bendungan, petani, masyarakat,
dan sektor terkait lainnya. Pendekatan pengelolaan terpadu harus diadopsi untuk mengatasi
tantangan yang ada dan memastikan keberlanjutan infrastruktur bendungan.
6. Pengelolaan berbasis risiko: Perlu diterapkan pendekatan pengelolaan berbasis risiko
untuk infrastruktur bendungan. Ini melibatkan identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko yang
terkait dengan banjir, kerusakan bendungan, atau perubahan iklim. Langkah-langkah yang
diperlukan dapat termasuk pengembangan sistem pering
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Accessed June 2, 2023.


https://repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2208160001/118220128_3_005848.pdf

dari K. Bendungan. Wikipedia.org. Published June 3, 2005. Accessed June 2, 2023.


https://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan

Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Metode M, Banjir P. Modul 4 Metode Pengendalian Banjir.


https://simantu.pu.go.id/epel/edok/41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.pdf

Santika EF. Infrastruktur Bendungan yang Dibangun Era SBY dan Jokowi, Siapa yang Paling Banyak?
Katadata.co.id. Published August 5, 2023. Accessed June 2, 2023.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/05/08/infrastruktur-bendungan-yang-dibangun-
era-sby-dan-jokowi-siapa-yang-paling-banyak

‌Sani, Asrul. 2008. Analisis Kapasitas Waduk dengan Metode Ripple dan Behaviour (Studi Kasus Pada
Waduk Mamak Sumbawa). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sarono , W dan Asmoro , W. 2007. Evaluasi Kinerja Waduk Wadas Lintang. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai