Anda di halaman 1dari 22

KEGAGALAN KONSTRUKSI PADA JEMBATAN CISOMANG DI

PURWAKARTA JAWA BARAT

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Pembangunan
Dosen Pengampu:
Indra Mahdi., Drs., Ir., M.T.

Disusun Oleh :
Aulia Fadila Hadiati
227011048

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“KEGAGALAN KONSTRUKSI PADA JEMBATAN CISOMANG DI
PURWAKARTA JAWA BARAT” sampai selesai.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam
Pembangunan. Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 27 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................3
2.1 Bencana Alam............................................................................................3
2.2 Banjir.........................................................................................................3
2.3 Beton.........................................................................................................4
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................7
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................7
3.2 Instrumen Penelitian..................................................................................8
3.3 Sumber Data..............................................................................................8
3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................9
3.5 Teknik Analisis Data Penelitian................................................................9
3.6 Pengecekan Dan Keabsahan Temuan Penelitian.....................................10
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................11
4.1 Beton Berpori..........................................................................................11
4.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Berpori.............................................13
4.3 Beton Berpori Sebagai Solusi Bencana Banjir........................................15
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................17
5.1 Simpulan..................................................................................................17
5.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................v

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Ilustrasi Konsep Desain Saluran SERTA......................................................12

iv
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegagalan konstruksi merupakan kondisi dimana hasil pekerjaan
konstruksi tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang telah disepakati
dalam kontrak kerja akibat kesalahan atau pelanggara pihak penyedia atau
pengguna jasa konstruksi.
Salah satu kasus kegagalan konstruksi di Indonesia adalah kasus
bergesernya pilar pada Jembatan Cisomang, Purwakarta, Jawa Barat.
Jembatan yang terletak pada ruas Tol Cipularang ini mengalami deformasi
yang menyebabkan bergesernya sejumlah pilar. Namun yang paling parah
adalah pilar di sisi Jakarta, terutama pilar kedua yang telah bergeser sejauh
53cm. Akibatnya, petugas dan pihak yang berwenang terpaksa mengalihkan
arus kendaraan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu beton berpori dan bagaimana konsep yang akan diterapkan
sebagai solusi pengurangan bencana banjir di Ibu Kota Negara
Nusantara?
2. Apa kekurangan dan kelebihan beton berpori sebagai solusi
pengurangan bencana banjir di Ibu Kota Negara Nusantara?
3. Apa saja faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan beton
berpori sebagai solusi pengurangan bencana banjir di Ibu Kota Negara
Nusantara?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui beton berpori dan jenis konsep yang akan
diterapkan sebagai solusi pengurangan bencana banjir di Ibu Kota
Negara Nusantara.
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan beton berpori sebagai
solusi pengurangan bencana banjir di Ibu Kota Negara Nusantara.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan beton berpori sebagai solusi pengurangan bencana banjir di
Ibu Kota Negara Nusantara.

1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.4 Bencana Alam
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bencana
merupakan sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian,
atau penderitaan; kecelakaan; bahaya. Sedangkan, bencana alam merupakan
bencana yang disebabkan oleh alam (seperti gempa bumi, angin besar, dan
banjir).
Menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

1.5 Banjir
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir
merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena
volume air yang meningkat.
Penyebab banjir dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Banjir kiriman
Aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan yang
tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu
menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau
banjir kanal yang ada, sehingga terjadi limpasan.
2. Banjir lokal
Genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu sendiri.
Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem
drainase yang ada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0,2
– 0,7 m dan lama genangan 1 – 8 jam. Terdapat pada daerah yang
rendah.

2
3. Banjir rob
Banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang dan/atau air
balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang.
4. Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan salah satu bencana yang cukup sering terjadi
di Indonesia. Banjir bandang merupakan bencana yang terjadi akibat
Luapan Air sungai yang keluar karena Debit Air sungai yang membesar
melampaui kapasitas sungai, terjadi dengan cepat melanda daerah
daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan
cekungan-cekungan dan biasanya membawa debris dalam alirannya.
(Garia & Asyiawati, 2018)

1.6 Beton
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), beton
merupakan campuran semen, kerikil, dan pasir yang diaduk dengan air
untuk tiang rumah, pilar, dinding, dan sebagainya.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari
bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah.
Beton adalah suatu komposit dari bahan batuan yang direkatkan oleh bahan
ikat. Sifat beton dipengaruhi oleh bahan pembentuknya serta cara
pengerjaannya. Semen mempengaruhi kecepatan pengerasan beton.
Selanjutnya kadar lumpur, kebersihan, dan gradasi agregat mempengaruhi
kekuatan pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan
perawatan, yang pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton. (Ahmad et
al., 2009)
Sesuai dengan SNI 03- 2834-1993, bahwa beton adalah campuran
antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat
kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
(Pane et al., 2015)
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan
tambah membentuk massa padat. Beton polos memiliki kekuatan tekan yang
tinggi dibandingkan dengan kekuatan tariknya. Kuat tekan beban beton

3
adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton
hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan. Kuat tarik beton biasanya 8%-15% dari kuat tekan beton. Kuat tarik
adalah suatu sifat yang penting yang mempengaruhi perambatan dan ukuran
dari retak di dalam struktur. Sebuah balok yang diberi beban akan
mengalami deformasi, oleh sebab itu timbul momen-momen lentur sebagai
perlawanan dari material yang membentuk balok tersebut terhadap beban
luar. Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada
dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda
uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam
Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas. Tujuan dari penelitian ini adalah,
membandingkan hubungan antara kuat tarik lentur beton dan kuat tekan
beton. Pada penelitian dilakukan perawatan selama 28 hari dengan benda uji
yang digunakan adalah balok 100x100x400 mm sebanyak 32 buah untuk
pengujian kuat tarik lentur dan silinder 10/20 mm sebanyak 20 buah untuk
pengujian kuat tekan. Variasi kuat tekan yang digunakan yaitu 20,25,30 dan
35 MPa. Hasil pengujian menyatakan bahwa nilai kuat tarik lentur pada
beton mengalami kenaikan yaitu semakin besar nilai kuat tekan maka nilai
kuat tarik lentur yang dihasilkan semakin besar pula. Pada penelitian ini
nilai fr/√ berkisar 0,81 sampai 0,83. (Pane et al., 2015)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agregat
merupakan bahan-bahan mineral tidak bergerak, misalnya pasir, debu, batu,
kerikil, pecahan batu yang bercampur semen, kapur, atau bahan aspal untuk
mengikat campuran itu menjadi seperti beton.
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai
80% volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga
seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen,
dan rapat, dimana agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi
celah yang ada di antara agregat berukuran besar. (Pane et al., 2015)
Agregat sendiri terbagi menjadi dua, yaitu agregat kasar dan agregat
halus. Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau

4
gabungan dari kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03 - 2847- 2002,
bahwa agregat halus merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir
maksimum sebesar 5,00 mm. Agregat halus yang baik harus bebas dari
bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no.100, atau
bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai
agregat halus. Sedangkan agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan
kerikil, batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah.
Sesuai dengan SNI 03 - 2847 - 2002, bahwa agregat kasar merupa- kan
agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. (Pane
et al., 2015)

5
BAB 3 METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian atau metode ilmiah adalah sebuah prosedur
atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Secara
terperinci Almack mendefisikan metode ilmiah sebagai sebuah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran
dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian berfungsi
sebagai pedoman untuk mengerjakan suatu penelitian, sehingga dapat didapatkan
karya tulis yang sempurna.

1.7 Jenis Penelitian


Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. (Sujana
dan Ibrahim, 1989:65). Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada
pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian dilaksanakan. Dalam pendidikan, penelitian deskriptif lebih
berfungsi untuk pemecahan praktis dari pada pengembangan ilmu
pengetahuan. Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatiannya, kemudian menggambarkan atau melukiskannya
sebagaimana adanya, sehingga pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku
pada saat itu pula yang belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yad.
Karena itu tidak selalu menuntut adanya hipotesis. Tidak menuntut adanya
perlakuan atau manipulasi variabel, karena gejala dan peristiwanya telah ada
dan peneliti tinggal mendeskripsikannya. Variabel yang diteiliti bisa tunggal,
atau lebih dari satu variabel, bahkan dapat juga mendeskripsikan hubungan
beberapa variabel. (Soendari, 2010)
Metode penelitian deskriptif dipilih untuk karya tulis ilmiah tentang
Potensi Penerapan Beton Berpori Sebagai Solusi Pengurangan Banjir Di
Kawasan Ibu Kota Negara Nusantara karena metode ini cocok untuk
menjelaskan karakteristik, kondisi, atau fenomena yang terjadi pada objek
yang diteliti. Dalam karya tulis ilmiah tersebut, peneliti akan
mengumpulkan data dan informasi tentang beton berpori dan dampaknya
terhadap pengurangan banjir di kawasan ibu kota negara nusantara.

6
Metode deskriptif memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data
dan informasi secara sistematis dan objektif, serta menganalisis dan
menafsirkan data tersebut dengan cara yang mudah dipahami. Dengan
demikian, metode ini dapat membantu peneliti dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi potensi penerapan beton berpori sebagai
solusi pengurangan banjir, dan memberikan gambaran yang jelas tentang
keefektifan penggunaannya di kawasan ibu kota negara nusantara.
1.8 Instrumen Penelitian
Pada penelitian deskriptif ini instrument penelitiannya adalah beton
berpori. Beton berpori sendiri merupakan suatu objek yang menjadi fokus
pada penelitian ini. Selain itu, beton berpori memiliki karakteristik khusus
yang membuatnya cocok digunakan dalam beberapa aplikasi tertentu,
seperti pada kondisi lingkungan yang rawan terjadi bencana banjir.
Oleh karena itu, penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mempelajari
lebih lanjut tentang sifat-sifat atau karakteristik beton berpori dan
bagaimana penggunaannya sebagai solusi pengurangan bencana banjir.
1.9 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.
Peneliti menggunakan sumber data sekunder dimana jenis data yang
didapatkan secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari literatur,
jurnal ilmiah, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
penelitian. Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai penelitian terkait. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan dua jenis sumber data, yaitu sebagai berikut :
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:456) data primer yaitu sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.

7
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen.

1.10 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode studi
literatur dan metode hasil riset di laboratorium. Metode studi literatur
digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian di lakukan
serta memperkuat data dan argumentasi sehingga menghasilkan informasi
yang valid. Sedangkan metode pengumpulan hasil riset dilakukan dengan
pengumpulan data data hasil uji kelayakan yang berasal dari hasil penelitian
sebelum-sebelumnya yang bersumber dari jurnal, buku, makalah, ataupun
karya tulis yang telah ada mengenai nilai mutu bahan yang digunakan,
material yang digunakan dalam pembuatan beton berpori yaitu semen, air,
agregat kasar/batu pecah. Hasil riset tersebut berasal dari hasil penelitian
sebelum-sebelumnya yang bersumber dari jurnal, buku, makalah, ataupun
karya tulis yang telah ada.
Penggunaan teknik di atas dirasa sangat cocok karena melalui metode
studi literatur, peneliti dapat memperoleh data yang valid dan terpercaya
dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, metode
pengumpulan hasil riset di laboratorium juga dapat menghasilkan data yang
akurat. Metode studi literatur juga dapat mempercepat proses pengumpulan
data dan informasi terkait topik penelitian, sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk penelitian dapat lebih efisien. Selain itu, metode pengumpulan hasil
riset di laboratorium juga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.
1.11 Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis deskriptif adalah sejenis penelitian data yang membantu
dalam menggambarkan, mendemonstrasikan, atau membantu meringkas
poin-poin data sehingga pola-pola itu dapat berkembang yang memenuhi
semua kondisi data. Ini adalah teknik mengidentifikasi pola dan tautan
dengan memanfaatkan data terkini dan historis. Karena mengidentifikasi
pola dan asosiasi tanpa melangkah lebih jauh, ini sering disebut sebagai

8
analisis data paling dasar. Ketika menggambarkan perubahan dari waktu ke
waktu, analisis ini bermanfaat. Ini menggunakan pola sebagai titik awal
untuk penelitian lebih lanjut untuk menginformasikan pengambilan
keputusan. Ketika dilakukan secara sistematis, mereka tidak rumit atau
melelahkan. Agregasi data dan penambangan adalah dua metode yang
digunakan dalam analisis deskriptif untuk menghasilkan data historis. dalam
agregasi data, informasi awalnya dikumpulkan dan kemudian diurutkan
untuk menyederhanakan kumpulan data yang besar. Data mining adalah
tahap analisis berikutnya, yang memerlukan pencarian data untuk pola dan
signifikansi.
1.12 Pengecekan Dan Keabsahan Temuan Penelitian
Menurut Meleong (2010), terdapat tiga kriteria keabsahan temuan
data penelitian deskriptif, yaitu:
1. Validitas: Validitas menunjukkan sejauh mana temuan data benar secara
logika, sesuai dengan kerangka konseptual, dan relevan dengan masalah
penelitian. Validitas dapat ditingkatkan dengan memastikan bahwa
instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan
memenuhi standar validitas, serta dengan melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel yang mempengaruhi temuan data.
2. Reliabilitas: Reliabilitas menunjukkan sejauh mana temuan data dapat
diandalkan dan konsisten. Reliabilitas dapat ditingkatkan dengan
memastikan bahwa instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data
yang digunakan memenuhi standar reliabilitas, serta dengan melakukan
pengulangan pengukuran.
3. Objektivitas: Objektivitas menunjukkan sejauh mana temuan data bebas
dari pengaruh peneliti atau subjektivitas peneliti. Objektivitas dapat
ditingkatkan dengan memastikan bahwa instrumen pengumpulan data
dan teknik analisis data yang digunakan memenuhi standar objektivitas,
serta dengan melakukan kontrol terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi objektivitas. Selain itu, peneliti juga harus menjaga jarak
emosional dan memberikan informasi yang objektif mengenai temuan
data.

9
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Beton Berpori
Beton pori atau dapat disebut juga dengan beton berpori. Fungsi dari
Beton Pori ini dapat memainkan sebuah aturan mendasar pada sebagian
besar desain drainase perkotaan yang berkelanjutan. Menyediakan
kemudahan dalam jangka panjang, jawaban dari banjir yang muncul
kepermukaan yang dapat diterapkan dengan cepat dan merupakan sebuah
solusi baru dari pengeringan dan perkerasan beton dengan cepat dan dengan
biaya yang lebih efektif(SK SNI 03-1973-2008, 2015). Beton Pori ini dapat
dengan cepat mengarahkan kelebihan air jauh dari jalan, permukaan parkir,
dan jalan setapak. Tidak seperti beton konvensional, beton ini memiliki
rasio kekosongan yang tinggi antara 20%-35%. Hal ini memungkinkan
resiko banjir permukaan dan kontaminasi aliran air dapat diatasi.
Beton berpori yang juga dikenal sebagai pervious concrete atau
porous concrete merupakan jenis beton yang memiliki pori-pori atau rongga
pada strukturnya, sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-
rongga yang terdapat pada beton(SK SNI 03-1968-1990, 1990). Menurut
ACI 522R-10 Report on Pervious Concrete beton berpori dapat di
deskripsikan sebagai beton yang memiliki nilai slump mendekati nol, yang
terbentuk dari semen portland, agregat kasar, sedikit agregat halus atau tidak
sama sekali, campuran tambahan (admixture), dan air(Abrar, 2021).
Konsep Saluran SERTA (Serap – Tampung) hadir sebagai solusi
terhadap banjir jalan dengan menerapkan prinsip mempercepat aliran keluar
dari badan jalan tanpa membebani aliran sungai secara berlebihan. Saluran
SERTA merupakan sebuah sistem perpaduan dari bahu jalan dengan
permukaan hidrofobik, trotoar dan saluran yang bersifat permeabel, serta
drainase vertikal.

10
Gambar 4.1 Ilustrasi Konsep Desain Saluran SERTA

Saluran SERTA menggunakan bahu jalan yang dilapisi permukaan


hidrofobik agar air dapat segera masuk ke drain inlet. Bahu jalan merupakan
lokasi yang berpotensi tergenang air karena berada pada low point potongan
melintang jalan, khususnya pada jalan tipe superelevasi crown.
Transformasi permukaan bahu jalan menjadi hidrofobik dapat
dilakukan dengan penyemprotan lapisan binder dan hydrophobic agent.
Lapisan binder merupakan lapisan penyelimut permukaan yang pertama
yang berfungsi sebagai pengikat antara permukaan dan lapisan hydrophobic
agent. Lapisan hydrophobic agent merupakan senyawa non polar yang akan
memberikan efek hidrofobik pada permukaan bahu jalan.
Selain mempercepat aliran air keluar dari bahu jalan, genangan air
juga dapat dikurangi dengan cara mengurangi aliran air menuju bahu jalan,
salah satunya yaitu aliran dari trotoar. Agar tidak seluruh aliran air dari
trotoar mengalir ke bahu jalan maka trotoar konsep SERTA dirancang
menggunakan bahan permeabel. Dengan demikian air hujan yang jatuh di
trotoar dapat terserap dan mengalir langsung ke saluran samping yang
berada di bawah trotoar.
Saluran SERTA menggunakan saluran dengan sisi dasar berbahan
permeabel dan dilengkapi dengan drainase vertikal. Bahan permeabel

11
dirancang untuk dapat membantu menyerapkan air menuju tanah.
Sedangkan drainase vertikal direncanakan untuk dapat menampung air dan
membantu penyerapan. Penghubung antara saluran samping dengan
drainase vertikal diberi steel grating agar tidak ada kotoran atau sedimen
yang dapat masuk ke dalam drainase vertikal.
Penentuan jumlah dan lokasi pemasangan drainase vertikal ditentukan
sesuai kebutuhan berdasarkan perhitungan curah hujan, lebar dan kedalaman
drainase vertikal, serta jarak antara bahan permeabel dengan muka air tanah.
4.2 Kelebihan dan Kekurangan Beton Berpori
Keuntungan yang diapatkan dengan menggunakan beton berpori
sebagai perkerasan adalah pengolahan air hujan lebih baik, beton berpori
sebagai material konstruksi yang multifungsi selain berfungsi sebagai
komponen struktural juga berfungsi sebagai saluran drainase air masuk ke
dalam tanah sehingga mampu mengurangi limpasan permukaan.
Membantu menambah cadangan penyimpanan air tanah, dengan air
hujan yang langsung mengalir ke dalam tanah maka akan membantu tanah
dalam menambah cadangan air yang biasanya tidak terjadi pada perkerasan
yang tidak tembus air. Mengurangi potensi banjir, penanganan air hujan
membantu peresapan air lebih baik dimana lahan permukaan peresapan air
ke dalam tanah menjadi lebih luas. Mengurangi penggunaan lahan untuk
drainase, pemanfaatan lahan yang lebih efisien dengan mengurangi
kebutuhan penyediaan kolam penyimpanan air hujan, selokan, dan sarana
pengelolaan air hujan lainnya.
Mengurangi kelicinan pada jalan terutama pada saat hujan, permukaan
yang lebih kasar dari perkerasan normal sangat membantu pada saat
terjadinya hujan. Membantu peresapan air lebih baik ke tanah sehingga
dapat mencapai JURNAL akar pepohonan walau perkerasan menutupi
pohon.
Dapat didaur ulang, tidak seperti pada beton konvensional, setelah
mencapai umur rencana beton berpori dapat didaur ulang menjadi material
beton berpori yang baru sehingga tidak menimbulkan limbahbuangan.

12
Instalasi yang lebih cepat, dimana proses pemasangan beton berpori
akan lebih cepat selesai jika dibandingkan dengan pemasangan perkerasan
bata beton. Rongga pada beton berpori dapat meredam kebisingan suara
yang ditimbulkan oleh roda kendaraan, hal ini disebabkan karena pori-pori
pada beton terbentuk secara tidak teratur dan memiliki permukaan yang
tidak rata, sehingga gelombang suara yang dipantulkan secara baur oleh
pori-pori pada beton menjadi saling bertumbukan dan saling meredam.
Mengurangi tingkat pencemaran terhadap air tanah, fungsi utama
beton berpori adalah mengalirkan air yang ada di permukaan sehingga dapat
diserap oleh tanah. Karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya di
dalam campuran beton, maka potensi tercemarnya air tanah menjadi
semakin kecil.
Dibandingkan dengan beton aspal dan perkerasan bata beton,
perkerasan dengan menggunakan beton berpori memiliki keuntungan
berjangka panjang. Walaupun biaya awal pada beton berpori lebih mahal
dibandingkan dengan beton aspal, tetapi karena kekuatan dan daya tahan
beton berpori yang lebih besar dibandingkan dengan aspal ataupun bata
beton, maka menyebabkan biaya pemeliharaan yang diperlukan pada beton
berpori selama umur rencana beton menjadi lebih kecil.
Kekurangan potensial yang dimiliki adalah:
1. Kurang baik digunakan untuk perkerasan yang membutuhkan kuat
tekan besar atau lalulintas yang padat, hal ini dikarenakan oleh nilai
kuat tekan beton berpori yang relatif kecil membuat aplikasi beton
berpori sebagai perkerasan jalan sangat terbatas.
2. Dibutuhkan waktu proses curing yang lebih lama, dimana proses curing
beton berpori harus dilakukan sesegera mungkin dari saat pengecoran
dan baru selesai kurang lebih sekitar 7 hari.
3. Sensitif terhadap faktor air semen sehingga dibutuhkan kontrol air yang
cermat karena untuk mengontrol kadar air beton berpori di lapangan
sangatlah sulit, terlebih pada keadaan cuaca yang panas atau terlalu
dingin.

13
4. Kurangnya standarisasi mengenai beton berpori dalam bidang
pengujian, metode serta perencanaan di Indonesia.
5. Memiliki spesifikasi khusus dan cara instalasi khusus, sehingga
dibutuhkannya tenaga yang sudah ahli dalam melakukannya
menjadikan pengeluaran awal lebih mahal dari pada beton normal.
(Purnamasari & Handayani, 2020)

4.3 Beton Berpori Sebagai Solusi Bencana Banjir


Komposisi yang digunakan untuk beton berpori tidak jauh berbeda
seperti beton normal, perbedaan yang ada adalah dalam pembuatan beton
berpori tidak atau sedikit sekali digunakan agregat halus pada campuran
betonnya, dikarenakan beton berpori yang terbentuk memiliki rongga-
rongga untuk porositas air, serta faktor air semen (FAS) memiliki peranan
yang sangat penting, dengan tujuan agar rongga-rongga yang ada pada beton
nantinya tidak tertutup oleh pasta semen pada saat mengeras. Selain itu juga
bertujuan untuk mengikat agregat agar tidak mudah terlepas.
Komposisi Campuran Beton Berpori
1. Semen Dalam campuran beton berpori semen yang digunakan
sebaiknya adalah semen portland tipe I sesuai dengan spesifikasi yang
diberikan oleh Colorado Ready Mixed Concrete Association Version
1.2 (CRMCA) mengenai panduan untuk desain perkerasan beton
berpori.
2. Agregat Berbeda dengan beton konvensional, dalam pembuatan beton
berpori didominasi oleh penggunaan agregat kasar, yang dikarenakan
hilangnya penggunaan agregat halus dalam campuran beton berpori.
Agregat yang digunakan yaitu agregat kasar berupa kerikil atau batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan ukuran:

- Agregat 2-3 cm (lolos saringan 38 mm dan tertahan pada saringan 19


mm)
- Agregat 1-2 cm (lolos saringan 19 mm dan tertahan pada saringan 9,6
mm)
- Agregat 0,5-1 cm (lolos saringan 9,6 mm dan tertahan pada saringan
4,8 mm)

14
3. Air Penggunaan air memegang peranan penting dalam proses
pembuatan beton berpori, dimana penggunaan air atau faktor air semen
(FAS) ini perlu di kontrol secara teliti agar menghasilkan campuran
pasta beton yang baik. Beton pori yang memiliki jumlah air terlalu
banyak akan mengakibatkan pori-pori pada beton tersebut akan tertutup
oleh pasta semen yang terlalu cair. Sedangkan jika air terlalu sedikit
akan membuat beton menjadi rapuh karena daya lekat antara semen
dengan agregat menjadi kurang sempurna, sehingga kekuatan dari beton
berpori tersebut akan mengalami penurunan. Dalam ACI 522R-10
menyatakan faktor air semen yang paling baik dalam pembuatan beton
berpori harus berkisar antara 0,26 - 0,45 %.
4. Bahan Tambah Dalam penelitian ini pembuatan beton berpori dilakukan
dengan menggunakan bahan tambah berupa zat kimia cair yang dibuat
khusus untuk penggunaan dalam campuran beton berpori dan
mempunyai sifat kimiawi non klorida dan non korosif(Hanta &
Makmur, 2015)

15
BAB 5 PENUTUP
1.13 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, dapat di simpulkan bahwa :
1. Hasil analisa kami menghasilkan bahwa beton berpori efektif digunakan
di ibu kota nusantara (IKN) mengingat kembali metode ini cocok di
gunakan di medan dan kondisi di ibu kota nusantara (IKN).
2. Air hujan yang jatuh di trotoar dapat terserap dan mengalir langsung ke
saluran samping yang berada di bawah trotoar. Saluran SERTA
menggunakan saluran dengan sisi dasar berbahan permeabel dan
dilengkapi dengan drainase vertikal. Biaya pemasangan dan
pemasangan drainase vertikal ditentukan sesuai kebutuhan.
3. Fungsi dari Beton Pori ini dapat memainkan sebuah aturan mendasar
pada sebagian besar desain drainase perkotaan Beton berpori yang
dikenal sebagai pervious concrete atau porous concrete merupakan jenis
beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada strukturnya, sehingga
memungkinkan cairan mengalir melalui rongga rongga yang terdapat
pada bertaruh. Konsep Saluran SERTA (Serap – Tampung) hadir
sebagai solusi terhadap banjir jalan dengan menerapkan prinsip
mempercepat aliran keluar dari badan jalan tanpa membebani aliran
sungai secara berlebihan.
1.14 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dari berbagai referensi, penulis
bermaksud untuk memberikan saran yang mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi masyarakat maupun peneliti selanjutnya.
Potensi penerapan beton berpori sebagai solusi pencegahan banjir
merupakan salah satu unsur yang penting dan utama dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan di ibu kota negara nusantara.
Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan
pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Peneliti
selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun
referensi yang terkait dengan inovasi-inovasi pengurangan banjir, maupun
efektivitas dalam berinovasi agar hasil penelitianya dapat lebih baik lagi.

16
Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses
pengambilan dan pengumpulan data, sehingga penelitian bisa dilakukan
dengan lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, A. (2021). Komposisi Beton Pori Sebagai Bahan Ramah Lingkungan
Mengatasi Banjir. Jurnal Unitek, 14(2), 48–57.
https://doi.org/10.52072/unitek.v14i2.244
Ahmad, I. A., Taufieq, N. A. S., & Aras, A. H. (2009). Analisis Pengaruh
Temperatur terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal Teknik Sipil, 16(2), 63.
https://doi.org/10.5614/jts.2009.16.2.2
Garia, M. P., & Asyiawati, Y. (2018). Kajian Tingkat Kerentanan Bencana Banjir
Bandang di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Flood
Vulnerability Assessment in the District of Cipatujah , Tasikmalaya Regency
Povinsi Jawa Barat termasuk Kabupaten Tasikmalaya kerusakan yang
terjadi pasti .
Hanta, L., & Makmur, A. (2015). Studi eksperimental pengaruh bentuk agregat
terhadap nilai porositas dalam campuran beton berpori pada aplikasi jalur
pejalan kaki. The 18th FSTPT International Symposium, 10.
Pane, F. P., Tanudjaja, H., & R.S. Windah. (2015). Pengujian Kuat Tarik Belah
Dengan Variasi Kuat Tekan Beton. Jurnal Sipil Statik, 3(5), 313–321.
Prabowo, D. A., Setyawan, A., & Sambowo, K. A. (2013). Desain Beton Berpori
Untuk Perkerasan Jalan Yang Ramah Lingkungan. Jurnal MatriksTeknik
Sipil, 1(2), 96–102.
Purnamasari, E., & Handayani, F. (2020). Beton Porous Dengan Menggunakan
Agregat Lokal Di Kalimantan Selatan. Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan
Teknik Sipil, 3(1), 139. https://doi.org/10.31602/jk.v3i1.3618
Soendari, T. (2010). Metode Penelitian Deskriptif. Universitas Pendidikan
Indonesia, 25.

Anda mungkin juga menyukai