Anda di halaman 1dari 32

Laporan Tugas Besar

Teknik Konservasi Waduk

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Konservasi Waduk
yang diampu oleh Dr. Runi Asmaranto, ST., MT.

Disusun oleh:
Novianti Sidi Astri 155060407111012/ Absen 39

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
2018/2019
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas
Besar Teknik Konservasi Waduk ini. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi
syarat kelulusan Mata Kuliah Teknik Konservasi Waduk yang harus ditempuh Mahasiswa
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, dan juga sebagai
wadah untuk menggali lebih ilmu yang telah didapat pada bangku kuliah.
Dengan kesungguhan serta rasa rendah hati, penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr. Runi Asmaranto, ST., MT., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Teknik Konservasi
Waduk.
2. Teman-teman Teknik Pengairan 2015, yang telah membantu dan memberikan semangat
dalam penyusunan laporan ini.
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini yang mungkin penyusun
luput sebutkan.

Laporan ini mungkin masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penyusun berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
konstruktif untuk dijadikan bahan evaluasi. Selamat membaca.

Malang, Desember 2018

Penyusun

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


2

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6


2.1. Erosivitas Hujan Menggunakan Metode Bols Dan Fournier ........................................ 6
2.1.1. Metode BOLS ................................................................................................. 6
2.1.2. Metode Fournier .............................................................................................. 7
2.2. Perhitungan Indeks Length Slope (LS) ......................................................................... 8
2.3. Perhitungan Indeks Nilai CP......................................................................................... 9
2.4. Laju Erosi di Sub DAS Manting ................................................................................. 13
2.5. Sediment Yield yang Masuk ke Sungai Menggunakan Metode SDR ......................... 15

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 17


3.1 Erosivitas Hujan Menggunakan Metode Bols Dan Fournier ...................................... 17
3.1.1. Perhitungan Erositivitas Hujan Menggunakan Metode Bols ....................... 18
3.1.2. Perhitungan Erositivitas Hujan Menggunakan Metode Furnier .................... 18
3.2 Perhitungan Indeks Length Slope (LS) ....................................................................... 19
3.3 Perhitungan Indeks Nilai CP....................................................................................... 21
3.4 Perhitungan Laju Erosi di Sub DAS Krisak Dengan Metode USLE .......................... 21
3.5 Perhitungan Sedimen Yield dengan Metode SDR ..................................................... 22
3.6 Perhitungan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) .................................................................. 22
3.7 Upaya Konservasi ....................................................................................................... 22

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


3

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................. 30
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 30
4.2. Saran ........................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bendungan merupakan salah satu prasarana pengembangan sumberdaya air yang banyak
dikembangkan di Indonesia. Pembangunan bendungan sudah dimulai sejak tahun 1914 berupa
Bendungan Nglangon di Jawa Tengah. Sampai saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari
100 bendungan besar.
Sebagai bangnan pengairan bendungan berfungsi menampung air sungai dalam suatu
reservoir. Konsekuensinya akan tertampung juga sedimen yang terbawa oleh aliran air, baik
berupa endapan melayang (suspended load) maupun endapan dasar (bed load). Sedimen ini
terangkut karena adanya erosi.
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Proses tersebut melalui tiga
tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atauperge rakan, dan pengendapan. Erosi dapat terjadi
secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah
karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap
dan melepas air ke dalam lapisan tanah. Aktivitas manusia yang menyebabkan erosi diantaranya
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,perkeb unan dan perladangan yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi.
Menurut Arsyad (1989) erosi ada beberapa jenis yaitu erosi percik, erosi lembar, erosi alur
dan erosi jurang. Erosi alur terjadi karena adanya konsentrasi aliran air pada tempat-tempat
tertentu (lereng bawah) dan kecepatannya telah menimbulkan pengikisan, selanjutnya mengalir
ke bagian bawah membentuk alur-alur yang dangkal berukuran <50 cm. Erosi alur yang terus
berlanjut sehingga menimbulkan alur-alur yang berukuran 50-300 cm menjadi erosi parit dan
hingga berukuran >300 cm yang disebut sebagai erosi jurang (Kartasapoetra, 2000). Erosi parit
dan jurang meninggalkan kerusakan fisik pada lahan sehingga menjadi fokus dalam penelitian
ini.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


5

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Berapa hasil perhitungan Erosivitas Hujan menggunakan metode BOLS dan
FOURNIER?
2. Berapa indeks LENGTH SLOPE (LS)?
3. Berapa Indeks Nilai CP?
4. Berapa Laju Erosi di sub DAS Manting (USLE A = R K LS CP)?
5. Berapa Sediment Yield yang masuk ke sungai menggunakan metode SDR (SY = SDR
x AUSLE)?
6. Berapa Tingkat Bahaya Erosi, jika Solum Tanah setebal 60 cm?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Erosivitas Hujan menggunakan metode BOLS dan FOURNIER.
2. Mengetahui indeks LENGTH SLOPE (LS).
3. Mengetahui Indeks Nilai CP.
4. Mengetahui Laju Erosi di sub DAS Manting (USLE A = R K LS CP).
5. Mengetahui Sediment Yield yang masuk ke sungai menggunakan metode SDR (SY =
SDR x AUSLE).
6. Mengetahui Tingkat Bahaya Erosi, jika Solum Tanah setebal 60 cm.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Erosivitas Hujan Menggunakan Metode Bols Dan Fournier


Hujan yang terjadi di alam tidak selalu menimbulkan erosi tanah. Hujan dengan intensitas
yang tinggi namun berlangsung sangat singkat tidak menimbulkan erosi, akan tetapi hujan
dengan intensitas yang rendah dan berlangsung sangat lama, akan menghasilkan aliran
permukaan yang besar dan akan menimbulkan erosi.
Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas
dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah (Chay Asdak, 1995: 455).
Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan butir hujan langsung di atas tanah dan
sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah.
Faktor erosivitas hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit (El30). Jumlah dari
seluruh hujan dengan spesifikasi tersebut di atas selama satu tahun merupakan erosivitas hujan
tahunan. Adapun cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan antara lain menggunakan
Metode Bols dan Fournier.
2.1.1. Metode BOLS
Bols (1978) dalam buku Chay Asdak dengan menggunakan data curah hujan bulanan di 47
stasiun penakar hujan di pulau Jawa yang dikumpulkan selama 38 tahun menentukan bahwa
besarnya erosivitas hujan tahunan rata-rata adalah sebagai berikut:
El30 = 6,12 (RAIN)1,21 (DAYS)−0,47 (MAXP)0,53 ……………………………... (2-1)
Dengan:
El30 = Erosivitas hujan rata-rata tahunan.
RAIN = Curah hujan rata-rata tahunan (cm).
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata per tahun (hari).
MAXP = Curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu
satu tahun (cm).
Rumus Bols (1978) dalam diktat perkuliahan oleh Dr. Runi Asmaranto adalah sebagai
berikut:
7

𝑅𝑏 = 6,119 (Hb)1,21 (HH)−0,47 (H24)0,53 .................................................... (2-2)


Dengan:
Rb = Indeks erosivitas bulanan.
HB = Jumlah hujan bulanan (cm).
HH = Jumlah hari hujan bulanan.
H24 = Hujan maksimum 24 jam dalam bulan tersebut (cm).
2.1.2. Metode Fournier
Metode ini dikembangkan oleh Fournier (1960) berdasarkan hubungan antara hujan dan
erosi tanah.
𝑃2 (2-3)
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑢𝑟𝑛𝑖𝑒𝑟 = (𝑃𝑎) .......................................................................

Dengan:
P = Hujan bulanan rerata maksimum (mm)
Pa = Hujan tahunan rerata (mm)
Untuk menghitung sediment yield digunakan rumus Fournier sebagai berikut:
Es = ([P 2 /Pa]2,65 CM 0,45 ) / 1,29...................................................................... (2-3)
Dengan:
Es = Suspended Sediment Yield rerata (m3/km2/tahun).
CM = H × tan S
H = Tinggi rerata daerah tangkapan (m), diukur sebagai setengah dari total beda tinggi
daerah tangkepan.
S = Kemiringan rerata daerah tangkapan, diukur ujung hilir ke H.
Selain itu Fournier juga mengembangkan rumus lain, untuk mengantisipasi apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan CM, yaitu:
a. Untuk slope < 1% dan (P2/Pa) < 20 mm
Es = 6,14 (P2/Pa) – 49,78
b. Untuk slope < 1% dan (P2/Pa) > 20 mm
Es = 27,12 (P2/Pa) – 475,40
c. Untuk slope > 1% dan Pa > 600 mm
Es = 52,49 (P2/Pa) – 513,20

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


8

d. Untuk slope > 1% dan 200 mm < Pa < 600 mm


Es = 91,78 (P2/Pa) – 737,62
Disini terlihat bahwa metode Fournier hanya memperhitungkan factor hujan dan
kemiringan lahan. Model ini cenderung untuk digunakan pada daerah tangkapan yang luas.

2.2. Perhitungan Indeks Length Slope (LS)


Pada prakteknya, variabel S dan L dapat disatukan, karena erosi akan bertambah besar
dengan bertambah besarnya kemiringan permukaan medan (lebih banyak percikan air yang
membawa butir-butir tanah, limpasan bertambah besar dengan kecepatan yang lebih tinggi), dan
dengan bertambah panjangnya kemiringan (lebih banyak limpasan menyebabkan lebih besarnya
kedalaman aliran permukaan oleh karena itu kecepatannya menjadi lebih tinggi).
Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et
al.,1981):
𝐿 = (𝑙/22,1)𝑚 ................................................................................................... (2-5)
Dengan:
l = Panjang kemiringan lereng (m).
m = Angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiring-
an lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi. Angka ekssponen
tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang dengan kemiringan lereng
kurang dari 0,5% sampai 0,6 untuk lereng lebih pendek dengan kemiringan lereng lebih
dari 10%. Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5.

Sedangkan menurut diktat perkuliahan adalah sebagai berikut:


𝑳𝒐
L = √𝟐𝟐............................................................................................................... (2-6)

Dengan:
L = Nilai faktor panjang lereng (m).
Lo = Panjang Lereng
Faktor L ditentukan dengan melihat Tabel.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


9

Faktor kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai berikut (Schwab et


al.,1981):
𝑆 = (0,43 + 0,30𝑠 + 0,04𝑠 2 ) 6,61 .............................................................. (2-7)
Dengan:
s = Kemiringan lereng aktual (%).

Sedangkan menurut diktat perkuliahan adalah sebagai berikut:


S = (s/9)1,4 ....................................................................................................... (2-8)
Dengan:
s = Kemiringan lereng (%).

Penentuan Nilai Faktor S dapat dilihat pada Tabel.

Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan
kemiringan lereng (L dan S) diintregasikan menjadi faktor LS dan dihitung dengan rumus:
𝐿𝑆 = 𝐿1/2 (0,00138𝑆 2 + 0,00965𝑆 + 0,0138) ............................................. (2-9)
Dengan:
L = Panjang lereng (m).
S = Kemiringan Lereng (%).

Sedangkan menurut diktat perkuliahan adalah sebagai berikut:


LS = (l/100)0.5 (0.136 + 0.0975s + 0.0139s 2 )............................................ (2-10)
Dengan:
l = panjang lereng (m).
s = kemiringan lereng (%).

2.3. Perhitungan Indeks Nilai CP

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


10

Pada suatu daerah tangkapan akan terdapat berbagai kegiatan pemanfaatan lahan yang
berbeda antara lahan satu dengan lahan lainnya, dan kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan
konservasi ataupun kegiatan pengelolaan tanaman. Kedua kegiatan tersebut akan
mempengaruhi besarnya erosi permukaan dan harus dipertimbangkan sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh, yaitu:
1. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, kondisi permukaan
tanah yang hilang (erosi). Oleh karenanya, besarnya angka C tidak selalu sama dalam kurun
waktu satu tahun. Meskipun kedudukan C dalam persamaan USLE ditentukan sebagai faktor
independen, nilai sebenarnya dari faktor C ini kemungkinan besar tergantung pada faktor-faktor
lain yang termasuk dalam persamaan USLE. Dengan demikian dalam memperkirakan besarnya
erosi dengan menggunakan rumus USLE, besarnya faktor C perlu ditentukan melalui penelitian
tersendiri.
Faktor C yang merupakan salah satu parameter dalam rumus USLE saat ini telah
dimodifikasi untuk dapat dimanfaatkan dalam menentukan besarnya erosi di daerah berhutan
atau lahan dengan dominasi vegetasi berkayu. Tabel berikut menunjukkan beberapa angka C
yang diperoleh dari hasil penelitian Pusat Penelitian Tanah, Bogor di beberapa daerah di Jawa.
Apabila dikehendaki nilai C yang lebih akurat, maka perlu ditentukan sesuai dengan tingkat
pengelolaan tanaman dan keadaan setempat.
Tabel 2.1 Nilai C Untuk Berbagai Jenis Tanaman
Jenis Tanaman/Tata Guna Lahan Nilai C
Tanaman rumput (Bracharia sp.) 0,290
Tanaman kacang jogo 0,161
Tanaman gandum 0,242
Tanaman ubi kayu 0,363
Tanaman kedelai 0,399
Tanaman serai wangi 0,434
Tanaman padi lahan kering 0,560
Tanaman padi lahan basah 0,010
Tanaman jagung 0,637
Tanaman jahe, cabe 0,900

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


11

Jenis Tanaman/Tata Guna Lahan Nilai C


Tanaman kentang ditanam searah lereng 1,000
Tanaman kentang ditanam searah kontur 0,350
Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami (6 ton/ha/th) 0,079
Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanam 0,347
Pola tanam berurutan 0,398
Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa tanaman 0,357
Kebun campuran 0,200
Ladang berpindah 0,400
Tanah kosong diolah 1,000
Tanah kosong tidak diolah 0,950
Hutan tidak terganggu 0,001
Semak tidak terganggu 0,010
Alang-alang permanen 0,020
Alang-alang dibakar 0,700
Sengon disertai semak 0,012
Sengon tidak disertai semak dan tanpa seresah 1,000
Pohon tanpa semak 0,320
Sumber: Abdurachman dkk.,1984 (dalam Asdak, 2002)

2. Faktor Indeks Konservasi Tanah (P)


Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap
berbeda daripengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan tanaman (C), oleh karena itu
dalam rumus USLE faktor P tersebut dipisahkan dari faktor C.
Nilai indeks konservasi tanah dapat diperoleh dengan membagi kehilangan tanah dari lahan
yang diberi perlakuan pengawetan, terhadap tanah tanpa pengawetan.
Tabel 2.2 Nilai Faktor P pada berbagai aktivitas konservasi tanah di Jawa
Teknik Konservasi Tanah Nilai P
Teras bangku
a. baik 0,20
b. jelek 0,35
Teras bangku: jagung-ubi kayu/kedelai 0,06
Teras bangku sorghum-sorghum 0,02
Teras tradisional 0,40

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


12

Teknik Konservasi Tanah Nilai P


Teras gulud: padi-jagung 0,01
Teras gulud: ketela pohon 0,06
Teras gulud: jagung-kacang + mulsa sisa tanaman 0,01
Teras gulud: kacang kedelai 0,11
Tanaman dalam kontur
a. kemiringan 0-8% 0,50
b. kemiringan 9 - 20 % 0,75
c. kemiringan > 20 % 0,90
Tanaman dalam jalur-jalur : jagung - kacang tanah + mulsa 0,05
Mulsa limbah jerami :
a. 6 ton/ha/tahun 0,30
b. 3 ton/ha/tahun 0,50
c. 1 ton/ha/tahun 0,80
Tanaman perkebunan :
a. disertai penutup tanah rapat 0,10
b. disertai penutup tanah sedang 0,50
Padang rumput
a. baik 0,04
b. jelek 0,40
Sumber: Abdurachman dkk.,1984 (dalam Asdak, 2002)

3. Faktor Indeks Konservasi Tanah (P)


Penilaian faktor P di lapangan lebih muda bila digabungkan dengan faktor C, karena dalam
kenyataannya kedua faktor tersebut berkaitan erat. Beberapa nilai faktor CP telah dapat
ditentukan berdasarkan penelitian di Jawa.
Konservasi dan Pengelolaan Tanaman CP
Hutan :
a. tak terganggu 0,01
b. tanpa tumbuhan bawah, disertai seresah 0,05
c. tanpa tumbuhan bawah, tanpa seresah 0,50
Semak :
a. tak terganggu 0,01
b. sebagian berumput 0,10
Kebun :
a. kebun-talun 0,02

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


13

Konservasi dan Pengelolaan Tanaman CP


b. kebun-perkarangan 0,20
Perkebunan :
a. penutupan tanah sempurna 0,01
b. penutupan tanah sebagian 0,07
Perumputan
a. penutupan tanah sempurna 0,01
b. penutupan tanah sebagian; ditumbuhi alang-alang 0,02
c. alang-alang: pembakaran sekali setahun 0,06
d. serai wangi 0,65
Tanaman Pertanian :
a. umbi-umbian 0,51
b. biji-bijian 0,51
c. kacang-kacangan 0,36
d. campuran 0,43
e. padi irigasi 0,02
Perladangan :
a. 1 tahun tanam - 1 tahun bero 0,28
b. 1 tahun tanam - 2 tahun bero 0,19
Pertanian dengan konservasi :
a. mulsa 0,14
b. teras bangku 0,04
c. contour cropping 0,14
Sumber: Abdurachman dkk.,1984; Ambar dan Syafrudin, 1979 (dalam Asdak, 2002)

2.4. Laju Erosi di Sub DAS Manting


Prediksi erosi adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah
dengan penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu. Dengan diketahuinya perkiraan dan
ditetapkan laju erosi yang masih dapat ditoleransi, maka dapat ditentukan kebijaksanaan
penggunaan lahan dan tindakan konservasi yang diperlukan untuk areal tersebut. Tindakan
konservasi tanah dan penggunaan lahan yang diterapkan harus dapat menekan laju erosi agar
“sama atau lebih kecil” daripada laju erosi yang masih dapat ditoleransikan.
Laju erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah laju erosi yang dinyatakan dalam
mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat ditoleransikan agar terpelihara
suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan
tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari (Susanto, 1992). Selanjutnya Susanto (1992)
menyebutkan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan nilai erosi yang

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


14

masih dapat ditoleransikan adalah: kedalaman tanah, ciri ciri fisik dan sifat sifat tanah lainnya
yang mempengaruhi perkembangan perakaran, pencegahan erosi parit, penyusutan kandungan
bahan orgnaik, kehilangan unsur hara dan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sedimen di
lapangan.
Metode perkiraan erosi dapat juga digunakan sebagai alat penilai apakah suatu tindakan
konservasi tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu daerah aliran sungai (DAS). Salah
satu metode perkiraan erosi adalah yang dikenal dengan metode USLE (Universal Soil Loss
Equation) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978).
USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi rata-rata jangka
panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu. Ia juga bermanfaat untuk tanah
tempat bangunan dan penggunaan non pertanian, tetapi tidak dapat meprediksi pengendapan
dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Arsyad, 2010). Selanjutnya Arsyad (2010) menyatakan bahwa USLE memungkinkan
perencana menduga laju rata-rata erosi suatu bidang tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng
dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam penanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan
konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau sedang digunakan.
Erosi pada setiap satuan lahan dihitung dengan menggunakan model Universal of Soil Loss
Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith (1978). Adapun rumus USLE yang digunakan untuk
prediksi erosi adalah (Wischmeier dan Smith (1978):
A = R K LS C P .................................................................................................... (2-4)
Dengan:
A = Banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/th).
R = Faktor indeks (erosivitas) hujan.
K = Faktor erodibilitas tanah.
L = Faktor panjang lereng.
S = Faktor kemiringan lereng.
C = Faktor pengelolaan tanaman.
P = Faktor konservasi tanah.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


15

2.5. Sediment Yield yang Masuk ke Sungai Menggunakan Metode SDR


Nisbah Pelepasan Sedimen atau sediment delivery ratio yang diberikan oleh semua sistem
sungai dalam kawasan daerah aliran sungai jika dikalikan dengan total erosi lahan (A) akan
menghasilkan nilai sediment yield. Jadi, sedimen di sungai tahunan yang dihasilkan sebuah DAS
didefinisikan sebagai berikut:
SY = 𝐴 × 𝑆𝐷𝑅 ................................................................................................... (2-5)
Dengan:
SY = Sediment Yield (ton/tahun)
A = Total laju erosi berdasarkan Metode USLE/MUSLE (ton/tahun)
SDR = Sediment Delivery Ratio (dimensionless)
Beberapa penelitian yang menyatakan hubungan SDR dengan karakteristik DAS
Penelitian Daerah Studi Persamaan
Pigeon Roost Creek, SDR = 0.488-0.006A+ 0.010
Mutchler and Bowie (1975)
Miss..,USA Qwa
Boyce (1975) SDR = 0.41A-0.3
Dali River Basin, Shaanxi SDR = 1.29 + 1.37 Ln Rc –
Mou and Meng (1980)
China 0.025 Ln A
Auerswald (1992) Bavarian Watersheds SDR = -0.02 + 0.358A-0.2
SDR = 2,31+3.07 Log Rb +
Suripin Upper Solo 0.41Log S-1.26 Log (FL +
FW)

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


16

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


17

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Erosivitas Hujan Menggunakan Metode Bols Dan Fournier


Tabel 3.1
Nilai Curah Hujan Harian Tahun 2017
Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
1 - 20,0 7,0 - - - - - - - - 5,0
2 - 65,0 23,0 - - - - - - - - -
3 25,0 16,0 - 5,0 - 5,0 - - - - - -
4 - 6,0 - 30,0 - - - - - - - -
5 21,0 - - - - - - - - 12,0 - -
6 10,0 - - 15,0 25,0 - - - - - 27,0 -
7 - - 3,0 6,0 - - - - - - 7,0 -
8 - 16,0 - - - - - - - - - -
9 26,0 10,0 - 30,0 - - - - - 8,0 - -
10 13,0 48,0 - - - - - - - - 29,0 -
11 - 7,0 - 20,0 - - - - - - - 4,0
12 - - 35,0 - - - - - - - - -
13 - 5,0 - - - - - - - - - 5,0
14 - - - - - - - - - - - 31,0
15 - 97,0 - - - - - - - - 7,0 21,0
16 24,0 - - - - 8,0 - - - - 24,0 93,0
17 - - - - - - - - - - 47,0 -
18 33,0 - 29,0 37,0 - - - - - - 15,0 -
19 18,0 - - - - - - - - - - 12,0
20 - - - 3,0 - - - - - - - 57,0
21 - 15,0 55,0 11,0 - - - - - - 11,0 34,0
22 - - - 10,0 - - - - - - - 22,0
23 18,0 - 5,0 20,0 - 12,0 - - - - - -
24 - - - 18,0 - - - - - - - -
25 9,0 - - 11,0 - - - - - - - -
26 60,0 56,0 50,0 - - 4,0 - - 14,0 4,0 - -
27 - 65,0 7,0 24,0 - 11,0 - - - - 48,0 10,0

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


18

Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
28 - 5,0 - - - 20,0 - - - - 40,0 17,0
29 - - - - 11,0 - - - - - 139,0 -
30 - - - - 40,0 - - - - - 20,0 15,0
31 80,0 - - - - - - - - - - 18,0
Total 337,0 431,0 214,0 240,0 76,0 60,0 0,0 0,0 14,0 24,0 414,0 344,0
Hari hujan 12 14 9 14 3 6 0 0 1 3 12 14
Rerata 28,1 30,8 23,8 17,1 25,3 10,0 0,0 0,0 14,0 8,0 34,5 24,6
Maks 80 97 55 37 40 20 0 0 14 12 139 93
Sumber: Soal Tugas TKW,2018
3.1.1. Perhitungan Erositivitas Hujan Menggunakan Metode Bols
Menurut, Chay Asdak, perhitungan erosivitas hujan tahunan Metode Bols tahun 2010,
yaitu:
Berdasarkan data pada Tabel 3.1, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
Hb = 21,62 cm
HH = 88 hari
H24 = 13,90 cm
El30 = 6,119 (Hb)1,21(HH)-0,47(H24)0.53
= 6,119 (21,62)1,21(88)-0,47(13,90)0.53
= 124,09 cm/jam
3.1.2. Perhitungan Erositivitas Hujan Menggunakan Metode Furnier
Perhitungan erosivitas tahunan dengan Metode Furnier, yaitu:
Berdasarkan data pada Tabel 3.1, maka diperoleh informasi sebagai berikut:
P = 3,45 cm
Pa = 21,6 cm
R = P2/Pa
= 3,452/21,6
= 6,55 cm
Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut, diperoleh hasil nilai erosivitas tahunan yang
berbeda. Perhitungan nilai erosi digunakan erosivitas hujan Metode Bols tahunan untuk
perhitungan selanjutnya.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


19

3.2 Perhitungan Indeks Length Slope (LS)


Perhitungan nilai indeks LS (length slope) didasarkan pada kemiringan lereng yang ada di
lahan atau DAS. DAS Krisak memiliki 3 kemiringan lereng yang berbeda, sehingga setiap
kemiringan lereng memiliki nilai LS nya masing-masing.
Tabel 3.2
Rekapitulasi hasil perhitungan nilai LS
L
Lokasi Kemiringan S
(m)
A 2-5% 0.035 1.445,556

B 15-40% 0.275 1.105,054

C >40% 0.4 1.385,195


Sumber: Hasil Perhitungan,2018
Contoh pehitungan pada kemiringan lereng 2-5%, yaitu:
LS = Lm (0,00138 S2 + 0,001965 S + 0,0138)
= 1.445,5560,4 ((0,00138 x 0,0352) + (0,001965 x 0,035) + 0,0138)
= 4,037

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


20

Gambar 3.1. Kondisi Kemiringan Lereng pada DAS Krisak


Sumber : Hasil Penggambaran, 2018
21

3.3 Perhitungan Indeks Nilai CP


Berdasarkan nilai CP diperoleh dari RKLT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah),
Buku II, 1986, diperoleh hasil nilai CP untuk tata guna lahan di DAS Krisak, yaitu:
Tabel 3.3
Rekapitulasi hasil penilaian CP DAS Krisak
Tata Guna Lahan CP
tanah ladang 0,28
sawah tadah hujan 0,05
sawah irigasi 0,05
padang rumput/lapangan 0,3
kebun/perkebunan 0,3
hutan semak/semak belukar 0,3
hutan 0,01
permukiman 0
bendungan 0
waduk/telaga/embung/sal irigasi 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2018

3.4 Perhitungan Laju Erosi di Sub DAS Krisak Dengan Metode USLE
Perhitungan nilai laku erosi (A) untuk metode USLE membutuhkan beberapa parameter
seperti, nilai R, LS, CP, dan K. Perhitungan sebelumnya hanya menghitung nilai R, LS, dan CP,
untuk nilai K dapat diperoleh melalui jenis tanah. Berdasarkan jenis tanah yang diketahui berupa
Gomusol Kelabu Tua dan Mediteran, diperoleh nilai K = 0,275 (berdasarkan tabel nilai K).
Contoh perhitungan nilai A untuk salah satu tata guna lahan di Sub DAS Krisak, yaitu:
Tata guna lahan = Bendungan
R = 124,09 cm/jam
K = 0,275
LS = 4,037
CP = 0,0
Nilai A = R x LS x CP x K
= 124,09 x 4,037 x 0,275 x 0,0 = 0,0 ton/ha/tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut, tidak ada laju erosi untuk tata guna lahan bendungan. Adapun
nilai AUSLE rerata yang diperoleh ialah 2,886 ton/ha/tahun.
22

3.5 Perhitungan Sediment Yield dengan Metode SDR


Sedimen Yield (SY) dapat dihitung menggunakan metode SDR dengan persamaan berikut:
SY = AUSLE x SDR
Nilai SDR diperoleh berdasarkan luas DAS yang dikaji, teori ini terdapat dalam literature
yang ditulis oleh Arsyad,2006. DAS Krisak memiliki luas DAS 7,053 km2, berdasarkan
hubungan luas DAS dan nilai SDR menurut Arsyad,2006, SDR DAS Krisak ialah 0,175. Maka
nilai SY kemudian dapat dihitung.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa tidak sedimen yang
dihasilkan oleh tataguna lahan waduk ke sungai tiap tahunnya.
- Perhitungan SY secara keseluruhan DAS
AUSLE rerata = 2,866 ton/ha/tahun
SDR = 0,175
SY = AUSLE x SDR
= 2,866 x 0,1,7533 = 0,502ton/tahun
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa sedimen yang masuk ke
sungai tiap tahunnya ialah 0,502 ton/tahun.

3.6 Perhitungan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)


Tingkat bahaya erosi (TBE) dapat dihitung berdasarkan ketebalan solum tiap lahan. Dalam
hal ini, ketebalan solum DAS Krisak ialah 60 cm. Berdasarkan nilai ini, kemudian diperoleh
nilai TSL atau laju erosi yang masih dapat ditoleransi. TSL dengan kedalaman solum 60 cm
ialah 14,4 ton/ha/tahun (Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah – tanah di Indonesia (Arsyad,
2006). Kemudian nilai TBE dapat dihitung dengan persamaan:
TBE = AUSLE/TSL
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat tingkat bahaya
erosi yang dihasilkan oleh tataguna lahan waduk.
- Perhitungan TBE secara keseluruhan DAS
AUSLE = 2,866 ton/ha/tahun
TSL = 14,4

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


23

TBE = AUSLE/TSL
= 2,866/14,4 = 0,199
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa nilai tingkat bahaya erosi
(TBE) pada DAS Krisak ialah 0,199.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


24

Tabel 3.4
Rekapitulasi Laju Erosi di Sub DAS Krisak
L R A
Jenis Kemiringan
Penggunaan Lahan Luas Area S m K LS CP SDR SY TSL TBE
Tanah Lereng m cm/jam ton/ha/tahun

waduk/telaga/embung/sal
251077,849 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
irigasi
padang rumput/lapangan 142739,657 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.3 5,64 0,18 0,99 14,40 0,39
padang rumput/lapangan 15813,967 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.3 5,64 0,18 0,99 14,40 0,39
bendungan 36119,811 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
bendungan 36433,933 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
bendungan 58017,259 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
bendungan 99028,788 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
hutan semak/semak
480136,028 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.3 5,64 0,18 0,99 14,40 0,39
belukar
hutan semak/semak
341865,388 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.3 5,64 0,18 0,99 14,40 0,39
belukar
hutan 430967,910 Gromusol 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 430967,910 Kelabu Tua >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
dan
hutan 12693,164 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
Mediteran
hutan 8977,944 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 43045,591 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 9353,920 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 9768,791 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 298605,994 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 13539,373 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 10812,685 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 669974,253 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 669974,253 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
kebun/perkebunan 24853,284 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.3 41,33 0,18 7,25 14,40 2,87
hutan 8003,037 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
25

L R A
Jenis Kemiringan
Penggunaan Lahan Luas Area S m K LS CP SDR SY TSL TBE
Tanah Lereng m cm/jam ton/ha/tahun

hutan 16146,545 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 11177,465 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 13653,174 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 184687,474 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 1531265,260 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 1531265,260 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.01 0,19 0,18 0,03 14,40 0,01
hutan 4256,063 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 25779,770 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
hutan 8465770,026 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.01 0,16 0,18 0,03 14,40 0,01
sawah irigasi 8956,675 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah irigasi 3996070,974 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.05 0,82 0,18 0,14 14,40 0,06
sawah irigasi 3996070,974 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.05 0,94 0,18 0,16 14,40 0,07
sawah irigasi 3996070,974 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah tadah hujan 162601,802 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.05 0,82 0,18 0,14 14,40 0,06
sawah tadah hujan 162601,802 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.05 0,94 0,18 0,16 14,40 0,07
sawah tadah hujan 17103,835 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah tadah hujan 6090,976 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah tadah hujan 141641,738 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah tadah hujan 1278828,653 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.05 0,82 0,18 0,14 14,40 0,06
sawah tadah hujan 1278828,653 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.05 0,94 0,18 0,16 14,40 0,07
sawah tadah hujan 1278828,653 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
sawah tadah hujan 98897,278 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.05 0,82 0,18 0,14 14,40 0,06
tanah ladang 16072,469 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0.28 5,27 0,18 0,92 14,40 0,37
tanah ladang 99432,430 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.28 38,58 0,18 6,76 14,40 2,68
tanah ladang 46579,277 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0.28 4,59 0,18 0,80 14,40 0,32
permukiman 34101,556 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 32232,468 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


26

L R A
Jenis Kemiringan
Penggunaan Lahan Luas Area S m K LS CP SDR SY TSL TBE
Tanah Lereng m cm/jam ton/ha/tahun

permukiman 48194,994 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 48194,994 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 89797,871 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 102611,192 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 102611,192 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 118801,045 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 133716,544 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 28950,129 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 28950,129 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 330765,946 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 330765,946 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 162045,524 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 99578,852 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 99578,852 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 59957,679 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 128691,151 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 84093,072 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 17482,004 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 3082,177 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 58667,220 15-40% 1105.054 0.275 0.5 124,09 0,275 0,480 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 58667,220 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 4930224,643 >40% 1385.195 0.4 0.5 124,09 0,275 0,551 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
permukiman 1677470,118 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
kebun/perkebunan 24853,284 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.3 41,33 0,18 7,25 14,40 2,87
permukiman 1677470,118 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
hutan 11177,465 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.01 1,38 0,18 0,24 14,40 0,10
permukiman 1677470,118 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


27

L R A
Jenis Kemiringan
Penggunaan Lahan Luas Area S m K LS CP SDR SY TSL TBE
Tanah Lereng m cm/jam ton/ha/tahun

sawah irigasi 3996070,974 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
permukiman 1677470,118 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
sawah tadah hujan 17103,835 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0.05 6,89 0,18 1,21 14,40 0,48
permukiman 1677470,118 2-5% 1445,556 0.035 0.4 124,09 0,275 4,037 0 0,00 0,18 0,00 14,40 0,00
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


28

Gambar 3.2 Peta Sebaran Tingkat Bahaya Erosi untuk Tahun 2017

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


29

3.7 Upaya Konservasi


Berdasarkan perhitungan TBE, DAS Krisak tergolong aman, diperoleh hasil bahwa nilai
0,199 menunjukan bahwa bahaya erosi masih tergolong rendah. Konservasi yang dapat
ditawarkan ialah konservasi yang masih bersifat ringan sesuai dengan TBE. Upaya konservasi
yang dapat dilakukan ialah mempertegas dan menjaga areal-areal yang termasuk tataguna lahan
bervegetasi seperti, hutan, kebun, dan sebagainya untuk mempertahankan kemampuan lahan
menahan laju erosi.
30

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Nilai R :
Metode Bold = 124,09 cm/jam
Metode Fournier = 6,55 cm
- Nilai AUSLE rerata = 2,866 ton/ha/tahun
- Nilai SY keseluruhan = 0,502 ton/tahun
- Nilai TBE keseluruhan = 0,199

4.2. Saran
Berdasarkan perhitungan TBE rerata, diperoleh hasil bahwa nilai 0,199 menunjukan bahwa
bahaya erosi masih tergolong rendah. Nilai ini pula mengacu pada nilai IBE (indeks bahaya
erosi), nilai 0,199 menunjukan bahwa bahaya erosi masih tergolong rendah (IBE < 1, Klasifikasi
Indeks Bahaya Erosi (Hammer, 1981 dalam Arsyad, 2006)). Nilai TBE juga dapat dilihat
melalui besar nilai AUSLE, dengan nilai 2,866 ton/ha/tahun, TBE DAS Krisak digolongkan pada
Kelas TBE I dengan klasifikasi bahaya erosi sangat rendah.
Konservasi yang dapat ditawarkan ialah konservasi yang masih bersifat ringan sesuai
dengan TBE. Upaya konservasi yang dapat dilakukan ialah mempertegas dan menjaga areal-
areal yang termasuk tataguna lahan bervegetasi seperti, hutan, kebun, dan sebagainya untuk
mempertahankan kemampuan lahan menahan laju erosi.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri


31

DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Anonim. (2004). Pedoman Pengelolaan Waduk. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Arsyad. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Asdak, C. (2001). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bandung: Gadjah Mada
University Press.
Asmaranto, R. (2018). Pedoman Pengelolaan Sedimentasi Waduk. Perkuliahan Mata Kuliah
Teknik Konservasi Waduk. Malang: Universitas Brawijaya.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. (1986). Pedoman Penyusunan Pola
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

TUGAS BESAR TEKNIK KONSERVASI WADUK | Novianti Sidi Astri

Anda mungkin juga menyukai