MAKALAH
Fahira Salsabila
1606870332
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Variabel Pengaruh yang Dominan dalam Mencapai Mutu Pekerjaan Konstruksi
Jalan Lentur” dengan baik. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata
Kuliah Perancangan Struktur Perkerasan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sigit
Pranowo Hadiwardoyo DEA. dan Ibu Ir. Ellen Sophie Wulan Tangkudung M.S.
selaku Dosen Mata Kuliah Perancangan Struktur Perkerasan yang telah
memberikan materi dalam menunjang proses penyelesaian makalah ini serta kepada
semua pihak lainnya yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan kurang kesempurnaan, maka kritik dan saran yang konstruktif
dari semua pihak akan penulis terima dengan lapang dada untuk menjadikan
makalah ini lebih baik lagi. Namun penulis berharap semoga makalah ini tetap
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan serta dapat
menjadi sumber inspirasi untuk kedepan nantinya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 27
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 27
3.2. Saran ....................................................................................................... 27
ii Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
iv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Persyaratan Gradasi Butiran Agregat sebagai Bahan Susun Lapis Pondasi
Jalan....................................................................................................................... 23
v Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
6 Universitas Indonesia
2. Berapa jenis kerusakan yang dapat terjadi pada perkerasan jalan lentur?
3. Apa saja penyebab kerusakan pada perkerasan jalan lentur?
4. Bagaimana cara mencegah kerusakan pada perkerasan jalan lentur?
7 Universitas Indonesia
1.5. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dengan selesainya makalah ini, dapat memberikan
wawasan kepada pembaca mengenai cara mencegah kerusakan pada perkerasan
jalan lentur dengan mengetahui variabel dominan yang sangat penting dan
berpengaruh dalam peningkatan mutu pekerjaan konstruksi jalan lentur.
8 Universitas Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
9 Universitas Indonesia
2.1.3. Fungsi Perkerasan Jalan
Masing-masing jenis dari perkerasan memiliki perbedaan serta fungsi
yang berbeda tergantung bahan dasar yang digunakan. Di antara perbedaan
utama yang mendasar antara perkerasan kaku dengan perkerasan lentur dapat
dijelaskan sebagaimana tabel di bawah ini.
Sumber : Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung
10 Universitas Indonesia
dasar. Aspal merupakan material yang berwarna hitam atau coklat tua dan pada
temperatur ruang berbentuk padat hingga mencapai agak padat. Namun apabila
aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu, maka aspal dapat menjadi
lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu
pembuatan aspal beton. Lalu ketika temperatur mulai turun, aspal kemudian
akan kembali mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya, hal ini
membuktikan bahwa aspal memiliki sifat termoplastis.
Sifat aspal menjadi berubah akibat panas dan umur yaitu aspal akan
menjadi kaku dan rapuh kembali sehingga daya adhesinya terhadap partikel
agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat diatasi atau dikurangi bila sifat-
sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah- langkah yang baik dalam proses
pelaksanaan.
Adapun konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang
diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan yang
ada dibawahnya sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari
beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya dukung
tanah dasar.
Lapisan-lapisan konstruksi perkerasan lentur jalan dijelaskan seperti
ilustrasi gambar di bawah.
11 Universitas Indonesia
2.1.5. Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur
12 Universitas Indonesia
OGEM dan Macadam Emulsion
Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri
dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam, dengan tebal maksimum 2 cm
Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri
dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara
berurutan dengan tebal padat maksimum 3,5 cm
Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri
dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur,
dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1 – 2
cm
Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch
Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan
perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal
padat maksimum 1 cm
Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan hot rolled sheet
(HRS) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara
agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam
keadaan panas. Tebal padat antara 2,5 – 3,0 cm
13 Universitas Indonesia
2. Lapisan bersifat struktural, di mana memiliki fungsi sebagai lapisan
yang dapat menahan dan menyebarkan beban roda kendaraan.
Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri
dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan
seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan
aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi
antara 4 – 10 cm.
Lasbutag, merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri
dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,
dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya
antara 3 – 5 cm.
Laston (Lapis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi
jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada
suhu tertentu.
14 Universitas Indonesia
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan
material dengan CBR > 50% dan Palstisitas Index (PI) < 4%. Bahan-bahan
alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan
kapur juga tetap dapat digunakan sebagai base course.
Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain.
1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah kelas A, batu
pecah kelas B dan batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A mempunyai
gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, dan batu pecah kelas
B lebih kasar dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing-masing
jenis lapisan di atas dapat diperoleh pada spesifikasi yang diberikan.
2. Pondasi Macadam
3. Pondasi Telford
4. Penetrasi Macadam (Lapen)
5. Aspal Beton Pondasi (Asphal Concrete Base / Asphalt Treated Base)
6. Stabilisasi, yang terdiri dari :
Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)
Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base)
15 Universitas Indonesia
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah.
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/ pitrun yang terbagi dalam
kelas A, kelas B dan kelas C. sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari
sirtu kelas B, yang masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang
diberikan.
2. Stabilisasi, yang terdiri dari.
Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Trreated Subbase)
Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)
Stabilisasi tanah dengan semen ( Soil Cement Stabilization)
Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)
16 Universitas Indonesia
aspal itu sendiri.
b. Bahan pengisi
Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari
agregat itu sendiri.
17 Universitas Indonesia
1. Retak (Cracking)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan
kembali menjadi.
a. Retak halus atau retak garis (hair cracking)
Lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm dan penyebabnya
adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil.
18 Universitas Indonesia
c. Retak pinggir (edge crack)
Retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke
bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya
sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya
penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah
tersebut.
19 Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
2.3.2. Bahan
Universitas Indonesia
23
penurunan umur rencana jalan. Misalnya gradasi agregat uang tidak sesuai
dengan yang dipersyaratkan ataupun dalam proses pencampuran bahan,
kadar air yang digunakan tidak mengikuti batas optimum yang telah
ditentukan, tentu hal inilah yang menyebabkan kerusakan jalan terjadi
sebelum batas umur yang direncanakan.
Bahan material utama untuk perkerasan lentur terdiri atas bahan
pengikat dan bahan pokok berupa pasir, kerikil, batu pecah/ agregat dan
lain- lain. Sedangkan untuk bahan pengikat perkerasan bergantung dari
jenis perkerasan jalan yang akan digunakan berupa tanah liat, aspal/
bitumen, portland cement, atau kapur/ lime. Persyaratan bahan perkerasan
lentur terbuat dari bahan batu pecah dengan ukuran yang bervariasi
membentuk gradasi tertutup serperti yang ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan Gradasi Butiran Agregat sebagai Bahan Susun Lapis Pondasi Jalan
Universitas Indonesia
24
2.3.3. Peralatan
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
2.3.5. Lingkungan
Universitas Indonesia
27
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Universitas Indonesia
28
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia