0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
109 tayangan5 halaman
Perkembangan perkerasan jalan di Indonesia dimulai dari konstruksi perkerasan Telford dan Macadam pada abad ke-18, kemudian berkembang menggunakan aspal pada tahun 1920-an. Pada tahun 1970-an, mulai diperkenalkan perkerasan berbahan dasar semen dan aspal panas, serta pembangunan jalan tol pertama di Indonesia. Perkembangan teknologi perkerasan terus berlanjut sejalan dengan kemajuan transportasi di Indonesia.
Perkembangan perkerasan jalan di Indonesia dimulai dari konstruksi perkerasan Telford dan Macadam pada abad ke-18, kemudian berkembang menggunakan aspal pada tahun 1920-an. Pada tahun 1970-an, mulai diperkenalkan perkerasan berbahan dasar semen dan aspal panas, serta pembangunan jalan tol pertama di Indonesia. Perkembangan teknologi perkerasan terus berlanjut sejalan dengan kemajuan transportasi di Indonesia.
Perkembangan perkerasan jalan di Indonesia dimulai dari konstruksi perkerasan Telford dan Macadam pada abad ke-18, kemudian berkembang menggunakan aspal pada tahun 1920-an. Pada tahun 1970-an, mulai diperkenalkan perkerasan berbahan dasar semen dan aspal panas, serta pembangunan jalan tol pertama di Indonesia. Perkembangan teknologi perkerasan terus berlanjut sejalan dengan kemajuan transportasi di Indonesia.
SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERKERASAN JALAN RAYA
DI INDONESIA
Fahira Salsabila 16068703321)
1) Perancangan Struktur Perkerasan-02, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Jalan dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari guna memenuhi
kebutuhan hidup. Perkembangan perkerasan jalan selalu beriringan dan saling berkaitan dengan teknologi penemuan manusia dari yang belum mengenal alat pengangkut, mengenal alat pengangkut berupa hewan hingga kendaraan beroda sebagai alat pengangkut yang baru. Seperti halnya di Indonesia, perkembangan perkerasan jalan dimulai dari konstruksi perkerasan telford dan macadam yang kemudian ditemukan kembali konstruksi perkerasan berbahan aspal, aspal yang disempurnakan seperti aspal panas dan aspal beton hingga konsruksi perkerasan berbahan dasar semen. Maka dari itu, perlu diketahui kembali sejarah bagaimana konstruksi perkerasan di Indonesia semakin berkembang pesat hingga pada akhirnya setiap pembangunan perkerasan di Indonesia disesuaikan terhadap fungsinya masing- masing. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode deksriptif dengan meninjau aspek kualitatif yang bersumber dari literatur. Hasil yang diharapkan adalah mengetahui dan memahami sejarah perkembangan perkerasan jalan di Indonesia.
Kata Kunci: Indonesia, perkerasan jalan , sejarah, teknologi
1. Sejarah Perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia yang selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Perkembangan teknik jalan seiring dengan berkembangnya teknologi yang di temukan umat manusia. (Sukirman. S., 1992). Dengan demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Manusia telah mengerti arti jarak jauh dan dekat sebelum mengenal hewan sebagai alat pengangkut sehingga mereka berusaha mencari jalan terdekat dan melewati segala rintangan yang ada seperti menaruh batu di sana dan di sini sebagai tempat loncatan mereka berjalan pada tempat-tempat yang berlumpur. Namun setelah manusia mulai mengenal hewan sebagai alat pengangkut maka semenjak inilah konstruksi jalan mulai sedikit maju seperti bentuk jalan yang bertangga-tangga dan sudah dibuat lebih mendatar, batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlum pur sudah dibuat lebih rapih, dan menutup rapat tempat-tempat yang jelek. Lalu semakin maju kembali ketika manusia telah mengenal kendaraan beroda sebagai alat pengangkut. Bangsa Romawi mulai membuat jalan pada abad ke 4 SM hingga abad ke 4 dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet — 5 feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 (± 12 m). Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis seperti gambar dibawah ini.
Gambar 1. Konstruksi Perkerasan Romawi
Sumber: www.caridokumen.com Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat adalah pada pembangunan jalan Daendels pada Zaman Belanda yang dibangun dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi, Jawa Timur sepanjang sekitar 1000 km. Tujuan pembangunan jalan tersebut yaitu untuk kepentingan strategi pada masa tanam paksa untuk memudahkan dalam mengangkut hasil tanam. Jalan Daendels tersebut juga belum dibangun secara teknis dari segi geometrik dan perkerasan jalannya hingga runtuhnya kekuasaan Romawi pada abad ke 18. Pada abad 18, para ahli dari Perancis dan Skotlandia menemukan bentuk perkerasan di mana merupakan awal dari perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia yang sebagian hingga saat ini masih umum digunakan di Indonesia yaitu Konstruksi Perkerasan Batu Belah (Telford) dan Konstruksi Perkerasan Macadam. Konstruksi Perkerasan Batu Belah (Telford) diciptakan oleh Thomas Telford (1757-1834). Beliau merupakan seorang ahli jembatan Iengkung dari batu lalu menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan Iengkung seperti berikut ini : "Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu- batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan“. Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut "Sistem Telford".
Gambar 2. Konstruksi Perkerasan Telford
Sumber: www.caridokumen.com
Konstruksi Perkerasan Macadam diciptakan oleh Jhon Londer MacAdam
(1756-1836). Pada waktu itu pula John Mc Adam memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip "tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3"). Perkerasan sistem ini juga sangat berhasil dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut "Sistem Mc. Adam"
Gambar 3. Konstruksi Perkerasan McAdam
Sumber: www.caridokumen.com
Kemudian perkerasan jalan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat
mulai ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 M namun perkerasan jalan dengan teknik seperti ini tidak mengalami perkembangan hingga ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflied Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Perkerasan menggunakan aspal mulai maju pesat pada tahun 1920. Di Indonesia perkerasan aspal mulai ditemukan pada tahap awal perkerasan telford dan macadam yang diberi lapisan aus dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir pasar dan kemudian berkembang menjadu lapisan penetrasi (Brutu, Burda, Buras). Tahun 1980 mulai diperkenalkan perkerasan jalan menggunakan aspal emulsi dan brutas tetapi memiliki permasalahan dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal brutas yaitu dalam hal variasi kadar aspalnya. Hal ini kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastic. Lalu perkerasan jalan menggunakan aspal semakin berkembang kembali di Indonesia yaitu dengan menggunakan aspal panas (hot mix) pada tahun 1975 yang kemudian disusul aspal beton (AC) dan lain sebagainya. Konstruksi perkerasan semen atau concrete pavement sebagai bahan pengikat juga telah ditemukan oada tahun 1828 di London tetapi baru mulai berkembang pada awal tahun 1900. Konstruksi semacam ini kemudian mulai dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada awal tahun 1970 yaitu pada pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia semakin berkembang pesat sejak tahun 1970 di mana sudah mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan yang telah disesuaikan kembali dengan fungsinya masing-masing. Sedangkan untuk perancangan geomerik jalan yang dapat dilihat hingga saat ini baru diperkenalkan sekitar pertengahan tahun 1960 lalu mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai tahun 1980.
DAFTAR PUSTAKA
Hadihardaja, J. (1987). Rekayasa Jalan Raya. Jakarta: Gunadarma.
Kay, F. (2017). Sejarah Perkerasan Jalan. Kupang: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Nusa Cendana. Tenriajeng, A. T. (2002). Rekayasa Jalan Raya 2. Jakarta: Gunadarma.