Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“TEKNOLOGI PERKERASAN JALAN”

Dosen Mata Kuliah :


John H. Frans, ST., MT

NAMA : SAMUEL Ch. RADJA KUDJI

NIM : 2106010084
PRODI : TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah "TEKNOLOGI
PERKERASAN JALAN" ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perkerasan Jalan.

Dari penyusunan makalah ini, tentunya saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik maupun saran dari
para pembaca yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih.

Kupang, 31 Agustus 2023

Penulis

Samuel Ch. Radja Kudji

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perkerasan Jalan.....................................................................................3
2.2 Sejarah Perkerasan jalan ......................................................................................3
2.Jenis-Jenis Perkerasan.............................................................................................6
2.4 Material Konstruksi Perkerasan...........................................................................9
2.5 Alat Perkerasan Jalan..........................................................................................10
2.6 Teknologi Perkerasan Jalan................................................................................16

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan.........................................................................................................18
3.2.Saran...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami
perkembangan pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat
menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai
jalan tersebut.
Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan
dengan kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya.
Dalam perkembangannya kemudian, jalan memainkan peran yang semakin
penting sejalan dengan perkembangan kebudayaan mayarakat Indonesia pada saat
memasuki sejarah. Jalan yang semula hanya berfungsi sebagai tempat perlintasan
orang, kemudian berfungsi pula sebagai tempat perlintasan kendaraan, mulai
kendaraan yang ditarik dengan tenaga hewan hingga kendaraan yang
menggunakan tenaga mesin. Perkembangan fungsi jalan sebagai tempat
perlintasan kendaraan ini bergerak secara evolusioner sejak masa Hindu Budha,
Islam, hingga penetrasi kolonial.
Banyak metode yang digunakan untuk merencanakan tebal perkerasan
jalan. Perkembangan metode perhitungan dimulai dari teknik coba-coba dan
antisipasi terhadap kondisi alam. Metoda perhitungan struktur perkerasan,
awalnya di mulai dari keinginan memperkuat tanah agar dapat menahan dan
mendistribusikan beban dengan baik. Dari pendekatan ini dapat diturunkan
metoda perhitungan struktur perkerasan.
Perkerasan jalan diklasifikasikan menjadi perkerasan lentur dan
perkerasan kaku. Perkerasan kaku dan lentur dapat mengalami berbagai jenis
kegagalan termasuk kerusakan berupa lubang dan kerusakan berat pada
permukaan. Berbagai teknologi dan material inovatif baru-baru ini digunakan
untuk mencegah kerusakan perkerasan jalan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan ini terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa definisi dari perkerasan jalan?
1
2. Bagaimana berkembangnya sejarah perkerasan jalan?
3. Apa saja jenis-jenis perkerasan jalan?
4. Material apa saja yang digunakan dalam perkerasan jalan?
5. Jenis alat berat apa saja yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan?
6. Apa saja teknologi dari perkerasan jalan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari perkerasan jalan
2. Untuk mengetahui berkembangnya sejarah perkerasan jalan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis perkerasan jalan
4. Untuk mengetahui material apa saja yang digunakan dalam pekerjaan
perkerasan jalan.
5. Untuk mengetahui jenis alat berat apa saja yang digunakan dalam pekerjaan
konstruksi perkerasan jalan.
6. Untuk mengetahui apa saja teknologi perkerasan jalan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yangdipakai adalah batuan
pecah atau batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah
aspal, semen ataupun tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat
memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu
lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa
seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragam
jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikanvariasi beban
ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpangakan memberikan pula
sejumlah variasi.

2.2 Sejarah Perkerasan Jalan


2.2.1 Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut
Setelah manusia diam berkelompok di suatu tempat yang tetap
mereka mulai mengenal arti jarak iauh dan dekat. Maka dalam membuat
jalan mereka berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan mengatasi
rintangan-rintangan yang masih bisa mereka atasi. Misalnya bila melewati
tanjakan-tanjakan yang curam, mereka membuat tangga-tangga dan bila
melewati tempat-tempat yang berlumpur mereka menaruh batu-batu
disana sini agar bisa melompat-lompat di atasnya.

2.2.2 Setelah Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut


Setelah manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, maka
konstruksi jalan sudah agak maju, ialah:
- Bentuk jalan yang bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar.
- Batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang ditempat yang jelek atau
berlumpur sudah dibuat lebih kerap dan menutup rapat tempat yang
jelek tersebut, sehingga demikian lahirlah konstruksi perkerasan.

2.2.3 Setelah Mengenal Kendaraan Beroda


3
Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM - abad ke 4 M, telah
membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet - 5 feet (1,0 m - 1,7
m) dan lebarnya 35 feet (± 12 m). Perkerasan tersebut dibuat berlapis-lapis
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Konstruksi Perkerasan Romawi

2.2.4 Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Akhir Abad Ke-18


- Seorang bangsa Inggris Thomas Telford ahli jembatan lengkung dari
batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama
seperti jembatan lengkung seperti berikut ini; " Prinsip desak-desakan
dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan
tangan”. Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut "Sistem
Telford".

Gambar 2.2 Konstruksi Perkerasan Telford

- Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 - 1836), memperkenalkan


kontruksi perkerasan dengan prinsip "tumpang-tindih" dengan
menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3").
Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip
4
pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini
disebut "Sistem Mc. Adam".

Gambar 2.3 Konstruksi Perkerasan Mc Adam

Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih sering


dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia dengan menggabungkannya
menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah untuk bagian bawah sistem
Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.

2.2.5 Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke-19


Pada abad 19 Kereta Api ditemukan mulai pada Tahun 1930,
jarring-jaring rel kereta api dibuat dimana-mana, maka angkuran lewat
jalan raya mulai terdesak, dengan sendirinya Teknik pembuatan jalan tidak
berkembang. Tetapi pada akhir abad ke - 19 kendaraan bermotor mulai
banyak, sehingga menuntut jalan darat yang baik dan lancar, teknik
pembuatan jalan yang baik timbul lagi.

2.2.6 Perkembangan Konstruksi Perkerasan Jalan Pada Abad Ke-20


Sesudah perang dunia ke I kira-kira tahun 1920 banyak negara -
negara mulai memperhatikan pembangunan jalan raya, karena makin
banyaknya angkutan kendaraan bermotor. Persaingan antara Kereta Api
dan kendaraan bermotor mulai ramai, karena masing-masing memiliki
keunggulan sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh Kereta Api
unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak pendek/ dekat kendaraan
bermotor lebih unggul dikarenakan kendaraan bermotor dapat melayani
dari pintu ke pintu (door to door), dan bahan bakar yang dibutuhkan lebih

5
rendah. Disamping itu pula orang mulai membuat jalan, sehingga
perkembangan pembuatan jalan menjadi menjadi lebih cepat dengan
kemudahan pembuatan dan kualitas yang lebih balk. Selama perang dunia
ke II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beribui-ribu
kilometer jalan secara masinal sistem modern dibanyak negara. Hal ini
mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai jalan raya.
2.3 Jenis-jenis Perkerasan Jalan
2.3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement)
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-
lintas dan menyebarkannya kelapisan di bawahnya terus ketanah dasar.
1. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsisebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah
lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang di datangkan dari tempat lain atau tanah
yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka
lapisan tanah dasar dibedakan atas:
- Lapisan tanah dasar, tanah galian.
- Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
- Lapisan tanah dasar, tanah asli.
2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di
atas lapisan tanah dasar dan dibawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi
bawah ini berfungsi sebagai :
- Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
ke tanah dasar.
- Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
- Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi atas.
- Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat
6
(akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal
pelaksanaan pekerjaan.
- Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama
hujan
3. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas
ini berfungsi sebagai :
- Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.
- Bantalan terhadap lapisan permukaan
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan
awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan
bahan lapis pondasi ini perlu di pertimbangkan beberapa hal antara
lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak
angkut bahan ke lapangan.
4. Lapisan Permukaan (Surfase Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung
dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi
sebagai:
- Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
- Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat remkendaraan
(lapisaus)
- Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
- Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga
dapat dipikul oleh lapisan dibawahnya. Apabila diperlukan, dapat
juga dipasang suatu lapis penutup /lapis aus (wearing course) di
atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai
lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya
air dan untuk memberikan kekesatan (skidresistance) permukaan
jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu
lintas.

7
Gambar 2.4 Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur

2.3.2 Konstruksi Perkerasan Jalan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut
perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi
dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) diatas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang
berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan
memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke
bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena
yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam
perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu
sendiri.
Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasihanya
berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya. Lapis
pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap system drainase, kendali terhadap kembang-susut yang
terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working
platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik,fungsi dari
lapis pondasi bawah adalah :
- Menyediakan lapisan yang seragam stabil dan permanen
- Mengurangi kemungkinan terjadinya retak–retak pada plat beton
8
- Menyediakan lantai kerja bagi alat –alat berat selama masa kostruksi
- Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir- butiran halus
tanah bersama air sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena
beban lalulintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku di bandingkan dengan
perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan,
dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugiannya.

Gambar 2.5 Konstruksi Perkerasan Jalan Kaku

2.4 Material Konstruksi Perkerasan


2.4.1 Tanah Dasar
Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar, dengan demikian
secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas
dari sifat dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan
adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau di dekatnya,
yang telah dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga
mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan mempertahankan
perubahan volume selama masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan
lingkungan dan jenis tanah setempat. Sifat masing-masing jenis tanah
tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan lain
sebagainya.

2.4.2 Agregat
Agregat/batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit
bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan
sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa massa
9
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
Agregrat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan
jalan yaitu mengandung 90-95% agregrat berdasarkan presentase berat
atau 75-80% agregat berdasarkan presentase volume. Dengan demikian
daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan di tentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.

2.4.3 Aspal
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat
tua, pada temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika
dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi
lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregrat pada waktu
pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada
penyemprotan/penyiraman pada perkerasan macadam ataupun pelaburan.
Jika temperature mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat
pada tempatnya (sifat termoplastis).
Sebagai salah salah satu material konstruksi perkerasan lentur,
aspal merupakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4-10%
berdasarkan berat atau 10-15% berdasarkan volume, tetapi merupakan
komponen yang relatif mahal.
Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya tarhadap partikel agregat akan
berkurang. Perubahan ini dapat diatasi/dikurangi jika sifat-sifat aspal
dikuasai dan dilakukan langkah-langkah yang baik dalam proses
pelaksanaan.

2.5 Alat Perkerasan Jalan


2.5.1 Alat Perkerasan Jalan Lentur
1. Asphalt Distributor
Asphalt Distributor adalah peralatan yang digunakan untuk
menyemprotkan aspal cair panas ke atas permukaan pada pekerjaan
finishing jalan secara merata dengan kecepatan yang sama. Asphalt
Distributor merupakan alat gelar yang harus dimiliki kontraktor jalan.

10
Gambar 2.6 Asphalt Distributor

2. Roller
Roller merupakan alat pemadatan lapisan aspal. Proses pemadatan
tidak berlangsung sekali jadi. Pemadatan aspal biasanya dilakukan
untuk setiap jarak 100 meter. Hal ini untuk menjaga agar suhu
campuran aspal tetap panas saat proses pemadatan berlangsung. Proses
pemadatan yang baik akan menghasilkan permukaan jalan yang baik
pula.
Roller yang biasa digunakan untuk memadatkan aspal terdiri atas
tiga jenis, yakni:
- Pneumatic-tired roller
Pneumatic Tyred Rollers (PTR) memiliki fungsi utama
sebagai alat pemadatan lapisan base course, binder course, dan
permukaan pada jalan aspal. Selain itu, alat ini juga dapat
digunakan untuk pemadatan tanah dasar, tanah campur kapur dan
semen. PTR juga andal digunakan untuk mengikat campuran aspal
guna mendapatkan efek sealing pada lapisan permukaannya.

11
Gambar 2.7 Pneumatic-Tired Roller

- Smooth-wheel roller
Smooth-wheel roller cocok digunakan untuk memadatkan
material berbutir seperti pasir, kerikil, dan batuan pecah / split.
Permukaan tanah yang telah dipadatkan dengan tamping roller
akan menjadi lebih licin dan rata jika dipadatkan lagi dengan alat
ini

Gambar 2.8 Smooth-Wheel Roller

- Vibrating Steel-Drum Roller


Vibratory roller adalah alat pemadat yang memiliki drum
yang digunakan untuk memadatkan tanah, aspal atau material
lainnya melalui penerapan gabungan gaya statis dan dinamis untuk
meningkatkan kapasitas menahan beban permukaan.

12
Gambar 2.9 Vibrating Steel-Drum Roller

3. Asphalt Paver
Asphalt Finisher atau asphalt paver merupakan alat berat dengan
roda ban ataupun crawler yang dilengkapi dengan suatu system yang
mampu menghamparkan campuran aspalt diatas permukaan pondasi
jalan.

Gambar 2.10 Asphalt Paver

2.5.2 Alat Perkerasan Jalan Kaku


1. Transverse Concrete Finisher
Transverse concrete finisher berfungsi untuk meratakan dan
membentuk permukaan beton, sesuai dengan kemiringan yang
diinginkan.

13
Gambar 2.11 Transverse Concrete Finisher

2. Automatic Curing Machine


Automatic curing machine berfungsi menyemprotkan air dalam
pengerasan beton. Ketika beton mulai mengering, alat ini secara
otomatis akan menyemprotkan air. Tujuan penyemprotan untuk
mencegah beton retak akibat pengeringan yang terlalu cepat.

Gambar 2.12 Automatic Curing Machine

3. Concrete Spreader
Concrete spreader merupakan alat berat yang digunakan untuk
pengerasan kaku. Alat ini berfungsi untuk menyebarkan beton plastis
dalam pekerjaan pengerasan kaku, kemudian menggetarkannya.

14
Gambar 2.12 Concrete Spreader
4. Paving Mixer
Paving mixer adalah alat pengaduk beton yang digunakan khusus
untuk pengerasan. Alat ini memiliki kelengkapan seperti boom dan
bucket, untu memudahkan pekerjaan pengecoran.

Gambar 2.13 Paving Mixer


5. Slipform Paver
Slipform paver memiliki beberapa fungsi, yaitu menyebar beton,
memadatkan, dan menyelesaikan pekerjaan akhir pengerasan
beton.Beton yang disebar dengan alat ini tidak membutuhkan cetakan.

Gambar 2.13 Slipform Paver


15
2.6 Teknologi Perkerasan Jalan
2.6.1 Fog seal
Ini adalah metode aplikasi penyemprotan ringan aspal emulsi encer
atau aspal emulsi yang diencerkan dengan air pada permukaan perkerasan
beraspal yang sudah eksisting.
2.6.2 Chip Seal
Penanganan permukaan perkerasan aspal dengan cara disemprot
menggunakan aspal (aspalcair, aspal emulsi dan aspal modifikasi) dan
kemudian dilapisi dengan satu lapis agregat.
2.6.3 Bubur Aspal (Slurry seal)
Terdiri dari agregat, bahan pengisi (bila diperlukan), air, dan aspal
emulsi yang dicampur secara dingin dengan menggunakan alat
pencampur, serta penghamparan dan pemadatan (bila diperlukan) di atas
permukaan perkerasan beraspal eksisting yang telah disiapkan.
2.6.4 Lapis Permukaan Mikro (Microsurfacing)
Terdiri dari agregat, bahan pengisi, air, dan aspal emulsi yang
dicampur secara dingin dengan menggunakan alat pencampur, serta
dilakukan penghamparan dan pemadatan (bila diperlukan) di atas
permukaan perkerasan beraspal eksisting yang telah disiapkan.
2.6.5 Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA)
Berupa lapis tambah atau bagian dari stragtegi mill dan fill dengan
ketebalan maksimum 30mm. Merupakan campuran beraspal panas yang
menggunakan gradasi dengan ukuran maksimum 4,75mm dan 9,5mm
2.6.6 PCC Joint & Crack Sealing
Crack sealing digunakan untuk mengisi sambungan (joint) dan
retak pada slab beton (PCC). Biasanya sealent ini digunakan pada tahap
awal atau retak panel yang terisolasi. Untuk retak extensive panel seperti
kurangnya dukungan pada slab atau kesalahan pada masa konstruksi tidak
dapat diperbaiki dengan sealent ini.
2.6.7 Slab Stabilization and Jacking
Pada daerah perkerasan yang mengalami penurunan atau depresi.
Pengembalian elevasi pelat yang turun dilakukan dengan cara
menginjeksikan suatu bahan ke bawah pelat serta memantau dengan
16
seksama peninggian pelat pada setiap lubang injeksi sampai dicapai profil
yang dikehendaki
2.6.8 Cross-stitching
Merupakan metode pemeliharaan yang dirancang untuk
mempertahankan kekuatan perkerasan kaku, baik yang mengalami retak
memanjang atau pun untuk pengikat sambungan memanjang yang
mengalami pemisahan.
2.6.9 Dowel Retrofit
Pemasangan kembali batang dowel atau perangkat mekanis lainnya
pada joint atau retak melintang.
2.6.10 Partial Depth Repair
Perbaikan pada perkerasan kaku dengan mengganti bagian pelat
yang mengalami kerusakan pada sepertiga bagian atas pelat, yaitu dengan
cara membongkar bagian pelat beton yang mengalami kerusakan,
kemudian menggantinya dengan bahan tambagan yang cocok.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yangdipakai adalah batuan
pecah atau batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah
aspal, semen ataupun tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat
memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu
lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa
seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu

Sejarah perkembangan perkerasan jalan dimulai sebelum manusia


mengenal hewan sebagai alat angkut, kemudian berkembang setelah manusia
mengenal hewan sebagai alat angkut, lalu sekitar abad ke 4 SM bangsa romawi
telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet - 5 feet (1,0 m - 1,7 m)
dan lebarnya 35 feet (± 12 m), sejarah perkembangan konstruksi perkerasan jalan
terus berkembang pada akhir abad ke-18, abad ke-19, abad ke-20, hingga sampai
saat ini.

Perkerasan jalan diklasifikasikan menjadi perkerasan lentur dan


perkerasan kaku. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari: lapisan permukaan (Surface
Course), lapisan pondasi (Base Course), lapisan pondasi bawah (Sub Base
Course), dan tanah dasar (Subgrade). Sedangkan, perkerasan jalan beton semen
atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen
sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) diatas tanah
dasar.

Material konstruksi perkerasan jalan berupa tanah dasar, agregat dan aspal.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan berkualitas dalam menghasilkan
perkerasan jalan, maka bahan-bahan tersebut harus memiliki kualitas
yang baik pula.

18
Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pekerjaan perkerasan
lentur, antara lain: Asphalt distributor, Asphalt paver, dan Roller. Terdapat juga
beberapa peralatan yang digunakan dalam pekerjaan perkerasan kaku, yaitu:
Paving mixer, Concrete Spreader, Transverse Concrete Finisher, Automatic
Curing Machine, dan Slipform Paver.

Beberapa teknologi perkerasan jalan yang di kenal di Indonesia antara


lain: fog seal, chip seal, bubur aspal (slurry seal), lapis permukaan mikro
(mikrosurfacing), lapis tipis beton aspal (LTBA), PCC joint dan crack sealing,
slab stabilization dan jacking, cross-stitching, dowel retrofit, dan partial depth
repair.

3.2 Saran
Penulis juga bermaksud memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan
perkerjaan perkerasan jalan kepada para perencana pekerja perkerasan jalan
khususnya rekan-rekan mahasiswa teknik sipil :
1. Seorang perencana perkerasan jalan hendaknya selalu mengikuti
perkembangan peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman (standar)
dalam perencanaan perkerasan sehingga perkerasan jalan yang dihasilkan
nantinya selalu memenuhi persyaratan terbaru yang ada.
2. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan perkerasan jalan yang baik dari segi
ekonomi, seni, dan kenyamanan diperlukan perencanaan perkerasan yang
baik juga dalam pemilihan bahan pembuatan perkerasan jalan.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Jemadu, Liberty. Perlu tahu: 10 Teknologi Pengerasan Jalan yang Kamu Saksikan
Sehari-hari. Diakses pada 31 Agustus 2023 dari
https://www.suara.com/otomotif/2020/12/23/183126/perlu-tahu-10-teknologi-
pengerasan-jalan-yang-kamu-saksikan-sehari-hari

Jenis Alat Berat untuk Pengerasan Jalan. 2020. Diakses pada 31 Agustus 2023 dari
https://arparts.id/jenis-alat-berat-untuk-pengerasan-jalan/.

Rajasa, Rengga. 2018. Tugas Penulisan dan Presentasi Perkerasan Jalan. Makalah.

Sudarsono, Djoko Untung. 1993. Konstruksi Jalan Raya. Jakarta : Yayasan Badan
Penerbit Pekerjaan Umum Jakarta.

Sukirman, Silvia. 199. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : N O V A.

Vindo, Alberto Dwi. 2019. Makalah Konstruksi Perkerasan Jalan Tugas 2. Makalah.

iii

Anda mungkin juga menyukai