DAN JEMBATAN
Cover ....................................................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 2
Daftar Gambar ........................................................................................................................................ 3
Daftar Tabel ............................................................................................................................................ 4
A. Tinjauan historis Jalan raya dan perkembangannya ....................................................................... 5
B. Klasifikasi dan spesifikasi Jalan raya ( rural and urban) .................................................................. 6
C. Cross section/ typical melintang jalan raya .................................................................................... 9
D. Parameter Perencanaan Geometrik jalan..................................................................................... 14
E. Dasar Perhitungan Alinyemen Horizontal..................................................................................... 16
F. UTS ................................................................................................................................................ 16
G. Historis Jembatan.......................................................................................................................... 16
H. Galian dan timbunan Tanah .......................................................................................................... 17
I. UAS ................................................................................................................................................ 19
Daftar Gambar
a. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu
lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas
jalur lalu lintas dapat berupa:
Median.
Bahu.
Trotoar’
Pulau jalan
Separator.
b. Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur.
c. Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa tipe
VLHR Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar
Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
(smp/hari) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3.000- 7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
a. Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas
dan harus diperkeras (lihat Gambar 5)
b. Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau
tempat parkir darurat;
ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
c. Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
d. lebar bahu jalan dapat dilihat dalam Tabel
VLHR Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar
Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
(smp/hari) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3.000- 7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
6. Selokan
Gambar 8 Selokan
7. Lereng
D. Parameter Perencanaan Geometrik jalan
Pekerjaan perencanaan geometrik jalan antar kota meliputi 5 tahapan yang
berurutan sebagai berikut:
1. Melengkapan data dasar
Data dasar yang perlu untuk suatu perencanaan geometrik adalah:
a. Peta topografi berkontur yang akan menjadi peta dasar
perencanaan jalan, dengan skala tidak lebih kecil dari 1:10.000
(skala yang lain misalnya 1:2.500 dan 1:5.000). Perbedaan tinggi
setiap garis kontur disarankan tidak lebih 5 meter.
b. Peta geologi yang memuat informasi daerah labil dan daerah stabil
c. Peta tata guna lahan yang memuat informasi ruang peruntukan
jalan.
d. Peta jaringan jalan yang ada.
2. Identifikasi lokasi jalan.
Berdasarkan data tersebut pada III.2, tetapkan:
a. Kelas medan jalan (Tabel II.2);
b. Titik awal dan akhir perencanaan; dan
c. Pada peta dasar perencanaan, identifikasi daerah-daerah yang
layak dilintasi jalan berdasarkan struktur mekanik tanah, struktur
geologi, dan pertimbangan pertimbangan lainnya yang dianggap
perlu.
3. Penetapan kriteria perencanaan.
Tetapkan:
a. Untuk perencanaan geometrik, perlu ditetapkan klasifikasi menurut
fungsi jalan (Tabel II.1);
Kendaraan Rencana (Tabel II.3); (3) VLHR dan VJR (II.2.3);
dan
Kecepatan Rencana, VR.
b. Kriteria perencanaan tersebut di atas ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kecenderungan perkembangan transportasi di masa
yang akan datang sehingga jalan yang dibangun dapat memenuhi
fungsinya selama umur rencana yang diinginkan.
4. Penetapan alinemen jalan yang optimal.
Alinemen jalan yang optimal diperoleh dari satu proses iterasi pemilihan
alinemen.
a. Dengan menggunakan data dasar, dibuat beberapa alternatif
alinemen horizontal (lebih dari satu) yang dipandang dapat
memenuhi kriteria perencanaan (III.5.1).
b. Setiap alternatif alinemen horizontal dibuat alinemen vertikal dan
potonganmelintangnya (III.5.2 dan III.5.3).
c. Semua alternatif alinemen dievaluasi (III.5.4) untuk memilih
alternatif yang paling efisien.
5. Pengambaran detail perencanaan geometrik jalan dan pekerjaan tanah.
E. Dasar Perhitungan Alinyemen Horizontal
1. Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut
juga tikungan).
2. Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya centrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan
pada kecepatan VR.
3. Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas
samping jalan harus diperhitungkan.
4. Berdasarkan kriteria perencanaan, ditetapkan:
a. Jari jari minimum lengkung horizontal.
b. Kelandaian jalan maksimum.
c. Panjang maksimum bagian jalan yang lurus; dan (4) Jarak pandang
henti dan jarak pandang mendahului.
5. Dengan memperhatikan kriteria perencanaan dan Damija (III.5.3), pada peta
dasar perencanaan, rencanakan alinemen horizontal jalan untuk beberapa
alternatif lintasan. 3) Pada setiap gambar alternatif alinemen, bubuhkan
"nomor station", disingkat Sta. dan ditulis Sta.XXX+YYY, di mana XXX
adalah satuan kilometer dan YYY satuan meter.
6. Penomoran Sta. ditetapkan sebagai berikut:
a. Pada bagian jalan yang lurus Sta. dibubuhkan untuk setiap 50 meter;
b. Pada bagian jalan yang lengkung Sta. dibubuhkan untuk setiap 20
meter;
c. Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah kilometer
kecil ke kilometer besar.
F. UTS
G. Historis Jembatan
1. Definisi Umum
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau
rintangan seperti sungai, rel kereta apiataupun jalan raya. Jembatan dibangun
untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas
halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi
darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan
sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu
beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi
sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang
diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu digunakan, tetapi cuma
sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung yang pertama
dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan
saluran air orang Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga
mempunyai pengetahuan, yang mengurangkan perbedaan kekuatan
batu2 yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada zaman kaisar
Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah
hilang. Pada Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih
besar sehingga menyebabkan kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang
di sungai tersebut.
Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan
kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan
kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19, sistem rangka (truss system)
menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan yang lebih
besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength)
yang cukup untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan
ketegangan yang tinggi, jembatan yang lebih besar akan dibuat,
kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali
dipertunjukkan di Menara Eiffel di Paris, Perancis. Yang sesuai digunakan
untuk pembuatan jembatan yang panjang karena ia mempunyai kekuatan-
kepada-berat yang tinggi, tetapi konkrit pula mempunyai kos penjagaan yang
lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat" (reinforced concrete)
digunakan - kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel
tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.
2. Jenis-jenis jembatan
a. Dari segi kegunaan
Suatu jembatan biasanya dirancang sama untuk kereta api, untuk
pemandu jalan raya atau untuk pejalan kaki. Ada juga jembatan yang
dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa digunakan untuk
membawa barang. Kadang-kadang, terdapat batasan dalam penggunaan
jembatan; contohnya, ada jembatan yang dikususkan untuk jalan raya dan
tidak boleh digunakan oleh pejalan kaki atau penunggang sepeda. Ada juga
jembatan yang dibangun untuk pejalan kaki (jembatan penyeberangan), dan
boleh digunakan untuk penunggang sepeda.
b. Dari segi struktur
Perancangan dan bahan asas pembinaan jambatan bergantung kepada
lokasi dan juga jenis muatan yang akan ditanggungnya.
Jembatan batang kayu (log bridge)
Jembatan lengkung (arch bridge)
Jembatan alang (Beam bridge)
Jembatan kerangka (Truss bridge)
Jembatan gerbang tertekan (Compression arch bridge)
Jembatan gantung (Suspension bridge)
Jembatan kabel-penahan (Cable-stayed R bridge)
Jembatan penyangga (Cantilever bridge.
Jembatan angkat (bascule bridge)
Jembatan bambu
H. Galian dan timbunan Tanah
Dalam pekerjaan galian dan timbunan, material yang terdapat di alam itu
berada dalam keadaan padat dan terkonsolisdasi dengan baik, sehingga hanya
sedikit bagian yang kosong atau berisi udara diantara butir-butirnya, terutama
bila butir-butir tersebut sangat halus. Pada saat meterial tersebut digali, maka
akan terjadi pengembangan volume (swelling). Besarnya swelling tidak sama
untuk setiap jenis tanah, tergantung pada berat jenis tanah. Pengembangan
volume dinyatakan dengan swell faktor yang dinyatakan dalam persen (%).
Untuk itu, diperlukan pemeriksaan keadaan lapangan (survey), untuk
menghindari adanya swelling.
Dari hasil survey kita dapat menentukan beberapa kegiatan selanjutnya,
diantaranya :
a. Metoda pelaksanaan pekerjaan yang dipilih
b. Macam, jenis, tipe peralatan/alat-alat berat yang digunakan
c. Jumlah alat-alat berat atau peralatan yang sesuai dengan volume
dan bagan waktu pelaksanaan pekerjaan.
Cara kerja yang tepat dan benar mempunyai efek yang besar terhadap
produksi alat. Cara pelaksanaan pekerjaan yang tepat sangat dipengaruhi oleh
volume pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, bagan waktu yang ditentukan,
keadaan lapangan dan sebagainya. Pemilihan cara pelaksaan pekerjaan
adalah identik dengan pemilihan penggunaan peralatan di dalam pelaksaanaan
pekerjaan tanah dengan menngunakaqn alat berat.
Dari pemilihan penggunaan peralatan di dalam pelaksanaan pekerjaan
tanah dengan menggunakan alat-alat berat, tentunya faktor kemampuan
pelaksanaan kerja dan faktor ekonomi sangat perlu diperhatikan. Pemilihan
beberapa alternatif tersebut dapat kita batasi dengan faktor sebagai berikut :
a. Keadaan medan
b. Keadaan tanah
c. Kualitas pekerjaan yang disyaratkan
d. Penagaruh Lingkungan
e. Volume pekerjaan yang disyaratkan
f. Biaya produksi untuk pelaksanaan pekerjaan dengan alat berat
yang relatif rendah
g. Prosedur operasi alat dan pemeliharaan alat yang mudah dan
sederhana
h. Umur alat yang tinggi
i. Undang-undang perburuhan termasuk keselamatan kerja untuk
para pelaksana.