Oleh:
Zul Kifly
NIM: 142220121004
SEMESTER 3
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2022/2023
BAB I PENDAHULUAN
Menuju jalan modern pada masa Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan dalam
membangun jalan pada tahun 753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan
antara lain :
a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana
dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkeras lapisan
permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dari
batu pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun 1790
yaitu Thomas Telford, yaitu suatu konstruksi perkerasan jalan yang dibuat menurut
jembatan lengkung dari batu belah, serta menambahkan susunan batu – batu kecil
diatasnya.
d. Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau
konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan tahun 1860 oleh Lemoine.
Di Nusantara sendiri tidak ada data yang pasti kapan teknologi jalan "modern"
diterapkan. Kerajaan-kerajaan besar tertua di Nusantara seperti Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit masih belum mengembangkan pembangunan jalan "modern". Hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis nusantara yang berupa kepulauan, serta kodisi alam
yang berupa hutan lebat dengan kontur pegunungan. Maka, kerajaan-kerajaan tersebut
lebih mengutamakan mengembangkan teknologi pelayaran sebagai transportasi
dibandingkan jalan darat.
Meskipun demikian, di Nusantara telah ada jalan-jalan "kuno" yang masih berupa
jalan tanah setapak yang sangat gembur dan tidak dapat dilintasi ketika musim
penghujan. Hal ini dapat ditelusuri pada saat terjadi perang Bubad dan perang Paregreg
pada masa Kerajaan Majapahit. Kedua perang besar ini membutuhkan mobilisasi
pasukan yang juga besar, sehingga dalam mobilisasi tersebut para pasukan berhasil
membuat suatu rute yang mereka lalui dan terbentuklah sebuah jalan.
Kemudian, keberadaan jalan di Nusantara juga dapat dilacak pada peristiwa
perpindahan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Diketahui bahwa pusat Kerajaan Sunda
telah mengalami beberapa kali perpindahan. Menurut Saleh Danasasmita, pusat kerajaan
Sunda yang berpindah-pindah itu pernah berlokasi secara kronologis sebagai berikut:
Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Dalam perpindahan pusat
kekuasaan ini juga dibutuhkan mobilisasi secara besar-besaran yang melibatkan para
pemimpin kerajaan dan rakyatnya. maka, dalam migrasi ini dibutuhkan jalan
penghubung untuk mencapai lokasi yang dituju. Dari peristiwa tersebut telah
menunjukan bahwa di Nusantara sudah ada pembangunan jalan walaupun masih sangat
bersifat "kuno".
Pembangunan jalan di Nusantara yang bisa dikatakan sudah lebih modern terjadi
pada saat wilayah ini berada dibawah pendudukan Belanda (Perancis). Pada tahun 1808,
seorang gubernur jenderal H.W Daendels mendapat tugas untuk mempertahankan Pulau
Jawa dari serangan Inggris. Salah satu kebijakan yang diambil adalah membangun jalan
raya yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini lebih
dikenal dengan nama Jalan Raya Pos (Groote Postweg).
Kebijakan ini diambil atas dasar kondisi jalan di Pulau Jawa masih berupa jalan
setapak dan sangat buruk pada musim hujan, sehingga membutuhkan waktu tempuh yang
lama. Berbeda dengan kondisi jalan yang ada di Eropa berdasarkan pengalaman
Daendels. Jalan yang dibangun tersebut beberapa ruas hanya dilakukan pemadatan dan
pengerasan dengan pasir dan batu agar lebih kuat dan tidak berlumpur saat hujan,
sehingga bisa dilintasi kereta kuda. Beberapa ruas lagi adalah jalur baru yang terkoneksi
dengan jalan yang sudah ada, seperti dari wilayah Bogor menuju Bandung yang
melintasi daerah pegunungan Megamendung dan Puncak. Akhirnya jalan ini berhasil
diselesaikan sekitar tahun 1810 atau hanya dua tahun masa pembangunan.
Jalan Raya Pos ini merupakan jalan yang berhasil dibangun dengan teknologi dan
teknik yang lebih "modern". Bahkan, pembangunan jalan ini menjadi bagian sejarah
penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah pembangunan jalan ini sangat
"melegenda" dikalangan orang-orang Jawa. Hingga sekarang ruas jalan ini masih ada
dan menjadi salah satu jalur lalu-lintas utama di Pulau Jawa.
c.) Jalan Pada Masa Kemerdekaan (Modernisasi Jalan Raya)
3.1 KESIMPULAN
Jalan sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan dalam memenuhi
segala kepentingannya, terlebih setelah manusia menemukan kendaraan beroda di antaranya
berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak diketahui peradaban mana yang lebih dahulu
membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan
jalan tersebut.
kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan
tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi. Jalan pertama kali hanyalah sebuah
bekas jalan setapak manusia yang dilalui setiap harinya untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
kemudian jalan berkembang pada masa kerajaan Romawi hingga adanya lapis perkerasaan
yang didesain oleh John Louden Mac Adam (1756-1836) dan Thomas Telford (1757-1834)
yang telah menggunakan batu pecah sebagai lapis perkerasannya.
Perjalanan panjang pembangunan jalan di Indonesia menunjukan bahwa teknik
pembangunan dan bentuk jalan telah mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman
dan kebutuhan manusia. Jalan yang awalnya berupa jalan setapak dan masih beralaskan tanah
berkembang menjadi jalan dengan lebar yang luas dengan dilapisi aspal atau beton.
Keterbatasan fungsi jalan "kuno" yang sangat bergantung pada cuaca tidak berlaku lagi di
masa sekarang. Jalan dapat digunakan kapan saja dan dengan menggunakan berbagai jenis
kendaraan, dari yang kecil hingga yang besar.