Anda di halaman 1dari 8

PAPER

PERKERASAN JALAN RAYA


Dosen Pengampu: Ir. Eko Tavip Maryanto, M.T.

SEJARAH JALAN RAYA

Oleh:

Zul Kifly

NIM: 142220121004

SEMESTER 3

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG

TAHUN 2022/2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Jalan sudah
ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan dalam memenuhi segala kepentingannya
(ekonomi, sosial, politik, dan Budaya), terlebih setelah menemukan kendaraan beroda di
antaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana
yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas
dari keberadaan jalan tersebut.
Sejarah perkembangan perkerasan jalan telah dimulai bersamaan dengan sejarah umat
manusia itu sendiri yang selalu berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan perkerasan jalan saling
berkaitan dengan perkembangan umat manusia. Hal ini ditandai dengan adanya jalan setapak
pada perkembangan awal umat manusia yang kemudian berkembang pada masa kerajaan
Romawi hingga adanya lapis perkerasaan yang didesain oleh John Louden Mac Adam (1756-
1836) dan Thomas Telford (1757-1834) yang telah menggunakan batu pecah sebagai lapis
perkerasannya.
Dan pada abad ke-20 telah ditemukan bahan pengikat batu pecah tersebut yaitu aspal
atau bitumen.Lapis perkerasan jalan adalah suatu pelapis pada permukaan tanah yang
dipadatkan dan diberi perkeras tambahan yang lebih kuat untuk dapat menahan beban lalu-
lintas di atasnya. Untuk menjaga fungsi perkerasan jalan lebih lama, maka lapis perkerasan
tersebut dirancang sedemikian rupa agar tidak cepat rusak atau lepas. Penemuan aspal yang
berfungsi sebagai pelekat antar batuan/agregat menjadi salah satu solusi permasalahan
tersebut. Dengan kombinasi agregat dan proses pencampuran aspal yang optimal akan
mengasilkan suatu lapis perkerasan jalan yang kuat dan memiliki waktu layan yang panjang.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH JALAN RAYA


Sejarah perkembangan jalan raya yang pada mulanya dari berupa bekas jejak berubah
menjadi jalan raya modern. Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah
dari suatu tempat ketempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan
tersebut berfungsi sebgai penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar
dikarenakan sering berpindah-pindahnya mereka.
Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk
keperluan tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap
yang berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi. Dari sejarah perkembangan
peradaban manusia dan dari berbagai penemuan para pakar transportasi tentang sejarah
perkembangan jalan dapatlah diketahui bahwa :
1. Jalan pertama yang menggunakan perkerasan ± 3500 SM. Penemuan perkerasan ini
ditemukan didaerah Mesopotamia dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan
jalan raya.
2. Konstruksi jalan yang terdiri dari tanah asli dilapisi dengan batu kapur dan ditutup
dengan batu bata ditemukan diantara Babilonia hingga Mesir yang diperkirakan
dibangun 2500-2568 SM oleh raja Cheope yang berfungsi untuk mengangkut batu-
batu besar dalam membangun Great Pyramid.
3. Permukan jalan yang diperkeras dari batu – batuan ini ditemukan dipulau Crate
(Kereta) Yunani yang dibuat kurang lebih 1500 SM.
4. Diwilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-lapis yaitu dari
lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-batu besar, batu beronjol
dicampur mortar, batu kerikil dan kemudian ditutup dengan batu Plat.

Menuju jalan modern pada masa Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan dalam
membangun jalan pada tahun 753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan
antara lain :
a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana
dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkeras lapisan
permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dari
batu pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun 1790
yaitu Thomas Telford, yaitu suatu konstruksi perkerasan jalan yang dibuat menurut
jembatan lengkung dari batu belah, serta menambahkan susunan batu – batu kecil
diatasnya.
d. Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau
konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan tahun 1860 oleh Lemoine.

2.2 SEJARAH JALAN RAYA DI NUSANTARA

Awal perkembangan jalan diberbagai wilayah di Nusantara secara umum masih


merupakan jalan setapak atau jalan tanah. Peradaban-peradaban kuno yang telah berhasil
membangun teknologi jalan yang lebih "modern" diantaranya Tiongkok, Mesopotamia,
Yunani, dan Romawi. Modern disini dapat diartikan bahwa jalan tersebut tidak hanya dapat
dilintasi dengan berjalan kaki, tetapi juga dapat dilewati kendaraan beroda yng ditarik dengan
kuda. Hal ini disebabkan peradaban tersebut sudah mengembangkan teknik pemadatan pada
pembangunan jalan, sehingga struktur jalan menjadi lebih kuat.

a.) Jalan Pada Masa Klasik (Kuno)

Di Nusantara sendiri tidak ada data yang pasti kapan teknologi jalan "modern"
diterapkan. Kerajaan-kerajaan besar tertua di Nusantara seperti Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit masih belum mengembangkan pembangunan jalan "modern". Hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis nusantara yang berupa kepulauan, serta kodisi alam
yang berupa hutan lebat dengan kontur pegunungan. Maka, kerajaan-kerajaan tersebut
lebih mengutamakan mengembangkan teknologi pelayaran sebagai transportasi
dibandingkan jalan darat.

Meskipun demikian, di Nusantara telah ada jalan-jalan "kuno" yang masih berupa
jalan tanah setapak yang sangat gembur dan tidak dapat dilintasi ketika musim
penghujan. Hal ini dapat ditelusuri pada saat terjadi perang Bubad dan perang Paregreg
pada masa Kerajaan Majapahit. Kedua perang besar ini membutuhkan mobilisasi
pasukan yang juga besar, sehingga dalam mobilisasi tersebut para pasukan berhasil
membuat suatu rute yang mereka lalui dan terbentuklah sebuah jalan.
Kemudian, keberadaan jalan di Nusantara juga dapat dilacak pada peristiwa
perpindahan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Diketahui bahwa pusat Kerajaan Sunda
telah mengalami beberapa kali perpindahan. Menurut Saleh Danasasmita, pusat kerajaan
Sunda yang berpindah-pindah itu pernah berlokasi secara kronologis sebagai berikut:
Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Dalam perpindahan pusat
kekuasaan ini juga dibutuhkan mobilisasi secara besar-besaran yang melibatkan para
pemimpin kerajaan dan rakyatnya. maka, dalam migrasi ini dibutuhkan jalan
penghubung untuk mencapai lokasi yang dituju. Dari peristiwa tersebut telah
menunjukan bahwa di Nusantara sudah ada pembangunan jalan walaupun masih sangat
bersifat "kuno".

b.) Jalan Pada Masa Kolonial (Semi-Modern)

Pembangunan jalan di Nusantara yang bisa dikatakan sudah lebih modern terjadi
pada saat wilayah ini berada dibawah pendudukan Belanda (Perancis). Pada tahun 1808,
seorang gubernur jenderal H.W Daendels mendapat tugas untuk mempertahankan Pulau
Jawa dari serangan Inggris. Salah satu kebijakan yang diambil adalah membangun jalan
raya yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini lebih
dikenal dengan nama Jalan Raya Pos (Groote Postweg).

Kebijakan ini diambil atas dasar kondisi jalan di Pulau Jawa masih berupa jalan
setapak dan sangat buruk pada musim hujan, sehingga membutuhkan waktu tempuh yang
lama. Berbeda dengan kondisi jalan yang ada di Eropa berdasarkan pengalaman
Daendels. Jalan yang dibangun tersebut beberapa ruas hanya dilakukan pemadatan dan
pengerasan dengan pasir dan batu agar lebih kuat dan tidak berlumpur saat hujan,
sehingga bisa dilintasi kereta kuda. Beberapa ruas lagi adalah jalur baru yang terkoneksi
dengan jalan yang sudah ada, seperti dari wilayah Bogor menuju Bandung yang
melintasi daerah pegunungan Megamendung dan Puncak. Akhirnya jalan ini berhasil
diselesaikan sekitar tahun 1810 atau hanya dua tahun masa pembangunan.

Jalan Raya Pos ini merupakan jalan yang berhasil dibangun dengan teknologi dan
teknik yang lebih "modern". Bahkan, pembangunan jalan ini menjadi bagian sejarah
penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah pembangunan jalan ini sangat
"melegenda" dikalangan orang-orang Jawa. Hingga sekarang ruas jalan ini masih ada
dan menjadi salah satu jalur lalu-lintas utama di Pulau Jawa.
c.) Jalan Pada Masa Kemerdekaan (Modernisasi Jalan Raya)

Setelah Indonesia mendapat kemerdekaannya, pembangunan jalan raya secara resmi


berada di bawah tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum. Pada periode ini
pemerintah berhasil membangun banyak ruas jalan. Beberapa diantaranya adalah
pembangunan jalan yang sudah terbilang modern. Pada tahun 1955, bersamaan dengan
selesainya pembangunan Kota Kebayoran Baru, pemerintah membuat jaringan jalan
selebar 40 meter yang menghubungkannya dengan kota Jakarta dengan Kebayoran Baru.
Jalan ini terdiri dari dua jalur besar untuk lalu-lintas cepat, dua jalur untuk lalu-lintas
biasa, dan ditengahnya terdapat taman selebar enam meter. Jalan ini sekarang lebih
dikenal dengan Jalan Jenderal Sudirman- Jalan M.H Thamrin. Jalan ini merupakan jalan
yang dibangun dengan kualitas tinggi dan lebar jalan yang cukup besar. Bahkan, pada
saat itu jalan ini merupakan jalan yang paling lebar di wilayah Jakarta.

Memasuki awal periode 1960-an, pemerintah Orde Lama kembali membangun


sebuah jalan baru yang melintas dari Cililitan hingga Tanjung Priok. Jalan itu bernama
Jakarta Bypass. Jalan yang dibangun dengan dana hibah dari USAID tersebut berhasil
diselesaikan pada tahun 1963 yang diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno. Jalan
ini juga dibangun dengan spesifikasi yang terbilang tinggi dan modern pada masanya.
Lebar jalan ini juga terbilang luas. Maka dari itu, banyak masyarakat yang menyebut
jalan ini menjadi "Jakarta Bebas", karena lebarnya jalan dan lengangnya lalu-lintas,
sehingga masyarakat dengan bebas menikmati dan melintasi jalan ini.

Kondisi politik Indonesia mengalami perubahan pada pertengahan periode 1960-an.


Peta kekuasaan mengalami perubahan dengan memunculkan pemimpin baru yaitu
Soeharto atau dikenal dengan masa Orde Baru. Pada masa inilah Indonesia berhasil
menerapkan sistem pengoperasian jalan raya dengan menggunakan konsep "jalan tol".
Sistem ini diterapkan setelah terselesaikannya pembangunan Jalan Jagorawi yang
membentang dari Jakarta hingga Bogor. Jalan ini dibangun dengan spesifikasi sangat
tinggi dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Jalan Jagorawi termasuk jalan
kelas satu dengan spesifikasi bebas hambatan, sehingga jalan ini bebas dari hambatan-
hambatan (persimpangan, orang menyebrang,, dll) yang biasanya terjadi pada jalan
konvensional.

Keberhasilan pembangunan jalan bebas hambatan Jagorawi yang kemudian diubah


menjadi jalan tol Jagorawi merupakan prestasi bangsa Indonesia pada saat itu. Indonesia
berhasil membangun sebuah jalan raya yang sangat modern dibanding dengan negara-
negara lain di ASEAN. Keberhasilan tersebut juga menjadi babak baru dalam perjalanan
bangsa dalam membangun sebuah jalan raya. Pasalnya, setelah Jagorawi pemerintah
terus menerus secara berkelanjutan membangun jalan tol di berbagai daerah.
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jalan sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan dalam memenuhi
segala kepentingannya, terlebih setelah manusia menemukan kendaraan beroda di antaranya
berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak diketahui peradaban mana yang lebih dahulu
membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan
jalan tersebut.
kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan
tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi. Jalan pertama kali hanyalah sebuah
bekas jalan setapak manusia yang dilalui setiap harinya untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
kemudian jalan berkembang pada masa kerajaan Romawi hingga adanya lapis perkerasaan
yang didesain oleh John Louden Mac Adam (1756-1836) dan Thomas Telford (1757-1834)
yang telah menggunakan batu pecah sebagai lapis perkerasannya.
Perjalanan panjang pembangunan jalan di Indonesia menunjukan bahwa teknik
pembangunan dan bentuk jalan telah mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman
dan kebutuhan manusia. Jalan yang awalnya berupa jalan setapak dan masih beralaskan tanah
berkembang menjadi jalan dengan lebar yang luas dengan dilapisi aspal atau beton.
Keterbatasan fungsi jalan "kuno" yang sangat bergantung pada cuaca tidak berlaku lagi di
masa sekarang. Jalan dapat digunakan kapan saja dan dengan menggunakan berbagai jenis
kendaraan, dari yang kecil hingga yang besar.

Anda mungkin juga menyukai