Anda di halaman 1dari 14

JALAN RAYA

MAKALAH

Disusun Oleh:

Sandy Octa Nugraha: 20510016

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berkaitan dengan TEKNIK SIPIL, yaitu yang kami beri judul “JALAN RAYA”.

Adapun makalah ilmiah tentang “JALAN RAYA” ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah tentang “JALAN RAYA” ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini
nantinya.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4

1.1 Latar Belakang..............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................9

1.3 Tujuan............................................................................................9

1.4 Manfaat..........................................................................................9

BAB II PEMBAHASAN........................................................................10

2.1 Pengertian Jalan Raya.................................................................10

2.2 Macam-Macam Jalan....................................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................13

3.2 Saran.............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................14

BAB I

3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas. Jalan sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan dalam
memenuhi segala kepentingannya (ekonomi, sosial, politik, dan Budaya), terlebih
setelah menemukan kendaraan beroda di antaranya berupa kereta yang ditarik
kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat
jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan
jalan tersebut.
Awal perkembangan jalan diberbagai wilayah secara umum masih merupakan jalan
setapak atau jalan tanah. Peradaban-peradaban kuno yang telah berhasil
membangun teknologi jalan yang lebih "modern" diantaranya Tiongkok,
Mesopotamia, Yunani, dan Romawi. Modern disini dapat diartikan bahwa jalan
tersebut tidak hanya dapat dilintasi dengan berjalan kaki, tetapi juga dapat dilewati
kendaraan beroda yng ditarik dengan kuda. Hal ini disebabkan peradaban tersebut
sudah mengembangkan teknik pemadatan pada pembangunan jalan, sehingga
struktur jalan menjadi lebih kuat.

Jalan Pada Masa Klasik (Kuno)


Di Nusantara sendiri tidak ada data yang pasti kapan teknologi jalan "modern"
diterapkan. Kerajaan-kerajaan besar tertua di Nusantara seperti Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit masih belum mengembangkan pembangunan jalan "modern". Hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis nusantara yang berupa kepulauan, serta kodisi
alam yang berupa hutan lebat dengan kontur pegunungan. Maka, kerajaan-kerajaan
tersebut lebih mengutamakan mengembangkan teknologi pelayaran sebagai
transportasi dibandingkan jalan darat.
Meskipun demikian, di Nusantara telah ada jalan-jalan "kuno" yang masih berupa
jalan tanah setapak yang sangat gembur dan tidak dapat dilintasi ketika musim
penghujan. Hal ini dapat ditelusuri pada saat terjadi perang Bubad dan perang
Paregreg pada masa Kerajaan Majapahit. Kedua perang besar ini membutuhkan
mobilisasi pasukan yang juga besar, sehingga dalam mobilisasi tersebut para
pasukan berhasil membuat suatu rute yang mereka lalui dan terbentuklah sebuah
jalan.
Kemudian, keberadaan jalan di Nusantara juga dapat dilacak pada peristiwa
perpindahan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Diketahui bahwa pusat Kerajaan
Sunda telah mengalami beberapa kali perpindahan. Menurut Saleh Danasasmita,
pusat kerajaan Sunda yang berpindah-pindah itu pernah berlokasi secara kronologis
sebagai berikut: Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Dalam
perpindahan pusat kekuasaan ini juga dibutuhkan mobilisasi secara besar-besaran

4
yang melibatkan para pemimpin kerajaan dan rakyatnya. maka, dalam migrasi ini
dibutuhkan jalan penghubung untuk mencapai lokasi yang dituju.
Selain itu, tergambarkan juga pada saat terjadi peristiwa penyerangan kedua Sultan
Agung ke Batavia pada tahun 1629. Setelah serangan pertama gagal melalui jalur
laut, maka Sultan Agung kembali mengirimkan pasukannya untuk meyerang
Batavia. Banyak pasukan yang dikerahkan dengan cara berjalan kaki dari pusat
Mataram (sekitar Jogja) menuju Batavia. Hal tersebut diperkuat dengan didirikannya
lumbung-lumbung padi di wilayah yang dilalui oleh para pasukan Sultan Agung,
seperti di Tegal dan Karawang. Sama halnya dengan perang Kerajaan Majapahit,
penyerangan ke Batavia ini juga membutuhkan akses jalan untuk mobilisasi para
pasukan sehingga bisa sampai di Batavia.
Tidak diketahui apakah jalan yang sudah terbentuk dari mobilisasi pasukan dan
migrasi tersebut masih digunakan setelahnya atau ditinggalkan begitu saja dan
kembali tertutup semak-belukar. Namun demikian, dari ketiga peristiwa tersebut
telah menunjukan bahwa di Nusantara sudah ada pembangunan jalan walaupun
masih sangat bersifat "kuno".

Jalan Pada Masa Kolonial (Semi-Modern)


Pembangunan jalan di Nusantara yang bisa dikatakan sudah lebih modern terjadi
pada saat wilayah ini berada dibawah pendudukan Belanda (Perancis). Pada tahun
1808, seorang gubernur jenderal H.W Daendels mendapat tugas untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Salah satu kebijakan yang
diambil adalah membangun jalan raya yang membentang sejauh 1000 km dari
Anyer hingga Panarukan. Jalan ini lebih dikenal dengan nama Jalan Raya Pos
(Groote Postweg). Kebijakan ini diambil atas dasar kondisi jalan di Pulau Jawa
masih berupa jalan setapak dan sangat buruk pada musim hujan, sehingga
membutuhkan waktu tempuh yang lama. Berbeda dengan kondisi jalan yang ada di
Eropa berdasarkan pengalaman Daendels. Jalan yang dibangun tersebut beberapa
ruas hanya dilakukan pemadatan dan pengerasan dengan pasir dan batu agar lebih
kuat dan tidak berlumpur saat hujan, sehingga bisa dilintasi kereta kuda. Beberapa
ruas lagi adalah jalur baru yang terkoneksi dengan jalan yang sudah ada, seperti
dari wilayah Bogor menuju Bandung yang melintasi daerah pegunungan
Megamendung dan Puncak. Akhirnya jalan ini berhasil diselesaikan sekitar tahun
1810 atau hanya dua tahun masa pembangunan.
Jalan Raya Pos ini merupakan jalan yang berhasil dibangun dengan teknologi dan
teknik yang lebih "modern". Bahkan, pembangunan jalan ini menjadi bagian sejarah
penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah pembangunan jalan ini sangat
"melegenda" dikalangan orang-orang Jawa. Hingga sekarang ruas jalan ini masih
ada dan menjadi salah satu jalur lalu-lintas utama di Pulau Jawa.
Pada periode kolonial, tampaknya pembangunan Jalan Raya Pos adalah
pembangunan jalan yang paling menonjol dan paling signifikan selama periode

5
tersebut berlangsung. Pasalnya, tidak ada pembangunan jalan raya lainnya yang se-
spektakuler Jalan Raya Pos. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pembangunan
jalur rel kereta api di wilayah pendudukan Belanda (Hindia-Belanda). Setelah
menerapkan kebijakan liberalisasi dareah jajahan, pemerintah kolonial lebih banyak
membangun jaringan jalur kereta api dibandingkan dengan jalan raya, hal ini
disebabkan karena kereta api dianggap lebih efisien dalam hal biaya dan waktu,
sehingga fokus pemerintah Belanda dalam bidang transportasi darat lebih
mengutamakan pengembangan kereta api. Maka, hingga Belanda angkat kaki dari
Hindia-Belanda akibat Jepang datang, tidak ada lagi catatan pembangunan jalan
yang euforianya seperti pembangunan Jalan Raya Pos.
Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalan raya juga tidak menjadi pilihan
kebijakan utama pemimpin Nippon. Dibawah pemerintahan militer dan situasi perang
dunia, dibutuhkan kebijakan yang dianggap lebih efektif dan efisien. Membangun
jalan raya bukan merupakan pilihan yang tepat. Pemerintahan Nippon lebih memilih
untuk menambah rute jalur kereta baru, itupun tidak dengan sumber daya yang baru
tetapi hasil "kanibal" dari jalur-jalur kereta lainnya yang dianggap sudah tidak
terpakai/tidak penting perannya. Pembangunan jalan raya pada masa pendudukan
Jepang sangatlah terbatas dan bukan menjadi prioritas utama.

Jalan Pada Masa Kemerdekaan (Modernisasi Jalan Raya)


Setelah Indonesia mendapat kemerdekaannya, pembangunan jalan raya secara
resmi berada di bawah tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum. Pada
periode ini pemerintah berhasil membangun banyak ruas jalan. Beberapa
diantaranya adalah pembangunan jalan yang sudah terbilang modern. Pada tahun
1955, bersamaan dengan selesainya pembangunan Kota Kebayoran Baru,
pemerintah membuat jaringan jalan selebar 40meter yang menghubungkannya
dengan kota Jakarta dengan Kebayoran Baru. Jalan ini terdiri dari dua jalur besar
untuk lalu-lintas cepat, dua jalur untuk lalu-lintas biasa, dan ditengahnya terdapat
taman selebar enam meter. Jalan ini sekarang lebih dikenal dengan Jalan Jenderal
Sudirman- Jalan M.H Thamrin. Jalan ini merupakan jalan yang dibangun dengan
kualitas tinggi dan lebar jalan yang cukup besar. Bahkan, pada saat itu jalan ini
merupakan jalan yang paling lebar di wilayah Jakarta.
Memasuki awal periode 1960-an, pemerintah Orde Lama kembali membangun
sebuah jalan baru yang melintas dari Cililitan hingga Tanjung Priok. Jalan itu
bernama Jakarta Bypass. Jalan yang dibangun dengan dana hibah dari USAID
tersebut berhasil diselesaikan pada tahun 1963 yang diresmikan langsung oleh
Presiden Soekarno. Jalan ini juga dibangun dengan spesifikasi yang terbilang tinggi
dan modern pada masanya. Lebar jalan ini juga terbilang luas. Maka dari itu, banyak
masyarakat yang menyebut jalan ini menjadi "Jakarta Bebas", karena lebarnya jalan
dan lengangnya lalu-lintas, sehingga masyarakat dengan bebas menikmati dan
melintasi jalan ini.

6
Kondisi politik Indonesia mengalami perubahan pada pertengahan periode 1960-an.
Peta kekuasaan mengalami perubahan dengan memunculkan pemimpin baru yaitu
Soeharto atau dikenal dengan masa Orde Baru. Pada masa inilah Indonesia berhasil
menerapkan sistem pengoperasian jalan raya dengan menggunakan konsep "jalan
tol". Sistem ini diterapkan setelah terselesaikannya pembangunan Jalan Jagorawi
yang membentang dari Jakarta hingga Bogor. Jalan ini dibangun dengan spesifikasi
sangat tinggi dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Jalan Jagorawi
termasuk jalan kelas satu dengan spesifikasi bebas hambatan, sehingga jalan ini
bebas dari hambatan-hambatan (persimpangan, orang menyebrang, dll) yang
biasanya terjadi pada jalan konvensional.
Keberhasilan pembangunan jalan bebas hambatan Jagorawi yang kemudian diubah
menjadi jalan tol Jagorawi merupakan prestasi bangsa Indonesia pada saat itu.
Indonesia berhasil membangun sebuah jalan raya yang sangat modern dibanding
dengan negara-negara lain di ASEAN. Keberhasilan tersebut juga menjadi babak
baru dalam perjalanan bangsa dalam membangun sebuah jalan raya. Pasalnya,
setelah Jagorawi pemerintah terus menerus secara berkelanjutan membangun jalan
tol di berbagai daerah.
Perjalanan panjang pembangunan jalan di Indonesia menunjukan bahwa teknik
pembangunan dan bentuk jalan telah mengalami perubahan seiring berkembangnya
zaman dan kebutuhan manusia. Jalan yang awalnya berupa jalan setapak dan
masih beralaskan tanah berkembang menjadi jalan dengan lebar yang luas dengan
dilapisi aspal atau beton. Keterbatasan fungsi jalan "kuno" yang sangat bergantung
pada cuaca tidak berlaku lagi di masa sekarang. Jalan dapat digunakan kapan saja
dan dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan, dari yang kecil hingga yang
besar.

Klasifikasi Jalan Raya


Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi
jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang
menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait
dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnya
kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan pembangunan
dan perawatan jalan. Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke
dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi
fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika Serikat dan Canada. Di atas
arteri masih ada Freeway dan Highway. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku adalah:
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.

7
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah. Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian
hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan
pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam
jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan Kota, dan jalan desa.
5. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
6. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
7. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
8. Jalan Kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam Kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam Kota.
9. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu Distribusi beban muatan sumbu ke badan


jalan Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan
angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor,
muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan
jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10ton, yang saat ini masih belum digunakan di

8
Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju
seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan
peti kemas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat kami analisa diantaranya yaitu:
1. Apa Yang Di Maksud dari Jalan Raya?
2. Apa Peranan dari Jalan Raya?
3. Apa Manfaat dan Fungsi dari Jalan Raya?

1.3 Tujuan
Tujuan dari Makalah ini adalah untuk berikan pengertian serta penjelasan tentang:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Jalan Raya.
2. Untuk mengetahui peranan Jalan Raya.
3. Untuk mengetahui sistem dan fungsi Jalan Raya.

1.4 Manfaat
1. Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konstruksi Jalan
Raya di bidang Teknik Sipil.
2. Memberikan pengetahuan tentang fungsi dan sistem Jalan Raya di bidang Teknik
Sipil.

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jalan Raya


Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004, jalan merupakan prasarana yang ditujukan
untuk transportasi darat, termasuk bagian jalan, berbagai bangunan serta
perlengkapan untuk lalu lintas, berada di atas permukaan tanah serta di bawah
permukaan tanah dan atau air, terkecuali untuk jalan kereta api, jalan lori serta jalan
kabel. Sedangkan dalam UU Nomor 22 Tahun 2009, dijelaskan jika jalan adalah
seluruh bagian jalan, bangunan pelengkap serta perlengkapannya yang ditujukan
untuk lalu lintas umum, berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
atau air, serta di atas permukaan air, terkecuali untuk jalan rel serta jalan kabel.
Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal dan
perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan. Dalam buku Keselamatan Lalu Lintas
(2018) karya Supriyono, jalan merupakan penghubung dari satu titik ke titik lain atau
dari suatu tempat ke tempat yang lain dari suatu kota ke kota lain.
Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan
ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat
menjangkau daerah-daerah terpencil. Keselamatan lalu lintas merupakan suatu
program untuk menurunkan angka kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan karena
faktor manusia. Sehingga langkah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam berlalu lintas, khususnya pengguna sistem lalu lintas.
Jalan raya di Indonesia pada umumnya menggunakan jalan aspal, bagaimanakah
membuat jalan aspal? Berikut urutan kerja pembuatan jalan aspal beserta alat-alat
berat dan kegunaanya. Pembersihan dan perataan lahan:
1. Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun
pepohonan kemudian diratakan.
2. Pembersihan dan perataan lahan, untuk membersihkan lahan dan menggali
maupun mengurug tanah dengan alat excavator
3. Setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah
dengan menggunakan alat bulldozer, untuk memindahkan tanah bekas
galian maka digunakan dump truk.
4. Penghamparan material pondasi bawah, penghamparan material pondasi
bawah berupa batu kali menggunakan alat transportasi dump truk kemudian
diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller.
Pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat
penghamparan lapis pondasi atas, dan lapis permukaan. Pada saat

10
penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi
urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya.
5. Penghamparan lapis aspal, setelah lapisan pondasi bawah selesai
dikerjakan, proses selanjutnya adalah penghamparan aspal yang sebelumya
sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. Untuk menghamparkan
aspal digunakan alat asphalt finisher.
6. Asphalt finisher, setelah aspal berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan
raya yang sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan
pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi
kepadatan dan elevasi yang direncanakan pekerjaan selanjutnya adalah
finishing pemadatan dan perataan jalan raya dengan alat peneumatic roller.
7. Peneumatic roller, jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut:

2.2 Macam-macam Jalan:

a. Jalan menurut jenis angkutannya

b. Lalulintas air yaitu transportasi yang dilakukan melalui air (sungai, danau dan
laut) dengan menggunakan kendaraan perahu, kapal dsb.

c. Lalulintas darat yaitu transportasi yang dilakukan melalui darat dengan


menggunakan jenis angkutan, gerobak, kendaraan bermotor dsb.

d. Lalulintas udara yaitu transportasi yang dilakukan melalui udara dengan


menggunakan pesawat dsb.

e. Macam jalan darat menurut kepentingannya:

1. Jalan ladang/jalan kuda yaitu hanya untuk lalulintas pejalan kaki dan
hewan penarik.
2. Jalan setapak/jalan kampung yaitu jalur jalan yang dapat dilalui oleh alat
angkut berbobot ringan, misal gerobak dll.
3. Jalan besar/jalan raya yaitu, jalur yang menghubungkan antar Kota antar
daerah dengan menggunakan alat angkutan dengan kepadatan lalu lintas
ringan, sedang, padat dan sangat padat.

f. Macam jalan raya menurut konstruksinya:

1. Jalan tanah yaitu jalur yang belum memiliki lapisan perkerasan, lapisan
pondasi dan lapisan bidang permukaan.
2. Jalan kerikil/jalan batu pecah yaitu jalur jalan yang telah memiliki lapisan
perkerasan.

11
3. Jalan yang diaspal yaitu jalur jalan batu kerikil yang dilapisi aspal,
penimbunan tanah ke arah lebar diambil penyusutan yang terjadi di
kanan dan di kiri masing-masing satu penimbunan ke arah yang tinggi
penyusutan yang terjadi.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat
ketempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut
berfungsi sebgai penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar
dikarenakan sering berpindah-pindahnya manusia pada waktu itu. Kemudian kurang
lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan tukar
menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi. Jalan merupakan sebuah
sarana transportasi menuju sebuah tempat tujuan, sehingga mempermudah dalam
hal sosialisasi dan ekonomi. Dengan perkembangan penemuan-penemuan dari para
peneliti, sehingga di bangunlah jalan raya sampai sekarang, karena strukturnya
keras, kuat dan lebih halus.

3.2 Saran
Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan dan kritik
demi kesempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
masyarakat tentang konstruksi Jalan Raya terutama di bidang teknik sipil.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.indonesiana.id/read/125396/sejarah-jalan-raya-di-indonesia
http://azwaruddin.blogspot.com/2009/07/sejarah-perkembangan-jalan-raya.html
https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/19-proses-pembuatan-jalan-raya
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelompokan_jalan
https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-jalan-dan-jenis-jenis-jalan.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/12/113000069/pengertian-jalan-dan-
jalan-raya?page=all

14

Anda mungkin juga menyukai