Disusun oleh:
1. Diva Ananda Syanufa 2110503001
2. Muhammad Alviananda Wicaksono 2110503013
3. Sita Fadmalinda Sari 2110503018
4. Akmal Alif Hidayat 2110503021
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Magelang, November 2022
Dosen Jalan Kereta Api
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Transportasi sendiri sebagai alat yang berfungsi untuk
mempermudah kegiatan masyarakat dalam segala aspek khususnya dari aspek
ekonomi yaitu sebagai alat untuk mengangkut, memindahkan, menggerakkan
objek dari satu tempat ketempat yang lainnya. Trasnportasi sendiri terbagi
menjadi 3 yaitu Transportasi Darat, Laut, dan Udara. Selain itu juga,
trasnportasi ada banyak sekali jenisnya salah satunya adalah Transportasi
massal. Transpotasi massal identic dengan angkutan manusia yaitu yang
memindahkan sekumpulan manusia dalam jumlah yang banyak dari satu
tempat ke tempat lain dalam satu waktu. Kata masal menurut KBBI ialah
sesuatu yang dalam jumlahnya banyak sekali. Dalam hal ini, terdapat banyak
kendaraan yang diproduksi secara massal dengan tujuan untuk
mempermudahkan dan mengefisiensikan waktu.
Sebagai salah satu contoh dari Transportasi massal yaitu kereta. Sebelum
adanya kereta hewan merupakan salah satu yang diandalkan untuk membawa,
mengangkut, memindahkan barang serta bepergian. Namun ketika mesin uap
ditemukan dan beberapa teknologi bermunculan salah satu dari banyaknya
teknologi baru tersebut adalah Transportasi Kereta. Rencana konstruksi untuk
jalur kereta api jalur tunggal dan jalur ganda harus direncanakan agar dapat
diselesaikan secara teknis, non-teknis dan ekonomis. Secara teknis
pembangunan perkeretaapian berarti kendaraan kereta api harus dapat
melintas dengan aman dan dengan tingkat kenyamanan tertentu selama
pembangunan. Dalam arti non-teknis, hal ini berarti pembangunan
perkeretaapian harus memperhatikan hambatan dan permasalahan yang secara
langsung maupun tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.
1.2 Sejarah Kereta Api
Perubahan Industri Inggris merupakan revolusi yang dampaknya sangat
berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk dalam teknologi transportasi.
Thomas Newcomen merupakan penemu mesin uap pertama yang bisa dipakai.
Cara kerja pada mesin uap tersebut hanya bisa naik turun saja yang berfungsi
untuk pertambangan sebagai pompa. Setelah adanya penemuan tersebut, para
ilmuwan tertarik untuk mengembangkan pengetahuan dan keahliannya untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berguna dalam mengefisiensi suatu
kegiatan atau pekerjaan.
Tahun 1784 dapat dikatakan menjadi titik awal muncul dan
berkembangnya kereta. William Murdoch, insinyur berkebangsaan Inggris ini
sebelum membuat kereta api pada awalnya membuat kereta kuda bersama
sang ayah sebagai asisten di bidang perkayuan dan logam. Hal ini menjadi
bekal ilmu Murdoch untuk mengembangkan penemuannya di kemudian hari.
Kereta kuda yang memiliki tiga roda dan engkol tangan sebagai alat
pendorongnya. Kereta ini kemudian mulai banyak digunakan di bidang
pertambangan. Namun, penemuan Murdoch ini mulanya hanya memiliki satu
rangkaian saja tetapi kemudian dikembangkan lagi sehingga mampu menarik
beberapa rangkaian dan memiliki jalur khusus yang bernama trem.
Pada tahun 1800 – 1860 perkembangan transportasi semakin berkembang
karena kebutuhan manusia untuk mengefisiensikan waktu dalam hal
memindahkan barang atau kebutuhan sehari hari yang menggunakan alat
transportasi. Transportasi yang digunakan selain untuk bertransportasi dan
berdagang ialah kereta api dan kapal uap karena kedua transportasi tersebut
memanfaatkan sumber tenaga mekanik. Pada tahun 1804 berhasil
diciptakannya lokomotif uap pertama yang diciptakan oleh Richard
Trevithick. Kereta yang diciptakan oleh Trevithick ini bisa menarik lima
gerbong dan bisa mengangut 70 penumpang. Kereta yang diciptakan oleh
Trevithick ini bisa melaju dengan kecepatan 8 km/jam dan berhasil menempuh
jarak sejauh 16 km sepanjang rel.
George Stephenson, insinyur asal Inggris, berhasil mengembangkan kereta
uap yang kecepatannya lebih cepat dari kereta penemuannya Richard
Trevithick.3 Selain itu, kereta yang dibuat George ini dinilai lebih efektif jika
dibandingkan penemuan kereta sebelumnya. Kereta yang mampu membawa
gerbong yang cukup banyak sukses dioperasikan pada tahun 1815. Perjalanan
dan perkembangan kereta yang diciptakan oleh George ini terus berkembang.
Pada 1830, George Stephenson berhasil mengendarai kereta buatannya
sendiri dengan kecepatan 19 – 46 km/jam dan berhasil menempuh jarak antara
Liverpool dan Manchester.
Di Indonesia sendiri, sejarah kereta api dimulai ketika pembangunan jalur
kereta api pertama Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) pada tanggal
17 Juni 1864. Pembangunan ini terjadi dibawah pemerintahan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele. Perusahaan
swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) bertanggung
jawab atas pembangunan rel ini. Selain jalur Semarang, pemerintah Hindia
Belanda juga membangun jalur kereta api negara pada tanggal 8 April 1875.
Pembangunan yang dikerjakan oleh perusahaan negara Staatssporwegen (SS)
ini melalui rute Surabaya-Pasuruan-Malang. Setelah mengetahui kesuksesan
SS dan NISM, banyak investor swasta yang terpancing membangun jalur
kereta api di daerah lain seperti Semarang, Pasuruan, Kediri, Probolinggo,
Mojokerto, Malang, dan Madura. Pembangunan jalur kereta api juga
dilakukan di beberapa daerah diluar Jawa seperti Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sulawesi. Namun di beberapa daerah
seperti Kalimantan, Bali, dan Lombok, hanya dilakukan uji standar mengenai
kemungkinan pemasangan jalur kereta. Sampai akhir tahun 1928, panjang
jalur kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km.
Saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, kereta api Indonesia
diakuisisi Jepang dan namanya diubah menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas
Kereta Api). Selama pendudukan Jepang, kereta api hanya digunakan untuk
kebutuhan perang. Selain membangun jalur kereta api baru di daerah
Sumatera, Jepang juga membongkar rel sepanjang 473 km yang kemudian
dibawa ke Myanmar untuk membangun jalur rel disana. Setelah proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, stasiun dan kantor kereta api
yang dikuasai Jepang mulai diambil alih. Pada tanggal 28 September 1945,
Kantor Kereta Api Bandung berhasil diambil dan kemudian diperingati
sebagai Hari Kereta Api Indonesia dan terbentuknya Djawatan Kereta Api
Republik Indonesia (DKARI). Pada tahun 1946 ketika Belanda kembali ke
Indonesia, Belanda membentuk lembaga bernama Staatssporwegen/Verenigde
Spoorwegbedrif (SS/VS). Berdasarkan perjanjian KMB tahun 1949, aset milik
pemerintah Hindia Belanda diambil alih dan kemudian DKARI digabungkan
dengan SS/VS menghasilkan Djawatan Kereta Api pada tahun 1950.
Kemudian pada bulan Mei, namanya diubah menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api (PNKA). Selanjutnya pada tahun 1971, pemerintah merombak
struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Kemudian
pada tahun 1991, PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api
(Perumka) dan pada tahun 1998 namanya diubah lagi menjadi PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) dan bertahan sampai saat ini.
1.4 Tujuan
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui tujuan dalam pembuatan makalah
ini, yaitu
1. Mengetahui seperti apa perencanaan trase jalan rel
2. Mengetahui perencanaan alinyemen horizontal
3. Mengetahui perencanaan alinyemen vertical
4. Memahami apa saja detail kontruksi jalan rel
5. Mengethaui seperti apa analisis material kebutuhan kontruksi jalan rel
6. Mengetahui drainase jalan rel
7. Memahami apa saja bangunan pelengkap dalam kontruksi jalan re
BAB II
PERENCAAN TRASE JALAN REL
2.1 Dasar Pemilihan trase
Berdasarkan peraturan menteri No. 11 tahun 2012 tentang tata cara
penetapan trase jalur kereta api. Penetapan trase jalur kereta api menjadi pedoman
untuk melaksanakan kegiatan perencanaan teknis, hasil dari trase jalur kereta api
untuk mewujudkan tersedianya ruang yang memadai untuk rumaja, rumija dan
ruwasja yang berguna menjamin keselamatan, keamanan dan kelancaran
perjalanan kereta api.
Trase jalan merupakan sumbu jalan berupa garis-garis lurus saling
berhubungan yang terdapat pada peta topografi suatu muka tanah dalam
perencanaan jalan baru dan digunakan untuk awal pembentukan lengkungan jalan
hingga perkerasan jalan. Dalam menentukan trase jalan alternatif terbaik maka
harus memperhatikan hal-hal berukut:
1. Panjang jalan rel kereta api
Menurut panjangnya dibedakan tiga jenis rel, yaitu:
a. Rel standar adalah rel yang panjangnya 25 meter.
b. Rel pendek adalah rel yang panjangnya maksimal 100 m.
c. Rel panjang adalah rel yang panjang tercantum minimumnya pada Tabel
2.1
Tabel 2.1 Panjang minimum rel panjang
Sumber : slideplayer.com
5. Kecepatan rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk merencanakan
konstruksi jalan rel.
a. Untuk perencanaan struktur jalan rel.
V rencana = 1,25 x V maks.
b. Untuk perencanaan peninggian
c. Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan lengkung peralihan
Vrencana = Vmaks
Penjelasan di atas terdapat hal lain yang diperlukan untuk perencanaan trase jalan
rel berdasarkan faktor sebagai berikut :
1. Faktor Topogorafi
Peranan topografi dalam penetapan trase jalan adalah sangat penting, karena
akan mempengaruhi penetapan alinyemen, kelandaian jalan, jarak pandang,
penampang melintang saluran samping jalan, dan sebagainya. Klasifikasi
golongan medan dalam perencanaan jalan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Medan Datar (D)
Suatu medan dikatakan datar apabila kecepatan kendaraan truk sama atau
mendekati kecepatan mobil penumpang.
b. Medan Perbukitan (B)
Suatu medan dikatakan perbukitan apabila kecepatan kendaraan truk
berkurang dengan kecepatan mobil penumpang, tetapi belum merangkak.
c. Medan Pegunungan (P)
Kondisi medan berupa datar, bukit dan pegunungan dapat pula dibedakan
dari data besarnya persentase (%) kemiringan melintang rata- rata terhadap as
sumbu jalan seperti dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3 Klasifikasi golongan medan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Dirjen Bina Marga,
1997)
Bukit, lembah, sunai dan danau sering memberikan pembatas terhadap
lokasi dan perencanaan trase jalan. Hal demikian perlu dikaitkan pula pada
kondisi medan yang direncanakan.
2. Faktor Geofisik
Faktor geofisik adalah satu persyaratan dalam merencanakan trase jalan
adapun tujuannya untuk memetakan penyebaran tanah/ batuan dasar yang meliputi
kisaran tebal tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase rencana, sehingga
dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan
lapisan tanah dasar dan daya dukung tanah.
Dalam perencanan trase jalan perlu dihindari daerah patahan, kondisi
karakteristik tanah yang lunak (exvansive soil), kondisi permukaan air tanah yang
tinggi, serta faktor iklim. Jika dalam penentuan trase jalan ditemukan kondisi
tersebut diatas sebaiknya lokasi trase jalan dialihkan ketempat lain
3. Faktor Lingkungan
Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan
yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, sehingga
untuk mengantisipasi hal tersebut diatas, maka sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku kegiatan tersebut di atas
wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam perencanaan
suatu lokasi jalan, karena adanya suatu musyawarah mufakat yang berhubungan
langsung dengan masyarakat pemilik tanah yang tanahnya terkena untuk
pembuatan trase jalan.
2.2 Gambar trase pada kontur ukuran A4
BAB III
PERANCANGAN ALINYEMEN HORIZOTAL
3.1 Dasar Perencanaan
Alinyemen horizontal biasanya disebut sebagai trase jalan atau garis sumbu
jalan yakni garis proyeksi dari sumbu jalan tegak lurus terhadap bidang datar.
Pada umumnya alinyemen horizontal terdiri dari :
1. Serangkaian garis lurus yang menggambarkan bagian jalan dengan titik patah
atau titik belok.
2. Lengkungan horizontal yang menggambarkan potongan garis lurus antara
yang satu dengan yang lain.
Garis lengkung horizontal tersebut biasanya disebut tikungan jalan. Pada
alinyemen tikungan horizontal tikungan merupakan bagian jalan yang paling kritis
bila ditinjau dari faktor keamanan dan kenyamanan bagi penumpang. Geometri
jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada arah memanjang maupun
arah melebar yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horisontal dan
lengkung vertikal, peninggian rel, pelebaran sepur
3.1.1 Lebar Sepur
Lebar sepur adalah jarak terpendek antara kedua kepala rel, diukur dari sisi
dalam kepala rel yang satu sampai sisi dalam kepala rel lainnya. Hubungan antara
lebar sepur, ukuran dan posisi roda di atas kepala rel ialah sebagai berikut :
3.1.6 Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya
terletak bersambungan, akan membentuk suatu lengkung membalik (reverse
curve) dengan huruf S, sehingga dikenal sebagai “lengkung S”. Antara kedua
lengkung yang berbeda arah sehingga membentuk huruf S ini harus diberi bagian
lurus minimum 20 meter diluar lengkung transisi, seperti pada gambar :
Gambar 3. 7 7 Posisi roda dan gandar teguh pada saat kereta melalui lengkung
Sumber : http://repositori.unsil.ac.id/
Pelebaran sepur berdasarkan jari-jari lengkung horizontal menurut
ketetapan dapat direncanakan menurut Tabel 3.2
Tabel 3. 2 Pelebaran sepur
√ 2
d 1= ( X A− X 1 ) + ( Y A −Y 1 )
2
¿ √ ( 2800−3950 ) + (6400−7600 )
2 2
¿ 1662,077 meter
2. Jarak titik PP1 dengan titik PP2
√ 2
d 2= ( X 1−X 2 ) + ( Y 1 −Y 2 )
2
¿ √ ( 3950−5600 ) + ( 7600−8000 )
2 2
¿ 1697,793 meter
3. Jarak titik PP2 dengan titik PP3
√ 2
d 3= ( X 2−X 4 ) + ( Y 2−Y 3 )
2
¿ √ ( 5600−7400 ) + ( 8000−6400 )
2 2
¿ 2408,319 meter
4. Jarak titik PP3 dengan titik B
√ 2
d 4 = ( X 3− X B ) + ( Y 3−Y B )
2
¿ √ ( 7400−8000 ) + ( 6400−5400 )
2 2
O
∝ A=180 + tan
−1
| X A− X 1
Y A−Y 1 |
¿ 180O + tan−1 |2800−3950
6400−7600 |
O
¿ 223,781
O
∝1=180 + tan
−1
| X 1−X 2
Y 1−Y 2 |
¿ 180O + tan−1 |3950−5600
7600−8000 |
O
¿ 256,373
O
∝2=180 + tan
−1
| X 2− X 3
Y 2−Y 3 |
¿ 180O + tan−1 |5600−7400
8000−6400 |
O
¿ 228,336
O
∝3=180 + tan
−1
| X 3− X B
Y 3−Y B |
¿ 180O + tan−1 |7400−8000
6400−5400 |
O
¿ 210,964
Sudut Belok
∆ 1=|∝1−∝ A|=|256,373o −223,781o|=32,592o
∆ 2=|∝2−∝1|=|228,336o−256,373o|=28,037o
∆ 3=|∝3−∝2|=|210,964O −228,336o|=17,372o
Tabel Hasil Perhitungan
Koordinat Jarak Azimuth Sudut Belok
Titik
X Y (m) (∝ ¿ (∆ )
A 2800 6400
P1 3950 7600 1662,077 223,781
O
32,592
o
f. Panjang Tt dan Et
2. Tikungan 2
a. R_rencana=600 meter
b. Peninggian Rel
8,8 Vrencana 2
hmin 53,54
Rrencana
8,8 1002
hmin 53,54
600
hmin 93,13mm
5,95 Vrencana 2
hnormal
Rrencana
5,95 100 2
hnormal
600
hnormal 99,17mm
h max=110 mm
Diambil h = 100 mm (hmin ≤ h ≤ hmax) →OK
c. Panjang Cekung Peralihan
Ls =0 , 01× h× V
¿ 0 , 01 ×100 ×100
¿ 100 m
d. Panjang Lengkung Lingkaran
Sudut Spiral (θs)
18,477 °
Lc= × 2 π .600
360
Lc=193,491 m=193 m
e. Panjang Lengkung Total
L2=193 m+2(100)m
L2=393 m
f. Panjang Tt dan Et
T t 2=(R+Q)tg ( Δ2 )+ k
2
8,8 Vrencana 2
hmin 53,54
Rrencana
8,8 1002
hmin 53,54
600
hmin 93,13mm
5,95 Vrencana 2
hnormal
Rrencana
5,95 100 2
hnormal
600
hnormal 99,17mm
h max=110 mm
Diambil h = 100 mm (hmin ≤ h ≤ hmax) →OK
c. Panjang Cekung Peralihan
Ls =0 , 01× h× V
¿ 0 , 01 ×100 ×100
¿ 100 m
d. Panjang Lengkung Lingkaran
Sudut Spiral (θs)
f. Panjang Tt dan Et
T t 3=(R+Q)tg ( )
Δ3
2
+k
T t 3 =141, 77 m
(R+Q)
E t 3= −R
cos( )
Δ3
2
(600+0 , 69)
E t 3= −600
cos( 17,372
2 )
E t 3=7 , 66 m
Sta Fc 1541,577 m
Sta Fc 3263,33m
3.9 Seluruh gambar dibuat dengan skala horisontal 1:8000 dan skala vertikal
1:2,5
BAB IV
Bentuk dari alinyemen berupa garis lurus, lengkung vertikal, dan garis lurus
seperti Gambar 4.2
√ 2
d 1= ( X A− X 1 ) + ( Y A −Y 1 )
2
¿ √ ( 2800−3950 ) + (6400−7600 )
2 2
¿ 1662,077 meter
√ 2
d 2= ( X 1−X 2 ) + ( Y 1 −Y 2 )
2
¿ √ ( 3950−5600 ) + ( 7600−8000 )
2 2
¿ 1697,793 meter
√ 2
d 3= ( X 2−X 4 ) + ( Y 2−Y 3 )
2
¿ √ ( 5600−7400 ) + ( 8000−6400 )
2 2
¿ 2408,319 meter
√ 2
d 4 = ( X 3− X B ) + ( Y 3−Y B )
2
¿ √ ( 7400−8000 ) + ( 6400−5400 )
2 2
Titik A=0+000
5.2. Bantalan
Berfungsi untuk meneruskan beban dari rel ke balas, menahan lebar sepur dan
dan stabilitas ke arah luar jalan rel. Bantalan rel dapat terbuat dari kayu atau
beton. Pemilihan bantalan berdasarkan pada kelas yang sesuai dengan klasifikasi
jalan rel di Indonesia.
Pada perencanaan ini, bantalan yang digunakan adalah jenis bantalan beton.
Bantalan beton digunakan pada tanah keras di sepnajang trase jalan rel. alasan
digunakannya bantalan beton karena keunggulannya, yaitu:
1. Stabilitasnya baik
2. Umur konstruksi Panjang
3. Tidak dapat terbakar
4. Pengendalian mutu bahan mudah dilaksanakan
5. Dapat digunakan untuk sepur elektrifikasi
Bantalan beton yang digunakan adalah bantalan beton pra-tekan yang
berbentuk trapesium. Untuk beban gandar 18 ton, bantalan beton blok tunggal
pra-tekan harus mampu memikul momen beperti pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Bagian bantalan beton blok tunggal pra-tekan dan momen minimum
yang ditahan
Bagian Momen (kg-m)
Bawah Rel 1500
Tengah Bantalan 765
(Sumber: Utomo, 2006)
Bentuk bantalan ini harus menyerupai trapesium, dengan luas penampang
bagian tengah bantalan tidak kurang dari 85% luas penampang bagian bawah rel.
digunakan bantalan ini karena keunggulannya yang dapat mengurangi retakan
yang terjadi pada beton akibat tegangan tarik.
dengan:
Zmin : tebal minimum balas (m)
S : jarak bantalan (m)
B : lebar bantalan (m)
θ : sudut gesek internal bahan balas (°)
Gambar 5.7 Potongan melintang pada jalan
Ketebalan lapisan balas yang diperlukan adalah sesuai dengan kelas jalan
rel yang tercantum pada tabel 5.5 di bawah ini.
Kelas Jalan Rel
I II III IV V
d1 (cm) 30 30 30 25 25
B (cm) 150 150 140 140 135
C (cm) 235 235 225 215 210
K1 (cm) 265-315 265-315 240-270 240-250 240-250
d2 (cm) 15-50 15-50 15-50 15-35 15-35
E (cm) 25 25 22 20 20
K2 (cm) 375 375 325 300 300
Dalam perencanaan jalan rel ini, kami mengambil ukuran sebagai berikut,
sesuai dengan kelas jalan:
d1 : 30 cm
B : 140 cm
C : 225 cm
K1: 250 cm
d2 : 40 cm
E : 22 cm
K2: 325 cm
Tabel 8.1 Tangen sudut simpang arah, nomor wesel dan kecepatan