B. Kompetensi Dasar :
3.1 Memahami kondisi wilayah dan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim
dunia.
4.1 Menyajikan contoh hasil penalaran tentang posisi strategis wilayah Indonesia
sdebagai poros maritim dunia dalam bentuk peta, tabel, dan / atau grafik.
C. Indikator
3.1.6 Menjelaskan perkembangan jalur transportasi indonesia baik udara, darat, maupun
laut
3.1.7 Mengidentifikasi jalur perdagangan dunia di Indonesia sebagai poros maritim dunia
A. Sejarah Transportasi
Perkembangan transportasi dalam sejarah bergerak dengan sangat perlahan, berevolusi
dengan terjadi perubahan sedikit-demi sedikit, yang sebenarnya diawali dengan perjalanan
jarak jauh berjalan kaki pada zaman paleolithic. Sejarah manusia menunjukkan bahwa selain
berjalan kaki juga dibantu dengan pemanfaatan hewan yang menyeret suatu muatan yang
tidak bisa diangkat oleh manusia. dan penggunaan rakit di sungai. Beberapa rekaman
mengenai transportasi terekam dalam relief yang dipahat di batu pada daerah Mesir Kuno dan
daerah sekitarnya seperti ditunjukkan dalam gambar.
1. Perkembangan transportasi sebelum industrialisasi
Transportasi diawali dengan penemuan roda pada sekitar 3500 tahun sebelum masehi yang
digunakan untuk mempermudah memindahkan suatu barang. Pada tabel berikut ditunjukkan
perkembangan didalam transportasi dari zaman ke zaman. Tetapi sebelumnya tentu ada
pergerakan manusia ke Benua Australia yang diperkirakan terjadi 40.000 sampai 45.000
tahun yang lalu menggunakan suatu bentuk transportasi maritim.
Tahun Temuan
3500 Penemuan roda, sebagai cikal bakal transportasi modern
SM
3500 Kapal pertama sekali dikembangkan
SM
2000 Kuda digunakan oleh manusia untuk transportasi
SM
770 Sepatu kuda digunakan untuk pertama sekali
1492 Leonardo Da Vinci membuat lebih dari 100 gambar rancangan pesawat terbang
1620 Cornelis Drebbel membuat kapal selam pertama
1662 Blaise Pascal menciptakan bus angkutan umum pertama yang ditarik kuda
melayanai trayek tetap, berjadwal dan penerapan sistem tarif
1769 Mobil pertama yang digerakkan dengan mesin uap
1783 Kapal uap praktis pertama dikembangkan oleh Marquis Claude Francois de
Jouffroy d'Abbans - yang menggunakan roda kayuh
1790 Sepeda pertama sekali ditemukan dan digunakan
Dari gambaran diatas jelas terlihat dalam kehidupan manusia kuda merupakan salah
satu moda transportasi yang paling penting, dan penggunaannya masih tetap saja masih kita
lihat dalam kehidupan modern kita. Kuda banyak tercatat dalam sejarah dalam bentuk
tunggangan ataupun kereta kuda yang banyak ditemukan dalam relief-relif yang merupakan
fakta sejarah.
Jalur Sutra adalah sebuah jalur perdagangan melalui Asia Selatan yang dilalui oleh
karavan dan kapal laut, dan menghubungkan Chang’an, Republik Rakyat Cina, dengan
Antiokhia, Suriah, dan juga tempat lainnya. Pengaruhnya terbawa sampai ke Korea dan
Jepang.
Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk pengembangan kebudayaan Cina, India
dan Roma namun juga merupakan dasar dari dunia modern. Istilah ‘jalur sutra’ pertama kali
digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von Richthofen pada abad ke-19 karena
komoditas perdagangan dari Cina yang banyak berupa sutra.
Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan begitu dia meluas dari pusat
perdagangan Cina Utara dan Cina Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kypchak ke Eropa
Timur dan Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut Marmara, dan
Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia dan
Anatolia, dan kemudian ke Antiokia di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui
Levant ke Mesir dan Afrika Utara.
Hubungan jalan rel yang hilang dalam Jalur Sutra diselesaikan pada 1992, ketika jalan
rel internasional Almaty – Urumqi dibuka. Jalur Sutra adalah nama yang diberikan seorang
Jerman bernama von Richthofen pada Abad-18M, untuk jalur darat yang menghubungkan
Cina dengan Eropa. Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, di masa Dinasti Han yang
mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan dan Timur Tengah, namun Jalur
Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari banyak jalur yang bercabang-
cabang, dan digunakan untuk perdagangan berbagai komoditi selain sutra seperti gading,
tanaman, emas. Secara garis besar terdapat tiga jalur, di utara, tengah dan selatan.
Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa hingga Laut Mati, melalui Urumqi dan
Lembah Fergana. Jalur Tengah menghubungkan Cina dengan Eropa hingga tepian Laut
Meditrrannia, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju Persia.
Jalur Selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran dan India, melalui Dun-
huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Di Cina, Jalur Sutra berujung di Changan
atau Xian, ibukota kerajaan, ke arah barat melewati koridor Gansu, menuju Dun-huang di sisi
Gurun Taklimakan. Jalur utara mulai dari Dun-huang dan Yu-men Guan, menyeberangi
Gurun Gobi menuju Hami (Kumul), lalu menyisir kaki Tian-shan di bagian utara
Taklimakan. Setelah oasis Turfan, menuju Urumqi dan Lembah Fergana untuk masuk Eropa
hingga Laut Mati. Jalur ini bercabang di Turfan, ke oasis Kucha, menuju Kashgar di kaki
Pamirs.
Jalur selatan mulai Dun-huang, melewati Yang Guan, menyusuri sisi selatan
Taklimakan, melalui Miran, Hetian (Khotan) dan Shache (Yarkand), menuju utara lalu
menuju Kashgar. Masih ada beberapa cabang jalur, salah satunya bercabang dari jalur selatan
menuju sisi timur Gurun Taklimakan ke kota Loulan, lalu bergabung dengan jalur utara di
Korla. Dari Kashgar yang simpang lalulintas Asia, ada jalur menyeberangi Pamirs menuju
Samarkand dan menuju selatan ke Laut Kaspia, atau jalur ke selatan melewati Karakorum
menuju India; dan sebuah jalur lain menuju Kuqa, menyeberangi Tian-shan, menuju Laut
Kaspia melalui Tashkent. Di Indonesia rute jalur sutra terdapat di derah selat malaka dan
selat sunda.
2. Pada masa Jalur Nusantara
a. Sebelum Jatuhnya Malaka
Pada akhir abad ke-15 Malaka berhasil mendudukkan dirinya sebagai salah satu pusat
perdagangan di Asia umumnya dan Nusantara khususnya. Banyak sekali pedagang asing
yang berhubungan dengan Malaka. Tome Pires menyebutkan pedagang-pedagang itu berasal
dari Kairo, Mekah, Aden, Abesinia, Armenia, Gujarat, Cina, Malabar, Sailan, Persia, Turki,
Siam, Pegu, Pattani, Campa, Cina dan beberapa negeri di Nusantara. Tujuan utama
kedatangan bangsa-bangsa dari arah barat dan timur Malaka itu tidak lain ingin memperoleh
rempah-rempah.
Kesultanan Malaka didirikan sekitar abad ke-15 oleh seorang bangsawan Blambangan
yang bernama Paramisora. Beliau dan pengikutnya melarikan diri ketika terjadi
penyerangan pasukan Majapahit ke wilayahnya pada tahun 1377. Mereka kemudian menetap
di dusun nelayan Malaka dan membangunnya menjadi sebuah pelabuhan. Malaka berhasil
terwujud menjadi sebuah pelabuhan penting dan ramai yang kerap sekali dikunjungi oleh
para pedagang dari berbagai negara. Kemajuan Malaka itu disebabkan letaknya yang strategis
di dekat Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan internasional.
Sejak tahun 1405 Malaka berubah menjadi sebuah kesultanan. Bersamaan dengan hal itu,
Paramisora lantas memasuki agama Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar
Syah. Penggantinya ialah Sultan Muhammad Iskandar Syah, kemudian Sultan Mudzafar
Syah. Di bawah pimpinan Sultan Mudzafar Syah, kedudukan Malaka semakin penting dan
menjadi pusat perdagangan antara dunia timur dan dunia barat. Malaka mengalami kemajuan
pesat melebihi Samudera Pasai, bahkan mampu pula menguasai Pahang, Kampar, dan
Indragiri.
Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Mansyur
Syah (1458-1477). Bersama Laksamana Hang Tuah, Sultan Mansyur Syah berhasil
memperbesar dan mengembangkan kekuasaan Malaka menjadi sebuah kesultanan yang
sangat kuat. Kebesaran Kesultanan Malaka turut diperkokoh oleh penggantinya, Sultan
Alaudin Syah (1477-1488). Namun, sepeninggal Sultan Alaudin Syah, kebesaran Malaka
tidak dapat dipertahankan. Sultan Mahmud Syah (1488-1511) ternyata seorang sultan yang
kurang cakap dan sangat lemah dalam hal mengendalikan pemerintahan. Lambat laun
kejayaan Malaka memudar. Keadaan tersebut semakin memburuk sejak hadirnya bangsa
Portugis di Malaka pada tahun 1509. Akhirnya, kekuasaan Malaka jatuh ke tangan Portugis
pada Agustus 1511. Malaka tidak mampu menghadapi gempuran tentara Portugis yang lebih
kuat, maju, dan lengkap persenjataannya.
Sejak kejatuhan Malaka pada tahun 1511, Kesultanan Aceh muncul menjadi pusat
perdagangan baru di kawasan Nusantara. Hal ini diperkuat oleh kemampuan Aceh
menyediakan komoditas lada dan sukses melakukan ekspansi terhadap kota-kota pelabuhan
di pantai yang terletak di barat dan timur Sumatera. Para pedagang Nusantara kemudian
berusaha menghindari Malaka yang telah dikuasai bangsa Portugis. Oleh karena itu,
berubahlah tata jatingan pelayaran dan perdagangan yang sebelumnya melewati Selat Malaka
kemudian menyusuri pantai barat Sumatera ketika akan mengunjungi Aceh.
Selain Aceh, Bandar Banten juga dijadikan alternatif kedua untuk dikunjungi oleh para
pedagang Nusantara. Banten ternyata mampu pula memperkuat pemasaran lada yang
didatangkan dari Lampung. Dalam abad ke-17 perdagangan lada memegang peranan utama
dan sekaligus menjadi penentu pergeseran pusat perdagangan dan pelayaran di Nusantara.
Kemajuan perdagangan Banten didukung pula oleh kehadiran dari para pelarian pedagang
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka hijrah ke Banten karena Sultan Mataram
melakukan penghancuran terhadap kota-kota pelabuhan di pesisir Jawa Tengah dan Jawa
Timur karena tidak mau tunduk kepada Mataram. Akibatnya, posisi Banten menjadi kuat dan
sebelah barat Jawa tidak pernah dapat ditaklukkan oleh Mataram. Apalagi Banten telah
bersekutu dengan Makassar demi memperkuat kedudukannya tersebut.
Dengan merosotnya peran pelabuhan-pelabuhan di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
muncullah pula Makassar sebagai pusat perdagangan baru di wilayah Nusantara timur. Sejak
kejatuhan Malaka, bandar Sombaopu di Makassar banyak didatangi oleh pedagang-pedagang
Melayu yang terkenal ulet dan pandai dalam berdagang. Di antara mereka banyak yang
kemudian menetap di Makassar, bahkan ikut pula memajukan perdagangan di kesultanan
tersebut. Aliran migrasi orang-orang Melayu ke Makassar semakin bertambah besar karena
Aceh terus menerus melakukan penggempuran terhadap Johor dan pelabuhan-pelabuhan di
Semenanjung Melayu yang menjadi saingannya.
Dengan demikian, sebelum jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, rute pelayaran dan
perdagangan Nusantara adalah Maluku-Jawa-Selat Malaka, sedangkan setelah Malaka jatuh,
berubah tata jaringan menjadi Maluku - Makassar - Selat Sunda - pantai barat Sumatera.
Sehubungan dengan perubahan tersebut, pelabuhan Sunda Kelapa mulai menunjukkan gejala
kemajuan sebagai bandar dagang. Kedudukan strategis itu kemudian dimanfaatkan VOC
dengan cara menundukkan dan menjadikan pusat kekuasaan dengan nama batu, Batavia.
c. Pada Masa Kolonial
Tujuan awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang dan
mencari keuntungan dari berdagang rempah-rempah. Sejak Lisabon dikuasai oleh Spanyol,
Belanda tidak dapat lagi membeli dan menyalurkan rempah-rempah ke negerinya ataupun ke
negara Eropa lainnya. Hal itu disebabkan Belanda bermusuhan dengan Spanyol yang telah
berhasil menguasai Portugis sehingga Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah
di Lisabon.
Oleh sebab itu, para pedagang Belanda berusaha mencari sendiri daerah penghasil
rempah-rempah ke timur.Penjelajahan Belanda pertama dimulai pada tahun 1595 setelah
empat buah kapal Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman berangkat dari
Amsterdam. Mereka sampai di pelabuhan Banten pada tanggal 22 Juni 1596. Selanjutnya
pelayaran yang kedua dipimpin oleh Jacob van Neck, yang tiba di pelabuhan Banten pada
tahun 1598. Sikap bangsa Belanda tidak lagi kasar dan sombong sehingga mereka diterima
dengan baik oleh kerajaan Banten. Kerajaan Banten sedang berselisih dengan orang-orang
Portugis. Di Banten mereka mendapatkan lada. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju
Tuban dan Maluku. Di tempat itu pun mereka diterima dengan baik oleh raja dan masyarakat
setempat. Keberhasilan mereka membawa rempah-rempah dari kepulauan Indonesia
mendorong kapal-kapal dagang Belanda lainnya datang ke Indonesia.
Pada pertengahan pertama abad ke-16, keadaan perdagangan Belanda masih tetap seperti
keadaan abad-abad sebelumnya.Pelayaran yang diselenggarakan masih berkisar antara Eropa
Utara dengan Eropa Selatan.Pelabuhan-pelabuhan di negeri Belanda masih berfungsi sebagai
tempat pemberhentian dan pemuatan barang-barabg ke kapal. Dalam lapangan perdagangan
internasional, kota Antwerpen menempati peran yang penting.
Kapal – kapal dari berbagai bangsa datang ke Antwerpen membawa barang-barang yang
berasal dari Cadiz, Lisabon, Inggris, dan juga dari daerah timur.Eksport terpenting
Antwerpen adalah laken. Hamper semua pedagang besar Eropa memiliki kantor dagang
sebagai perwakilan di kota ini. Ketika terjadi perselisihan antara Belanda dengan Spanyol,
Antwerpen memihak kepada Belanda.Pada akhir abad ke-16 pedagang-pedagang Belanda
mulai mengadakan pelayaran di Laut Tengah. Dalam tahun 1580 terjadi perubahan politik
akibat dikalahkannya Portugis atas Spanyol.Akibatnya pedagang Belanda mengalami
kesusahan dalam perdagangan.Para pedagang Belanda akhirnya merasa perlu untuk
menemukan sendiri jalan ke arah timur, ke daerah sumber barang-barang yang sebelumnya
dapat diperoleh di Lisabon.
Kondisi-kondisi objektif yang dimiliki oleh para pedagang Belanda sebagai dorongan
untuk menemukan jalan ke timur (Hindia) adalah :
1) Modal yang mereka miliki sebagai keuntungan perdagangan laut timur sudah cukup
untuk mengadakan penjelajahan ke dunia Timur.
2) Syarat-syarat teknis sudah terpenuhi untuk melakukan penjelajahan samudra.
3) Sejak tahun 1594 prdagang-pedagang Belanda dilarang melakukan kegiatan dagang di
Lisabon melalui dekrit yang dikeluarkan oleh raja Phillipus II dari Spanyol. Tujuan
dikeluarkannya dekrit tersebut adalah untuk mematika sumber perekonomian Belanda,
sehingga tidak mampu membiayai perangnya melawan Spanyol.
Portugis yang sudah terlebih dahulu datang ke Asia menguasai Lautan Hindia dan Teluk
Persia hingga Selat Malaka tidak menghendaki bangsa Eropa lain mendekati wilayah
kekuasaanya. Oleh karena itu, pedagang-pedagang Belanda berlayar menjahui daerah-daerah
yang membentang di Lautan Hindia tersebut. Itulah sebabnya pedagang-pedagang Belanda
yang melakukan espedisi pertamanya ke perairan Indonesia, setelah dari ujung selatan benua
Afrika langsung menuju ke Jawa yang belum diduduki Portugis.Pedagang-pedagang Belanda
banyak menaruh kepercayaan kepada keberhasilan ekspedisi dagang pertama yang mencapai
wilayah Indonesia.
Dari masa penjelajahan itu banyak diperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai
perdagangan tradisional yang ada di Indonesia dan Asia pada umumnya.Jika melihat latar
belakang kehadiran pedagang-pedagang Belanda ke Indonesia, maka secara ekonimis
kehadiran mereka ini semata-mata adalah untuk berdagang. Hal ini berbeda bila dibanding
dengan motif kehadiran Portugis dan Spanyol yang setengah-tengah.
Oleh karena semangat dagang yang lebih besar yang dimiliki oleh orang-orang Belanda,
maka mereka berusaha membentuk organisasi dagang yang benar-benar rapi dalam rangka
memperoleh keuntungansecara ekonomis.Pada tahun 1602 terwujud dibentuknya Vereenigde
Oost Indische Compsgnie (VOC) yang terbentuk atas prakarsa dari Johan van
Oldenbarneveld. Keja sama pedagang-pedagang VOC ini dianggap penting karena alasan-
alasan berikut : 1. Secara bersama-sama diperlukan adanya suatu kekuatan untuk menghadapi
kekuasaan Spanyol dan Portugis. 2. Perjalanan yang jauh dan penuh resiko dalam pelayaran
dapat diperingan dengan kerjasama di antara mereka. 3. Untuk dapat mempertahankan diri di
Asia, maka mereka harus memegang monopoli perdagangan.
Segera setelah VOC berdiri dibentuk, pada tahun 1602 itu pula organisasi ini
memperoleh hak octroi dari staten general yang isinya adalah monopoli perdagangan di
wilayah yang membentang antara Tanjung Harapan (Afrika Selatan) hingga selat
MagelhaensAmerika Selatan). Semua hak yang dimiliki VOC itu secara ketatanegaraan
sebenarnya merupakan hak yang dimiliki oleh suatu Negara yang berdaulat.Untuk
memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan hak-hak
istimewa. Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain :