Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Transportasi era Globalisasi

Pada era globalisasi mobilitas manusia makin bergerak cepat. Keadaan tersebut tidak terlepas dari
perkembangan teknologi transportasi. Teknologi transportasi yang digunakan manusia meliputi transportasi
Tujuan Pembelajaran
darat, air, dan udara.
1. Transportasi Darat
Penggunaan transportasi darat dapat ditelusuri dari upaya manusia melakukan mobilitas. Sejak
ribuan tahun sebelum Masehi manusia telah mengembangkan transportasi darat untuk bermobilisasi
antarwilayah dengan menggunakan tenaga hewan, seperti kuda, lembu, unta, dan keledai. Perkembangan
teknologi mendorong penemuan roda oleh bangsa Sumeria pada 3500 sebelum Masehi. Wujud roda pada
masa itu belum seperti pada masa kini. Pada masa itu roda masih menggunakan bahan dasar kayu.
Revolusi Industri menyebabkan penggunaan roda makin berkembang. Pada abad XVIII perkembangan
roda ditunjang dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Kombinasi antara roda dan mesin uap
menunjukkan perkembangan sejarah transportasi yang ditandai penemuan mobil uap oleh Nicholas
Cugnot pada 1770. Dalam perkembangannya, Karl Benz, Gottlieb Daimler, dan Wilhelm Maybach dapat
mengembangkan mobil berbahan bakar bensin di Jerman pada 1886. Perkembangan moda transportasi
sedemikian rupa mendorong Henry T. Ford pada 1900-an memproduksi mobil modern untuk masyarakat.
Mobil tersebut diberi nama Ford Model T.
Selain mobil, sarana dan prasarana kereta api terus mengalami perkembangan. Perkembangan kereta
api dapat ditelusuri ketika adanya rel atau trem sebagai jalan kereta atau lori. Seiring dengan penemuan
mesin uap, para insinyur mengembangkan kereta lokomotif uap. Hingga saat ini perkembangan kereta api
berkembang pesat. Beberapa jenis kereta api yang dapat kita jumpai saat ini antara lain monorel, levitasi
magnetik (maglev), dan kereta super cepat shinkansen yang dikembangkan Jepang.

Kereta levitasi magnetik milik Tiongkok Kereta cepat shinkansen di Jepang


Sumber: https://web.archive.org/web/20201126164858/https://www. Sumber: https://web.archive.org/web/20210322081632/https://wars
kabarpenumpang.com/china-railway-rilis-prototipe-kereta- tek.com/kereta-cepat-shinkansen-sejarah-dan-prinsip-kerja/,
magnetik-levitasi/, diunduh 22 Maret 2021 diunduh 22 Maret 2021

Dalam upaya memperlancar transportasi darat, pemerintah kolonial Belanda membangun jalan
raya. Pembangunan jalan raya dirintis sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels. Pada masa
pemerintahannya, Gubernur Jenderal Daendels membangun jalan raya pos sepanjang 1.000 km dari
Anyer (Banten) hingga Panarukan (Jawa Timur). Pembangunan jalan raya pos tersebut digunakan untuk
kepentingan pertahanan dan memudahkan pendistribusian komoditas.
Dalam perkembangan perkeretaapian, pencanangan jalur kereta api dimulai pada 1864 di bawah
kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda L.A.J. Baron Sloet van de Beele. Pembangunan jalur kereta
api tersebut dilakukan oleh perusahaan swasta bernama Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij
(NISM) yang membangun jalur kereta api dari Semarang hingga daerah Vorstenlanden (Surakarta–
Yogyakarta). Dalam perkembangannya, jalur kereta api lainnya turut dibangun oleh perusahaan milik
negara Staatspoorwagen (SS) dan diikuti oleh beberapa perusahaan perkeretaapian milik swasta.
2. Transportasi Air
Perkembangan transportasi air dapat dirunut sejak sebelum Masehi. Pada masa tersebut transportasi
air yang digunakan adalah rakit dan perahu. Penggunaan rakit dan perahu memanfaatkan tenaga manusia
dan angin sebagai penggerak. Tenaga angin memungkinkan perahu bergerak dengan menggunakan layar.
Meskipun demikian, jika angin yang berhembus sangat kencang, layar akan mengalami kerusakan. Seiring
perkembangan iptek, transportasi air menggunakan mesin.
Penemuan mesin uap pada abad XVIII menyebabkan transportasi air makin berkembang. Kondisi
demikian mendorong penciptaan kapal dengan penggerak mesin uap atau disebut kapal uap. Penciptaan
kapal uap tidak lepas dari peran para pengembang kapal uap seperti James Ramsey, Symington, John
Fitch, Cloude de Juffroy, dan Robert Fulton. Sejak karya para tokoh tersebut didemonstrasikan, mesin
penggerak kapal mengalami perkembangan seperti, turbin electric drive, motor pembakaran dalam, gas
turbine, dan nuclear engine.
Di Indonesia, nenek moyang kita telah mengenal perahu bercadik sebagai alat transportasi air.
Penggunaan teknologi tersebut dibuktikan dengan adanya relief perahu bercadik yang terdapat di candi
Borobudur. Pada abad XIII–XV Masehi masyarakat Indonesia, khususnya Bugis mampu membuat kapal
jenis pinisi. Dengan perahu pinisi masyarakat Bugis mampu berlayar ke berbagai daerah dengan beragam
tujuan. Saat pelaut Portugis tiba di Indonesia, mereka menjelaskan masyarakat Jawa telah menggunakan
kapal jenis jung. Menurut Alfonso d’Albuquerque, kapal jung digunakan masyarakat Jawa untuk berdagang
dan berperan sebagai moda transportasi angkatan perang. Penggunaan kapal sebagai moda transportasi
makin berkembang pada masa pemerintah kolonial Belanda.

Kapal jung Jawa Kapal pinisi suku Bugis


Sumber: https://web.archive.org/web/20210121160226/https:/www. Sumber: https://web.archive.org/web/20210322091443/https:
goodnewsfromindonesia.id/2018/01/23/kapal-besar-jung-jawa- //lokadata.id/artikel/menyambangi-74-pelabuhan-
armada-terbesar-indonesia-di-masa-lampau-yang-jarang- dengan-kapal-tradisional, diunduh 22 Maret 2021
orang-ketahui, diunduh 22 Maret 2021

Kapal pun kini mampu berjalan lebih cepat, mengangkut penumpang lebih banyak, dan beroperasi
dengan jadwal lebih teratur. Sebagai negara kepulauan, kondisi ini sangat menguntungkan Indonesia karena
dapat menyokong pertumbuhan dan pemerataan sektor perekonomian. Selain itu, jaringan pelayaran
antarpulau serta pelabuhan perdagangan dan penumpang mulai dibangun.
Kapal-kapal penumpang bermesin menjadi alat transportasi yang sangat dibutuhkan untuk
menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Mesin juga tidak hanya digunakan kapal-kapal besar.
Transportasi air pada masa kini menunjukkan wujud yang lebih modern. Perkembangan iptek mendorong
fungsi kapal bukan hanya sebagai alat transportasi pengangkut. Akan tetapi, memiliki fungsi lain yang
disesuaikan dari jenis kapal tersebut, misalnya kapal perang, kapal penelitian, dan kapal wisata. Perwujudan
tersebut tidak lepas dari kebutuhan masyarakat modern. Meskipun demikian, tradisi penggunaan layar
atau dayung sebagai tenaga pendorong tidak hilang begitu saja. Hingga saat ini, nelayan di Indonesia
masih menggunakan layar dan dayung pada saat-saat tertentu.
3. Transportasi Udara
Kemunculan transportasi udara dilatarbelakangi oleh pengembangan balon udara yang dilakukan oleh
Joseph dan Jacques Etienne pada 1783. Percobaan penerbangan yang dilakukan dua bersaudara tersebut
terus dilakukan hingga balon udara dapat terbang dan ditumpangi oleh manusia.
Pada awal abad XIX, dua bersaudara bernama Orville dan Wilbur Wright melakukan eksperimen
dengan mengembangkan mesin pesawat terbang. Upaya yang dilakukan oleh dua bersaudara tersebut
membuahkan hasil. Pada 1903 pesawat hasil rancangan mereka berhasil diterbangkan sejauh 6,4
kilometer. Berkat pencapaian yang dihasilkan, dua bersaudara tersebut mendapatkan paten Flying Machine
bernomor US821393A pada 22 Mei 1906. Momentum tersebut merupakan peristiwa penting dalam sejarah
penerbangan yang dilakukan oleh manusia.
Kemajuan iptek mendorong pesawat terbang terus dikembangkan. Beberapa jenis pesawat yang
berhasil dikembangkan, yaitu sayap-tetap, triplane, Fabre Hydravion, Boeing 247, Heinkel HE 178,
Supersonik, pesawat jet komersial, Fokker 28, Boeing 747, dan Airbus A380. Hingga saat ini pesawat
terbang dilengkapi dengan beberapa fitur berteknologi canggih.
Di Indonesia penggunaan pesawat terbang digunakan sebagai alat perjuangan pada masa revolusi
kemerdekaan. Kondisi tersebut karena pada pascaproklamasi kemerdekaan, Belanda ingin berkuasa
kembali di Indonesia. Beberapa pesawat terbang yang pernah digunakan Indonesia pada masa revolusi
kemerdekaan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Pesawat yang Digunakan Indonesia pada Masa Revolusi Kemerdekaan
No. No. Urut Resmi Jenis Pesawat Status Pemilikan/tahun
1. RI-001 DC3 Dakota RI/Sumbangan Aceh/Mid-1948

2. RI-002 Dauglass C7, 47 Skytrain sewa dari Rovert Earl Freeberg (USA)/ Maret 1947
3. RI-003 Avro Anson RI/Sumbangan Sumbar/Des. 1947
4. RI-004 Avro Anson 1948
5. RI-005 Catalina James Flemig sewa dari R.Colby/Australia/1948
6. RI-006 PBY-5A, Catalina RI-006 milik James Fleming 1948
7. RI-007 Dacota dibeli dari hasil RI 001/49
8. RI-008 Dacota ?
9. RI-009 Dacota carteran
10. RI-010 WEL-X, Harley Davidson milik RI, 1948
Sumber: Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed.), Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 6: Perang dan Revolusi, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2012

Pada dekade 1950 percobaan pembuatan pesawat terbang dikepalai oleh Nurtanio Pringgoadisuryo.
Upaya percobaan tersebut menghasilkan beberapa pesawat dengan nama Si Kumbang, Si Belalang 85,
Belalang 89, dan Si Kunang. Selain itu, dua helikopter bernama Si Manyang dan Kolentang berhasil
diproduksi. Nurtanio kemudian mendirikan industri penerbangan yang dinamakan Lembaga Persiapan
Industri Penerbangan (LAPIP).
Dalam upaya mengembangkan teknologi penerbangan, LAPIP bekerja sama dengan negara-negara
Eropa Timur seperti Cekoslowakia dan Polandia. Dalam perkembangannya, industri Pesawat Terbang
Berdikari (Berdikari Aircraft Industry) didirikan pada 1965. Sumbangsih Nurtanio Pringgoadisuryo dalam
pengembangan industri penerbangan sangat besar. Berkat dedikasinya, dunia penerbangan Indonesia
mengalami perkembangan.
Pada 1966 pesawat Super Aero-45 buatan Yugoslavia yang diujiterbangkan oleh Nurtanio
Pringgoadisuryo mengalami kecelakaan. Kejadian tersebut menyebabkan dirinya gugur ketika menjalankan
tugas. Sejak saat itu, LAPIP digantikan oleh Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR).
Nama tersebut ditujukan untuk mengenang dan menghargai sumbangsih Nurtanio dalam dunia
kedirgantaraan nasional.
Pada masa Orde Baru dunia penerbangan mulai diarahkan untuk komersialisasi. Sejak 1976, LIPNUR
berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang (IPT) Nurtanio dengan B.J. Habibie sebagai direktur
utamanya. Perusahaan pesawat tersebut mengalami perubahan kembali menjadi PT Industri Pesawat
Terbang Nusantara (IPTN) pada 1985. Di bawah kepemimpinan B.J. Habibie, pada 1990-an pengembangan
industri pesawat terbang nasional berkembang pesat. Salah satunya ditandai dengan keberhasilan
B.J. Habibie membuat pesawat N-250 yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Pada masa reformasi IPTN berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau Indonesian
Aerospace (IAe) yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, di Bandung
pada 24 Agustus 2000. Dalam perkembangannya, PT Dirgantara Indonesia telah memproduksi beberapa
pesawat, bahkan hasil produksi tersebut diminati oleh beberapa negara. Beberapa pesawat tersebut
sebagai berikut.
a. CN235-220 MPA
Pesawat CN235-220 MPA merupakan jenis
pesawat pengintai maritim. Jenis pesawat ini
digunakan Indonesia untuk menjaga kedaulatan
NKRI. Pesawat yang diproduksi oleh PT Dirgantara
Indonesia ini memiliki radar intai maritim dengan
jangkauan deteksi yang mumpuni. Radar tersebut
terselubung pada bagian depan pesawat. Pesawat ini
menarik minat negara-negara lain seperti Malaysia,
Brunei Darussalam, Thailand, Turki, Pakistan, Korea
Selatan, dan Uni Emirat Arab. Pesawat jenis ini dapat
digunakan sesuai kebutuhan, baik militer maupun Pesawat CN235-220 MPA
vvip. Sumber: http://bit.ly/3c8qpIf, diunduh 22 Maret 2021

b. NC212
Pesawat NC212 merupakan jenis pesawat
pengintai maritim. Awalnya, pesawat ini diproduksi
oleh Spanyol, tetapi sejak 1976 pesawat NC212
diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ini
dilengkapi dengan teknologi forward looking infrared
(FLIR) yang dapat digunakan untuk memantau kapal
asing ketika gelap atau malam hari. Selain itu, pesawat
ini mampu terbang tanpa henti selama enam jam dan Pesawat NC212
bermanuver rendah untuk mendekati objek yang Sumber: https://web.archive.org/web/20210322095917/https: //
defence.pk/pdf/threads/indonesian-strategicindustries.
dipantau. Dengan berbagai keunggulannya, pesawat 583679/page-7, diunduh 22 Maret 2021
ini diminati oleh Thailand, Vietnam, dan Filipina.
c. BELL 412EP
Helikopter BELL 412EP merupakan helikopter
kelas medium yang mampu mengangkut kira-kira
lima belas orang. Helikopter BELL 412EP diproduksi
PT Dirgantara Indonesia dan mendapat lisensi
langsung dari Amerika Serikat. Helikopter BELL
412EP dapat digunakan untuk tujuan militer dan
misi kemanusiaan. Helikopter ini merupakan produk
pesawat terbang andalan produksi PT Dirgantara
Indonesia yang memiliki pasar di Asia Tenggara dan Helikopter BELL 412EP
Pasifik. Sumber: http://bit.ly/315UGBm, diunduh 22 Maret 2021

d. N219 Nurtanio
Pesawat N219 Nurtanio diproduksi oleh
PT Dirgantara Indonesia yang bekerja sama dengan
LAPAN. Pesawat ini memiliki kemampuan terbang
di landasan yang cukup pendek kira-kira 500 meter.
Pesawat ini dapat digunakan untuk kebutuhan
penerbangan ke daerah-daerah terpencil. Selain
itu, pesawat ini mampu mengangkut sembilan belas
orang dan bermanuver dengan kecepatan rendah,
Pesawat N219 Nurtanio
seperti di daerah perbukitan dan pegunungan. Ketika
Sumber: https://web.archive.org/web/20210122212009/
diumumkan ke publik, banyak pihak yang tertarik https://militermeter.com/indonesia-tawarkan-
untuk membeli pesawat ini. Salah satu negara yang pesawat-komuter-n219-ke-federasi-mikronesia/,
diunduh 22 Maret 2021
menyatakan ketertarikannya adalah Thailand.

Anda mungkin juga menyukai