A. Martha K.
Pada dasarnya, jalan raya adalah prasarana
0706265945
transportasi darat yang berfungsi untuk
Ananda Disadella
melewatkan kendaraan dari suatu tempat, yang
0706266020
dinamakan asal, menuju ke tempat lain, yang
Andrew Andreas
dinamakan tujuan, yang dimiliki dan dikuasaiS.
oleh
0706266033
negara untuk kepentingan masyarakat umum dan
Annisa Lutfia
diatur oleh kebijakan publik berbentuk undang-
0706266065
undang. Perkembangan jalan raya Indonesia
dimulai sejak zaman Kerajaan Tarumanegara pada
tahun 400-1519 M. Pada masa itu, jalan dibuat
untuk menunjang kegiatan perdagangan yaitu
untuk mengangkut barang dagangan dan
mengangkut bahan-bahan untuk pembuatan candi
sebagai sarana ibadah. Selain itu, perkembangan
jalan juga dilakukan pada zaman Kerajaan
Padjadjaran. Pembangunan dilakukan pada masa
pemerintahan Sri Baduga Maharaja (1482-1521),
dan putranya, Prabu Surawisesa (1521-1535).
Pembangunan
tersebut meliputi jalan raya
darat yang menghubungkan Ibukota kerajaan dengan Banten
disebelah barat, Kelapa disebelah utara, serta Cirebon dan
Galuh disebelah timur. Dari daerah pedalaman ke pesisir utara
dihubungkan dengan jalur lalu lintas sungai dan jalan menyusuri pantai
Selanjutnya, perkembangan jalan raya modern dimulai dari pembangunan Jalan Raya
DEPARTEMEN
Pos. Jalan Raya PosTEKNIK SIPILadalah
(De Grote Postweg) jalan yang terbentang dari Anyer sampai
Panarukan
FAKULTASyang panjangnya
TEKNIK kurang lebih 1000 km. Dibangun pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels (1762-1818). Dengan tangan besinya
UNIVERSITAS INDONESIA
jalan itu diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja (1808). Sumber Inggris melaporkan
seluruh korban2010
yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu
yang tercatat, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang
menyelidiki.
Daendels, marsekal yang diangkat menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda oleh
Napoleon (saat itu sedang menguasai Belanda), bertujuan untuk antisipasi serangan angkatan
laut Inggris, yang saat itu telah memblokade Pulau Jawa. Tahun 1808, Daendels tiba di
Anyer, setelah melalui perjalanan panjang melalui Cadiz di Spanyol Selatan, Kepulauan
Kanari, menggunakan kapal berbendera Amerika dari New York. Ketika baru saja
menginjakkan kakinya di Pulau Jawa, Daendels berangan-angan untuk membangun jalur
transportasi sepanjang Pulau Jawa guna mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Angan-
angan Daendels untuk membangun jalan yang membentang antara Pantai Anyer hingga
Panarukan, direalisasikannya dengan mewajibkan setiap penguasa pribumi lokal untuk
memobilisasi rakyat, dengan target pembuatan jalan sekian kilometer. Yang gagal, termasuk
para pekerjanya, dibunuh. Kepala mereka digantung di pucuk-pucuk pepohonan di kiri-kanan
ruas jalan.
Jalan Raya Pos menghubungkan kota-kota berikut, yaitu Anyer, Serang, Tangerang,
Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Panarukan. Sebagian jalur Jalan Raya Pos (De Grote
Postweg) yang dibangun oleh Daendels merupakan bagian dari jalan desa yang dirintis dan
ditempuh pasukan Sultan Agung saat menyerang Batavia tahun 1628 dan 1630.
Sampai di kota Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang sangat berat
ditembus, di daerah Ciherang Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Di
sini para pekerja paksa harus memotong pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti
kampak, dan lain-lain. Dengan medan yang demikian beratnya untuk pertama kalinya ada
angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang. Penguasa daerah Sumedang pada saat
itu Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih populer dengan sebutan Pangeran
Kornel memprotes Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu dengan
jalan membalas jabat tangan Daendels dengan tangan kiri.