Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH HUBUNGAN JALUR LAUT

Digunakan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Maritim

Kelas C

Dosen Pengampu:
Drs. Sugiyanto, M. Hum
Drs. Sumarjono, M.Si
Robit Nurul Jamil, S.Pd., M.Pd.

Oleh kelompok 8:
Anisa Lutfiana 190210302090
Habibatul Maula 190210302105

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah mengenai “Sejarah Hubungan Jalur Laut” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekuragan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
kebaikan masa depan.

Jember, 01 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3
BAB 1............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB 2............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Jalur Laut Zaman Kuno Menurut Para Ahli ............................................. 6
2.2 Perbedaan Pengertian Jalur Laut Pada Zaman Kuno .................................................. 7
2.3 Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Kuno Nusantara dan Kawasan Asia .............. 8
2.4 Pengertian Sejarah Awal Jalur Laut Modern .............................................................. 13
2.5 Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Modern Nusantara ........................................ 14
BAB 3.......................................................................................................................................... 18
PENUTUP .................................................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 19
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Awal kedatangan Nenek Moyang Melalui laut, penduduk dari berbagai ras
datang ke kepulauan Nusantara. Para pendatang Baru itu menyeberangi atau
menyusuri sungai sungai dan pantai Asia Selatan memasuki kepulauan
Indonesia hingga papua dan Australia, bahkan lebih jauh lagi. Hingga kini,
pemicu gelombang migrasi tersebut belum diketahui dengan pasti. Hubungan
jalur laut tidak berhenti pada masa nenek moyang Nusantara, tetapi terus
berlanjut dan mengalami kemajuan pesat pada masa kerajaan kerajaan di
Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang menjadi penguasa maritim
terbesar di Asia Tenggara. Wilayah Indonesia yang strategis yakni terletak
pada titik silang jaringan lalu lintas dunia, membuat bangsa kita sering kali
menjadi penghubungan antara dunia Timur dan Barat. Hubungan hubungan
tersebut diciptakan melalui pelayaran jalur laut dengan motif utama dan
dominan adalah berdagang.
Begitupun pada saat kedatangan Bangsa Barat, laut tengah memiliki peran
penting yakni sebagai penghubung jaringan perdagangan antara Asia dan
Eropa. Tetapi setelah Konstatinopel jatuh ke tangan Turki pada tahun 1453,
perdagangan di laut Tengah pun berada dibawah pengaruh Turki. Akibatnya,
orang orang eropa merasa kesulitan untuk mendapatkan barang dagangan
(terutama rempah-rempah) dengan harga yang murah. Karena itu orang orang
Eropa berusaha sendiri mencari daerah asal rempah – rempah. Timbulah
kegiatan pelayaran dan penjajahan samudera yang dilakukan oleh orang orang
Eropa. Maka mereka melakukan penjelajahan samudera untuk mencari daerah
penghasil rempah rempah. Yakni wilayah Nusantara. Pada saat itu pemerintah
kolonial memperbesar peran pelayaran dan perdagangan bebas di Indonesia.
Dengan demikian, hubungan jalur laut Nusantara sebenarnya sudah lama
dilakukan sejak masa pra sejarah hingga masa kolonial.
Setelah mengalami keterpurukan selama lebih dari tiga setengah abad,
akhirnya babak baru kebangkitan dunia maritim lahir kembali dengan
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Para pendiri bangsa sadar bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar
yang dapat bangkit dan memperoleh kembali ke masa keemasannya dengan
menguasai maritim.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Jalur Laut Zaman Kuno ?
2. Bagaimanakah Perbedaan Pengertian Jalur Laut Pada Zaman Kuno ?
3. Bagaimana Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Kuno Nusantara dan
Kawasan Asia?
4. Bagaimnakah Pengertian Awal Jalur Laut Zaman Modern ?
5. Bagaimanakah Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Modern Nusantara?
6. Bagaimanakah Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Modern Dunia?

1.3 Tujuan
1. Utntuk mengetahui pengertian jalur laut zaman kuno
2. Untuk mengetahui perbedaan pengertian jalur laut pada zaman kuno
3. Untuk mengetahui sejarah hubungan jalur laut zaman kuno Nusantara
dan Asia
4. Untuk mengetahui pengertian awal kedatangan jalur laut zaman modern
5. Untul mengetahui seajarah hubungan jalur laut zamana modern
nusantara
6. Untuk mengetahui sejarah hubungan jalur laut zaman modern Dunia.
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jalur Laut Zaman Kuno Menurut Para Ahli
Jalur laut zaman kuno biasa disebut dengan jalur Sutra, jalur ini muncul pada
peradaban Cina namun pada saat itu jalur ini belum dinamai Jalur Sutra.

a.) Jalur Sutra Menurut Pandangan Xinru Liu

Jalur ini populer selama Dinasti Tang, dari tahun 618 hingga 907 M. Namun pada
masa tersebut nama Jalur ini masih belum dinamai jalur Sutra. Rute berkembang
seiring dengan batas teritorial dan perubahan kepemimpinan nasional. Perdagangan
jarak jauh barang-barang mewah muncul pada akhir abad ketiga SM, mengikuti
kisahnya hingga penaklukan Mongol. Liu memulai dengan sangat membutuhkan apa
yang disebut orang Cina sebagai "kuda surgawi" di Asia Tengah, dan menjelaskan
bagaimana para pedagang yang membawa kuda-kuda ini juga membawa produk-
produk eksotis, beberapa dari Mediterania. Demikian pula, Kekaisaran Romawi,
sebagai akibat dari ambisi kekaisarannya serta keinginan warganya untuk sutra Cina,
merespons dengan penjelajahan timur untuk perdagangan. Juga menunjukkan
bagaimana perantara, Kekaisaran Kushan, menyebarkan agama Buddha ke Cina.
Misionaris dan peziarah memfasilitasi kuil gua di sepanjang rute pegunungan, dan
biara di berbagai oasis dan pusat kota, membentuk tulang punggung Jalur Sutra.

b.) Jalur Sutra Menurut Ferdinand von Richthofen (1833- 1905)

Konsep “Seidenstrassen” (Jalan Sutra) diciptakan oleh ahli geografi Jerman F.


von Richthofen (1833-1905) pada tahun 1877. “Seidenstrassen” berarti komunikasi
antara Cina dan wilayah budaya Romawi. Untuk membuktikan jalur penyebaran sutra,
Richthofen tidak hanya fokus pada substansialitas geografis, berdasarkan jalur Zhang
Qian Cina dan Ptolemy Romawi, tetapi juga pada sumber etimologis, sejarah, dan
agama. Bahkan, konsep Silk Road-nya memiliki perdagangan sutra serta ide-ide
humanistik tentang pertukaran budaya. Patut dicatat bahwa dalam bukunya China,
Richthofen menghadirkan Jalur Sutra sebagai konsep ruang-waktu yang
mempertimbangkan panjang ruang serta lamanya waktu dengan menyoroti contoh-
contoh humanistik yang datang ke zaman modern melalui Jalur Laut. Kemudian
muncul istilah Inggris “Jalur Sutra” pada tahun 1938, istilah Jepang “シ ” (sirukurodo)

pada tahun 1939, dan istilah Korea “실크로드” (silkrodeu) pada tahun 1952.

2.2 Perbedaan Pengertian Jalur Laut Pada Zaman Kuno


Dari pengertian yang telah diungkapkan diatas terdapat perbedaan pengertian oleh
Xinru Liu dan Ferdinand Von Richtofen. Ferdinand Von Richtofen menambahkan
konsep humanistik tentang pertukaran budaya . Perspektif dasar Richthofen – geografi
Cina harus dipahami melalui geografi klasik Cina – dapat dianggap sebagai sikap
filosofis dan humanistik. Proses penyebaran agama melalui Jalur Sutra dapat menjadi
subjek geografi. Namun, Richthofen lebih tertarik pada efek riak humanistik dari
penyebaran agama. Misalnya, buku abad ke-5 Biksu Cina Faxian A Record of
Buddhistic Kingdoms (佛 ) diterjemahkan oleh Rémusat pada tahun 1836. Dengan
mengacu pada buku ini, Richthofen menjelaskan tidak hanya sejarah agama seperti
penganiayaan terhadap agama Buddha, tetapi juga karakteristik dari budaya dan seni.
Misalnya, Richthofen menyatakan minatnya pada seni dengan memperhatikan Faxian.
Dia menggambarkan perjalanan Faxian ke Yü-tien (于闐) dengan cara ini.
Richthofen menyajikan sumber yang agak dapat dipercaya untuk menemukan
“Kekristenan pertama yang memasuki Tiongkok.”80 Pada abad ke-6, bukti bahwa
misionaris memasuki negara-negara di luar Pegunungan Pamir menjadi lebih tertentu
melalui catatan telur ulat sutra yang diselundupkan ke dalam Kekaisaran Bizantium.
Dengan cukup masuk akal, Richthofen mengakui Khotan sebagai tempat “Serinda.”
Alasan Richthofen mengira nama "Serinda" berarti Hotan adalah karena Hotan adalah
satu-satunya negara yang melakukan serikultur di luar China sejak awal dan
merupakan kota besar agama India pada awal abad ke-6, dan banyak hal yang diimpor
dari India, termasuk alfabet, bahasa, tata krama, dan adat India. Menurut penegasan
Richthofen, Khotan penuh dengan budaya Buddhis India, tetapi ada cukup ruang bagi
orang Kristen untuk masuk dan bekerja. Selain itu, ia melaporkan tentang sekte
Nestorian, yang memasuki Dinasti Tang Cina pada tahun 635.
2.3 Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Kuno Nusantara dan Kawasan Asia
A. Hubungan Jalur Laut Zaman Kuno di Nusantara

Indonesia terdiri atas banyak pulau besar dan kecil yang dipisahkan oleh
selat dan laut. Selat pada umumnya tidak seberapa dalam kecuali diperairan
maluku, selain itu, di berbagai wilayah Indonesia terdapat perbedaan iklim,
dibagian barat lebih banyak turun hujan, sedangkan dibagian timur Indonesia
jarang turun hujan sehingga wilayahnya agak kering. Perbedaan iklim
mengabkibatkan perbedaan kesuburan tanah dan sumber kekayaan alamnya pada
setiap pulau sangat bervariasi sehingga terdapat barang komoditas yang berbeda.
Mereka saling membutuhkan barang yang tidak ada ditempatnya. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya hubungan perdangan antar pulau dan antara wilayah
nusantara.

Pada masa kejayaan sriwijaya pada abad ke-8 sampai abad ke-9 masehi,
hubungan perdagangan antar pulau di wilayah nusantara juga berkembang pesat.
Jalur perdagangan strategis, seperti selat malaka, selat sunda, dan selat karimata
dikuasainya. Dengan armada laut yang kuat, sriwijaya mampu mengamankan
jalur perdagangan antar pulau di wilayah Indonesia. Dalam hubungan antar laut
itu, orang orang dari bugis dan makasar adalah pelaut yang ulung dan gagah berani
dalam mengarungi gelombang laut. Kampung permukiman orang bugis dapat
ditemukan hampir di seluruh kota pelabuhan dan pusat perdagangan di Nusantara.
Bahkan dimalaysia terdapat negara bagian yang berasal dari kampung pemukiman
para pelaut bugis, makasar, jawa dan Madura. Para saudagar dan pelaut itu
berlayar mengarungi perairan Nusantara. Dengan demikian, mereka mengadakan
hubungan dagang antar pulau dan antar daerah Nusantara.

B. Hubungan Jalur Laut Zaman Kuno Kawasan Asia

Pada awal sejarah kuno Indonesia, melihat tumbuhnya pusat pusat


perdagangan dibeberapa tempat dipesisir pulau sumatera dan jawa. Kepulauan
Indonesia membentang disebelah timur india sebagai kelanjutan dari daratan Asia
Tenggara. Bagi pelaut pelaut ulung tidaklah tidaklah terlalu sulit untuk mencapai
Indonesia dari India. Mereka mengarahkan haluan mereka ke timur dan berlayar
dengan angin musim yang berhembus dari buritan. Untuk perjalanan kembali
ditunggu angin musim yang berhembus ke arah yang berlawanan. peranan
Indonesia dalam pelayaran dan perdagangan Internasional masa kuno sejak abad
ke-7 sampai adab ke-15 Indonesia yaitu:

1. Dengan letak yang strategis, Indonesia menjadi pintu gerbang lalu lintas
perdagangan dan pelayaran di Asia.
2. Pusat pusat perdagangan di Indonesia muncul sebagai pemasok barang
komoditi ekspor bagi bangsa bangsa di Asia.
3. Negara negara di Nusantara dapat mengamankan wilayah-wilayah
perairannya, sehingga memberi jaminan keamanan kepada setiap bangsa yang
ingin berhubungan dagang dengan Indonesia.
4. Pusat pusat perdagangan di Indonesia banyak disinggahi kapal kapal asing,
karena memiliki sejumlah sarana yang dibutuhkan oleh para pedagang.
5. Dengan kepandaian dan keberanian mengarungi samudera yang luas, bangsa
Indonesia ikut berperan dalam meramaikan hubungan perdagangan
internasional.

1. Hubungan dagang dengan India

J.C Van Leur dan O.W. Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang
antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembang daripada hubungan antara
Indonesia dengan Cina. Perluasan pelayaran perdagangan ke Arah Timur India
karena diketahuinya angin musim yang baik untuk berlayar menyeberangi
samudra India ke Timur dan sebaliknya. Menurut kisahnya, seorang nahkoda yang
bernama Hippolas adalah orang barat pertama yang menemukannya. Penduduk
setempat tentu sudah mengetahui sebelumnya. Sebelum penemuan tersebut, kapal
kapal menyusuri pantai dalam pelayaran mereka ke timur. Dalam meniliti awal
pelayaran ke arah timur India, dan khususnya ke Indonesia, para sarjana barat
pada umumnya leboh banyak menyoroti peran pelaut Barat, Arab, India dan Cina,
hal ini tidak mengherankan karena sesuai dengan data data yang tampil dalam
sumber -sumber yang mereka gunakan. Sehubungan dengan kenyataan yang
ditemukan oleh peneliti, bukanlah hal mustahil bahwa pelayaran ke Teluk
Benggal, dan Juga sampai India Selatan, bukanlah hal yang sulit untuk pelaut
Indonesia.

2. Hubungan Dagang dengan Cina

Satu hal yang penting dalam hubungan dagang antara Indonesia dan Cina
ialah adanya hubungan pelayaran langsung antara kedua tempat tersebut.
Hubungan pelayaran itu dapat merupakan bagian dari hubungan pelayaran antara
Asia Barat dengan Cina, tetapi juga merupakan hubungan tersendiri antara
Indonesia dan Cina.

Menurut Wolters, Bukti bukti menunjukkan bahwa pelayaran niaga


melintasi laut cina selatan untuk pertama kalinya terjadi antara abad ke-3 dan abad
ke-5 masehi. Akan tetapi, bukti yang pasti mengenai pelayaran antara Indonesia
dan Cina berasal dari abad ke-5 Masehi. Keadaan pelayaran itu dapat disimpulkan
dari perjalanan dua orang pendeta agama Buddha, yaitu Fa-hsien dan
Gunavarman.

Fa-hsien bertolak dari Sri Langka pada tahun 413 M. Ia menempuh seluruh
perjalanan kembali ke Cina melalui laut. Pada bulan Mei, ia bertolak dari Yeh-
p’o-t’i ke Cina. Yeh-p’o-t’i diartikan sebagai yawadwipa oleh para peneliti. Akan
tetapi, Yawadwipa tidak harus berarti pulau jawa.

Perjalanan Gunavarman adalah sebuah contoh lain tentang pelayaran


langsung dari Indonesia ke Cina. Gunavarman bertolak dari She-p’o, yaitu Pulau
Jawa. Pada mulanya, nahkoda merencanakan untuk singgah disebuah kerajaan
kecil. Tetapi karena angin sedang baik, diputuskan untuk berlayar langsung ke
Cina.

Peran bangsa Indonesia dalam pelayaran ke Cina bahwa bangsa Indonesia


adalah bangsa yang sejak zaman prasejarah telah mampu mengarungi lautan telah
diakui oleh para peneliti. Tetapi hubungan laut ke Cina bukan sekedar masalah
pelayaran. Hubungan itu adalah bagian dari suatu perdagangan maritim yang
bersifat internasional oleh karenanya, utnuk dapat melalukan kegiatan tersebut,
bekal yang hanya berupa kemampuan melayari samudra tidak cukup. Jika ternyata
bangsa Indonesia telah melakukan kegiatan pelayaran ke Cina, hal itu berarti
bahwa bangsa Indonesia telah mampu membawa perdagangannya ke Cina.

3. Jalur Laut Perdagangan Kuno

Sejak awal tahun Masehi sudah berkembang hubungan perdagangan yang


ramai antara dunia barat dan dunia timur, yaitu antara kekaisaran romawi kuno
dan kerajaan cina melalui jalan laut. Pada awal masehi kedua kerajaan masing-
masing mencapai zaman gemilang. Romawi Kuno dibawah kekuasaan Kaisar
Octavianus Augustus dan di pihak lain negeri cina pada masa kekuasaan Dinasati
Han. Pada awal tahun masehi itu, paara pelaut dunia telah mengenal dan dapat
memanfaatkan angin musim dalam perjalanannya pelayarannya. Mereka tidak
perlu lagi berlayar menyusuri pantai. Diseberangilah samudera hindia dalam
pelayaran mereka dari Laut Merah dan teluk persia ke india dan selat malaka
dengan menggunakan angin musim barat daya. Dari selat malaka para pedagang
barat melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Annam.

Berkembangnya hubungan dagang melalui jalur laut antara Asia Barat dan
Asia Timur pada saat itu disebabkan terjadinya peperangan di Asia Tengah
sehingga jalur perdagangan darat antara Asia Barat dan Asia Timur yang melewati
Asia Tengah (Jalan Sutra) Terputus, perdagangan dunia baik melalui jalur sutera
maupun jalur rempah rempah dari dunia Timur (Termasuk dari Indonesia), Akan
berumuara dilaut tengah. Laut tengah adalah sebuah inland sea (laut pedalaman)
yang secara geografis terletak strategis, sebelah barat dan utara membentang
wilayah eropa, di sebelah timur terhampar daratan Asia dan dibagian selatan
adalah pesisir Afrika Utara.

Pada tahun berikutnya semakin sering didengar kabar tentang kedatangan


pedagang Romawi Kuno di cina. Hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak
kapal yang berlayar dari teluk persia ke cina melalui selat malaka. Pada tahun 226
masehi ada pedagang Romawi Kuno yang sampai di Nanking melalui Tonking.
Selanjutnya pada bagian kedua abad ketiga rupanya para pedagang yang datang
dari laut tidak hanya puas berhenti di Tonking, tetapi mereka meneruskan
pelayaran ke Kanton. Pada abad ketiga sudah banyak orang Barat di Konton, hal
itu menunjukkan sudah berkembangnya jalur laut perdagangan laut antara Asia
Barat, Asia Tenggara dan Asia Timur. Hubungan perdagangan di Asia terjalin
juga antara Indonesia dengan India dan Indonesia dengan Cina.

Barang barang yang diperjualbelikan dalam perdagangan antara Indonesia


dan India pada saat itu adalah logam mulia, perhiasan, berbagai jenis tenunan,
barang pecah belah, bahan baku untuk kerajinan, rempah rempah (cengkeh dan
lada), wangi wangian, obat -obatan dan kayu (cendana dan gaharu). Dilihat dari
segi ilmu bumi. Kepulauan Indonesia dan daerah Asia Tenggara merupakan satu
kesatuan dengan Asia pada Zaman dahulu, dengan keadaan seperti itu, tidak
terlalu sulit bagi para pelaut untuk berlayar dari Asia Barat ke Indonesia. Dengan
kapal layar mereka dapat menyusuri pantai pada musim yang tepat, bahkan kapal
besar pun dengan ukuran ratusan ton dan bermuatan seratus sampai dua ratus
orang sudah dapat menyeberangi Teluk Benggala ataupun Samudera Hindia.

Pelayaran cina ke Indonesia melalui Selat Malaka makin berkembang


sesudah Cina menguasai wilayah sebelah selatan sungai yang Tse dan Indochina.
Hubungan pelayaran antara india dan cina pada umumnya dilakukan melalui Selat
Malaka. Kapal yang melakukan hubungan perdagangan ini terdiri atas kapal dari
berbagai negeri, seperti Arab, India, Funan, Cina dan tentu Indonesia sendiri.
Barang dagangan dari Indonesia yang dijual ke Cina terdiri atas bahan wangi-
wangian, kemenyan, kayu harum, kapur barus, rempah-rempah, hasil kerajinan
dan kulit binatang. Dengan perkembangannya hubungan perdagangan antara Asia
Barat dan Asia Timur melalui Asia Tenggara, berkembang pula pusat
perdagangan disepanjang jalur itu. Pusat perdagangan tersebut merupakan tempat
bertemunya para pedagang dari berbagai negara. Pusat perdagangan penting di
Asia Barat (Timur tengah) seperti ormuz di teluk persia dan Alexandria
(Iskadariah) dipantai Laut Tengah (Mesir). Ormuz menjadi pusat perdagangan
penting di Asia barat karena pelabuhan itu merupakan tempat pertemuan tiga jalur
perdagangan, yaitu Laut Merah, Lembah Sungai Tigris dan Sungai Eufrat, dan
pedagang dari dunia timur. Sementara itu, Alexandria merupakan pusat
perdagangan penting di Laut Tengah dari sini barang dagangan dari dunia Timur
akan menyebar ke Eropa. Pusat perdagangan penting yang lain bagi para pedagang
Eropa Adalah Konstatinopel (Bizantium). Sementara itu berkembang pusat
perdagangan penting di Asia selatan yaitu di Kalikut (India), Goa dan Bombai.
Pusat perdagangan di India mengalami perkembangan pesat karena terletak di
jalur perdagangan antara Asia Barat dan Asia Timur. India banyak menghasilkan
berbagai jenis barang perdagangan penting, seperti gading, ukir-ukiran, kain wol
dan permata.

Pusat perdagangan di Asia Tenggara yaitu Sriwijaya di Selat Malaka juga


merupakan pintu gerbang pelayaran antara India dan cina. Setiap kapal dari Asia
barat dan Asia Selatan yang akan berlayar ke Asia Timur pasti melewati selat
malaka. Sriwijaya merupakan pusat barang perdagangan penting, seperti barang
rempah rempah dari maluku, emas dan kayu cendana. Di Asia Timur (Cina) juga
berkembang pusat perdagangan penting karena wilayah ini menghasilkan
berbagai jenis dagangan penting, seperti sutra dan porselin. Pusat perdagangan
penting pada saat itu adalah kanton (kwatung) dan Kembalik (Peking).

2.4 Pengertian Sejarah Awal Jalur Laut Modern


Pandangan Copernicus yang mengatakan bumi itu bulat juga semakin
meningkatkan kegiatan pelayaran dan penjelajahan samudera. Dengan pandangan
bahwa bumi itu bulat, maka setiap orang dapat berlayar ke arah mana saja (barat
atau timur), akhirnya akan dapat kembali ketempat asal.

kedatangan bangsa barat pertama di Nusantara terjadi sekitar abad ke -16.


Bangsa pertama yang sampai di nusantara adalah portugis yang telah berlayar
untuk mencari rempah rempah hingga akhirnya sampai di Malaka. Malaka ketika
itu merupakan pusat perdagangan di Asia. Akhirnya, tahun 1511 portugis berhasil
menguasai daerah malaka tetapi portugis tidak bisa memonopoli perdagangan
rempah-rempah karena pedagang asia mengalihkan sebagian besar perdagangan
mereka ke pelabuhan pelabuhan lain untuk menghindari monopoli portugis.
Kemudian disusul kedatangan bangsa Spanyol, Belanda, dan Inggris.
Tujuan kedatangan bangsa-bangsa Barat ini memang sama yaitu memonopoli
rempah-rempah di Nusantara. Ekspedisi yang dilakukan oleh bangsa barat ini
sejak akhir abad 15-16 menjadikan abad itu sering disebut dengan abad
Penjajahan Samudra. Pengaruh bangsa barat terhadap asia, khususnya Nusantara
juga sering disebut dengan istilah Modern Awal.

Sebelum masa Modern Awal ada dua jalur perdagangan utama adalah jalur
darat dan jalur laut. Sejak abad ke 10, pelayaran laut dapat dilakukan secara
bertahap dari satu pelabuhan ke pelabuhan. Perubahan ini disebabkan karena jalur
pelayaran itu telah berkembang menjadi emporium yang memiliki fasilitas
dagang. Pelayaran orang barat mencari asal rempah rempah, telah menyebabkan
terjadinya perubahan jalur pelayaran dan perdagangan. Orang orang portugis telah
menemukan jalur pelayaran ke timur (Indonesia) melalui Ujung Afrika Selatan
(Tanjung Harapan) Menuju teluk parsi terus ke India. Dari india menuju ke
Malaka terus ke kepulauan maluku. Bahkan setelah portugis menguasai Malaka
(1511), muncul jalur baru yakni dari Aceh menyusuri pantai barat Sumatera terus
ke Selat Sunda.

2.5 Sejarah Hubungan Jalur Laut Zaman Modern Nusantara


1. Hubungan Jalur Laut Nusantara Masa Kolonial

pemerintah Hindia Belanda mulai membuka perdagangan bebas melalui sektor


maritim berupa pelayaran. Pelabuhan di buka pada sejumlah wilayah seperti Surabaya,
Batavia, Semarang, Makassar, dan Sumatera, serta daerah daerah kecil lainnya. Melalui
perdagangan maritim, dapat membentuk integritas dan hubungan yang baik secara politik
maupun ekonomi dengan berbagai wilayah lain

a. Jalur Laut Lintas Pantai Barat Sumatera (Bengkulu)


Kota pelayaran dagang di Pantai Barat Sumatera tumbuh dalam dua fase. Pertama,
pada masa Hindu Budha hingga munculnya kesultanan Islam. Kedua, pada masa
kolonial yang memiliki peranan penting dalam pelayaran, perdagangan, dan
hegemoni politik. Aktivitas perdagangan ini akhirnya membentuk jalur pelayaran
mulai dari Banten, Bengkulu, Padang, Sibolga, dan Aceh. Kegiatan ekonomi ini
membuat banyak berdirinya bandar bandar persinggahan kapal di sepanjang
pantai Sumatera. Tom Pires menjelaskan bahwasannya Selat Malaka merupakan
jaringan pelayaran yang sangat luas, wilayah ini memiliki hubungan interaksi
jalur laut dengan berbagai daerah di Nusantara. Bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa pemersatu antara pengunjung dan penduduk Malaka. Lintas Selat Malaka
yang selalu ramai dengan kunjungan saudagar, juga menarik orang Eropa untuk
mendatangi wilayah tersebut yang kemudian membuka jalur atau rute pelayaran
sehingga memperluas kontak hubungan budaya, politik, dan perdagangan antara
pulau dan benua.
b. Alur Laut Lintas Nusa Tenggara Barat (Sumbawa, Bima)
Sejak berabad abad sebelumnya, Bima telah menjadi wilayah kota pelabuhan
yang sering kali disinggahi oleh kapal kapal dagang dari berbagai daerah. Wilayah
ini banyak di dominasi oleh suku Bugis dari Makassar. Sehingga terjadi hubungan
jalur laut antara orang Bima dengan suku Bugis. . Pada zaman kolonial, Bima
dianggap sebagai salah satu pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh pelayar dan
pedagang dari penjuru daerah bahkan Eropa, sehingga terbentuklah rute pelayaran
dan perdagangan dari Barat, begitu juga sebaliknya.
c. Jalur Laut Lintas Maluku
Sejak Portugis mendatangi kawasan Maluku, maka saat itu terbentuklah jalur
pelayaran yang menjadi penghubung antara Eropa dan Asia. Melaui jalur
pelayaran ini, kemudian terbentuk jaringan perdagangan dunia yang sebelumnya
yang sebelumnya hanya dilakukan melalui jalur darat saja. Saat itu pula,
Nusantara menjadi jalur pelayaran dan perdagangan global karena merupakan
pusat rempah rempah yang banyak di cari oleh saudagar dunia.
d. Jalur Laut Lintas Selat Makassar
Pelayaran yang dilakukan oleh pedagang untuk menuju Makassar
tergantung pada kondisi alam, dalam artian dimana angin berhembus akan sangat
memengaruhi intensitas pelayaran dan aktivitas perdagangan. Pada masa kolonial,
pemerintah Hindia Belanda memberikan kebijakan yakni dengan mewajibkan
para pelayar dan pedagang memiliki kartu izin berlayar.
Jalur pelayaran yang ramai pada masa kolonial Belanda adalah Jawa
menuju Sulawesi. Hal ini menandakan bahwa Sulawesi memiliki hubungan jalur
laut dengan Jawa, aktivitas utamanya adalah untuk berdagang.
1. Hubungan Jalur Laut Nusantara Pasca Kemerdekaan
Penetapan alur-alur laut menurut konvensi hukum laut 1982. UNCLOS
1982 mengakui tiga jenis hak lintas kapal kapal asing melalui perairan yang
berada di bawah suatu negara; yaitu hak lintas damai, hak lintas transit, dan hak
lintas alur laut kepulauan. Hak lintas damai dapat dilaksanakan dengan baik
melalui teritorial laut, sclat yang digunakan untuk pelayaran internasional maupun
perairan kepulauan. Hak transit hanya dapat diterapkan melalui selat yang
digunakan untuk pelayaran internasional, sedangkan hak lintas alur-alur laut
hanya dapak dinikmati melalui perairan kepulauan, khususnya melalui alur-alur
laut kepulauan. Dalam pelaksanaan hak lintas negara-negara tersebut dapat
menetapkan alur alur laut dan skema pemisah lalu lintas (jalur laut dan skema
pemisahan lalu lintas)? yang dianggap sebagai sarana penting untuk menjamin
keselamatan pelayaran serta perjalanan terhadap lingkungan laut." Khusus untuk
lintas alur laut kepulauan, negara kepulauan dapat menentukan rute penerbangan
di atas alur-alur laut kepulauannya. Dalam menetapkan alur alur laut dan skema
pemisah lalu linias tersebut UNCLOS 1982 memberi peranan "organisasi secara
internasional kepada"? Pengaturan hak lintas kapal-kapal asing melalui perairan
nasional akan berdampak baik bagi negara pemakainya, negara pantai, negara
kepulauan itu sendiri maupun negara lain secara langsung maupun Langsung
akan merasakan akibatnya.
Hubungan jalur laut Indonesia di atur dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia
(ALKI). Pembentukan ALKI di latar belakangi terkait perdagangan internasional
yang terus menerus melintas di perairan Indonesia, mengingat letak geografis
Indonesia sangatlah strategis dimana terletak pada posisi silang antara dua
Samudera yang merupakan jalur pelayaran penting untuk perdagangan dunia.
Maka dari itu pemerintah membentuk ALKI sebagai jaminan keamanan dan
peningkatan atas pengawasan alur laut Indonesia. Dengan adanya ALKI,
diharapkan Indonesia mendapat keuntungan ekonomi dan menjaga stabilitas
negara dari potensi ancaman akibat pelayaran internasional. Adanya penetapan
Alur Laut Kepulauan Indonesia, memberikan manfaat berupa Indonesia dapat
mengawasi dan mengontrol aktivitas pelayaran yang melintas di perairan
Indonesia.
Saat ini penetapan jalur ALKI di Indonesia terdiri sebagai berikut
a) ALKI 1 = Selat Sunda yang berada di bagian utara bercabang menuju
Singapura dan Laut Cina Selatan
b) ALKI II = Selat Lombok, Laut Sulawesi, dan Selat Makassar
c) ALKI III = Memiliki tiga cabang berupa ALKI III A (sekitar perairan
Laut Sawu, Kupang); ALKI III B & C (sebelah timur Timor
Leste), dan ALKI III D (sekitar perairan Aru).
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jalur laut zaman kuno biasa disebut dengan jalur Sutra, jalur ini muncul
pada peradaban Cina namun pada saat itu jalur ini belum dinamai Jalur Sutra.
Konsep “Seidenstrassen” (Jalan Sutra) diciptakan oleh ahli geografi Jerman F. von
Richthofen (1833-1905) pada tahun 1877. “Seidenstrassen” berarti komunikasi
antara Cina dan wilayah budaya Romawi. Untuk membuktikan jalur penyebaran
sutra, Richthofen tidak hanya fokus pada substansialitas geografis, berdasarkan
jalur Zhang Qian Cina dan Ptolemy Romawi, tetapi juga pada sumber etimologis,
sejarah, dan agama. Indonesia terdiri atas banyak pulau besar dan kecil yang
dipisahkan oleh selat dan laut. Selat pada umumnya tidak seberapa dalam kecuali
diperairan maluku, selain itu, di berbagai wilayah Indonesia terdapat perbedaan
iklim, dibagian barat lebih banyak turun hujan, sedangkan dibagian timur
Indonesia jarang turun hujan sehingga wilayahnya agak kering. Perbedaan iklim
mengabkibatkan perbedaan kesuburan tanah dan sumber kekayaan alamnya pada
setiap pulau sangat bervariasi sehingga terdapat barang komoditas yang berbeda.
Mereka saling membutuhkan barang yang tidak ada ditempatnya. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya hubungan perdangan antar pulau dan antara wilayah
nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, S. Dkk. 2003. Sejarah Maritim Indonesia (Menelurusi jiwa bahari bangsa
Indonesia dalam proses integrasi bangsa sejak sejak jaman prasejarah
hingga abad XVII).Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara
Universitas Diponegoro Semarang: Badan Riset Kelautan Perikanan.

Winarsih, S. 2018. Ikhtisar Kemaritiman : Potensi Maritim Indonesia. Tangerang : Loka


Aksara

Agoes, E, R. 2009. Upaya Diplomatik Indonesia dalam Penetapan Alur Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). Jurnal Hukum Internasional. 6 (3), 353-374

Kwon, Y. P. (2018). The Original Concept of the Silk Road and Richthofen's Humanistic Ideas.
Acta Via Serica, 3(2), 1-22.

Mansyur, S. (2011). Jejak Tata Niaga Rempah-Rempah dalam jaringan Perdagangan


Masa Kolonial di Maluku. Kapata Arkeologi, 7(13), 20-39.

Liu, X. (2010). The Silk Road in world history. Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai