Kelas C
Dosen Pengampu:
Drs. Sugiyanto, M. Hum
Drs. Sumarjono, M.Si
Robit Nurul Jamil, S.Pd., M.Pd.
Oleh kelompok 8:
Anisa Lutfiana 190210302090
Habibatul Maula 190210302105
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
kebaikan masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Awal kedatangan Nenek Moyang Melalui laut, penduduk dari berbagai ras
datang ke kepulauan Nusantara. Para pendatang Baru itu menyeberangi atau
menyusuri sungai sungai dan pantai Asia Selatan memasuki kepulauan
Indonesia hingga papua dan Australia, bahkan lebih jauh lagi. Hingga kini,
pemicu gelombang migrasi tersebut belum diketahui dengan pasti. Hubungan
jalur laut tidak berhenti pada masa nenek moyang Nusantara, tetapi terus
berlanjut dan mengalami kemajuan pesat pada masa kerajaan kerajaan di
Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang menjadi penguasa maritim
terbesar di Asia Tenggara. Wilayah Indonesia yang strategis yakni terletak
pada titik silang jaringan lalu lintas dunia, membuat bangsa kita sering kali
menjadi penghubungan antara dunia Timur dan Barat. Hubungan hubungan
tersebut diciptakan melalui pelayaran jalur laut dengan motif utama dan
dominan adalah berdagang.
Begitupun pada saat kedatangan Bangsa Barat, laut tengah memiliki peran
penting yakni sebagai penghubung jaringan perdagangan antara Asia dan
Eropa. Tetapi setelah Konstatinopel jatuh ke tangan Turki pada tahun 1453,
perdagangan di laut Tengah pun berada dibawah pengaruh Turki. Akibatnya,
orang orang eropa merasa kesulitan untuk mendapatkan barang dagangan
(terutama rempah-rempah) dengan harga yang murah. Karena itu orang orang
Eropa berusaha sendiri mencari daerah asal rempah – rempah. Timbulah
kegiatan pelayaran dan penjajahan samudera yang dilakukan oleh orang orang
Eropa. Maka mereka melakukan penjelajahan samudera untuk mencari daerah
penghasil rempah rempah. Yakni wilayah Nusantara. Pada saat itu pemerintah
kolonial memperbesar peran pelayaran dan perdagangan bebas di Indonesia.
Dengan demikian, hubungan jalur laut Nusantara sebenarnya sudah lama
dilakukan sejak masa pra sejarah hingga masa kolonial.
Setelah mengalami keterpurukan selama lebih dari tiga setengah abad,
akhirnya babak baru kebangkitan dunia maritim lahir kembali dengan
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Para pendiri bangsa sadar bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar
yang dapat bangkit dan memperoleh kembali ke masa keemasannya dengan
menguasai maritim.
1.3 Tujuan
1. Utntuk mengetahui pengertian jalur laut zaman kuno
2. Untuk mengetahui perbedaan pengertian jalur laut pada zaman kuno
3. Untuk mengetahui sejarah hubungan jalur laut zaman kuno Nusantara
dan Asia
4. Untuk mengetahui pengertian awal kedatangan jalur laut zaman modern
5. Untul mengetahui seajarah hubungan jalur laut zamana modern
nusantara
6. Untuk mengetahui sejarah hubungan jalur laut zaman modern Dunia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jalur Laut Zaman Kuno Menurut Para Ahli
Jalur laut zaman kuno biasa disebut dengan jalur Sutra, jalur ini muncul pada
peradaban Cina namun pada saat itu jalur ini belum dinamai Jalur Sutra.
Jalur ini populer selama Dinasti Tang, dari tahun 618 hingga 907 M. Namun pada
masa tersebut nama Jalur ini masih belum dinamai jalur Sutra. Rute berkembang
seiring dengan batas teritorial dan perubahan kepemimpinan nasional. Perdagangan
jarak jauh barang-barang mewah muncul pada akhir abad ketiga SM, mengikuti
kisahnya hingga penaklukan Mongol. Liu memulai dengan sangat membutuhkan apa
yang disebut orang Cina sebagai "kuda surgawi" di Asia Tengah, dan menjelaskan
bagaimana para pedagang yang membawa kuda-kuda ini juga membawa produk-
produk eksotis, beberapa dari Mediterania. Demikian pula, Kekaisaran Romawi,
sebagai akibat dari ambisi kekaisarannya serta keinginan warganya untuk sutra Cina,
merespons dengan penjelajahan timur untuk perdagangan. Juga menunjukkan
bagaimana perantara, Kekaisaran Kushan, menyebarkan agama Buddha ke Cina.
Misionaris dan peziarah memfasilitasi kuil gua di sepanjang rute pegunungan, dan
biara di berbagai oasis dan pusat kota, membentuk tulang punggung Jalur Sutra.
pada tahun 1939, dan istilah Korea “실크로드” (silkrodeu) pada tahun 1952.
Indonesia terdiri atas banyak pulau besar dan kecil yang dipisahkan oleh
selat dan laut. Selat pada umumnya tidak seberapa dalam kecuali diperairan
maluku, selain itu, di berbagai wilayah Indonesia terdapat perbedaan iklim,
dibagian barat lebih banyak turun hujan, sedangkan dibagian timur Indonesia
jarang turun hujan sehingga wilayahnya agak kering. Perbedaan iklim
mengabkibatkan perbedaan kesuburan tanah dan sumber kekayaan alamnya pada
setiap pulau sangat bervariasi sehingga terdapat barang komoditas yang berbeda.
Mereka saling membutuhkan barang yang tidak ada ditempatnya. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya hubungan perdangan antar pulau dan antara wilayah
nusantara.
Pada masa kejayaan sriwijaya pada abad ke-8 sampai abad ke-9 masehi,
hubungan perdagangan antar pulau di wilayah nusantara juga berkembang pesat.
Jalur perdagangan strategis, seperti selat malaka, selat sunda, dan selat karimata
dikuasainya. Dengan armada laut yang kuat, sriwijaya mampu mengamankan
jalur perdagangan antar pulau di wilayah Indonesia. Dalam hubungan antar laut
itu, orang orang dari bugis dan makasar adalah pelaut yang ulung dan gagah berani
dalam mengarungi gelombang laut. Kampung permukiman orang bugis dapat
ditemukan hampir di seluruh kota pelabuhan dan pusat perdagangan di Nusantara.
Bahkan dimalaysia terdapat negara bagian yang berasal dari kampung pemukiman
para pelaut bugis, makasar, jawa dan Madura. Para saudagar dan pelaut itu
berlayar mengarungi perairan Nusantara. Dengan demikian, mereka mengadakan
hubungan dagang antar pulau dan antar daerah Nusantara.
1. Dengan letak yang strategis, Indonesia menjadi pintu gerbang lalu lintas
perdagangan dan pelayaran di Asia.
2. Pusat pusat perdagangan di Indonesia muncul sebagai pemasok barang
komoditi ekspor bagi bangsa bangsa di Asia.
3. Negara negara di Nusantara dapat mengamankan wilayah-wilayah
perairannya, sehingga memberi jaminan keamanan kepada setiap bangsa yang
ingin berhubungan dagang dengan Indonesia.
4. Pusat pusat perdagangan di Indonesia banyak disinggahi kapal kapal asing,
karena memiliki sejumlah sarana yang dibutuhkan oleh para pedagang.
5. Dengan kepandaian dan keberanian mengarungi samudera yang luas, bangsa
Indonesia ikut berperan dalam meramaikan hubungan perdagangan
internasional.
J.C Van Leur dan O.W. Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang
antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembang daripada hubungan antara
Indonesia dengan Cina. Perluasan pelayaran perdagangan ke Arah Timur India
karena diketahuinya angin musim yang baik untuk berlayar menyeberangi
samudra India ke Timur dan sebaliknya. Menurut kisahnya, seorang nahkoda yang
bernama Hippolas adalah orang barat pertama yang menemukannya. Penduduk
setempat tentu sudah mengetahui sebelumnya. Sebelum penemuan tersebut, kapal
kapal menyusuri pantai dalam pelayaran mereka ke timur. Dalam meniliti awal
pelayaran ke arah timur India, dan khususnya ke Indonesia, para sarjana barat
pada umumnya leboh banyak menyoroti peran pelaut Barat, Arab, India dan Cina,
hal ini tidak mengherankan karena sesuai dengan data data yang tampil dalam
sumber -sumber yang mereka gunakan. Sehubungan dengan kenyataan yang
ditemukan oleh peneliti, bukanlah hal mustahil bahwa pelayaran ke Teluk
Benggal, dan Juga sampai India Selatan, bukanlah hal yang sulit untuk pelaut
Indonesia.
Satu hal yang penting dalam hubungan dagang antara Indonesia dan Cina
ialah adanya hubungan pelayaran langsung antara kedua tempat tersebut.
Hubungan pelayaran itu dapat merupakan bagian dari hubungan pelayaran antara
Asia Barat dengan Cina, tetapi juga merupakan hubungan tersendiri antara
Indonesia dan Cina.
Fa-hsien bertolak dari Sri Langka pada tahun 413 M. Ia menempuh seluruh
perjalanan kembali ke Cina melalui laut. Pada bulan Mei, ia bertolak dari Yeh-
p’o-t’i ke Cina. Yeh-p’o-t’i diartikan sebagai yawadwipa oleh para peneliti. Akan
tetapi, Yawadwipa tidak harus berarti pulau jawa.
Berkembangnya hubungan dagang melalui jalur laut antara Asia Barat dan
Asia Timur pada saat itu disebabkan terjadinya peperangan di Asia Tengah
sehingga jalur perdagangan darat antara Asia Barat dan Asia Timur yang melewati
Asia Tengah (Jalan Sutra) Terputus, perdagangan dunia baik melalui jalur sutera
maupun jalur rempah rempah dari dunia Timur (Termasuk dari Indonesia), Akan
berumuara dilaut tengah. Laut tengah adalah sebuah inland sea (laut pedalaman)
yang secara geografis terletak strategis, sebelah barat dan utara membentang
wilayah eropa, di sebelah timur terhampar daratan Asia dan dibagian selatan
adalah pesisir Afrika Utara.
Sebelum masa Modern Awal ada dua jalur perdagangan utama adalah jalur
darat dan jalur laut. Sejak abad ke 10, pelayaran laut dapat dilakukan secara
bertahap dari satu pelabuhan ke pelabuhan. Perubahan ini disebabkan karena jalur
pelayaran itu telah berkembang menjadi emporium yang memiliki fasilitas
dagang. Pelayaran orang barat mencari asal rempah rempah, telah menyebabkan
terjadinya perubahan jalur pelayaran dan perdagangan. Orang orang portugis telah
menemukan jalur pelayaran ke timur (Indonesia) melalui Ujung Afrika Selatan
(Tanjung Harapan) Menuju teluk parsi terus ke India. Dari india menuju ke
Malaka terus ke kepulauan maluku. Bahkan setelah portugis menguasai Malaka
(1511), muncul jalur baru yakni dari Aceh menyusuri pantai barat Sumatera terus
ke Selat Sunda.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jalur laut zaman kuno biasa disebut dengan jalur Sutra, jalur ini muncul
pada peradaban Cina namun pada saat itu jalur ini belum dinamai Jalur Sutra.
Konsep “Seidenstrassen” (Jalan Sutra) diciptakan oleh ahli geografi Jerman F. von
Richthofen (1833-1905) pada tahun 1877. “Seidenstrassen” berarti komunikasi
antara Cina dan wilayah budaya Romawi. Untuk membuktikan jalur penyebaran
sutra, Richthofen tidak hanya fokus pada substansialitas geografis, berdasarkan
jalur Zhang Qian Cina dan Ptolemy Romawi, tetapi juga pada sumber etimologis,
sejarah, dan agama. Indonesia terdiri atas banyak pulau besar dan kecil yang
dipisahkan oleh selat dan laut. Selat pada umumnya tidak seberapa dalam kecuali
diperairan maluku, selain itu, di berbagai wilayah Indonesia terdapat perbedaan
iklim, dibagian barat lebih banyak turun hujan, sedangkan dibagian timur
Indonesia jarang turun hujan sehingga wilayahnya agak kering. Perbedaan iklim
mengabkibatkan perbedaan kesuburan tanah dan sumber kekayaan alamnya pada
setiap pulau sangat bervariasi sehingga terdapat barang komoditas yang berbeda.
Mereka saling membutuhkan barang yang tidak ada ditempatnya. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya hubungan perdangan antar pulau dan antara wilayah
nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, S. Dkk. 2003. Sejarah Maritim Indonesia (Menelurusi jiwa bahari bangsa
Indonesia dalam proses integrasi bangsa sejak sejak jaman prasejarah
hingga abad XVII).Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara
Universitas Diponegoro Semarang: Badan Riset Kelautan Perikanan.
Agoes, E, R. 2009. Upaya Diplomatik Indonesia dalam Penetapan Alur Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI). Jurnal Hukum Internasional. 6 (3), 353-374
Kwon, Y. P. (2018). The Original Concept of the Silk Road and Richthofen's Humanistic Ideas.
Acta Via Serica, 3(2), 1-22.
Liu, X. (2010). The Silk Road in world history. Oxford University Press.