Oleh :
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Laut Jawa merupakan laut inti bagi Asia Tenggara. Karena itu Laut Jawa
memiliki fungsi kohesif yang mengintegrasikan berbagai elemen kehidupan
masyarakat yang melingkunginya. Peranan kawasan dan jaringan Laut Jawa
1
De koloniale staat (Negara kolonial) 1854-1942 Panduan Archief van het Ministerie van
Koloniën (Arsip Kementerian Urusan Tanah Jajahan) Kepulauan Nusantara. Penyusun Francien
van Anrooij. Diterjemahkan oleh Nurhayu W. Santoso Susi Moeimam. Edisi revisi, Leiden,
Agustus 2014, hlm. 5.
1
masih dapat dilihat sampai saat ini. Dapat diakatakan Laut Jawa merupakan
mediterranean sea (laut tengah) bagi Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Ia
menjadi jembatan penghubung berbagai komunitas yang ada di sekitarnya, baik
dalam kegiatan budaya, politik, maupun ekonomi. Selain itu juga ada laut Arab
dan Laut Merah sebelum sampai ke Eropa.2
2
Irawan Djoko Nugroho. Majapahit Peradaban Maritim: Ketika Nusantara Menjadi
Pengendali Pelabuhan Dunia, (Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, 2010), hlm. 16.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjadi penguasa di daerah yang baru dikuasainya itu. Meskipun masa
pemerintahan yang singkat, Raffless yang dikirim pemerintah Inggris sebagai
Letnan Gubernur di Indonesia itu telah berhasil meletakkan dasar-dasar
kebijaksanaan ekonomi yang sangat penting dan sangat memengaruhi sifat dan
arah kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda pada kurun waktu sesudahnya.
Raffless adalah seseorang yang berpandangan politik liberal. Oleh karena itu, ia
menolak sistem VOC dengan segala konsekuensinya.
4
pemerintahan atas asas-asas modern (Barat), pelaksanaan pemungutan sewa, dan
penanaman tanaman dagangan untuk ekspor. Kecuali aspek di atas, Raffless
memperhatikan sesuatu yang ideal, yaitu usahanya untuk mempraktikkan
beberapa prinsip humaniter.
Sistem dualisme seperti yang telah diterapkan oleh Raffless itu masih
diteruskan oleh Belanda sampai tahun 1830. Periode dari 1800-1830 ditandai
dengan pertentangan yang tajam dalam menentukan politik yang akan dianut baik
sistem konservatif maupun sistem liberal. Keadaan kemudian melahirkan politik
kolonial berdasarkan campuran prinsip-prinsip dan praktik yang satu sama lain
bertentangan.
5
liberal dan kaum konservatif. Yang pertama mempertahakan bahwa tujuan dapat
dicapai dengan sistem perusahaan kapitalis Barat, sedang yang kedua condong
untuk menjalankan sistem pemungutan hasil tanaman. Akhirnya dengan tidak
melepaskan tujuan pokok yaitu eksploitasi daerah jajahan, dicarilah cara-cara
bagaimana prinsip kebebasan masih dapat dilaksanakan meskipun minimal.
Van Den Bosch arsitek sistem baru ini sangat yakin bahwa Indonesia
sebagai tanah jajahan adalah sumber kekayaan bagi negara induk Belanda.
Istimewa sekali Pulau Jawa karena tanahnya subur dan penduduknya padat. Petani
diwajibkan menanam tanaman seperti nila, tebu, kopi, dan tembakau yang akan
diperdagangkan oleh pemerintah di bawah pengawasan pemerintah sendiri.
Serikat Dagang Belanda yang disebut Nederlandsche Handelmaatschappi adalah
serikat dagang tunggal yang berhak mengekspor hasil bumi yang diperoleh dari
tanam paksa untuk diperdagangkan di pasaran Eropa.
Pengaruh sistem itu bagi rakyat sangatlah berat. Oleh karena pemerintah
kolonial Belanda menghendaki keuntungan yang sebesar-besarnya, segala
peraturan dijalankan tanpa mengingat kepentingan rakyat terjajah. Pemerintah
kolonial memanfaatkan para pangreh praja di Indonesia dari yang paling atas
sampai yang paling bawah dikerahkan untuk bekerja di perkebunan. Kepatuhan
rakyat desa kepada atasannya menjadi modal bagi pemerintah untuk
6
menyukseskan usahanya. Sudah menjadi kebiasaan bahwa para pembesar
Indonesia yang telah menjadi alat kolonial terlalu giat kerjanya sebab mereka
saling berlomba untuk mencari muka pada pembesar Belanda dan akhirnya
rakyatlah yang menjadi korban.
7
pemerintah, justru memberikan keuntungan yang berlebih. Hakikatnya tidak ada
batas mengenai luasnya tanah yang akan ditanami untuk pemerintah. Banyak
tenaga yang terbuang sia-sia dalam mencoba tanaman-tanaman baru. Kerja
tambahan diminta di samping kerja wajib, dan kewajiban lainnya tidak dihapus.
Tampak jelas bahwa sistem itu mengakibatkan kemerosotan moral dan
bertentangan dengan apa yang dikemukakan oleh Van Den Bosch.3
2.2 Perusahaan Dagang dan Pelayaran pada Masa Sistem Tanam Paksa
3
Budi Cahyo Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan
Hingga Kemerdekaan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995). hlm. 5-10.
8
untuk bersaing ketat dengan maskapai perkapalan Inggris. Adanya sistem dari
Tanam paksa ini sendiri lambat laun telah membawa keuntungan oleh beberapa
perusahaan maskapai Belanda. Seperti NHM yang mulai bangkit ketika adanya
pengangkutan komoditi dari Indonesia ke Belanda. Hasil bumi yang diangkut ini
kemudian dilelang dan di perdagangakan melalui jalur perdagangan internasional.
The Royal Packet Navigation Company yang lebih dikenal dengan KPM
dibentuk pada 1888 oleh Stoomvart Maatschappij Nederland Dan Rotterdamsche
Lloy, mulai beroperasi pada 1 Januari 1891. Beberapa tahun pertama sangat sulit,
tapi sedikit demi sedikit perusahaan tumbuh efisien dan beradaptasi pada
kemungkinan dan kebutuhan dari perdagangan. Sejumlah rute terus meningkat
dan menjadi kekuatan dari armada kapal. Kebijakan mereka untuk membangun
dan mempertahankan layanan pada area isolasi.
4
Robert Van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,
2003), hlm. 172.
9
melakukan perompakan dan pengayauan keluar wilayah, namun hal ini bukan
pertama kali terjadi. Perompakan dilakukan keluar wilayah melewati daerah
perbatasan koloni Belanda dan Inggris, setelah terjadi beberapa perompakan dan
pengayauan di wilayah Nieuw Guinea koloni Inggris sehingga memunculkan
keluhan dari pihak Inggris ke pemerintah Kolonial Belanda. Pada tahun 1891
gubernur Nieuw Guinea Inggris meminta campur tangan pemerintah Belanda
untuk mengakhiri perompakan dan pengayauan suku Tugeri ke Nieuw Guinea
Inggris an kepulauan Queensland.5
5
Rosmaida Sinaga, Masa Kuasa Belanda di Papua 1898-1962, (Komunitas Bambu:
Jakarta, 2013), hlm. 54.
10
dan ia sangat bersyukur atas kedatangan kapal KPM yang mengangkut seluruh
petugasnya.6
6
Ibid., hlm. 55.
11
Perjalanan pulang : Pulau Hermuis, Teluk Kayu Merah, Teluk Triton,
Namatote, Banda, Gisser, Skroe, Sekar, Bacan Dan Ternate.7
Karena pangkalan itu merupakan tempat berlabuh yang aman bagi kapal
uap polisi.
Memiliki kealaman yang memadai yang memungkinkan kapal-kapal
dagang berukuran besar untuk berlabuh
Berkaitan dengan tempat-tempat yang disinggahi oleh kapal-kapal uap
miliki KPM, pangkalan ini diupayakan dibangun sedekat mungkin dengan
kedudukan tempat kontrolir sebagai kepala pelabuhan.
Untuk kepentingan para kontrolir di Nieuw Guinea Utara dan Skroe,
kapal-kapal uap kecil harus diadakan segera setelah laporan harga
pembuatan kapal-kapal uap kecil disampaikan ke armada di Surabaya,
Galangan Kapal Tanjung Priuk, Firma Tayor, dan Lawson di Batavia serta
perusahaan galangan kapal Tanjung Pagar di Singapura.8
7
Ibid., hlm. 59.
8
Ibid., hlm. 62.
12
melakukan pendirian secara independen KPM. Dan akhirnya membuat formasi
dari lintasan Jawa-Cina-Jepang.9
9
M. Thorburn (Ed), “N.Y. NEDERLANDSE TANK- EN PAKETV AART MAA
TSCHAPPIJ” Royal Interocean Lines, Vol. XIV No. I Januari 1967, hlm. 6.
10
Rosmaida Sinaga, op.cit., hlm.54.
13
lalu lintas transit tradisional ke Eropa dan Amerika terganggu dan perlunya
membuat komunikasi dengan negara lain.
11
Tommy H. Purwaka, Pelayaran Antarpulau Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi
Wawasan Nusantara, 1993), hlm. 22.
14
dan pemerintah mencakup tiga hal yaitu KPM harus mengutamakan shipping
reguler antarpulau, lebih mengembangkan lalu lintas shipping di bagian timur
kepulauan dan KPM harus beroperasi untuk keuntungan politik dan ekonomi.12
Prinsip tersebut menyimpulkan bahwa KPM diarahkan sebagai alat integrasi
politik dan ekonomi Hindia Belanda.
12
H.W.Dick, The Indonesian Interisland Shipping Industry, An Analysis of
Competition and Regulation, (Singapore: Institut of Southeast Asian Studies, 1987), hlm.
11.
15
Terdapat kota-kota pantai baru yang di singgahi seperti Nieuw Guinea
(setelah adanya desakan Inggris)
Memudahkan tugas para kontrolir untuk mengunjungi wilayah
kekuasaannya secara rutin
Pemindahan barang yang mudah dan juga mobilisasi darurat yang
memungkinkan dan diharuskan terjadi
Peningkatan akses transportasi dan komunikasi ke tempat-tempat yang
menjadi pos pemerintahan
Peningkatan perdagangan dan keuntungan dari pajak guna menambah kas
negara Belanda
Para penumpang KPM rute timur mempuyai kesempatan kembali
ketempat semula (setelah pembenahan jalur pelayaran)
13
Farish A Noor, Attack, Reprisal, and Dealing with the Media Fall-Out: The Battle of
Quallah Battoo in 1832. Media Syariah, Vol. XVI No. 1 Juni 2014, hlm. 259.
16
Pada Februari 1831 Friendship kapal dagang Amerika mendekat ke
Quallah Batto dengan maksud membeli lada dalam jumlah yang besar. Pada 7
Februari Kapten Friendship Charles Endicott dan beberapa orang awak kapalnya
menuju Pulau Quallah Battoo untuk bernegosiasi pembelian jumlah besar lada.
Sementara kapten dan anak buahnya ke darat, beberapa gerombolan orang-orang
Quallah Batto naik ke Friendship dan menyerang kru, membunuh satu perwira
dan dua kru lalu merebut Friendship. Lalu kapten Endicoot dan anak buahnya
terpaksa meminta bantuan orang lokal Malaya termasuk seorang pemimpin lokal
bernama Adam, yang membantu mereka untuk menghubungi pedagang Barat
lainnya yang berada di sekitar, dan akhirnya dapat merebut kembali Friendship.
Misinya gagal, lalu mereka kembali ke Salem, Massachusetts, di mana akhirnya
tersebar berita tentang penyerangan kapal dagang. Penyerangan kapal Friendship
ini menjadi peristiwa yang akhirnya melibatkan kapten dan kru dari USS
Potomac, Presiden Amerika Serikat, Angkatan Laut Amerika dan kedua sisi
kongres.
17
penyerangan Friendship) memasuki Aceh menuju Quallah Batto dan berencana
membuat penyerangan. Penyerangan pada Quallah Batto telah dilaksankan, dan
menggunakan kombinasi tipu muslihat dan strategi. Perwira Downes
menyamarkan kapalnya sebagai kapal dagang Belanda. Dengan senjata yang telah
dipasang di dek dan menutup semua port. Setelah mendekat ke Quallah Batto,
Potomac menangkap sejumlah orang lokal dari pemukiman, dan menanyai mereka
tentang pertahanan alami dari kota kecil itu. Telah diputuskan penyerangan (6
Februari 1832) tempat itu pada dini hari, menggunakan kombinasi pasukan tentara
dan pengeboman dari laut.
Total kekuatannya 282 marinir Amerika dan angkatan laut yang mendarat
di utara pemukiman, di tepi pantai disertai dengan senjata api. Pada dini hari
memulai penyerangan dengan kelompok yang mendarat menyerang benteng
pertahanan dari Quallah Battoo yang dekat dengan pantai. Pemimpin
memperkirakan kehilangan 150 orang Sumatera pada pertempuran. Para orang
Sumatera yang kualahan lalu mundur ke benteng kelima yang berada lebih dalam
di pulau, sementara orang Amerika menyerang kota Quallah Battoo itu sendiri,
meletakkan api pada bangunan dan kapal. Ketika peperangan semakin intensif,
lebih jauh 300 orang Sumtera telah tewas dan terluka, dan di pertengahan hari
penduduk pemukiman menyerah pada orang-orang Amerika. Pemimpin lokal
Quallah Battoo mengungsi pada peritiwa itu, namun peristirahatan dari
penududuk mereka terpaksa dihentikan dalam perlawanan mereka dan para orang
Amerika memutuskan untuk membongkar apapun yang tertinggal dari bangunan
perlawanan di pemukiman.
Amerika kehilangan relatif sedikit, hanya dua tentara yang terbunuh dan
hampir setengahnya terluka, meskipun tidak ada yang kritis. Perwira Downes dan
anggotanya memutuskan bahwa tujuannya telah tercapai, dan setelah beberapa
hari bersandar di Quallah Batto dan melanjutkan perjalanan mereka ke timur
hingga sampai akhirnya mereka mengelilingi dunia dan kemudian kembali ke
Amerika.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
20