Anda di halaman 1dari 35

“SEJARAH MARITIM INDONESIA: KERAJAAN MARITIM NUSANTARA

HINGGA MASA INDONESIA MERDEKA, PELAYARAN DAN PERDAGANGAN”


DOSEN PENGAMPU :
PASMUDIR S.HUM,M.SI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
LUTFIAH NADHIFAH KOROMPOT (E011211087)
ANDI NUR WAHIDAH (E011211064)
A. MUHAMMAD WALI D (E061211125)
JELITA KINBENU (E011211094)
RENDY SAPUTRA (E011211069)
IKA FAHRIA WAHID (E011211058)
GRACE JUNI TUMONGLO (E011211060)
ANNISA DWI RAHMATIKA (E011211078)
DWI ASMITHA KAMMA (E061211114)
AYU AMALIA (E011211089)
WISJAR MAULIHADI AHZAN (E061211116)
NAFSIL MUTMAINNA WAGIONO (E011211082)
MUHAMMAD ZUMADHIL ADHAR (E011211077)
MAGFIRAH HASBUDDIN (E011211095)
MATA KULIAH
WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM (WSBM) 24 (HI C, ADMINISTRASI B)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala limpahan karunia Allah SWT., karena izin-Nya lah
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan
salam tak lupa pula penyusun haturkan kepada junjungan kita, Nabi besar Nabi
Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim bertajuk “ Sejarah Maritim Indonesia:
Kerajaan Maritim Nusantara Hingga Masa Indonesia Merdeka, Pelayaran
Dan Perdagangan”.
Pada kesempatan kali ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
yang mendalam kepada seluruh pihak yang turut memberikan dukungan dan
bantuannya dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada Pasmudir
S.Hum,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Wawasan Sosial Budaya
Maritim.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi tatanan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada penyusun membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan menjadi inspirasi bagi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Makassar, 27 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. I


DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1
1.3 TUJUAN ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 KERAJAAN MARITIM YANG BERADA DI NUSANTARA HINGGA INDONESIA
MERDEKA. ............................................................................................................... 2
2.1.1 Kerajaan Bercorak Hindu-Budha. ............................................................. 2
2.2. PELAYARAN DAN PERDAGANGAN YANG DILAKUKAN KERAJAAN KERAJAAN
DI MARITIM NUSANTARA. ................................................................................... 23
2.2.1. Sejarah Pelayaran Maritim Nusantara. ..................................................... 23
2.2.2. Sejarah Perdagangan Maritim Nusantara. ................................................ 24
BAB III PENUTUP............................................................................................... 31
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 31
3.2. SARAN ...................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sejarah yang panjang
dalam perkembangannya untuk mencapai kemakmuran di bidang maritim.
Sejarah maritim seringkali membahas segala peristiwa yang terjadi di
lautan, serta berkutat pada pelayaran dan perdagangan. Dengan berbagai
bentuk kekuasaan maupun diplomasi antar kerajaan di Indonesia pada
zaman dahulu, sektor maritim dianggap penting bagi masa depan suatu
bangsa.
Letak Indonesia yang berada di posisi silang membuat kawasan
Nusantara dilalui oleh para pelaut dari berbagai negeri, baik untuk
berdagang maupun sekadar transit. Sebagai negara maritim, nenek moyang
bangsa Indonesia dikenal sebagai pelaut tangguh. Kaum pelaut sangat
mengandalkan kapal sebagai alat transportasi pelayaran dan perdagangan.
Sejarah maritim terus mengalami perkembangan yang dinamis sesuai
dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apa saja kerajaan maritim yang berada di nusantara hingga
Indonesia merdeka?
2. Bagaimana sejarah pelayaran dan perdagangan di maritim
Nusantara?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui apa saja kerajaan maritim yang berada di
nusantara hingga Indonesia merdeka.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pelayaran dan perdagangan
di maritim Nusantara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Maritim Yang Berada Di Nusantara Hingga Indonesia


Merdeka.
2.1.1 Kerajaan Bercorak Hindu-Budha.
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan (Hindu) tertua di
Indonesia yang terletak di tepi Sungai Mahakam, di
Muarakaman, Kalimantan Timur dekat kota Tangerang.
Kerajaan Kutai di perkirakan berdiri pada abad ke-4 M,
Prasasti tersebut didirikan oleh raja Mulawarman. Adapun
bukti sejarah tentang kerajaan kutai adalah ditemukannya 7
prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu), dimana yupa
tersebut menggunakan huruf pallawa dan sansekerta. Isi
dalam yupa tersebut menyatakan bahwa "Raja pertama
kerajaan Kutai bernama kundungga, dia memiliki seorang
putra yang bernama asawarman yang disebut sebagai
wamsekerta” (pembentuk keluarga). setelah meninggal,
Asmawarman ditunjukkan oleh Mulawarman, penggunaan
nama Mulawarman dan nama-nama raja pada generasi
berikutnya menunjukkan telah masuknya ajaran Hindu
dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa
raja-raja kutai adalah orang asli Indonesia yang telah
memeluk ajaran Hindu.
Letak geografis Kerajaan Kutai yang menjorok ke daerah
pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang
menarik sebagai persinggahan para pedagang dari Cina dan
India. Hal tersebut juga yang menjadi penyebab masuknya
ajaran Hindu di Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kutai.

2
Masa kejayaan Kerajaan Kutai berada masa
pemerintahan Raja Mulawarman. Hal itu dibuktikan dengan
adanya persembahan sedekah kepada kaum brahmana
berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi tersebut
membuktikan bahwa pada masa itu Kerajaan Kutai telah
mempunyai kehidupan yang makmur dan telah mencapai
masa kejayaannya.
Berikut kehidupan Kerajaan Kutai di berbagai bidang, antara
lain :
• Kehidupan Ekonomi, Kerajaan Kutai terletak di tepi
sungai yang mendorong masyarakatnya
mengembangkan pertanian. Selain pertanian, mereka
banyak melakukan kegiatan perdagangan.
Kehidupan Ekonomi di Kutai tidak diketahui secara
pasti kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti
bahwa raja Mulawarman telah mengadakan upacara
korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak
20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.
• Kehidupan sosial, penganut Hindu di kerajaan kutai
mulai menerapkan kasta dalam kehidupan sosial.
Ada 2 kasta yang dikenalkan, yaitu Brahmana dan
Ksatria. Kehidupan masyarakat setelah adanya
penerapan kasta, seperti masyarakat Kutai menjaga
akar tradisi budaya nenek moyangnya, masyarakat
yang sangat tanggap terhadap perubahan dan
kemajuan kebudayaan, serta menjunjung tinggi
semangat keagamaan dalam kehidupan
kebudayaannya.Kehidupan Budaya, dalam
kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan kutai
sudah maju. Hal ini, dibuktikan melalui upacara
penghinduan. Adapun hasil hasil kebudayaaan

3
kerajaan kutai seperti Prasasti yupa, yupa, Arca
Ganesa, dan Arca Budha.
Kerajaan kutai berakhir saat raja kutai yang
bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan raja kutai ke-13, Aji Pangeran
Anum Panji Mendapa
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang
pernah berkuasa di wilayah barat pulau jawa abad ke-4
hingga abad ke-7 M. tarumanegara merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan
sejarah. Kata tarumanegara berasal dari kata “tarum” yang
berarti sungai yang membelah jawa barat, dan “negara” yang
berarti kerajaan.
Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan besar
yang beraliran hindu wisnu. Letaknya ada di sekitar pesisir
sungai Cisadane dan Ciliwung, kerajaan ini berkuasa pada
abad ke 4 hingga 7 Masehi. Bukti keberadaan kerajaan
Tarumanegara diketahui dari sumber-sumber seperti 7 buah
prasasti yang ditemukan dan diketahui bahwa kerajaan
dipimpin oleh Rajadirajaguru jayasingawarman pada tahun
358-382 M.
Raja Purnawarman telah memerintah untuk menggali
satu saluran air. Penggalian saluran air tersebut memiliki arti
yang sangat besar, karena merupakan pembuatan irigasi
untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian
rakyat, dimana hasil dari pertanian tersebut memajukan
perekonomian.
Berikut kehidupan pada masa kerajaan tarumanegara, antara
lain ;
● Kehidupan ekonomi, prasasti tugu menyatakan
bahwa raja purnawarman memerintahkan rakyatnya

4
untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6.122
tombak. Pembangunan terusan tersebut memiliki arti
ekonomis di mata masyarakat karena dapat
digunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir
serta sarana lalu-lintas untuk pelayaran perdagangan
antar daerah di kerajaan tarumanegara dengan dunia
luar.
● Kehidupan sosial, pada masa pemerintahan raja
purnawarman kehidupan masyarakatnya sudah
teratur rapi, hal itu terlihat dari upaya raja
purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
● Kehidupan budaya, dilihat dari teknik dan cara
penulisan huruf-huruf prasasti yang ditemukan
sebagai bukti kebesaran kerajaan tarumanegara
dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan
masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai
peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah berkembangnya
kebudayaan tulis menulis di kerajaan tarumanegara.
Runtuhnya kerajaan tarumanegara karena adanya serangan
dari kerajaan lain, yaitu serangan dari kerajaan Majapahit
saat masa pemerintahan raja sudawarman, terjadi pengalihan
kekuasaan dari kerjaaan tarumanegara menjadi kerajaan
sunda di bawah pimpinan raja tarusbawa, dan terjadi
kekosongan kepemimpinan karena tidak ada penerus
kerajaan setelah raja Linggawarman wafat.
c. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal
abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa
Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan
Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan ini

5
sebenarnya mempunyai dua corak agama yang dianut di
dalamnya, yaitu Hindu Siwa dan Buddha Mahayana.
Berdasarkan prasasti Canggal, raja pertama Mataram
Kuno adalah Sanna. Kemudian, diteruskan oleh Raja
Sanjaya yang berasal dari Dinasti Sanjaya. Setelah Sanjaya,
Mataram diperintah oleh Panangkaran. Dari Prasasti
Balitung diketahui bahwa Panangkaran bergelar Syailendra
Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Hal ini
menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran berasal dari
keluarga Sanjaya dan juga keluarga Syailendra.

Sepeninggal Panangkaran, Mataram Kuno terpecah


menjadi dua, Mataram bercorak Hindu dan Mataram
bercorak Buddha. Wilayah Mataram-Hindu meliputi Jawa
Tengah bagian utara, diperintah oleh Dinasti Sanjaya.
Sementara wilayah Mataram- Budha meliputi Jawa Tengah
bagian selatan yang diperintah Dinasti Syailendra.

Perpecahan di Mataram ini tidak berlangsung lama.


Pada tahun 850, Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya
mengadakan perkawinan politik dengan Pramodhawardhani
dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan ini, Mataram
dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan
Pikatan−Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang
luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur. Pikatan juga berhasil
mendirikan Candi Plaosan.

Dinasti Sanjaya

• Kehidupan Politik : Berdasarkan prasasti Mantyasih,


Rakai Watukura Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-
9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang
patihnya yang berjasa besar kepada Mataram.

6
• Kehidupan Sosial : Kehidupan sosial masyarakat di
kerajaan Mataram Kuno sudah teratur. Terlihat dari
sikap gotong royong mereka saat membuat candi
bersama. Sikap toleran di antara masyarakat sangat
baik. Terbukti dengan adanya dua aliran kepercayaan
yang berbeda tetapi mereka tetap bisa bersosialisasi.
• Kehidupan Ekonomi: Perekonomian kerajaan
Mataram Kuno saat itu bertumpu pada sektor
pertanian karena letaknya yang cukup disebut
sebagai pedalaman dan memiliki tanah yang subur.
Berikutnya, Mataram mulai mengembangkan
kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa
pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai
Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan
menuju pantai utara Jawa Timur.
• Kehidupan Agama : Berdasarkan prasasti Canggal
yang menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa
masyarakat Mataram Kuno Wangsa Sanjaya
memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

Dinasti Syailendra

• Kehidupan Sosial : Kehidupan sosial Kerajaan


Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun,
melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi,
para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal
ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang
menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-
royong. Di samping itu, pembuatan candi ini
menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan
rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan,

7
sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat
sangat baik.
• Kehidupan Ekonomi : Mata pencaharian pokok
masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin.
Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi
masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti
Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan
Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan
memberikan tanah perdikan sebagai simbol
masyarakat yang patuh membayar pajak.
• Kehidupan Agama : Sebagian besar raja-raja Dinasti
Syailendra beragama Budha Mahayana. Hal ini
menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di
Mataram. Dengan dibangunnya candi-candi Buddha
untuk beribadah, maka dapat disimpulkan pula
bahwa rakyatnya beragama Buddha Mahayana.

Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh


beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung
Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut
menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan,
sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua,
runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik
yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya kerajaan
dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan
ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang
terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan
strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan
Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan
dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi
perdagangan.

8
d. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari atau Kerajaan Tumapel adalah


kerajaan bercorak Hindu-Budha di Jawa Timur yang terletak
di daerah Singasari, Malang. Kerajaan ini didirikan oleh Ken
Arok yang juga menjabat sebagai raja pertama dengan gelar
Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada 1222 M.
Berdirinya Kerajaan Singasari tidak lepas dari kisah
pendirinya, Ken Arok.

Ken Arok awalnya hanya seorang pengawal Tunggul


Ametung, seorang akuwu (camat) di Tumapel. Ken Arok
kemudian membunuh Tunggul Ametung dan menikahi
istrinya yang bernama Ken Dedes. Setelah menjadi Akuwu
Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan para Brahmana untuk
menaklukkan Kerajaan Kediri. Serangannya pun berhasil
hingga memaksa Raja Kertajaya menyerahkan kekuasaan
kepada Ken Arok dan kerajaan dipindah ke Singasari.

• Kehidupan Politik Kerajaan Singasari

Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Singosari


berkembang dengan cepat, khususnya ketika masa
pemerintahan Raja Kertanegara. Hal tersebut dapat kita lihat
dari pelaksanaan politik yang ada di dalam maupun di luar
negeri pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Adapun
politik dalam negeri yang dilakukan antara lain yaitu dengan
mengganti pejabat pembantunya. Tak hanya itu, untuk
memperkuat lagi kekuasaannya, Ia juga melakukan
pernikahan politik dan memperkuat aspek angkatan perang.

Sedangkan untuk politik luar negeri yang mereka


lakukan diantaranya yaitu dengan melakukan sebuah
ekspedisi Pamalayu yang bertujuan untuk menguasai

9
Kerajaan Melayu dan melemahkan kekuasaan dari Kerajaan
Sriwijaya. Sementara itu, keberhasilan lain yang diperoleh
selama masa pemerintahan Raja Kertanegara yaitu salah
satunya berhasil menguasai wilayah Sunda, Bali dan juga
Kalimantan, serta Malaka.

• Kehidupan Ekonomi

Tidak banyak sumber prasasti dan berita dari negeri


asing yang dapat memberi keterangan secara jelas kehidupan
perekonomian rakyat Singasari. Akan tetapi, berdasarkan
analisis bahwa pusat Kerajaan Singasari berada di sekitar
Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat
Singasari banyak menggantungkan kehidupan pada sektor
pertanian. Keadaan itu juga didukung oleh hasil bumi yang
melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara
memperluas wilayah terutama tempat-tempat yang strategis
untuk lalu lintas perdagangan.

Keberadaan Sungai Brantas dapat juga digunakan


sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah
pedalaman dengan dunia luar. Oleh sebab itu, tidak sedikit
dari masyarakatnya yang bekerja sebagai pedagang.
Walaupun begitu, pada kenyataannya kehidupan ekonomi
pada masa Kerajaan Singosari sempat mengalami fluktuasi
atau naik turun. Saat dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan
ekonomi di Kerajaan Singosari tergolong sangat makmur.
Tapi kemudian saat dipimpin oleh Anisapati, kehidupan
ekonomi masyarakat menjadi terabaikan. Setelah itu,
kehidupan ekonomi mulai membaik ketika dipimpin oleh
Wisnuwardhana. Hingga pada akhirnya saat masa
pemerintahan Raja Kertanegara, kehidupan ekonomi
Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.

10
• Kehidupan sosial budaya

Rakyat Singasari mengalami pasang surut kehidupan


sejak zaman Ken Arok sampai masa pemerintahan
Wisnuwardhana. Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok,
kehidupan sosial masyarakat sangat terjamin. Kemakmuran
dan keteraturan kehidupan sosial masyarakat Singasari
kemungkinan yang menyebabkan para brahmana meminta
perlindungan kepada Ken Arok atas kekejaman rajanya.
Akan tetapi, pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan
masyarakat mulai terabaikan. Hal itu disebabkan raja sangat
gemar menyabung ayam hingga melupakan pembangunan
kerajaan.

Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur


membaik setelah Wisnuwardhana naik takhta Singasari.
Kemakmuran makin dapat dirasakan rakyat Singasari setelah
Kertanegara menjadi raja. Pada masa pemerintahan
Kertanegara, kerajaan dibangun dengan baik. Dengan
demikian, rakyat dapat hidup aman dan sejahtera. Dengan
kerja keras dan usaha yang tidak henti-henti, cita-cita
Kertanegara ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di
bawah naungan Singasari tercapai juga walaupun belum
sempurna. Daerah kekuasaannya, meliputi Jawa, Madura,
Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Keruntuhan kerajaan singasari

Salah satu faktor runtuhnya Kerajaan Singasari


adalah lemahnya pertahanan karena raja dan jajarannya
sibuk melakukan ekspansi ke luar Jawa. Saat tentara
Singasari dikirim keluar daerah dalam rangka perluasan
wilayah, Kertanegara diserang oleh Jayakatwang, seorang

11
adipati di Kediri. Raja Kertajaya wafat pada serangan ini dan
Kerajaan Singasari akhirnya runtuh.

e. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim
terbesar di Indonesia. Kerajaan yang terletak di Palembang,
Sumatera Selatan ini sudah berdiri sejak abad ke-7 Masehi.
Pendirinya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.Berdirinya
Kerajaan Sriwijaya berawal dari perjalanan suci Dapunta
Hyang. Kala itu, Dapunta Hyang menjalankan perjalanan
suci atau siddhayatra menggunakan perahu. Ia membawa
20.000 orang pasukan. Bersama pasukannya, Dapunta
Hyang akhirnya membangun kerajaan Sriwijaya di Sumatera
Selatan dan Jambi. Kemudian, ia mengembangkan kerajaan
tersebut hingga ke daerah Semenanjung Malaysia.
Kerajaan Sriwijaya sukses menguasai daerah
perairan yang penting, yakni Selat Malaka dan Selat Sunda.
Mereka juga menjalin kerja sama dengan saudagar China,
India, Kamboja, Filipina, Burma, Arab, hingga Afrika.
Seiring berjalannya waktu, Kerajaan Sriwijaya semakin
berjaya di Nusantara. Mereka berhasil menciptakan kapal-
kapal yang canggih. Tak hanya itu, kerajaan tersebut juga
memegang kendali atas perdagangan rempah-rempah di
dunia selama hampir setengah abad.
Kehidupan politik di kerajaan Sriwijaya: dipimpin
oleh seorang maharaja dari Dinasti Sailendra yang
memerintah secara mutlak. Raja pertama yang dikenal
adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa
Dapunta Hyang Sri Jayanasa
• Kehidupan ekonomi masyarakat di kerajaan
Sriwijaya:

12
Ditandai dengan kegiatan perniagaan di Selat Malaka
yang menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan besar
dari perniagaan dengan India dan China
• Kehidupan sosial budaya masyarakat di kerajaan
Sriwijaya: terdapat pengaruh kuat agama Buddha
pada masyarakatnya. Kerajaan Sriwijaya
menggunakan Bahasa Melayu Kuno, yang menjadi
dasar dari bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Sayangnya, kerajaan Sriwijaya semakin memudar
akibat serangan Kerajaan Colamandala India. Pasalnya,
kerajaan tersebut berusaha mengambil alih perdagangan di
wilayah Selat Malaka. Pada akhirnya, Kerajaan Sriwijaya
pun runtuh setelah diserang oleh Kerajaan Melayu,
Singosari, dan Majapahit. Kerajaan Sriwijaya telah
meninggalkan sejumlah peninggalan bersejarah. Di
antaranya adalah prasasti Telaga Batu, Prasasti Kedukan
Bukit, Prasasti Talang Tuo, Candi Muara Takus, dan Candi
Kota Kapur.
f. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang
bercorak agraris dan maritim yang paling besar yang pernah
ada di Indonesia. Kerajaan Majapahit ini mulai
memperlihatkan eksistensi dan kekuasaan serta kejayaannya
sejak akhir abad ke-12 dan bertahan hingga mencapai masa
runtuh dari kejayaannya pada akhir abad ke-15. Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan yang besar, maka dari itu kerajaan
ini memperhatikan aspek kemaritimannya. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kedaulatan wilayah kekuasaannya, aktivitas
kemaritiman di era kerajaan Majapahit ini memberikan
begitu banyak keuntungan bagi setiap pelaku ekonomi,
bahkan perekonomian kerajaan.

13
Puncak kejayaan dari Kerajaan Majapahit dalam hal
maritim nusantara terjadi pada tahun 1293 hingga tahun
1478. Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Raden Wijaya,
kemudian Hayam Wuruk, serta Patih Gajah Mada yang mana
mereka berhasil membuat Kerajaan Majapahit menguasai
dan membuat Nusantara menjadi satu. Bahkan, pengaruh
dari keberhasilan kerajaan Majapahit ini hingga ke wilayah
negara-negara asing. Seperti Campa atau yang saat ini
dikenal sebagai Kamboja, ada Siam, Ayuthia, Lagor, Anam,
India, Filipina, serta China. Di jaman Majapahit dulu,
Hayam Wuruk atau yang juga dikenal dengan julukan
‘Ayam yang pandai’, berhasil memerintah dan menguasai
seluruh Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, sebagai
sebuah bangsa yang berdaulat.
Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Hayam
Wuruk merupakan puncak kejayaan dari kerajaan Maritim,
merupakan juga kekuasaan besar hingga di Asia Tenggara,
sekaligus menggantikan dua kerajaan besar sebelumnya,
yakni Mataram sebagai kerajaan pertanian, dan Sriwijaya
sebagai kerajaan maritim. Keberhasilan dari kerajaan
Majapahit dalam mengembangkan dan membangun
teknologi bahari dengan membangun sebuah kapal yang
bercadik menjadi tumpuan utama dalam kekuatan armada
lautnya. Di relief Candi Borobudur bahkan menjadi salah
satu saksi, yaitu pahatan kapal yang dibangun dengan pasak
kayu, tanpa menggunakan paku yang dapat dilihat. Layar
kapal tersebut terbuat dari tanaman yang dianyam yang
cukup mudah untuk digerakkan sesuai dengan arah angin,
sehingga dapat membuat laju kapal menjadi bergerak lebih
lincah sesuai tujuan.
Armada laut dari kerajaan Majapahit saat itu juga
didukung oleh persenjataan Meriam yang merupakan hasil

14
rampasan dari bala tentara Kubilai Khan Ketika melakukan
serangan ke Kediri. Kapal-kapal yang berukuran sangat
besar dengan tiga sampai empat layer ini sangat dikagumi
oleh dan diakui kemampuan serta kehebatannya oleh para
penjelajah dunia di abad ke-14. Kapal raksasa tersebut
memiliki ukuran panjang 70 meter dan beratnya yang lebih
dari 500 ton, kapal tersebut mampu menampung hingga 600
orang di dalamnya. Jumlah tersebut pada saat itu terbilang
fantastis. Dapat dibayangkan, betapa majunya teknologi dan
kemampuan kapal pada waktu itu.
Dalam sebuah buku Da Asia yang ditulis oleh Diego
de Couto dikatakan bahwa orang Jawa adalah orang yang
lebih dahulu berlayar hingga ke Tanjung Harapan, Afrika
dan Madagaskar. Begitu banyak penduduk yang memiliki
keturunan Jawa yang tinggal di Tanjung Harapan di awal
abad ke-16, bahkan sampai sekarang. Pada tahun 1500, para
pelaut Portugis menemukan sebuah kapal dagang milik
orang Jawa di perairan Asia Tenggara. Kota Pelabuhan
Malaka saat itu praktis menjadi kota bagi orang Jawa.
Banyak tukang kayu yang memiliki keterampilan baik dalam
membangun galangan kapal, juga banyak saudagar dan
nahkoda kapal dari Jawa yang menetap di sana. Merekalah
yang menguasai jalur rempah-rempah, yang sangat vital
antara Maluku, Jawa, dan Malaka, sekaligus mengendalikan
perdagangan internasional.
2.1.2 Kerajaan Bercorak Islam.
a. Kerajaan Samudra Pasai
Berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di pantai timur
Sumatera, Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan
maritim karena didukung kawasan Selat Malaka yang
strategis. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun
1267 M. Rentang masa kekuasan Samudera Pasai

15
berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari
Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-
Saleh, yaitu nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam,
dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa
lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M).
• Kehidupan Politik:
Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, datang
seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang
bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan
Marcopololah maka dapat diketahui bahwa raja Samudra
Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat,
maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu
Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I
(1297 – 1326). Pengganti dari Sultan Muhammad adalah
Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II
(1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai
berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan
kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan
melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari
Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai
merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun
dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir. Pada
masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak
diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang
juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas.
Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang
oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya
data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai
tidak diketahui secara jelas.
• Kehidupan Ekonomi:

16
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai
berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito.
Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan
Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki
hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di
Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang
pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal
ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah. Komoditi
perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapur
barus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah
dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang
dinamakan Deureuham (dirham).
• Kehidupan Sosial Budaya:
Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga
berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis
yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam,
untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah
yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah
Hikayat Raja Pasai. Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis
sekitar tahun 1360 M.
Meski berjaya, peran Samudra Pasai sebagai pusat
dagang di Selat Malaka mulai digantikan oleh pelabuhan-
pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal ini
menyebabkan kemunduran ekonomi Samudra Pasai,
ditambah kedatangan Portugis yang menguasai dan
memonopoli Malaka.
b. Kerajaan Aceh
Kerajaan ini awalnya adalah sebuah pelabuhan
transit yang kemudian yang berkembang pesat menjadi kota
pelabuhan hingga akhirnya berubah menjadi sebuah

17
kerajaan. Kerajaan Aceh didirikan oleh raja pertamanya
yaitu Ali Mughayat Syah (1514-1530 M). Adapun kerajaan
ini dapat berubah menjadi kerajaan besar sendiri tidak lepas
dari pengaruh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada
tahun 1511. Karena hal tersebut, Aceh yang wilayahnya
sangat strategis terletak di selat malaka pun menjadi
pelabuhan alternatif bagi para pedagang, khususnya
pedagang muslim yang enggan berbisnis di Malaka karena
telah dikuasai oleh Portugis. Pusat kerajaan Aceh berada di
ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten Aceh
Besar Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar
sejak Portugis menguasai Malaka dan banyak pedagang
Muslim berpindah dan berpusat di Aceh.
Masa kejayaan Kerajaan Aceh sendiri terjadi pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda yang memimpin
Aceh pada tahun 1607 hingga 1636. Dalam masa kejayaan
Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda,
perekonomian Kerajaan Aceh berkembang pesat. Kehidupan
ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran
dan perdagangan. Dalam perdagangan Kerajaan Aceh
memiliki komoditas meliputi lada, emas, minyak tanah,
kapur, sutera , kapas, kapur barus, menyan dan belerang.
Hasil bumi dan alam yang banyak menjadi bahan
ekspor dan komoditas perdagangan yang penting bagi Aceh,
sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat. Dalam
bidang pelayaran, Aceh yang letaknya sangat strategis di
selat malaka pun sangat diuntungkan sehingga menjadi kota
pelabuhan. Dari kota pelabuhan tersebut Aceh mengadakan
hubungan dengan pihak asing. komoditas utama atau bisa
dikatakan unggulan di kesultanan Aceh yang diekspor ke
luar adalah lada. Adapun kapal yang dimiliki oleh Kerajaan

18
Aceh yang digunakan untuk perdagangan dan pelayaran
pada masa keemasan dibawah pimpinan Sultan Iskandar
Muda sendiri adalah Kapal Galleon.

c. Kerajaan Demak
Secara geografis, Kerajaan Demak terletak di daerah
Jawa Tengah. Letak Demak pada saat itu sangat
menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian.
Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat
antara Pegunungan Muria dengan Jawa. Sebelumnya, selat
itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik
sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan
pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad
17, jalan pintas itu tidak lagi dapat dilayari.
Letak pelabuhan kerajaan Demak sangat strategis di
jalur perdagangan nusantara yang memiliki potensi sebagai
salah satu kerajaan maritim. Kerajaan Demak memiliki
peran sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah-
rempah Indonesia bagian barat dan timur. Dan sebagai
kerajaan yang mempunyai wilayah di pedalaman, Kerajaan
Demak juga memperhatikan masalah di sektor pertanian,
maka dari itu beras merupakan hasil komoditi dagang.
d. Kerajaan Banten
Awalnya wilayah Banten merupakan daerah
kekuasaan milik kerajaan Pajajaran. Pajajaran mengadakan
hubungan dagang dengan Portugis di Malaka guna
membendung meluasnya kekuasaan demak.akibatnya,pada
tahun 1526 Sultan Tranggono dari Demak mengutus
Paletehan dan Pangeran Carbon (masih mempunyai
hubungan darah dengan keluarga raja Pakuan Pajajaran yang
beragama Islam) untuk merebut banten dan pantai Utara
Jawa Barat.usaha itu berasil dengan gemilang. Banten,Sunda

19
Kela , dan Cirebon jatuh ke tangan Paletehan. Sejak itu
agama islam berkembang pesat di Jawa barat. Banten segera
tumbuh menjadi bandar yang penting di selat sunda setelah
malaka jatuh ketangan Portugis (1511) karena pedagang-
pedagang dari Gujarat, India, Timur tengah, Arab,dan
sebagainya dan sebagain enggan melabuh ke Malaka.
Pada tahun 1522 Jorge d’ Albuquerque, Gubernur
Portugis di Malaka, mengirim Henrique menemui Raja
Samiam di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang
dengannya. Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan dagang
antara Portugis dan Sunda Kelapa akhirnya disepakati.
Dalam perjanjian ini, Kerajaan Sunda berkewajiban
membayar 1000 bahar lada setiap tahunnya dan Kerajaan
Sunda Pajajaran memberikan sebuah wilayah untuk
dijadikan benteng Portugis. Sebagai imbalan nya, Portugis
akan melindungi Kerajaan Sunda Pajajaran dari serangan
Kerajaan Islam yang saat itu telah berkembang di Pulau Jawa
bagian tengah. Akhirnya, Portugis diberikan izin untuk
mendirikan kantor dagang di Sunda kelapa.
Setelah Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis,
Banten mulai memberdayakan momentum ini untuk
kebangkitannya lagi dengan cara memanfaatkan Selat Sunda
yang menjadi jalan pintas bagi pedagang-pedagang muslim.
Pelabuhan banten adalah pengekspor lada yang terbesar
selama abad 17 pertengahan, dan menjadi pesaing terberat
pelabuhan Batavia yang berada di bawah kendali VOC.
Pelabuhan Banten berhasil menjadi pelabuhan besar
meskipun dengan kondisi internal yang mulai terpecah
akibat dari VOC.
e. Kerajaan Ternate-Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua
kerajaan besar yang terletak di Kepulauan Halmahera

20
Maluku Utara. Letak kedua kerajaan berada di Kepulauan
Maluku merupakan menjadi sumber atau penghasil rempah-
rempah Nusantara dan dunia. Sumber rempah-rempah
tersebut mendorong bangsa-bangsa Eropa untuk menguasai.
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki peran yang menonjol
dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba
menguasai Malaku.

Kerajaan Ternate atau dikenal Kerajaan Gapi dan


Kerajaan Tidore berdiri pada abad ke-14. Dalam buku
Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara (2009) karya Deni
Prasetyo, Kerajaan Ternate dan Tidore sangat terkenal
dengan hasil rempah-rempahnya, seperti pala, lada, cengkeh
dan sejenisnya. Pada masa itu, rempah-rempah umumnya
diperlukan bangsa-bangsa Eropa. Sehingga harganya cukup
tinggi dan telah membuat makmur rakyat Maluku. Pada
pertengahan abad ke-15, kegiatan perdagangan rempah-
rempah di Maluku semakin berkembang. Banyak sekali
pedagang Jawa, Melayu, Arab, dan China yang datang ke
Maluku untuk membeli rempah-rempah. Kedatangan
mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading,
dan barang-barang lainnya.

Selain itu, keberadaan armada laut menjadi


kebutuhan mendasar dalam membangun Ternate dan Tidore.
Halmahera merupakan daratan besar yang menyediakan
bahan-bahan kebutuhan dasar pembuatan perahu.
Keberadaan masyarakat begitu penting, selain sebagai
penyedia kebutuhan perahu untuk kerajaan, sekaligus
penggerak armada lautnya. Pada abad ke-16, Kesultanan
Ternate tampil lebih unggul. Masyarakat Halmahera
dimanfaatkan sebagai angkatan laut kesultanan. Sehingga,

21
kebesaran sultan Ternate Babullah yang sebagai “Raja 72
Pulau” tidak lepas dari peran masyarakat Halmahera.

Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab menjalin


hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa. Bahkan
pedagang Maluku sering berkunjung ke Jawa dan sebaliknya
pedagang Jawa sering datang ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Hubungan tersebut berpengaruh terhadap
proses penyebaran Islam di Kerajaan Ternate dan Tidore.
Agama Islam pertama kali masuk di kepulauan Maluku
dibawa oleh pedagang-pedagang dari Malaka dan para
mubaligh dari pulau Jawa. Raja Ternate yang pertama kali
menganut Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486) yang
berganti nama menjadi Sultan Marhum.

f. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan ini dikenal sebagai negara maritim yang


menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur.
Terletak di pesisir dan Makassar juga masuk ke dalam jalur
perdagangan internasional dari India melewati Selat
Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina. Kerajaan
Gowa mulai muncul sebagai pemegang kendali politik dan
kegiatan pelayaran dan perdagangan di Sulawesi Selatan
pada masa raja Gowa ke-9, Tumapa'risi Kallonnal.
Kemudian dipindahkan ibu kota dan istana kerajaan Gowa
dari Tamalate ke Somba Opu. Disana beliau membangun
dermaga yang menjadikan Gowa sebagai kerajaan maritim
yang cukup terkenal, namun pada awalnya pelabuhan ini
belum melakukan transaksi dengan bangsa luar.

Tujuan Karaeng Tumapa’risi Kallonna merintis


pembangunan Somba Opu untuk dijadikan sebagai bandar
transito yang diyakini akan ramai dikunjungi pedagang-

22
pedagang kerajaan lokal di Sulawesi dan Nusantara. pada
masa itu pelabuhan singgah Makassar mulai dikembangkan
sebagai pelabuhan niaga karena mampu menjadikan
kerajaan Gowa mulai dikenal sebagai bandar niaga yang
ramai dikunjungi dan disinggahi oleh kapal-kapal yang
membongkar muat rempah-rempah. Letaknya sangat
strategis sehingga merupakan pelabuhan yang baik dan
aman. Keberhasilan raja Gowa dalam mengembangkan
pelabuhan Makassar, membuat para pedagang banyak yang
datang ke Makassar. Perkembangan ini dimungkinkan
karena bandar niaga di Malaka telah jatuh ke tangan Portugis
dalam tahun 1511 (Kila, 2004), sehingga pedagang dari
Melayu banyak yang menggunakan pelabuhan Makassar.

2.2 Pelayaran dan Perdagangan yang Dilakukan Kerajaan Kerajaan di


Maritim Nusantara.
2.2.1 Sejarah Pelayaran Maritim Nusantara.

Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar


jauh dengan kapal cadik. Mereka ke Utara mengarungi lautan, ke
Barat memotong lauhingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau
Paskah. Dengan kian ramainya arus mendorong pengangkutan
komoditas perdagangan melalui laut, munculnya kerajaan-kerajaan
di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang
besar. Aktivitas pelayaran bangsa Indonesia sudah berlangsung
sejak jaman nenek moyang kita, berjalan bersamaan dengan
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Wilayah kepulauan Nusantara
yang terletak pada titik silang jaringan lalu lintas laut dunia, secara
tidak langsung merupakan penghubung dunia Timur dan Barat.
Berbagai hasil bumi dari Indonesia merupakan barang-barang yang
dibutuhkan oleh pasaran dunia. Hal itu telah mengakibatkan
munculnya aktivitas perdagangan dan pelayaran yang cukup ramai
dari dan ke Indonesia.

23
Tidak banyak sumber yang dapat digali untuk menampilkan
sejarah pelayaran Indonesia dalam masa pra sejarah, kecuali dari
penuturan lisan dan relief yang tergambar pada candi-candi baik
candi Hindu maupun Budha yang banyak dibangun setelah tahun
500 Masehi, seperti candi Prambanan, candi Borobudur dan lain-
lain. Dari relief pada candi dapat dilihat bahwa sesungguhnya pada
masa itu sudah berlangsung pelayaran niaga yang dijalani oleh
nenek moyang kita. Pelayaran ini merupakan wujud aktivitas
migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi pada
kawasan yang lebih jauh, sampai perhubungan laut bagi
pengangkutan barang dagangan. Dari sini dapat dilihat bahwa
sesungguhnya, pada masa pra sejarah itu masyarakat Indonesia
sudah memiliki pranata yang memungkinkan terjadinya hubungan
perdagangan itu, demikian juga bahwa orang Indonesia masa dulu
sudah mendapat manfaat dari aktivitas perdagangan yang
memanfaatkan laut sebagai medium pengangkutannya.

Bangsa Indonesia dengan karakteristik sosial budaya


kemaritiman, bukanlah merupakan fenomena baru. Fakta sejarah
menunjukan bahwa fenomena kehidupan kemaritiman, pelayaran
dan perikanan serta kelembagaan formal dan informal yang
menyertainya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan
kemaritiman Indonesia masa lalu. Keperkasaan dan kejayaan nenek
moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi
sekarang dan yang akan datang. Bentuk implementasinya masa kini,
bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia
wilayahnya adalah dua per tiga adalah lautan dapat dimanfaatkan
demi kesejahteraan pembangunan bangsa.

2.2.2 Sejarah Perdagangan Maritim Nusantara.


Adapun kegiatan perdagangan sudah mulai berkembang
antara lintas benua Asia dan Australia setelah beberapa abad
menjelang kelahiran Isa Almasih. Perdagangan tersebut telah

24
menghubungkan pusat kebudayaan kuno di kedua benua,
diantaranya Cina, Turkestan, India, Babilonia, Persia, Yunani dan
Romawi. Namun, rute perdagangan waktu itu melewati jalan darat
yang menghubungkan antara Cina dan Eropa. Rute perdagangan
tersebut yang melintasi Asia Tengah yang merupakan rute
kontinental antara Asia dan Eropa disebut sebagai jalan Kafilah.
Setelah awal abad masehi, maka terjadi perpindahan rute
perdagangan trans Asia dari rute darat ke rute laut. Hal ini
disebabkan perkembangan keadaan yang tidak aman pada rute darat
dikarenakan gangguan dari suku-suku nomaden di Asia Tengah.
Adapun beberapa hal lainnya karena penemuan jenis kapal yang
lebih besar yang dapat mengangkut penumpang 600 orang, angin
tropis yang bertiup secara teratur yang menghubungkan antara Asia
dan Eropa, spirit penyebaran agama Budha yang sangat tinggi dan
berani menghadapi segala resiko dalam mencari daerah baru, dan
juga permintaan barang mewah dari Romawi semakin meningkat
sedangkan lewat rute darat terputus (Sulistyono, 2004, pp. 127-128).
Indonesia yang memiliki posisi geografis yang sangat
strategis karena terletak dalam jalur perdagangan internasional lewat
laut antara dua negara adidaya pada waktu itu yaitu India dan Cina.
Maka dari itu, Indonesia juga memanfaatkan hal tersebut dengan
melibatkan diri secara aktif dalam perdagangan ini. Dalam catatan
sejarah hubungan dagang yang lebih dahulu berkembang adalah
antara India dan Indonesia kemudian itu menyusul Cina dan
Indonesia. Salah satu penyebabnya mungkin karena pelayaran dan
perdagangan India lebih bebas dilakukan dibandingkan dengan Cina
yang cenderung lebih terbatas akibat ketatnya pengawasan pihak
penguasa/rajanya (Koestoro, 1996). Bukti-bukti sejarah pun
menunjukkan bahwa hubungan dagang antara India dan Indonesia
sudah dimulai sejak abad 2 Masehi. Sumber tertulis ini biasanya
didasarkan atas kitab-kitab sastra dan keagamaan Hindu dan Budha.
Pada abad ke 2 masehi hubungan dagang antara Nusantara sudah

25
relatif intensif sehingga abad ke 5 Masehi pengaruh perdagangan itu
telah menembus pada segi-segi kehidupan kebudayaan dan agama
dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang menunjukkan pengaruh
kebudayaan Hindu dan Budha (Sulistyono, 2004, pp.133-135).
Inisiatif orang orang-orang di Nusantara pada waktu itu lebih besar
dibanding Cina, mengacu pada lebih banyaknya utusan orang
Nusantara ke Cina, sedangkan Kaisar Cina pada waktu itu sesekali
saja mengirimkan utusan ke Negeri Nusantara dan itupun hanya
persoalan agama dan politik saja.
Sebelum menjalin hubungan dengan orang Cina, memang
pada waktu itu orang Nusantara sudah memiliki pengalaman dalam
hal pelayaran dan perdagangan dengan negeri-negeri Asia Tenggara
dan India. Tercatat di berita Cina, tahun 131 Masehi, utusan Raja
Bian dari Kerajaan Jawa (Yediao) berkunjung ke Cina (Wuryandari,
2015). Hal ini berarti Kerajaan Jawa pada awal abad 2 Masehi telah
melakukan pelayaran antar negara dan membangun jalur
kemaritimanke Cina. Dalam berita Cina juga diperoleh informasi
bahwa pada abad V masehi telah orang-orang Nusantara mash
berlayar langsung ke Cina. Berita tersebut menceritakan bahwa pada
awal bulan ke empat tahun 430 datanglah utusan dari Ho-lo-tan,
sebuah negeri di She-p'o atau Jawa (menurut Dick-read Ho-Lo-tan
salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya; untuk lebih jelasnya Lih. Dick-read, 2005
72-86 ). Jadi jelas bahwa utusan itu dari Nusantara yang membawa
kain dari India (Ibid; 136). Sistem angin di kepulauan Nusantara
yang dikenal sebagai angin musim memberikan pengembangan jalur
pelayaran barat dan timur pergi-pulang secara teratur dan berpola
tetap. Faktor tersebut menentukan munculnya kota-kota pelabuhan
dan kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, Malaka, Makassar,
Buton, dan Ternate. Pada abad ke 5 Masehi, kapal dagang dari Cina
berlayar menuju Nusantara kemudian melanjutkan perjalanan ke
India melewati perairan Sumatera Timur sebelum membelok

26
ke barat (Chd Ponto, 1997, p. 134).
Komoditi perdagangan yang diperdagangkan pada waktu itu
adalah lada, cengkeh, pala, cendana, beras, kain dan sebagainya.
Indonesia yang merupakan salah satu negeri di Asia Tenggara
merupakan penghasil terbesar pada waktu it (Najemain, 2001, 7).
Kapur barus di Sumatera serta kemenyan yang banyak ditemukan di
Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi sangat disukai oleh orang-orang
India dan Cina untuk kepentingan upacara keagamaan. Sedangkan
komoditi dagang dari Cina yang sangat populer untuk masyarakat
Indonesia terutama kalangan menengah keatas adalah barang-
barang porcelain seperti piring, mangkok, cangkir, jambangan dan
sebagainya. Selain itu, ada juga produk China yang terbaik adalah
kain sutra Cina yang kualitasnya sangat halus namun juga sangat
mahal sehingga hanya bangsawan dan orang kaya saja yang dapat
membelinya. Sedangkan dari India memperdagangkan kain mori
yang juga berkualitas bagus. Hal ini telah mendorong proses
perdagangan yang cukup ramai di jalur maritim antara India dan
Cina (Sulistyono, 2004, p. 132). Hal yang paling penting pula untuk
diketahui mengenai kerajaan-kerajaan yang pernah muncul di
wilayah Nusantara pada waktu itu. Karena, tidak bisa dipungkiri lagi
bahwa yang menjalankan roda pemerintahan di beberapa wilayah di
Nusantara tersebut
Pada waktu itu adalah sebuah kerajaan. Tentunya, kehidupan
sosial dan politik sangat tergantung kepada pertimbangan dan
keputusan raja sebagai kepala pemerintahannya. Dalam tulisan
Dick-Read, a mengemukakan bahwa dari teks-teks Cina
menyebutkan ada beberapa kerajaan yang telah berdiri dan ikut
terlibat dalam zona perdagangan di laut Jawa yaitu Ko-Ying dan P'o-
Li. Hasil hipotesis Wolters bahwa kerajaan Ko-Ying mungkin
berada di wilayah Palembang di sebelah Tenggara Sumatera yang
merupakan tempat yang baik untuk mengontrol lalu lintas antara
India dan Cina melalui selat Malaka dan Selat Sunda. Kerajaan-

27
kerajaan lainya yang diduga berlokasi Di Sumatera dan Jawa yaitu
P'u-Lei, P'o ta, P'o-Huang, P' en-P' en Tan-tan dan Ho-Ling. Namun,
bukti berdirinya kerajaan in hanya diperoleh dari sumber Cina saja
sehingga sangat sulit untuk dibuktikan keberadaannya secara
mendalam (Dick, 2008, pp. 76-78). Kerajaan yang sukses setelah
kerajaan Ko-Ying yaitu Ho-lo-tan yang merupakan kerajaan berada
di Jawa Barat. Namun, setelah itu muncullah kerajaan Kan-To-Li
yang dianggap penting sebagai pusat perdagangan. Menurut O. W.
Wolters bahwa kerajaan inilah yang merupakan kerajaan terpenting
sebelum munculnya Sriwijaya dalam sejarah Indonesia (Ibid; 78).
Kerajaan ini memiliki catatan sejarah dari tahun 441 M
hingga 563, kemungkinan mencangkup wilayah Sumatera. Lebih
lanjut Dick- Read menyimpulkan bahwa:
Catatan sejarah Cina menyebutkan bahwa sebenarnya
"Kan-To-Li adalah nama untuk Sriwijaya pada masa awal, yang
pada akhirnya menjadi masa kerajaan terbesar diantara kerajaan-
kerajaan itu. Ada juga kemungkinan bahwa Kan-To-Li adalah
penerus dari Ko-Ying. Jika Memang demikian, berarti Kan-To-Ni
Merupakan bagian dari rantai pemerintahan yang terorganisasi
yang memberi bangs Indonesia dominasi yang absolut atas wilayah
selat Malaka dan selat Sunda selama lebih dari ribuan tahun.
Kekuasaan yang tidak pernah ada sebelumnya itu berkat kondisi
geografis in, memungkinkan kerajaan-kerajaan yang berbasis di
Wilayah Palembang di Sumatera Selatan untuk mengontrol semua
pelayaran dan perdagangan dari Cina dan kepulaun Indonesia
menuju India, Sri Langka dan Afrika serta Madagaskar (Dick, 2008,
p. 78).
Pernyataan Dick-Read di atas jelas berpendapat bahwa
kerajaan Kan-to-li merupakan kerajaan awal dari Sriwijaya yang
terus berkembang dan terus mengontrol semua pelayaran dan
perdagangan antara Cina dan India. Tetapi pernyataan diatas masih

28
sulit untuk dipercaya begitu saja, karena landasan ilmiahnya
dianggap mash sangat lemah.
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan yang
memiliki perang penting terhadap pelayaran dan perdagangan di
Indonesia, baik itu berkaitan erat dengan perdagangan internasional
antara India dan Cina maupun perdagangan regional diantara daerah
di Nusantara, Nusantara dan kawasan Asia Tenggara, serta
Nusantara dan Cina. Kemampuannya untuk mengelola perdagangan
yang lalu-lalang di Nusantara Kawasan bagian Barat sehingga
pastilah kerajaan tersebut mampu mengontrol kawasan Selat malaka
dan Selat Sunda. Kemungkinan bahwa letaknya tidak terlalu
strategis karena agak jauh dari selat Malaka, tetapi dengan kekuatan
armadanya ia mampu menguasai daerah-daerah yang berpotensial
untuk menjadi pesaingnya dan juga dapat mengontrol jalur
perdagangan dari perampokan dan kemungkinan agresi dari negara
lain yang berada dibawah kekuasaannya (Sulistyono, 2004, p. 138).
Pada abad XIII, kerajaan ini kemudian mampu menguasai
titik-titik simpul perdagangan antara lain P'eng-Feng (Pahang),
Theng-ya-nung (Trengganu), Ling-ya- ssu-chia (Langkasuka) Chi-
lan-tan (Kelantan), Fo-lo-an (Kuala berang), Tan-ma-ling
(tambralinga, Ligor, Chia-lo-si (Grahi, Teluk Brandon, dan Sin-
'o(Sunda). Dalam mencari titik aman perdagangannya terhadap
Cina, Sriwijaya rela mengakui Cina sebagai Negara besar yang
berhak untuk diberi upeti. Dengan demikian Sriwijaya akan merasa
aman akan bahaya ekspansi melter Cina yang sudah merambah ke
Vietnam dan Funan. Dari itu pula, kapal-kapal Sriwijaya juga
mendapat perlakuan yang baik di pelabuhan-pelabuhan di Cina.
Sriwijaya pada waktu itu telah mengembangkan strategisnya untuk
bertahan dan mengembangkan kekuasaannya. Sriwijaya menjalin
perdagangan dengan negeri Timur Tengah terutama Arab dan Persia
pada abad ke-11 dengan saling menukar komoditi. Azyumardi Azra
dalam bukunya mengutip tulisan Ibn Abd Al Rabbih dalam karyanya

29
Al Iqd al Farid, yang menyebutkan adanya korespondensi antara
Raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul
Azis pada sekitar tahun 100 Hijriah atau 719 Masehi (Azra, 2005).
Arab dan Persia memperoleh kemenyan sebagai bahan wangi-
wangian dari Sriwijaya.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai makalah ini adalah
secara garis besar kerajaan maritim adalah sebutan untuk kerajaan yang
terletak di pesisir pantai dan masyarakatnya menjalankan kegiatan yang
berkaitan dengan laut, seperti perikanan, perdagangan, dan pelayaran.
Kerajaan maritim Nusantara berkembang di Sumatera, Jawa, dan
Kepulauan Maluku. Perkembangan kerajaan maritim di Nusantara secara
luas terlihat dari dua bagian besar arus masuknya kepercayaan dari negara
asing ke Indonesia. Pertama Kerajaan maritim Nusantara yang bercorak
Hindu-Budha sebanyak enam kerajaan diantaranya yaitu; Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Singasari,
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Yang kedua yaitu Kerajaan
maritim Nusantara yang bercorak Islam, sebanyak enam kerajaan,
diantaranya yaitu; Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan
Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Ternate-Tidore dan Kerajaan Gowa-
Tallo. Adapun Sejarah pelayaran dan perdagangan pada wilayah maritim
Nusantara, dipengaruhi secara besar oleh letak ndonesia yang berada di
posisi hilang sebagai pada kawasan perdagangan internasional antar negara.
Suatu keuntungan besar bagi masa depan bangsa Indonesia yang turut
didukung dengan kehebatan para pelaut yang tangguh
3.2 Saran
Demikian materi mengenai “Sejarah Maritim Indonesia: Kerajaan
Maritim Nusantara Hingga Masa Indonesia Merdeka, Pelayaran Dan
Perdagangan” ini yang dapat kami paparkan, menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, besar harapan kami makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan kalangan banyak. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Saepul. "Berdirinya Kerajaan banten." (2020).

I Mangarangi Daeng Manrabbia 1593-1639. Attoriolog Jurnal Pemikiran

Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah Vol. 19 No. 1 (2021): 1-10.

Mulyadi, Yadi. (2016). Kemaritiman, Jalur Rempah dan Warisan Budaya Bahari

Nusantara. 10.13140/RG.2.2.22616.08966.

Mutmainnah, Najamuddin, M Rasyid Ridha. 2021. Kerajaan Gowa Pada Masa

Pemerintahan

Mustopo, M. H. (2002). Sejarah 1. Yudhistira.

Tsabit Azinar Ahmad. 2019. Transformasi Islam Kultural Ke Struktural (Studi Atas

Kerajaan Demak). Journal of Chemical Information and Modelling 2019

Welianto, Ari. 2020. Kerajaan Ternate dan Tidore, Pusat Penghasil Rempah-

Rempah.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/07/113000669/kerajaan-

ternate-dan-tidore-pusat-penghasil-rempah-rempah?page=all (Diakses

pada 27 Maret 2022)

32

Anda mungkin juga menyukai