WAWASAN KEMARITIMAN
Oleh :
KELOMPOK 2
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Sejarah Kemaritiman Indonesia” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Wassalam.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
Latar Belakang.................................................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................................................2
Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
kemaritiman Indonesia...................................................................................................4
PENUTUP..............................................................................................................................15
Kesimpulan ..................................................................................................................15
Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penggalan syair lagu itu mengingatkan kebesaran nusantara di masa lalu yang
kini hilang. Namun, "Betulkah nenek moyang kita pelaut? Betulkah kita ini bangsa
bahari? Betulkah karakter bangsa kita berwawasan maritim?"
Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal
bercadik. Mereka ke Utara mengarungi lautan, ke Barat memotong lautan Hindia
hingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus
pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-
kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
Aktivitas pelayaran bangsa Indonesia sudah berlangsung sejak jaman nenek
moyang kita, berjalan bersamaan dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Wilayah kepulauan Nusantara yang terletak pada titik silang jaringan lalu lintas laut
dunia, secara tidak langsung merupakan penghubung dunia Timur dan Barat.
Berbagai hasil bumi dari Indonesia merupakan barang-barang yang dibutuhkan oleh
pasaran dunia. Hal itu telah mengakibatkan munculnya aktivitas perdagangan dan
pelayaran yang cukup ramai dari dan ke Indonesia.
Tidak banyak sumber yang dapat digali untuk menampilkan sejarah pelayaran
Indonesia dalam masa pra sejarah, kecuali dari penuturan lisan dan relief yang
tergambar pada candi-candi baik candi Hindu maupun Budha yang banyak dibangun
setelah tahun 500 Masehi, seperti candi Prambanan, candi Borobudur dan lain-lain.
Dari relief pada candi dapat dilihat bahwa sesungguhnya pada masa itu sudah
berlangsung pelayaran niaga yang dijalani oleh nenek moyang kita. Perlayaran ini
merupakan wujud aktivitas migrasi penduduk dalam jarak pendek, di samping migrasi
pada kawasan yang lebih jauh, sampai perhubungan laut bagi pengangkutan barang
dagangan.
1
Dari sini dapat dilihat bahwa sesungguhnya, pada masa pra sejarah itu
masyarakat Indonesia sudah memiliki pranata yang memungkinkan terjadinya
hubungan perdagangan itu, demikian juga bahwa orang Indonesia masa dulu sudah
mendapat manfaat dari aktivitas perdagangan yang memanfaatkan laut sebagai
medium pengangkutannya.
I. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
i. Apa saja bukti yang menggambarkan bahwa kebudayaan nenek moyang
menunjukkan awal kemaritiman di Indonesia?
ii. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia dan
hubungannya dengan dunia internasional?
iii. Bagaimana sejarah perikanan laut di nusantara oleh kaum nelayan di masa
lampau?
iv. Bagaimana pengembaraan pelayar dan nelayan di masa lampau?
2
iii. Menjelaskan catatan-catatan sejarah tentang perikanan laut di Nusanta pada
zaman lampau.
iv. Menjelaskan catatan-catatan sejarah tentang pengembaraan pelayar dan nelayan
di masa lampau.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
I.C. Glover, Early Trade between India and Southeast Asia (Hull: Koningstone, 1989), 93-98
4
Salah satu benda prasejarah yang bisa diperkirakan sebagai petunjuk bahwa
bangsa Indonesia terbiasa melakukan aktivitas pelayaran antar pulau, bahkan juga
perdagangan, adalah nekara perunggu. Dari hasil penelitian Heger diketahui adanya
berbagai jenis nekara tipe local dan tipe yang terdapat di daerah daratan Asia
Tenggara.2 Dari hasil penelitian itu diperkirakan bahwa nekara tersebut berasal dari
Asia Tenggara yang dibawa oleh suku-suku pendatang yang memasuki berbagai
kepulauan di Indonesia. Namun juga bisa sebaliknya, bahwa sebagian dari nekara itu
memang dibuat di Indonesia kemudian dibawa atau diperdagangkan ke daratan Asia
Tenggara. Bukti mengenai itu adalah dengan diketemukannya berbagai cetakan yang
dipergunakan untuk pengecoran perunggu, termasuk untuk membuat nekara. Jika
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan bagian
dari jaringan lalu lintas pelayaran dan perdagangan Asia Tenggara. Sebagai daerah
produsen ataupun konsumen, demikian juga sebagai jaringan pelayaran dan
perdagangan Asia Tenggara, di Indonesia pada waktu itu, tentu sudah berkembang
kelompok masyarakat dengan pranata sosialnya yang berfungsi sebagai alat pengatur
pergaulan bermasyarakat.3
5
kelautan, dan diadakan serta diberlakukannya kebijakan dan hukum/perundang-
undangan laut banyak merupakan hasil kreativitas-inovatif internal. Semua ini
merupakan bukti prestasi masyarakat bahari masa lalu yang semestinya diberi
apresiasi setinggi-tingginya oleh anak bangsa Indonesia sekarang. Prestasi mana telah
menjadi kristalisasi nilai sejarah yang potensial dijadikan ajuan pembelajaran bagi
rekayasa perkembangan kebudayaan dan peradaban bahari Nusantara ini ke depan.
Pendayagunaan potensi local yang optimal dan eksternal secara selektif sebagaimana
diterapkan di masa lalu kiranya lebih meningkatkan keberdayaan dan wibawa bangsa
bahari ini daripada bergantung sepenuhnya pada kekuatan-kekuatan eksternal semata
seperti cenderung diterapkan bangsa Indonesia, terutama sejak masa Orde Baru
hingga sekarang ini.
Munculnya secara silih berganti kerajaan-kerajaan-kerajaan maritime
nusantara di masa lalu merupakan fakta sejarah tak tersanggahkan kebenarannya.
Buku “Sejarah Maritim Indonesia” karya Hakim Benardie SP (2003) mengandung
catatan dan gambaran sejarah perkembangan infrastruktur kemaritiman berupa rute
pelayaran, perdagangan, serta kegiatan pembangunan galangan kapal dari kerajaan-
kerajaan besar Nusantara yang menitik-beratkan pada pembangungan kekuatan
maritime. Setiap kerajaan atau Negara maritime di Nusantara ini, tentu saja
mempunyai strategi pembangunan kekuatan social ekonomi, politik, pertahanan dan
keamanan, dan infrastruktur kebaharian (terutama industry kapalperahu, pelabuhan,
dan kota pantai) masing-masing.
Septi Cahyani Kerajaan maritim Indonesia :
A. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya pada dasarnya merupakan suatu kerajaan pantai, sebuah
Negara perniagaan dan Negara yang berkuasa di laut. Kekuasaannya lebih
disebabkan oleh perdagangan internasional melalui selat Malaka. Dengan
demikian berhubungan dengan jalur perdagangan internasional dari dari Asia
Timur ke Asia Barat dan Eropa yang sejak paling sedikit lima belas abad lamanya,
mempunyai arti penting dalam sejarah. Sriwijaya memang merupakan pusat
perdagangan penting yang pertama pada jalan ini, kemudian diganti oleh kota
Batavia dan Singapura. Menurut berita Cina, kita dapat menyimpulkan bahwa
Sriwijaya adalah salah satu pusat perdagangan antara Asia Tenggara dengan Cina
yang terpenting.1 Sriwijaya adalah kerajaan maritime yang pernah tumbuh
6
menjadi suatu kerajaan maritime terbesar di Asia Tenggara.
Politik ekspansi untuk mengembangkan sayap dan menaklukkan kerajaan lain
di Sumatra dilakukan Sriwijaya secara intensif pada abad ke-7, yaitu pada
tahun690 M. kenyataan ini diperkuat dengan adanya prasasti dari kerajaan
Sriwijaya, yang semuanya ditulis dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Melayu
kuno. Sebagai kerajaan maritime, Sriwijaya menggunakan politik laut yaitu
dengan mewajibkan kapal-kapal untuk singgah di pelabuhannya.
Ketergantungan kerajaan Sriwijaya lebih tergantung dari pola perdagangan
yang berkembang, sedangkan pola-pola tertentu tidak sepenuhnya dapat
dikuasainya. Meskipun demikian, pada abad XIII Sriwijaya masih dapat
berkembang sebagai pusat perdagangan dan pelayaran yang besar dan kuat, serta
menguasai bagian besar Sumatra, semenanjung tanah Melayu, dan sebagian Jawa
Barat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan maritime
yang besar telah mengembangkan ciri-ciri yang khas, yaitu mengembangkan suatu
tradisi diplomasi yang menyebabkan kerajaan tersebut lebih metropolitan sifatnya.
Dalam upaya mempertahankan peranannya sebagai Negara berdagang, Sriwijaya
lebih memerlukan kekuatan militer yang dapat melakukan gerakan ekspedisioner
daripada Negara agraris.
B. Kerajaan Samudra
Sebagai akibat dari merosotnya kerajaan Sriwijaya, di Sumatra Utara muncul
beberapa kerajaan maritime kecil. Kerajaan-kerajaan yang terdapat kira-kira tahun
1300 adalah Samudra, Perlak, Paseh, dan Lamuri (yang kemudian menjadi Aceh).
Kerajan-kerajaan pelabuhan ini kesemuanya mengambil keuntungan dari
perdagangan di selat Malaka.
Sekitar tahun 1350 adalah masa memuncaknya kebesaran Majapahit. Bagi
Samudra, masa itupun merupakan masa kebesarnannya. Kerajaan Samudra di
Aceh yang beragama Islam menjadi bagian dari Majapahit, rupanya tidak menjadi
persoalan bagi Majapahit. Begitu pula Samudra, berhubungan langsung dengan
Tiongkok, sebagai siasat untuk mengamankan diri terhadap Siam yang daerahnya
meliputi jazirah Malaka, juga oleh Majapahit tidak dihiraukan.
8
buat perdagangan perdagangan, dan dalam waktu yang pendek saja menjadi
pelabuhan yang terpenting di pantai Selat Malaka.
Melalui persekutuan dengan orang laut, yaitu perompak pengembara Proto-
Melayu di selat Malaka, dia berhasil membuat Malaka menjadi suatu pelabuhan
internasional yang besar. Cara yang ditempuh Malaka adalah dengan memaksa
kapal-kapal yang lewat untuk singgah di pelabuhannya serta memberi fasilitas
yang cukup baik serta dapat dipercaya bagi pergudangan dan perdagangan.
E. Demak : Kerajaan Maritim Islam Pertama di Jawa
Menurut Tome Pires, penguasa kedua di Demak, Pate Rodim Sr. mempunyai
armada laut yang terdiri dari 40 kapal jung. Pada masa tersebut, beberapa daerah
dapat ditaklukkan. Berdasarkan babad, penguasa ketiga adalah Tranggana atau
Trenggana. Raja ini telah meresmikan Masjid Raya di Demak. Dalam berita
Portugis menyebutkan, pada tahun 1546 dia gugur dalam ekspedisi ke Panarukan
di ujung timur Jawa. Dalam kurun waktu itu wilayah kerajaan telah diperluas ke
barat dan ke timur, dan masjid Demak telah dibangun sebagai lambing kekuasaan
Islam. Kekuatan Demak terpenting adalah kota pelabuhan Jepara, yang
merupakan kekuatan laut terbesar di laut Jawa.
Dari gambaran itu menunjukkan bahwa Demak benar-benar kekuatan
signifikan di Jawa pada abad ke-16. Pada masa Pati Unuss atau Pangeran Sabrang
Lor, tepatnya tahun 1512 dan 1513 dia menyerang Malaka dengan menggunakan
gabungan seluruh angkatan laut bandarBandarr Jawa, namun berakhir dengan
hancurnya angkatan laut dari Jawa.
13
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari penjelasan pada bab dua, tidak dapat dibantahkan lagi bahwa Indonesia memang
terlahir sebagai Negara maritime. Sebelum Indonesia merdeka, nenek moyang telah
menunjukkan bahwa Indonesia pada zaman dahulu sudah berlayar jauh dengan perahu
sederhana dan ilmu yang mereka miliki melalui kebudayaannya. Hingga munculnya
kerajaan-kerajaan maritime yang semakin memperkuat konsep “kemaritiman” Indonesia.
Ditambah dengan puncak kejayaan Indonesia yang diraih oleh kerajaan Sriwijaya pada
abad ke-11 semakin menambah keyakinan kita bahwa Indonesia memang Negara
maritime yang kuat dulunya. Selain itu, kegiatan pengembaraan dan perikanan nelayan
Indonesia pada masa lampau sangat menggambarkan jiwa kemaritiman yang tinggi.
Mereka berlayar sampai ke NTT, Maluku, bahkan ke pantai utara Australia.
II. SARAN
Jika kita perhatikan, keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami
kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tida lagi jelas dan tidak mampunya
masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jita kembali kapada visi maritim yang dulu seperti
diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat “Negara
Maritim” atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari
Indonesia dan kekayaan sember daya bahari yang melimpah, maka bukan mustahil jika
Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani dan diperhitunkan di dunia dalam bidang
maritim layaknya dimasa jayanya dulu.
14
Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin – pemimpin lainnya menciptakan persepsi
kelautan yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan
bangsa. Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting
maritim dalam pembangunan nasional.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lampe, Munsi (2009). Wawasan Sosial Budaya Bahari (WSBB). Makassar: MKU
Saru, Amran, et al. Wawasan Sosial Budaya Maritim (WSBM). Makassar: MKU, 2011
Burhanuddin, Safri, et al. Sejarah Maritim Indonesia, Menelusuri Jiwa Bahari Bangsa
Indonesia dalam Proses Integrasi Bangsa. Semarang: Pusat Kajian Sejarah dan
Budaya Maritim Asia Tenggara Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro
Semarang, 2003
Kusumoprojo, Wahyono Suroto (2009). Indonesia Negara Maritim. Jakarta Selatan: Teraju.
16