COVER
Dosen Pengampu :
Dra. Dewi Salindri, M. Si.
Disusun Oleh :
Muhammad Izzul Islami Mahfud
NIM : 230110301008
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Peranan Pedagang pada masa periodisasi Kedatangan Islam..........................3
2.2 Usaha pedagang dalam menjajakan hasil dagangannya dan bisa diterima
ditempat yang disinggahi......................................................................................4
2.3 Usaha pedagang dalam memperluas konektivitas jalur perdagangan di
Nusantara................................................................................................................6
2.4 Pengaruh pedagang terhadap perkembangan ekonomi kerajaan.....................7
2.5 Menetapnya para pedagang di wilayah nusantara.............................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa periodisasi Hindu-Budha yakni dari abad ke-7 Masehi samapi
abad ke-14 Masehi, mata pencaharian pedagang sudah menjadi pekerjaan
mayoritas, utamanya dikalangan masyarakat pesisir, terlebih ketika adanya
teori waisya, yang menyatakan jika para pedagang memiliki peranan penting
dalam penyebaran agama dan kebudayaan di nusantara. Para pedagang
kemudian memilih untuk menetap dan berbaur dengan masyarakat lokal.
Selain itu pada masa kerajaan Sriwijaya yang didirikan pada tahun 671
Masehi, banyak sekali kaum bangsawan yang memiliki latar belakang sebagai
pedagang, mereka sukses dengan perdagangan yang pada masa tersebut
memang sangat pesat perkembangannya, karena kerajaan Sriwijaya terletak di
pesisir yang dimana banyak sering dikunjungi oleh para pedagang dari Persia,
Arab dan China yang hasil dagangannya dari negera asalnya maupun negeri
yang dilalui.
Kemudian mata pencaharian pedagang terus memiliki tempat tersendiri
dan sampai berganti masa periodisasi, yakni ketika Islam mulai menyebar ke
wilayah nusantara tepatnya di Aceh pada tahun 1290 Masehi, Banten 1525
Masehi, Cirebon 1525 Masehi, Kudus 1480 Masehi, Gresik 1410 Masehi,
Ternate 1460 Masehi, dan Makasar 1605 Masehi. semua tempat tersebut
diawali dari pelabuhan, dimana dari sini mulai meyebar ke seluruh wilayah-
wilayah yang ada di nusantara. Berkat adanya aktivitas perdagangan ini juga
menjadi salah satu faktor kuat tentang hubungan ekonomi antara penguasa
dengan pedagang muslim dari luar Indonesia yang datang ke nusantara, hal ini
juga menjadi salah satu penguat terhadap kemajuan ekonomi di masa
kedatangan Islam, karena aktivitas jual beli akan semakin lancar ketika para
pedagang memiliki hubungan yang baik dengan penguasa. Kedatang Islam di
Indonesia juga di perkuat dengan teori Gujarat dimana para pedagang dari
1
pelabuhan Dakka di wilayah India selatan pergi berlabuh untuk berdagang di
nusantara.
1.3 Tujuan
Dari hasil pemaparan makalah ini diharapkan mahasiswa maupun pembaca
mampu memahami materi yang dibahas, dan menambah sumber pengetahuan
mengenai mata pencaharian pedagang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
atau hubungan antar kota, tumbuhnya Samudera Pasai, Aceh, Palembang, dan
Malaka disebabkan karena wilayah ini terletak di sepanjang selat yang sangat
penting bagi lalu lintas perhubungan dan perdagangan. Di Jawa pusat
kerajaan Demak dan kota-kota pelabuhan seperti Jepara, Tuban, Gresik yang
dimana para pedagang menjadikan kota-kota ini sebagai kunci pelayaran dan
perdagangan yang terbentang antara selat Malaka sampai Maluku, dan semua
ini diawali oleh konektivitas para pedagang, baik pedagang pribumi maupun
pedagang dari luar.
2.2 Usaha pedagang dalam menjajakan hasil dagangannya dan bisa diterima
ditempat yang disinggahi
Pekerjaan sebagai pedagang bukanlah hal yang mudah, pedagang harus
meyakinkan bahwa barang yang dibawa oleh mereka bisa diterima oleh
masyarakat pribumi. Tentunya dalam menjajakan hasilnya diperlukan aspek-
aspek pendukung lainnya, tentunya dalam pandangan pedagang sendiri
mayoritas yang datang pada masa ini tentu saja dari kalangan pedagang
Muslim, bagaimana mereka memiliki beberapa prinsip yang dipegang dalam
berdagang adapaun prinsip-prinsip ini mereka pegang dari apa yang telah di
ajarkan oleh pedagang-pedagang Muslim di zaman Rasulullah. Ada 6 prinsip
yang di pegang teguh oleh para pedagang
4
Barang yang dijual atau dijajakan tentunya harus memiliki kondisi
yang bagus dan baik, sehingga pembeli tidak merasa dirugikan oleh
barang yang di beli.
4. Mengambil keuntungan sewajarnya
Mengambil keuntungan sewajarnya oleh para pedagang bisa
dianggap sekaligus mampu memberikan keberkahan, karena jika para
pedagang bersikap curang maka hasil dari barang yang di perdagangkan
tidak berkah.
5. Saling menguntungkan kedua belah pihak
Kedua belah pihak harus memiliki rasa sama-sama saling
diuntungkan, dengan prinsip kesepakatan bersama dalam harga, jenis
barang yang di dagangkan dan cara memberikan barang kepada pembeli.
6. Memiliki sikap ramah kepada pembeli
Dengan memiliki sikap ramah pembeli akan merasa nyaman karena
dilayani dengan baik, darimanapun pedagang berasal, pasti bisa diterima
dengan baik jika mengedepankan sikap yang ramah.
Dari prinsip-prinsip dasar tersebut, para pedagang bisa beradaptasi
dengan wilahyah yang baru saja mereka tinggali, dan bisa bercengkrama
dengan baik, namun itu memerlukan waktu yang bertaun-tahun untuk
membentuk kelompok masyarakat dagang.
Menurut Thomas Walker Arnold Dalam pengembangan Islam di
Indonesia peranan organisasi Tarekat sangat besar, sehingga para ahli
sejarah Islam sering mengemukakan bahwa meskipun para pedagang
yang beragama Islam, baik dari Arab, India, maupun dari negara-negara
lainnya telah berdatangan ke Indonesia sejak abad ke-7 dan 8 Masehi,
namun baru sejak abad ke-11 mulai berkembang kelompok-kelompok
masyarakat muslim2 . Dari pernyataan tersebut semakin memperkuat
memang jika para pedagang bisa diterima dan singgah di Nusantara
dalam waktu yang lama, tetapi perkembangan pedagang untuk benar-
2
Abdul Mujib, Sejarah Masuknya Islam dan keragaman Kebudayaan Islam di Indonesia.Vol. XI,
Dewantara, 2021. Hal 118.
5
benar bisa menempati secara tetap memerluka waktu bertahun-tahun
sampai pada akhirnya benar-benar menyatu dengan penduduk pribumi.
3
Vinda Regita Cahyati, Pengaruh Pesisir Utara Jawa terhadap Aktivitas Perniagaan Kerajaan
Demak Abad ke-15 Hingga ke-17 M.Vol 5, Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah, 2022, Hal.
107.
6
Transportasi merupakan sarana penunjang dari aktivitas perdagangan.
Tentunya dengan hal ini para pedagang menggunakan kendaraan air yakni
kapal laut besar yang bisa melintasi samudera, kemudian pedagang
mengkoneksikan barang dagangannya dengan angkutan di sekitar
pelabuhan, pada sekitar abad ke-15 M biasa para pedagang
mengkoneksikan dengan perahu sungai, untuk pengantaran barang yang
dijual sampai ke wilayah tujuan.
c. Komoditi dan sistem pertukaran barang
Komoditi adalah hasil yang di perdagangkan oleh para pedagang, pada
masa tersebut biasanya pedagang dari luar utamanya wilayah timur tengah
menjual kain, kemudian para pedagang sekitar menjual beras dan buah-
buahan. Berdasarkan berita Cina awal abad ke-15 M, mata uang berbahan
logam tembaga dari Cina sudah banyak digunakan di Jawa. Juga dikenal
mata uang lain seperti mata uang Portugis dan mata uang lokal dari Jawa
yang disebut dengan tumdaya atau toel (Rahardjo & Ramelan, 1997).
Dari pemaparan tersebut menandakan jika pada masa tersebut pedagang
sudah pasti memperhatikan aspek-aspek yang harus mereka pahami, supaya
apa yang mereka bawa tidak sia-sia dan bisa membuat barang yang dibawa
diterima oleh masyarakat.
2.4 Pengaruh pedagang terhadap perkembangan ekonomi kerajaan
Kemajuan ekonomi pada masa periodisasi Islam tak lepas dari peranan
penting para pedagang yang mengembakan relasi jalur dagang ke berbagai
pulau di Nusantara. Dari terhubungnya relasi antar pulau juga membawa
kesejahteraan bagi wilayah yang dilabuhi.
Ekonomi berkembang pesat karena datangnya para pedagang dari warga
pribumi maupun pendatang dari luar Nusantara, sehingga sekitar abad ke-10
dan 11 Masehi muncuk sebuat kota pelabuhan yang dinamakan emporium,
yang memiliki fasilitas lengkap sehingga memudahkan para pelaut untuk
memperbaiki kapal-kapalnya disamping memudahkan para pedagang untuk
7
menggelar barang dagangannya4. Makmurnya kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara pada abad ke-14 dan 15 Masehi adalah bukti bahwa hasil dari
perdagangan Internasional mampu mendorong kemajuan bagi kerajaan Islam di
Nusantara. Karena pada abad ke-15 kebanyakan dari kerajaan besar aspek
ekonominya lebih unggul di mata pencaharian pedagang, terlebih kepada
pedagang lokal, pada kenyataanya keuntungan dari hasil komoditas ekspor,
umumnya akan dimonopoli oleh pihak raja. Sementara keuntungan yang
diperoleh pedagang sangat sulit untuk ditanam dalam sektor lain. Hal inilah
yang juga mendorong kekuasaan pada kerajaan bisa semakin cepat
keuntungannya dalam hal pemasukan dana dari sektor ekonomi perdagangan.
Kemudian adanya pasar-pasar di kota-kota pusat kerajaan merupakan
salah satu sumber penghasilan bagi kerajaan tersebut. Karena keramaian pasar
juga tergantung kepada konsesi-konsesi serta jaminan-jaminan perlindungan
dari penguasa, Dalam proses ini tentu saja pihak kerajaan akan ikut serta dalam
membantu pedagang untuk memperlancar proses penjualannya, karena
nantinya penghasilan dari penguasa sudah jelas akan mengharapkan
keuntungan dari perkampungan para pedagang-pedagang serta kemampuan
pedagang untuk membayar cukai yang ada di sekitarnya. Seperti yang
dikatakan Max Weber, kesempatan tersebut adalah penting bagi penguasa atau
raja untuk menghasilkan keuangan dan menambah logam berharga 5.
Kepentingan penguasa dan pemerintahannya dalam campur tangan soal
pasar bukan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan materi, tetapi bisa
juga meyangkut terhadap hak milik dan untuk melindungi kontrak-kontrak
antara mereka dengan pedagang-pedagang di pasar. Dengan demikian ada
hubungan kepentingan timbal balik antara pihak penjual dan penguasa.
Wilayah Banten merupakan salah satu contoh dari berbagai wilayah di
Nusantara, bukti-bukti mengenai pasar sebagai salah satu sumber penghasilan
4
Yanwar Pribadi, Era Niaga di Nusantara Pada Masa Kerajaan Islam +- 1500-1700M. Vol 22, Al
Qalam, 2005, Hal 69.
5
Yanwar Pribadi, Era Niaga di Nusantara Pada Masa Kerajaan Islam +- 1500-1700M. Vol 22, Al
Qalam, 2005, Hal 74.
8
raja dan pemerintahan suatu kerajaan jelas ada. Menurtu berita Cina dari
tahun 1618. Di Banten setiap hari raja menarik cukai dari pasar6
Hal ini semakin memperkuat jika memang betul peran dari pedagang
benar-benar membantu ekonomi sebuah kerajaan, karena dari hasil cukai
yang di tekankan bisa membantu keuangan kerajaan.
2.5 Menetapnya para pedagang di wilayah nusantara
Dengan berkembangnya konektivitas dan semakin banyaknya pedagang,
kebanyakan dari mereka akhirnya memutuskan untuk tinggal di nusantara.
Pedagang memilih menetap di Nusantara karena wilayahnya yang strategis
dan memiliki rempah-rempah yang bisa menguntungkan dengan nilai jual
yang stabil.
Pemukiman khusus untuk pedagang asing juga ditentukan, kampong
Pekojan contohnya, untuk para pedagang Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki
yang terletak disebelah barat pasar Karangantu. Kampung Pecinan untuk para
pedagang Cina, yang letaknya ada disebelah barat Masjid Agung Banten.
Kemudian perkampungan para pedagang dari primbumi juga ada, seperti dari
melayu, Ternate, Banjar, Bugis, dan Makassar. Perkampungan-
perkampungannya tersebut ada yang ditempatkan di dalam pagar tembok kota
dan ada pula yang diluarnya.
Di wilayah Banten, ada tiga pasar yang dibuka setiap hari. Yang pertama
dan terbesar terletak di sebelah timur kota (karangantu). Disana banyak
ditemukan pedagang-pedagang asing dari Portugis, Arab, Turki, Cina, Quilon
(India), Pegu (Burma), Melayu, Benggala, Gujarat, Malabar, Abesinia, dan
dari seluruh Nusantara. Mereka berdagang sampai pukul sembilan pagi, Lalu
pasar yang kedua terletak di alun-alun dekat masjid agung, yang dibuka
sampai tenga hari bahkan sampai sore. Di pasar ini para pedagang berjualan
merica, bua-buahan, senjata keris, tombak, pisau, meriam kecil, kayu
cendama, tekstil, kain putih untuk bahan batik, binatang peliharaan, kambing,
dan sayuran. Demikian besarnya pasar kedua ini sehingga ujungnya hampir
6
Yanwar Pribadi, Era Niaga di Nusantara Pada Masa Kerajaan Islam +- 1500-1700M. Vol 22, Al
Qalam, 2005, Hal 74.
9
menyambung dengan pasar pertama di pelabuhan. Pasar ketiga terletak di
7
daerah pecinan yang dibuka setiap hari sampai malam Dari penjelasan
tersebut bisa dianalisis jika hal tersebut juga pasti terjadi diseluruh wilayah
Nusantara, dimana para pedagang menetap untuk menjual dagangannya, lalu
juga mencari bahan kembali di wilayah tersebutt, menetepanya juga sampai
berbulan-bulan, bahkan sampai ada pedagang yang akhirnya menikah dengan
penduduk pribumi, baik itu pedagang pribumi antar pulau, maupun penduduk
pribumi dengan warga luar Nusantara. Hal ini juga akan semakin
mempermudah usaha dagangan yang dimiliki, karena terbantu dengan
koneksi keluarga yang dibangun.
Dalam menetapkan wilayahnya pedagang juga memperhatikan aspek
geografis. Letak geografi kota-kota yang disinggahi perlu ditinjau sebab
pengaruh dari aspek, budaya, ekonomi, politik, militer juga sangat penting
dalam melaksanakan porses perdagangan. Kemudian setiap wilayah yang
ditempati memiliki hubungan dengan wilayah lainnya.
Hubungan antarkota, baik di daerah Nusantara sendiri, maupun dengan
kota-kota diluar Nusantara, merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan kota-kota itu sendiri. Tumbuh dan berkembangnya
samudra Pasai, Pidie, Aceh, Indragiri, Palembang, dan Malaka mungkin
karena tempat tersebut terletak disepanjang selat yang penting bagi lalu lintas
perhubungan dan perdagangan8 .
Dari analisis itulah yang memperkuat alasan para pedagang memilih
menetap, karena banyak sekali aspek kehidupan yang berpengaruh terhadap
proses perdagangan yang dilakukan. Semakin aman maka pedagang memilih
menetap, karena penghasilan juga pasti dan koneksi bisa di perpanjang
sampai wilayah pedalaman.
7
Yanwar Pribadi, Era Niaga di Nusantara Pada Masa Kerajaan Islam +- 1500-1700M. Vol 22, Al
Qalam, 2005, Hal 71.
8
Yanwar Pribadi, Era Niaga di Nusantara Pada Masa Kerajaan Islam +- 1500-1700M. Vol 22, Al
Qalam, 2005, Hal 67.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata pencaharian pedagang merupakan salah satu profesi yang sudah ada
sejak lama, sejak masa Hindu Budha, masa Islam, Kolonial, sampai sekarang
masih banyak dan akan terus berkembang. Kehidupan para pedagang tidak
terlepas dari aspek sosial, budaya, dan pemerintahan yang ada, akan selalu
berkesinambungan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang baik.
Peran utama pedagang sebagai penyuplai kebutuhan masyarakat juga
menjadi salah satu alasan utama mengapa profesi ini semakin berkembang
pesat, utamanya ketika memasuki masa periodisasi Islam dimana antara
pemerintahan kerajaan dengan pedagang saling berkomunikasi untuk
memperlancar aktivitas perdagangan. Pedagang juga memiliki kontribusi
terhadap ekonomi pada kerajaan di Nusantara, dari wilayah Aceh sampai ke
Ternate, kontribusi pedagang sangatlah terlihat, bagaimana pemerintah
kerajaan menekankan pajak dan itu artinya dari pajak para pedagang ini akan
diambil sebagian keuntungannya untuk uang kerajaan sehingga kondisi
keuangan kerajaan juga ikut stabil.
Pedagang juga menetap di Nusantara, dengan menetapnya para pedagang
maka konektivitas perdagangan semakin meluas sampai ke wilayah
pedalaman, dengan hal ini pedagang akan lebih memiliki pilihan untuk
menjajakan barang dagangannya sekaligus mampu mendapatkan keuntungan
yang lebih, karena mampu membangun jalur dagangnya sampai ke wilayah
dalam, bukan hanya berfokus pada wilayah pelabuhan, namun juga
mengambil inisiatif untuk memperluas koneksi hingga wilayah luar
pelabuhan.
Dengan demikian keberadaan pedagang memang sangat berarti untuk
kemajuan sebuah wilayah, baik dari segi budaya, politik, agama, dan
ekonomi, para pedagang secara langsung maupun tidak langsung benar-benar
memiliki kontribusi untuk kemajuan kerajaan.
11
3.2 Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan materi yang sudah disampaikan,
banyak sekai hal yang bisa diketahui mengenai mata pencaharian pedagang,
dimulai dari peran, kemudian kondisi perdagangan dan berbagai macam hal
yang dilakuan oleh pedahang.
Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi penulis yang juga melakukan
analisis mengenai mata pencaharian pedagang yang penulis bahas dan
menambah pengetahuan bagi pembaca. Saya juga berharap terhadap kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca karena akan penulis jadikan
bahan evaluasi untuk ke depannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13