Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


Untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Guru Pengampu : Laeli, S.Pd.I

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

NAMA : Berlian Aji Asmoro


: Daffa Aldo Rajendra P
: Dea Nailatur Rifdah
: Refa Adellya Riyadi
: Zabina Nazara Zaneta
XII IPS 2

MADRASAH ALIYAH NEGRI PEMALANG


2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.


karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Kerajaan Islam di Indonesia”.
Penulis menyusun makalah ini dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami tantangan dan hambatan.
Akan tetapi, karena berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semuanya yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.Penulis sadari bahwa pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena masih banyak kekurangan,
kesalahan, dan kekeliruan, baik dalam penulisan maupun dalam
penyajian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
wawasan penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, guna perbaikan pada masa yang akan
datang.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, terutama bagi
pembaca dan semua pihak yang memerlukan makalah ini.

Pemalang, September2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Tujuan........................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................4
BAB II..................................................................................................................5
Kerajaan Islam di Sumatra............................................................................5
1. Kerajaan Samudera Pasai..........................................................................5
2. Kerajaan Aceh Darussalam........................................................................7
B. Kerajaan Islam di Jawa.............................................................................8
1. Kerajaan Demak..........................................................................................8
2. Kerajaan Pajang..........................................................................................9
3. Kerajaan Mataram Islam.........................................................................10
4. Kerajaan Cirebon (Kesultanan Cirebon)................................................11
5. Kerajaan Banten (Kesultanan Banten)...................................................12
C. Kerajaan Islam di Kalimantan................................................................13
D. Kerajaan Gowa-Tallo...............................................................................14
E. Kerajaan (Kesultanan) Ternate...............................................................15
F. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara..........................................................17
G. Peranan Kerajaan terhadap Perkembangan Islam di Indonesia........18
BAB III..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat
penting untuk dipelajari. Termasuk dalam hal ini adalah sejarah
4
tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana
masuk dan berkembangannya agama Islam di Indonesia. Teori-teori
tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, danTeori Persia. Ketiga
teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu dan siapa yang
menyebarkan agama Islam ke Indonesia. Dari sinilah, kerajaan-
kerajaan Islam muncul memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini kami susun dalam memenuhi
tugas dari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan agar
pembaca lebih memahami tentang perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
yang telah diberikan oleh guru pengajar. Selain itu pembuatan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu serta
pengetahuan tentang sejarah kerajaan-Kerajaan Islam yang ada di
Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

1.Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?


2.Bagaimana peran kerajaan terhadap perkembangan
Islam di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Islam di Sumatra

5
Agama Islam di Indonesia dapat berkembang dengan pesat, di
antaranya melalui kekuasaan, hal ini mendukung semakin huninya
ajaran Islam. Secara perlahan-lahan tapi pasti, agama Islam mulai
dianut oleh para penguasa pelabuhan lokal. Islam telah memberikan
identitas baru sebagai simbol perlawanan terhadap penguasa pusat
yang Hindu di pedalaman. Berangkat dari kerajaan kecil berbasis
maritim kemudian agama Islam berkembang dan menyebar lebih luas
sampai jauh ke pelosok negeri. Sehingga bermunculan Kerajaan-
kerajaan Islam yang menjadi penyangga kekuatan dakwah Islam di
Indonesia.

1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia ini diperkirakan berdiri sekitar


awal atau pertengahan abad ke-13 M. sehagai hasil proses Islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi oleh para pedagang
muslim sejak abad ke-7 M, dan seterusnya. Raja pertamanya adalah
Malik Al-Sholeh

Penguasa Samudera Pasai bernama Merah Silu yang memeluk agama


Islam atas ajakan Syekh Ismail, Syekh Ismail adalah seorang da'i dan
utusan Syarif Mekah yang datang melalui Malabar. Setelah memeluk
agama Islam, Merah Silu mengganti namanya menjadi Malik al-
Saleh. Raja Samudera Pasai ini memperistri putri kerajaan Perlak
yang bernama Ganggang Sari, sehingga adanya perkawinan kedua
kerajaan tersebut menjadi kekuatan besar untuk penyebaran dakwah
Islam di Sumatera dan daerah-daerah sekitarnya. Menurut para
sejarawan bahwa Samudera Pasai bukanlah kerajaan Islam pertama di
Nusantara. Karena sebelumnya, telah berdiri Kerajaan Perlak dan
Aru. Kerajaan Samudera Pasai berada di pesisir timur laut Aceh
(sekitar Kabupaten Lhokseumawe atau Aceh Utara sekarang). Thu
kotanya ada di muara Sungai Pasangan. Terdapat dua kota besar yang

6
terletak berseberangan di muara Sungai Pasangan, yaitu Samudera
dan Pasai

Dalam catatan Ibnu Batutah pada tahun 1345 menyatakan, ketika Ibnu
Batuta singgah di Pasz raja yang berkuasa bernama Malik Al-Zahir.
Ibnu Batuta menganggap ba..wa raja ini benar-benar menunjukkan
citra sebagai seorang raj muslim. Malik al-Zahir dikenal sebagai
seorang raja yang ortodoks, suka mengajak dan mengundang diskusi
dengan para ahli fikih dan ushul, sehingga istananya ramai dikunjungi
para cendekiawan dari berbagai negeri. Ia mengadakan hubungan
dengan dunia Islam, diantaranya dengan Persia dan Delhi.

Pada tahun 1521 kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan dan dikuasai


oleh Bangsa Portugis yang kemudian menguasainya selama tiga
tahun. Setelah itu, sejak tahun 1524 dan seterusnya, Kerajaan
Samudera Pasai masuk di bawah kekuasaan Kerajaan Aceh yang
berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Kerajaan Aceh didirikan olch
Sultan Ali Mughayat Syah pada awal abad ke-16 M. Ia memerintah
antara tahun 1507 M hingga 1522 M.

Di dalam catatan sejarah, pulau Sumatera merupakan awal mula syi'ar


agama Islam di Nusantara. Dari Sumatera inilah Islam
mengembangkan sayap dakwahnya ke seluruh penjuru Tanah Air,
sampai akhirnya Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas
bangsa Indonesia.
2. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun
1496 M. Ia berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah
Aceh dan menaklukkan Samudera Pasai, salah satu pusat Islam di
Sumatera. Ia juga membangun angkatan darat dan laut yang kuat

7
untuk menghadapi ancaman dari Barat, terutama Portugis yang telah
menguasai Malaka.

Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada masa


pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Di bawah
kepemimpinannya, Aceh berhasil menguasai Pahang, sumber timah
utama di Nusantara, dan menyerang Malaka beberapa kali. Sultan
Iskandar Muda juga memperluas wilayah Aceh hingga ke Sumatra
Barat, Jambi, Bengkulu, dan Nias. Ia juga memperkuat hubungan
diplomatik dengan Kesultanan Utsmaniyah dan kerajaan-kerajaan
Islam lainnya.

Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran setelah kematian Sultan


Iskandar Muda. Penyebabnya antara lain adalah persaingan internal
antara para ulama dan pemimpin daerah, konflik suksesi antara para
sultan dan sultanah, serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga seperti
Minangkabau dan Banten, serta campur tangan Belanda yang ingin
menguasai perdagangan rempah-rempah.

Kerajaan Aceh berakhir pada tahun 1903 M setelah Belanda berhasil


menaklukkan ibu kota Kutaraja dalam Perang Aceh yang berlangsung
selama 30 tahun. Sultan terakhir Kerajaan Aceh adalah Muhammad
Daud Syah yang ditangkap dan dibuang ke Sumatera Utara.

B. Kerajaan Islam di Jawa

1. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri
pada perempat akhir abad ke 15 di Demak. Demak sebelumnya

8
merupakan kadipaten yang tunduk pada Majapahit yang telah
melemah saat itu untuk beberapa tahun sebelum melepaskan diri.
Berdasarkan cerita tradisional Jawa, kerajaan ini didirikan oleh Raden
Patah, yang merupakan keluarga dinasti Majapahit.

Demak memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa.


Sepanjang setengah awal abad ke 16, Demak berada pada puncak
kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggono. Pada masanya, ia
melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau
Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam.
Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan Demak adalah Sunda Kelapa,
yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Hubungan aliansinya dengan Imperium Portugal sejak 1511 menjadi
ancaman bagi Demak. Pada 1527, pasukan dari Demak dan Cirebon
yang dipimpin oleh Fatahillah melancarkan serangan sukses ke Sunda
Kelapa yang memukul mundur Portugal dan Sunda. Fatahillah
kemudian mengganti nama pelabuhan tersebut menjadi Jayakarta. Di
luar Jawa, Demak memiliki kekuasaan atas Jambi dan Palembang di
Sumatra bagian timur dan Kesultanan Banjar di kalimantan menjadi
vasal nya.

Kerajaan mulai mengalami kemunduran ketika Trenggono terbunuh


dalam perang melawan Panarukan pada 1546. Sunan Prawoto
kemudian naik takhta menggantikannya, tetapi dibunuh pada 1547
oleh suruhan Arya Panangsang, penguasa Jepang yang ingin menjadi
raja Demak. Perang perebutan takhta segera terjadi dan berakhir
dengan dibunuhnya Arya Penangsang oleh Joko Tingkir, penguasa
Pajang, sebagai hukuman Joko Tingkir kemudian memindahkan
kekuasaan Demak ke Pajang, tempat kekuasaannya. Dengan demikian
Kerajaan Demak berakhir dengan didirikannya Kerajaan Pajang.

2. Kerajaan Pajang

9
Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada tahun
1568 dan diperkirakan terletak di Desa Pajang, Kota Surakarta dan
Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Kerajaan Pajang
didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau dikenal dengan nama Jaka
Tingkir.

Sultan Hadiwijaya mampu membawa Pajang mencapai puncak


kejayaan. Dengan letaknya yang berada di daerah pedalaman, Pajang
menerapkan sistem agraris berupa pertanian sebagai mata pencaharian
utama di Kerajaan Pajang. Setelah 21 tahun berdiri, Pajang
mengalami kemunduran hingga runtuh pada tahun 1587. Keturunan
sultan Pajang berasal dari Pengging, sebuah kerajaan kuno di Boyolali
dengan Andayaningrat sebagai pemimpinnya. Diperkirakan,
Andayaningrat atau dikenal dengan nama Jaka Sanagara atau Jaka
Bodo masih memiliki hubungan kekerabatan dengan raja Majapahit.

Diceritakan Ki Anggeng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan


Kudus. Ki Anggeng Pengging meninggalkan seorang putra dengan
nama Mas Karebet yang kemudian diangkat sebagai anak dari Nyi
Ageng Tingkir. Mas Karebet yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Jaka Tingkir memutuskan untuk mengabdi kepada Kesultanan
Demak.

Singkat cerita, Kesultanan Demak meminta Jaka Tingkir untuk


mendirikan Kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama dengan gelar
Sultan Hadiwijaya. Ketika Kesultanan Demak mengalami
kemunduran dan pemberontakan Arya Penangsang, Sultan
Hadiwijaya melakukan penumpasan atas pemberontakan tersebut.
Sultan Hadiwijaya membunuh Arya Penangsang dan menjadi pewaris
tahta Kesultanan Demak serta memindahkan ibu kota Demak ke

10
Pajang. Dengan demikian, Pajang resmi menjadi
kerajaan pada 1568 M.

3. Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram adalah kerajaan


Islam di Pulau Jawa yang berkuasa antara abad ke-16 hingga abad ke-
18. Pendiri Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau
Panembahan Senopati.Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan ketika
diperintah oleh Sultan Agung (1613-1645 M). Di bawah
kekuasaannya, Mataram mampu menyatukan tanah Jawa dan
sekitarnya, termasuk Madura. Selain itu, kerajaan yang terletak di
Kotagede, Yogyakarta, ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk
mencegah didirikannya loji-loji dagang di pantai utara.

Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam berakhir pada 1755 M,


setelah ditandatangi Perjanjian Giyanti yang disepakati bersama
VOC. Dalam kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram dibagi
menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan
Nagari Kasunanan Surakarta.

Sejarah Kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Ki Ageng


Pemanahan membantu Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya, mengalahkan
Arya Penangsang dari Jipang. Atas jasanya, Ki Ageng Pemanahan
dianugerahi wilayah tanah di hutan Mentaok (sekarang Kotagede,
Yogyakarta). Ki Ageng Pemanahan membangun tanah tersebut
menjadi desa yang makmur dan setelah ia meninggal, perannya
diteruskan oleh putranya, Danang Sutawijaya (Raden Ngabehi Loring
Pasar). Setelah itu, Sutawijaya mulai memberontak pada Pajang yang
masih dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya. Pertempuran antara Pajang
dan Mataram berhasil dimenangkan oleh Sutawijaya. Setelah Sultan

11
Hadiwijaya sakit dan akhirnya wafat, Sutawijaya mendirikan
Kesultanan Mataram.

4. Kerajaan Cirebon (Kesultanan Cirebon)

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan di daratan utara pulau


Jawa bagian barat pada abad ke-15 dan 16, dan merupakan pangkalan
penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau.
Lokasinya di pantai utara pulau Jawa
Kesultanan Cirebon didirikan di Dalem Agung Pakungwati sebagai
pusat pemerintahan negara islam kesultanan Cirebon, letak dalem
agung pakungwati sekarang menjadi Keraton Kasepuhan.

Kesultanan Cirebon erat kaitannya dengan sosok Sunan Gunung Jati


yang dikenal sebagai salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan
agama Islam di Lampung dan Jawa bagian barat.

Kesultanan Cirebon mampu bertahan selama 3 abad, sejak diakuinya


Walangsungsang sebagai Sri Mangana (Penguasa) Cirebon pada 1430
hingga terjadinya kisruh kekuasaan akibat kosongnya posisi Sultan
Cirebon sepeninggal Sultan Abdul Karim pada 1677. Tipu daya
Mataram masa Amangkurat I serta dekatnya sebagian keluarga
kesultanan Cirebon dengan Belanda menyebabkan perlahan
kekuasaan Cirebon akhirnya runtuh, terlebih perkara pribawa (derajat
paling tinggi) diantara keluarga besar kesultanan Cirebon semakin
mempercepat keruntuhan kesultanan Cirebon pada akhir abad ke 17.
5. Kerajaan Banten (Kesultanan Banten)

Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri


di wilayah Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika

12
kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya
ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa
kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan
militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya
perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m.

Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati[7] berperan dalam


penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana
Hasanuddin mengembangkan benteng pertahanan yang dinamakan
Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota pesisir yang
kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi
kesultanan yang berdiri sendiri.

Pernah menjadi pusat perdagangan besar di Asia Tenggara , terutama


lada , kerajaan ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-16 dan
pertengahan abad ke-17. Pada akhir abad ke-17 pentingnya dibayangi
oleh Batavia , dan akhirnya dianeksasi ke Hindia Belanda pada tahun
1813.

Wilayah intinya sekarang membentuk provinsi Indonesia dari


Banten . Saat ini, di Banten Lama , Masjid Agung Banten menjadi
tujuan penting bagi wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia
dan dari luar negeri.

hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai


kejayaan yang luar biasa, yang di waktu bersamaan penjajah dari
Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang
saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan
sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan
persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas
wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada
tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol
13
kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir
pemerintahannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan
dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

C. Kerajaan Islam di Kalimantan

Walau Tidak banyak literatur yang menjelaskan tentang sejarah


keberadaan Islam di Kalimantan namun paling tidak bisa memberikan
titik terang tentang keberadaan Kerajaan Daha (Banjar). Pada awal
abad XVI, Islam masuk ke kalimi Selatan, yaitu di Kerajaan Daha
(Banjar) yang waktu itu beragama Hindu. Berkat bantuan dari Sultan
Demak, trenggono (1521-1546 M) Raja Daha dan rakyatnya memeluk
agama Islam, sehingga berdirilah kerajaan Islam Banjar dengan raja
pertamanya yaitu Pangeran Samudera yang bergelar Pangeran
Suryanullah atau Suriansah. Setelah naik tahta, daerah-daerah
sekitanya mengakui kekuasaaanya yakm daerah Batangla, Sukaciana,
Sambas dan Sambangan Kemudian setelah itu di Kalimantan Timur
(Kutai) pada tahun 1575 M Tunggang Parangan mengislamkan raja
Mahkota. Sejak baginda masuk Islam, terjadilah Islamisasi di Kutai
dan sekitarnya. Setelah itu, penyebaran Islam lebih jauh ke daerah-
daerah pedalaman dilakukan oleh putranya dan para penggantinya
meneruskan dakwah sampai di daerah-daerah yang lebih dalam.

D. Kerajaan Gowa-Tallo

Kultur Kerajaan Gowa - Tallo tidak dape dipisahkan dengan Islam.


Setelah Kerajaan Gowa Tallo memeluk Islam, penyebaran Islam di

14
Sulawesi dan bagian timur Indonesia sangat pesat. Kerajaan ini adalah
kerajaan yang menerapkan syariah Islam. Karena itu, wajar kalau
Gowa ini di kenal sebagai "Serambi Madinah".

Keberhasilan penyebaran Islam terjadi setelah memasuki awal Abad


XVII dengan kehadiran tiga orang mubalig yang bergelar datuk dari
Minangkabau, Lontara Wajo menyebutkan bahwa ketiga datuk itu
datang pada permulaan Abad XVII dari Koto Tangah, Minangkabau.
Mereka dikenal dengan nama Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua
(Makassar), yaitu: (1) Abdul Makmur, Khatib Tunggal, yang lebih
populer dengan nama Datuk ri Bandang, (2) Sulaiman, Khatib
Sulung, yang lebih populer dengan nama Datuk Patimang; (3) Abdul
Jawad, Khatib Bungsu, yang lebih dikenal dengan nama Datuk Ri
Tiro.

Sesampainya di Gowa, mereka memperoleh keterangan dari orang-


orang Melayu yang banyak tinggal di Gowa, bahwa raja yang paling
dimuliakan dan dihormati adalah Datuk Luwu, sedangkan yang paling
kuat dan berpengaruh ialah Raja Tallok dan Raja Gowa. Mereka
berangkat ke Luwu untuk menemui Datuk Luwu, La Patiware Daeng
Parabu. Datuk Luwu adalah raja yang paling dihormati, karena
kerajaanya dianggap kerajaan tertua dan tempat asal nenek moyang
rajaraja Sulawesi Selatan. Kedatangan Datuk Tellue mendapat
sambutan hangat dari Datuk Luwu', La Patiware Daeng Prabu.

Sejak agama Islam menjadi agama resmi di GowaTallo, Raja Gowa


Sultan Alauddin makin kuat kedudukannya. Sebab, beliau juga diakui
sebagai Amirul Mukminin (kepala agama Islam) dan kekuasaan Bate
Salapanga diimbangi oleh Qadhi, yang menjadi wakil raja untuk
urusan keagamaan bahkan oleh orang-orang Makassar, Bugis dan
Mandar yang telah lebih dulu memeluk agama Islam pada abad XVI.

15
Sultan Alauddin dipandang sebagai pemimpin Islam di Sulawesi
Selatan. Ada pendekatan unik yang dilakukan oleh oleh Sultan
Alauddin dan Pembesar Kerajaan Gowa yaitu mengingatkan
perjanjian persaudaraan lama antara Gowa dan negeri atau kerajaan
yang takluk atau bersahabat yang berbunyi antara lain: barangsiapa di
antara kita (Gowa dan sekutunya atau daerah taklukannya) melihat
suatu jalan kebajikan, maka salah satu dari mereka yang melihat itu
harus menyampaikan kepada pihak lainnya. Dan oleh karena Gowa
sekarang sudah melihat jalan kebajikan, yaitu agama Islam, maka
Kerajaan Gowa meminta kepada kerajaan-kerajaan taklukannya agar
turut memeluk agama Islam.

E. Kerajaan (Kesultanan) Ternate

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah


salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan
salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab
Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran
penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad
ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-
16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada
masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku,
Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan
Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat


kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga
atau disebut Momole.Empat kampung tersebut kemudian sepakat
membentuk kerajaan, tetapi kala itu raja dan rakyatnya belum
diketahui agamanya.

16
Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal sebagai penghasil rempah-
rempah, sehingga penduduknya telah berhubungan dengan para
pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China.Sejarah berdirinya
Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat kampung yang
masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau disebut
Momole.

Agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada abad ke-14.


Sedangkan keluarga kerajaan baru secara resmi memeluk Islam pada
masa pemerintahan Kolano Marhum (1432–1486 M).Hikayat Ternate
menyebutkan bahwa ketika Kolano Marhum berkuasa, datang seorang
alim dari Jawa bernama Maulana Husein yang mengajarkan membaca
Al-Qur'an dan menulis huruf Arab.

Hal itulah yang membuat raja, keluarga kerajaan, dan masyarakat


Ternate semakin tertarik untuk memeluk Islam. Kolano Marhum
menjadi Raja Ternate pertama yang memeluk Islam, sedangkan
putranya, Zainal Abidin, yang berkuasa antara 1486–1500 M mulai
memberlakukan hukum-hukum Islam. Setelah bertransformasi
menjadi kesultanan Islam, gelar kolano atau raja kemudian
diganti dengan sultan.

F. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara

Perkembangan Islam di Nusa Tenggara dimulai sejak abad XVI M


dikenal Sultan Prapen (1605), putra Sunan Giri dan Lombok
kemudian Islam menyebar ke Pejanggik, Parwa Sokong, Bayan dan

17
tempat-tempat lainnya hingga seluruh Lombok memeluk agama Islam
Dari Lombok juga Sunan Prapen menyampaikan dakwahaya hingga
ke Sumbawa. Dari Lombok beridiri Kerajaan Selaparang dan di
bawah pemerintahan Prabu Rangkeswari, kerajaan ini mengalami
masa keemasan dan kekuasaannya mencapai seluruh Lombok
Selaparang juga menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan Islan
sepen Demak Kerajaan Selaparang juga sering dikunjungi para
pedagang, sehingga interaksi masyarakat muslim semakin baik.

Pada saat VOC berusaha menguasai jalur perdagangan, Kesultanan


Gowa berusaha untuk menutup jalur perdagangan VOC ke Lombok
dan Sumbawa Kerajaan- kerajaan di Sumbawa banyak yang masuk
dalam kekuasaan Kesultanan Gowa pada sekitar tahun 1618. Bima
dikuasai Gowa tahun 1633 dan Selaparang tahun 1640, demikian juga
daerah-daerah yang lain dikuasai oleh Kesultanan Gowa pada abad
XVII Hubungan antara kesultanan Gowa dan Lembok pun dipererat
dengan cara perkawinan seperti Pemban Selaperang, Pejanggik, dan
Parwa.

Di antara Kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara adalah


Kesultanan Bima. Rajanya yang pertama adalah Ruma Ma Bata Wadu
yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair (1611-1640),
Literatur mengenai sejarah Kesultanan Bima di abad XX dapat
diperkaya pada gambaran terperinci Syair Kerajaan Bima, Syair
Kerajaan Bima mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Kesultanan Bima pada kurun 1815-1829. Ada empat kejadian yang
diceritakan dalam syair tersebut: wafatnya sultan, diangkatnya
penggantinya, serangan perompak dan meletusnya Gunung Tambora
Syair Kerajaan Bima dikarang seorang khatib yang bernama Lukman,
yang masih merupakan kerabat Sultan Bima, sekitar tahun 1830.

18
G. Peranan Kerajaan terhadap Perkembangan Islam di
Indonesia

Dalam perkembangannya, kerajaan Islam ini memiliki peran yang


sangat besar dalam proses penyebaran agama Islam di tanah air.
Beberapa peran dari kerajaan Istar yang dianggap penting tersebut di
antaranya adalah:

1. Ketika agama Islam dianut oleh Raja atau Sultan dan juga para
pejabat Istana serta para bangsawan dan diikuti seluruh keluarganya
maka diikuti pula lapisan masyarakat secara umum.
2 Kegiatan politik dan ekonomi kerajaan Islam menjadi sarana dalam
melaksanakan dakwah

3. Dakwah Islam menjadi motivasi dan spirit dalam mengusir


penjajah dari bumi nusantara.

4. Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari


kawasan Timur Tengah. Pada saat itu, para pedagang dari Gujarat
kerap berkelana hingga ke daerah yang jauh untuk berdagang. Dengan
adanya kerajaan Islam, maka ada kesamaan budaya dari kedua belah
pihak sehingga lebih memudahkan dalam menjalin hubungan.

5. Mengubah budaya upeti yang banyak digunakan di zaman kerajaan


sebelumnya. Hal ini memberikan kemudahan pada rakyat karena tidak
lagi mendapatkan beban membayar upeti kepada penguasa secara
berlebihan. Kalau pun kerajaan memerlukan penggalangan dana Jain,
maka nilainya menjadi berbeda karena dalam Islam menyumbang
kepada pihak lain merupakan tindakan mulia dan hanya Allah yang
akan membalas dengan cara yang tidak pernah diketahui bahkan tak

19
pernah dibayangkan oleh orang yang memberi sumbangan tersebut.
Upaya memakmurkan rakyat menjadi tujuan kerajaan Islam yang
lebih mudah diwujudkan. Tentu sajaberbeda dengan sistem kerajaan
sebelumnya di mana rakyat menjadi pengabdi kepada kerajaan dan
kerajaan tidak secara otomatis mencari upaya untuk mensejahterakan
rakyatnya.

6. Setelah Agama Islam menjadi agama resmi kerajaan maka


perubahan-perubahan tampak dalam sendi-sendi kehidupan kerajaan,
bisa di lihat dari aspek sosial politik dan budaya

7. Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa


yang ada pada ajaran Islam. Islam sebagai agama yang baru dengan
mudah diterima karena tata nilai dan sistem di dalamnya terasa lebih
adil. Masing-masing individu memiliki kesempatan yang sama untuk
menempati derajat yang tinggi di mata Allah Swt. tanpa membedakan
latar belakang budaya, suku dan keturunan. Demikian pula dalam tata
pergaulan sehari-hari, hubungan antar individu menjadi lebih baik,
sopan santun dianggap sebagai akhlak yang mulia, sehingga setiap
individu memiliki keinginan untuk meraihnya.

8. Dalam bidang keamanan, kerajaan Islam memiliki kewajiban untuk


menciptakan kedamaian kepada seluruh rakyat, sehingga dalam
melakukan kegiatan sehari-hari tidak akan terganggu dengan
ancaman keselamatan.

BAB III
PENUTUP

20
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Kita dapat meneladani kegigihan para penyebar Islam di Indonesia
dalam menyebarkan Islam yang Rahmatan Lil 'Alamin
2. Kita dapat meneladani model kepemimpinan para raja pada masa
dahulu.
3. Kita dapat mengetahui berbagai macam keberagaman budaya
Islam yang ada di Indonesia.

3.2 Saran

1.Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah.


2.Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam
diIndonesia.

Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga


akan lebih memahami kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan
mengambil setiap pelajaran dari sejarah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syukur A, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta:Noktah,2017)

21
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204418979/kerajaan-
aceh-raja-raja-puncak-kejayaan-keruntuhan-dan-peninggalan(diakses
tanggal 8)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak (diakses tanggal


8)

https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-kerajaan-pajang/(diakses
tanggal 11)

https://bobo.grid.id/read/083575329/kerajaan-mataram-islam-sejarah-
berdirinya-masa-kejayaan-kemunduran-dan-peninggalannya?
page=all(diakses tanggal 11)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon (diakses tanggal


13)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan
_Banten(diakses tanggal 13)

Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta:Rajawali Pres 1993)


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ternate(diakses tanggal 1
3)

22
23

Anda mungkin juga menyukai