Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN ISLAM DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM

DI NUSANTARA

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Sejarah Peradaban Islam III)

Disusun Oleh:

Amin Rahmawati (32501500142)

Dini Nur Islamiyati (32501500147)

ErfanMaulana (32501500148)

Prodi Sejarah Peradaban Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat dan karuniaNya
kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Agung Muhammad SAW.

Makalah ini membahas tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia.Dengan perkembangan Islam di nusantara yang dibawa oleh para
pedagang-pedagang Arab kemudian diterima oleh kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia.

Bagaimana Islam berkembang menjadi salah satu agama terbesar di Indonesia


yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat dan telah merubah alur pikir dan
pandangan hidup orang-orang Indonesia.

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya. Dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya masih banyak
kesalahan dan kekurangan-kekuranganya, maka dari itu penulis berharap adanya
kritik dan saran guna perbaikan pembuatan makalah pada kesempatan yang akan
datang.

Wassalammualaikum, wr, wb.

Semarang, 26 Januari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................3
C. Sistematika Penulisan..........................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA................................................................5
B. KERAJAAN ISLAM DI JAWA......................................................................10
C. KERAJAAN ISLAM DI MALUKU................................................................15
D. KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI.............................................................19
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................22
Simpulan..................................................................................................................22
Daftar Pustaka..................................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam yang bermula dari negeri yang jauh Arab telah
berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. di Indonesia
sendiri Islam telah masuk diperkirakan sekitar abad ke 7 Masehi. Ini dibuktikan
dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang bermula di bagian utara Sumatra.
Penyebaran Islam sendiri bermula dari kedatangan para saudagar dari Arab, Cina,
dan India ke kepulauan Indonesia. Mereka tak hanya berdagang, namun juga turut
menyiarkan Islam. Meskipun banyak masyarakat Indonesia yang telah menganut
agama baik Hindu, animisme maupun dinamisme, namun mereka tidak serta
merta menolak kehadiran Islam. Malah mereka menerima dengan tangan terbuka,
karena Islam adalah agama yang sempurna dan mudah dalam praktek ibadahnya.
Semakin banyaknya masyarakat yang memeluk Islam inilah yang
dianggap sebagai cikal bakal berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Dimulai dari pulau Sumatra, ternyata kerajaan Islam pertama di Indonesia
bukanlah Samudra Pasai seperti yang diketahui banyak orang, melainkan kerajaan
Jeumpa yang terletak di ujung Sumatra yang telah berdiri abad 7, berbarengan
dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kemudian kerajaan tersebut diteruskan
oleh kerajaan-kerajaan yang lebih besar tak hanya di Sumatra, namun juga di Jawa
dan Sulawesi. Kerajaan tersebut menjelma menjadi sebuah pusat peradaban Islam
dan ilmu pengetahuan Indonesia. kehadirannya menambah keanekaragaman
budaya Indonesia yang dipadupadankan dengan nilai-nilai islam.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
menerangkan sedikit bahwa perkembangan peradaban Islam di Indonesia diawali
dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang muncul tersebar di beberapa
bagian nusantara, dimana pengaruhnya yang sangat besar menjadikan Indonesia
sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia.

4
C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menyusun sistematika penulisan
yang terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan mengenai Kerajaan Islam di Sumatra,
Kerajaan Islam di Jawa, Kerajaan Islam di Maluku, dan Kerajaan
Islam di Sulawesi.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi Simpulan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA


Islam masuk ke Indonesia di abad ke 7 M, berita dari Marcopolo
menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui Sumatra melalui jalur
laut. Dulu Sumatra masih dikuasai oleh kerajaan hindu Sriwijaya, namun setelah
Sriwijaya mengalami kemerosotan, maka Sriwijaya mulai memindahkan pusat
perdagangan yang semula berada di Palembang berpindah ke Jambi. Setelah itu
lah daerah kekuasaan Sriwijaya yang luas mulai melepaskan diri dan mendirikan
pemerintahan sendiri seperti, kerajaan Aceh, Perlak, Lamuri, dan lain-lain.

1. Kerajaan Jeumpa
Inilah kerajaan pertama bercorak Islam yang berdiri di nusantara yang
belum banyak diketahui publik. Kerajaan ini pertama kali berdiri bebarengan
dengan masuknya Islam ke Indonesia, yakni sekitar abad ketujuh M.Bukti bahwa
kerajaan ini adalah kerajaan Islam pertama ialah ditemukannya kolam mandi
seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselein, dan juga cincin dan anting yang besar.
Kerajaan ini berada didaerah Bireuen bagian utara Sumatra. Berkat jalur
perdagangan yang strategis didaerah tersebut menyebabkan banyak kapal-kapal
besar dari Cina, Arab, India, hingga Persia datang untuk transit diwilayah ini.
Selain itu wilayah tersebut juga dikenal penghasil kapur barus. Karena semakin
banyaknya penduduk yang memenuhi kawasan ini, maka mulailah terbentuk
kerajaan Jeumpa.
Ada dua versi mengenai terbentuknya kerajaan ini. Versi pertama berasal
dari legenda Jeumpa sekitar dulu telah ada sebuah kerajaan Hindu di daerah
tersebut. Kemudian suatu hari datang seorang pria tampan bernama Abdullah. Ia
mempunyai misi menyebarkan agama Islam. Ia seorang yang taat beragama, dan
baik karakternya, sehingga membuat sang raja terpikat untuk menikahkan
putrinya dengannya. Kemudian ia pun naik tahta menjadi raja dan terbentuk
kerajaan Jeumpa yang bercorak Islam. Jeumpa sendiri berasal dari nama daerah
tempat asalnya yakni Chiumpa di Persia. Versi kedua yang menurut silsilah
keturunan sultan Melayu menyebutkan bahwa dahulu ada seorang pria yang
datang dari Persia bernama Sasaniah Salman yang melihat potensi Aceh, ia pun
mendirikan kerajaan Jeumpa.
Kemudian raja Salman menikah dengan seornag putri disana dan
menghasilkan lima orang anak yakni, Syahri Poli, Syahri Tanti, Syahri Nuwi,
Syahri Dito, dan Makhdum Tansyuri. Kemudai suatu hari datang rombongan
dagang dari Arab. Rombongan ini berjumlah 100 orang yang dipimpin oleh

6
nahkoda Khalifa. Salah satu anak dari sultan Salman ini, yakni Makhdum
Tansyuri menikah dengan salah seorang dari rombongan bernama Ali bin
Muhammad bin Jafar Sadik. Konon ia adalah salah satu dari cicit nabi
Muhammad saw. Kemudian pernikahan mereka dikaruniai seorang putra bernama
Sayyid Abdul Aziz. Kemudian beliau lah yang menjadi raja pertama kerajaan
Perlak dengan gelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah.
Kemudian kedua kerajaan ini berkembang, namun kerajaan Perlak lah
yang mengalami perkembangan yang pesat sehingga sultan memutuskan untuk
menggabungkan Jeumpa dengan Perlak. Sehingga leburlah kerajaan Jeumpa dan
digantikan perannya oleh kerajaan Perlak.

2. Kerajaan Perlak
Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa di Sumatra masih banyak yang
beragama Hindu, namun tidak dengan Ferlec. Ferlec yang dimaksud disini ialah
Peureulak yang sekarang masuk dalam wilayah kabupaten daerah tingkat II Aceh
Timur. Wilayah tersebut banyak ditumbuhi kayu Perlak yang konon sangat bagus
kualitasnya untuk membuat kapal, sehingga daerah tersebut terkenal dengan
tempat penjualan kayu perlak, maka orang-orang menyebutnya sesuai dengan
nama kayu yang dihasilkan sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Perlak.
Perlak menjadi satu-satunya wilayah yang tidak menganut Hindu karena
Perlak dulu memiliki sebuah pelabuhan yang maju dan aman, dimana banyak
saudagar dan pedagang dari Arab dan Persi datang untuk berniaga. Selain itu,
mereka juga turut menyebarkan agama Islam dan menikah dengan pribumi
sehingga menghasilkan keturunan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya
kerajaan Perlak pada Selasa 1 Muharam tahun 225 H atau 840 M. Pendiri kerajaan
ini ialah Syed Maulana Abdul Azia Shah yang bergelar Sultan Alaidin Syed
Maulana Abdul Azis Shah, dialah cucu dari Sultan Salman pendiri kerajaan
Jeumpa.
Ibukota kerajaan ini bernama Bandar Khalifah yang sebelumnya bernama
Bandar Perlak. Perubahan nama tersebut dimaksudkan untuk mengenang jasa
nahkoda Khalifah yang berjasa menyebarkan Islam di Asia Tenggara termasuk
Sumatra. Kerajaan ini awalnya beraliran Syi’ah, namun aliran Ahlu Sunnah wal
Jamaah mulai berkembang yang menyebabkan ketidaksenangan dari Syi’ah,
sehingga terjadilah perang saudara pada masa pemerintahan sultan ketiga yakni
Sultan Alaidin Syed Maulana Abbas Shah dan menyebabkan raja tewas. Setelah
itu selama dua tahun kerajaan Perlak sempat terjadi kekosongan pemerintahan.
Tahun 915 M naiklah Sultan Maulana Ali Mughayat Shah sebagai raja, namun
terjadi lagi perang saudara antara Syiah dan Ahlu Sunnah. Peperangan ini yang
terjadi selama empat tahun ini dimenangkan oleh Ahlu Sunnah wal Jamaah.
Meski begitu mereka memilih untuk berdamai dan membagi Perlak menjadi dua
bagian. Perlak Pesisir diperuntukan untuk aliran Syiah yang dipimpin oleh Sultan

7
alaidin syed maulana shah yang memerintah tahun 976-988 M, dan Perlak
Pedalaman diperuntukan untuk Ahlu Sunnah wal Jamaah dipimpin oleh Sultan
Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Shah Johan yang memimpin tahun 986-1023 M.
Saat kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak yang didahului menyerang
pesisir membuat sultan Perlak Pesisir wafat, sehingga Sultan Perlak pedalaman,
Sultan Malik Ibrahim menyatukan perlak dan melanjutkan untuk melawan
Sriwijaya dan perlak pun kembali aman. Selanjutnya setelah Sultan Malik Ibrahim
wafat ada sepuluh sultan yang menggantikan kedudukannya sebagai raja Perlak.
Setelah sultan kesepuluh wafat Perlak disatukan dengan kerajaan Samudra Pasai.

3. Kerajaan Samudra Pasai


Mulanya Samudra dan Pasai adalah dua wilayah yang berbeda. Menurut
G.P.Rouffaer, Pasai pada awalnya terletak disebelah kanan sungai Pasai,
sedangkan Samudra disebelah kirinya, namun lama kelamaan kedua wilayah ini
bersatu menjadi Samudra Pasai. Asal usul kerajaan Samudra Pasai telah dijelaskan
di hikayat bernama Kronik Pasai. Singkatnya, ada dua orang raja bernama raja
Ahmad dan Muhammad, keduanya sama-sama menemukan seorang anak yang
didapat dari belahan bambu saat mereka menembus hutan untuk membuat kota.
Setelah besar, anak-anak mereka dikawinkan dan lahirlah anak mereka yang
diberi nama Merah Silu dan Merah Hasum. Merah Silu kemudian masuk Islam
setelah sebelumnya ia bermimpi didatangi oleh seseorang dan menyuruhnya untuk
mengucap dua kalimat syahadat dan mengganti namanya menjadi Malik Saleh.
Kemudian Malik Saleh dan rakyatnya diislamkan oleh Syeh Ismail dari Mekah.
Sultan Malik Saleh menikah dengan anak sultan ke-9 Perlak yakni Putri
Ganggang. Kemudian Sultan Malik Saleh ini berinisiatif untuk menggabungkan
kedua kerajaan, yakni Samudra Pasai dan Perlak dibawah kekuasaan Samudra
Pasai. Samudra Pasai bermahdzab Syafi’i. Menurut berita dari Ibnu Bathutah,
seorang penjelajah Islam, menyebutkan bahwa raja-raja Samudra Pasai sangatlah
rendah hati, saleh, dan semangat dalam dalam menebarkan Islam. Samudra Pasai
menjadi pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari
berbagai negeri untuk membicarakan pasal agama dan dunia. Samudra Pasai juga
memiliki peranan dalam menebarkan Islam ke Malaka dan pulau Jawa. Proses
halaqah Islam didalam kerajaan berlangsung di masjid-masjid yang dibangun
didalam istana, dirumah-rumah warga serta surau-surau bagi masyarakat umum,
sementara halaqah diluar kerajaan berlangsung di tempat-tempat dagang dan
pelabuhan yang ramai.
Istana selain berfungsi sebagai tempat pemerintahan juga berfungsi
sebagai temat mudzakarah masalah-masalah ilmu pengetahuan dan perpustakaan.
Selain itu juga ternyata istana memiliki fungsi yang penting dalam kemajuan ilmu
pengetahuan, yakni sebagai pusat penerjemahan dan penyalinan buku-buku Islam.
sistem pendidikannya dibagi menjadi dua tingkatan. Tingkat dasar terdiri dari

8
pelajaran membaca, menulis Arab, pengajian AlQuran, dan praktik ibadah.
Sementara tingkat tinggi materi yang diberikan berupa fiqih, tasawuf, ilmu kalam,
dsb. Seperti kerajaan di Timur Tengah, disini para ulama juga sangat disegani dan
diberi kedudukan yang tinggi. Banyak murid berdatangan dari seluruh Asia
Tenggara, dari Jawa sendiri diketahui Sunan Bonang dan Sunan Giri pun belajar
pula dikerajaan ini. Mereka yang telah belajar kemudian pulang kampung dan
mendirikan tempat pendidikan Islam di daerah masing-masing.
Kerajaan ini adalah kerajaan yang makmur. Ditinjau dari segi geografis,
basis perekonomian kerajaan ini tertuju pada pelayaran dan perdagangan. Karena
Samudra Pasai merupakan salah satu wilayah penghubung antara pusat
perdagangan yang ada di kepulauan Indonesia, India, Cina, dan Arab. Mereka
memperoleh pajak yang besar dari sektor ini.
Ada masa saat dimana Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Majapahit,
dan menjadi salah satu wilayah kekuasaan Majapahit. Namun karena Majapahit
terletak di Jawa sedangkan Samudra Pasai di Sumatra, maka Majapahit
mengangkat Ratu Nur Ilah untuk memerintah kerajaan tersebut. Jadi Samudra
Pasai merupakan kerajaan yang tetap diperintah oleh raja atau ratu, namun tetap
dibawah kekuasaan Majapahit. Saat raja terakhir memerintah, yakni Sultan Zainal
Abidin, tahun 1521 M Samudra Pasai dikuasai oleh Portugis selama 3 tahun. Dan
tahun 1524 M, kerajaan Samudra Pasai digantikan oleh kerajaan Aceh
Darussalam.

4. Kerajaan Aceh Darussalam


Kerajaan Aceh didirikan pada abad ke-15 M oleh Muzaffar Syah. Kota
Aceh mulai dibangun setelah melihat potensi Aceh yang semakin maju berkat
dikuasainya kerajaan Malaka oleh Portugis. Para pedagang yang sebelumnya
merapat ke Bandar Malaka berubah haluan menuju ke Bandar Aceh. Hal ini
disebabkan dengan kehadiran Portugis yang menguasai daerah Malaka, sehingga
para saudagar baik dari dalam negeri maupun luar negeri berubah haluan ke Aceh.
Raja pertama kerajaan Aceh Darussalam ialah Sultan Ali Mughayat Syah,
tujuan dari dibangunnya kerajaan ini ialah untuk menggantikan beberapa kerajaan
Islam sebelumnya. Sultan kemudian berusaha untuk memperluas dan
mengembangkan wilayahnya. Setelah sultan pertama mangkat, penerusnya
banyak yang berusaha merebut Malaka dari Portugis. Namun semua usaha gagal,
bahkan Aceh Darussalam sempat mengalami gonjang-ganjing akibat perebutan
kekuasaan oleh para ahli waris. Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya saat
dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Periodenya ini beliau memperluas kembali
wilayah kekuasaan Aceh. Kemajuan ekonomi pun didapat dari hasil monopoli
perdagangan dipesisir Sumatra Barat. Aceh pun tampil menjadi pusat
perdagangan nusantara, Cina, dan Barat. Beliau pun tak lupa untuk

9
mengembangkan agama Islam, selain itu beliau juga menjalin hubungan
diplomatik dengan raja Turki Usmani dan Pahang. Beliau terkenal ketat dalam
mengaplikasikan hukum Islam dikerajaannya, sebagai bukti, ia menjatuhkan
hukuman rajam pada putranya sendiri karena zina. Beliau lah yang membuat
sistem perundang-undangan yang awet digunakan oleh beberapa generasi
bernama Adat Makota Alam.
Sultan juga sangat memperhatikan perkembangan agama di kerajaannya.
Beliau kemudian mendirikan masjid-masjid, yang terkenal ialaha Masjid Bait al
Rahman yang masih berdiri hingga saat ini. Pusat-pusat studi Islam di Aceh
disebut dayah. Sultan kemudian mengambil salah seorang ulama untuk dijadikan
penasehat, yang terkenal diantaranya ialah Samsuddin al Sumatrani. Dayah-dayah
ini kemudian berkembang menjadi semacam perguruan tinggi. Para pengajar yang
terkenal diantaranya Nuruddin al Raniri dan Abdul Rauf Singkel. Kemajuan yang
pesat dalam bidang pendidikan ini membuat Aceh dijuluki sebagai Serambi
Mekkah. Karena selain kemajuannya, Aceh dulu merupakan tempat yang
prestisius untuk belajar sebelum para murid melanjutkan studinya ke Mekkah.
Setelah wafat, kerajaan beberapa kali diperintah oleh ratu, namun setelah
keluar fatwa dari Mekah bahwa wanita dilarang memimpin sebuah negara, maka
pemerintahan kembali dipimpin oleh seorang raja. Saat dipimpin oleh ratu,
kerajaan mengalami banyak kemunduran baik dibidang politik, ekonomi, maupun
militer. Setelah itu kerajaan beralih ketangan Jawharatul Alam. Pada masanya, ia
mengadakan perjanjian dengan Inggris yang diwakili oleh Thomas Stanford
Raffles. Isi perjanjiannya ialah mengenai perdagangan, Inggris diperbolehkan
mengadakan perniagaan di Aceh dan sebagai imbalan, Aceh mendapat jaminan
keamanan dan perlindungan dari Inggris.
Pada tahun 1824 M, Inggris mengadakan perjanjian dengan Belanda untuk
menghormati kedaulatan Aceh oleh Belanda. Dan tahun 1871 M dibuat Traktar
Sumatra yang berisi kebebasan bagi Inggris untuk mengembangkan kekuasaan di
Malaya dan perluasan wilayah bagi Belanda di Sumatra. Namun pada tahun 1873
M, Belanda melanggar perjanjian dan menyerbu Aceh,Belanda menuduh Aceh
telah melindungi para bajak laut dan perdagangan budak yang dapat mengancam
para pedagang Belanda. Tahun 1874 M, Aceh jatuh ketangan Belanda.

B. KERAJAAN ISLAM DI JAWA


Sebelum masuknya Islam, di Jawa telah banyak berdiri kerajaan Hindu-
Budha, yang melegenda ialah Majapahit dan Singasari. Namun, setelah kerajaan
Majapahit mulai mengalami kemerosotan dan Islam sudah mulai masuk ke Jawa,
banyak rakyat yang beralih ke Islam. Para walisanga juga yang ikut berperan

10
dalam menebarkan Islam juga berperan dalam pendirian beberapa kerajaan Islam
di Jawa.

1. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.
Membahas kerajaan islam di Jawa tentu tidak akan lepas dari peranan
Walisongo yang terdiri dari Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gersik, Sunan
Ampel, Sunan Boneng, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan
Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati. Para wali songo berperan sebagai
tokoh yang melantik para raja-raja muslim di Tanah Jawa.

Raden Patah merupakan anak dari Brawijaya yaitu raja Majapahit.


Keadaan Majapahit pada saat itu mengalami kemunduran akibat perpecahan
yang terjadi antar saudara, hal ini membuat Raden Patah yang sudah menganut
Islam meminta bantuan pada Walisongo terkait perebutan kekuasaan
Majapahit bahkan Raden Patah melawan ayahnya raja Brawijaya, meskipun
begitu Raden Patah yakin bahwa memerangi orang kafir tidaklah dosa
sekalipun orang tua sendiri. Dengan bantuan para wali Raden Patah diangkat
sebagai Raja Demak pertama1.

Demak merupakan daerah vasal Majapahit yang dihadiahkan oleh


ayah Raden Patah kepada dirinya. Dalam kepemimpinannya Demak menjadi
pusat perniagaan yang cukup ramai dikunjungi. Pemerintahan Raden Patah
kurang lebih mulai abad 15 samapai awal abad 16 dan setelah wafat
pemerintahan digantikan oleh anaknya yaitu Pangeran Sabrang Lor atau nama
lain dari Pati Unus. Pada masa kepemimpinannya ia melakukan ekspedisi
penakhlukan Malaka dan semangatnya semakin menggebu saat Malaka
dikuasai oleh Portugis, namun karena arus ombak dan juga kekuatan Portugis
membuatnya gagal melakukan ekspedisi. Pemerintahan yang dijalankan juga
tidak berangsur lama, kurang lebih selama 2 tahun dan kemudian meninggal
karena radang paru-paru2.

Setelah Pati Unus wafat maka digantikan oleh Pangeran Trenggono


yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati. Masa pemerintahannya mulai tahun
1524-1513 M. Pada masa ini Demak mengalami kemajuan cukup pesat yaitu
hampir seluruh Jawa berada dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. Pada masa
kepemimpinannya ia juga berhasil menyusun sebuah karya yaitu Jaya
Langkara yaitu sebuah tatanan hukum yang dibuat dengan menggabungkan
hukum islam dengan hukum kuno di negri tersebut3.
1
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press
2
Rafless, Thomas S. The Hitory of Java. Yogyakarta: Narasi
3
Ibid

11
Menjelang akhir masa pemerintahannya Pangeran trenggono membagi
wilayah kekuasaannya menjadi beberapa wilayah vasal pada beberapa anak
dan juga menantunya. Raden Panangsang mendapatkan wilayah Jipang yaitu
Cepu, Blora dan sekitarnya, Raden Mas Timor mendapatkan wilayah Kedu
dan Bagelan, Pangeran Hadiri mendapatkan wilayah Jepara, Pati, Rembang,
Juwana dan sekitarnya, Pangeran Aria Rangga mendapatkan wilayah Prawata
atau wilayah Solo hingga Surabaya, Raden Madura yang kemudian mendapat
wilayah Sumenep, Gersik dan sekitarnya, Jaka Tingkir atau dikenal dengan
Panji Mas mendapatkan wilayah Pajang yang nantinya akan berkembang
menjadi Mataram.

Pembagian ini nanti yang mengakibatkan perpecahan dan perang


saudara yang melemahkan kerajaan Demak. Selain itu munculnya ajaran
syiah yang memecah belah umat Islam pada masa itu hingga Kerajaan Demak
mengalami kemunduran.

2. Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang adalah cikal bakal kerajaan Mataram seperti yang
dijelaskan pada masa pemerintahan Pangeran Trenggono, ia telah
menghadiahkan daerah Pajang pada Panji Mas. Penerus Pangeran Trenggono
yang sesungguhnya sebenarnya adalah Sasuhunan Prawito namun ia telah
dibunuh oleh Aria Panangsang, sedangkan Aria Panangsang telah ditakhlukan
oleh Kerajaan Pajang hingga pusaka dan peninggalan Kerajaan Demak
banyak yang dipindahkan ke Pajang. Jaka Tinggkir atau Panji mas kemudian
diberi gelar Sultan Adiwijaya setelah berhasil menakhlukan wilayah Jawa
Timur, ia memperluas wilayah yang tadinya berada di pesisir ke arah
pedalaman dati lereng Merapi hingga Madiun.

Selama Pemerintahannya ia juga berhasil mengenalkan kesusastraan


yang telah di kenal di daerah Demak dan Jepara ke daerah pedalaman
sehingga Islam juga dapat dikenal oleh masyarakat pedalaman. Setelah
Meninggal kemudian kekuasaannya diambil alih oleh menantunya Aria
Panggiri yang merupakan anak dari Raja Prawito sedangkan anak dari sultan
Adiwijaya memimpin Kerajaan Jipang, Raja muda yang serakah ini kemudian
meminta senopati penguasa Mataram untuk mengusir Aria Panggiri dari
kerajaan Pajang dan sebagai hadiahnya Pangeran Benawa memberikan
pengakuan pada senopati itu yaitu sebagai penguasa wilayah Mataram
tersebut. Lalu dengan kesepakan keduabelah pihak pangeran Benawa
dinobatkan sebagai Raja Pajang dengan kesepakatan bahwa kerajaan Pajang
berada dibawah kepemimpinan Mataram, namun seiring berjalannya waktu
maka kerajaan Pajang hancur karena wilayah Mataram berkembang lebih

12
pesat dan kerajaan Pajang juga melakukan pemberontakan terhadap Mataram
sehingga hancurlah Kerajaan Pajang yang kemudian menjadi Mataram.

Sebenarnya sebelum Pangeran Benawa meminta pertolongnan, Sultan


Adiwijaya dulunya juga meminta bantuan pada Ki Pamanahan yang berasal
dari pedalam untuk melawan Aria Panangsang dan menghadiahkan wilayah
Mataram pada Ki Pamanahan. Namun anaknya yaitu Senopati, ialah yang
diakui sebagai raja pertama Mataram karena pada masa ayahnya Kerajaan
Mataram masih berkembang. Pada masa itu Senopati yang tadinya tidak
berniat menguasai kerajaan yang ada di Jawa berubah pikiran ia kemudian
mecoba mencari pengakuan sebagai pengganti raja Demak namun hal itu
tidak mendapat pengakuan hinga terjadilah peperangan demi peperangan.
Senopati meninggal pada 1601, dan digantikan putranya yaitu Seda Ing
Krapyak4.

Raja Seda Ing Krapyak ini mampu menaklukan madiun dan jagaraga
serta membangun kerajaan disana, pada masa ini Belanda dan Inggris sudah
mulai menginjakkan kaki di tanah Jawa. Raja Seda Ing Krapyak hanya
memimpin 12 tahun dan digantikan oleh anaknya yaitu Merta Pura pada
tahun 1540M namun pemerintahannya sangat lemah sehingga setahun
kemudian digantikan adiknya yaitu Sultan Agung. Agung merupakan gelar
yang diberikan karena pada masa ini merupakan masa keemasan Mataram,
dimana angkatan perang Mataram mampu menakhlukan Japan, Wirasaba,
Pasuruan, surabaya dan wilayah sekitarnya. Ambisi yang sangat besar
membuatnya ingin menghancurkan keturunan kerajaan yang ada kecuali yang
telah tunduk atas kekuasaan Mataram. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak
Belanda. Kedatangan Belanda pada saat itu sangat tepat, ketika Sultan Agung
sedang menakhlukan Palembang pihak belanda mendirikan Pabrik yang
kemudian bangkrut dan mengaku bahwa selama raja berperan Belanda diberi
mandat untuk memerintah. Banyaknya keluhan rakyat dantindakan Belanda
yang bengis membuaat sang Raja membenci belanda, peperangan demi
peperangan antara VOC dan Mataram pu n telah terjadi berkali-kali hingga
Sultan Agung wafat pada 1646 M5.

Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai sebagai putra


mahkota dan setelah ia wafat secara otomoatis digantikan oleh putra mahkota.
Pada masa pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan oleh ulama pada
tahun 1677 M dan 1678 M karena ia telah membunuh 5000-6000 ulama dan
santri menurutnya ia tak butuh gelar sultan dankeberadaan para ulama sangat

4
Ibid
5
Arifin, winarto, Rusdi. Membangun Peradaban Islam. Semarang. Unissula Press

13
membahayakan tahtanya. Pemberontakan terus terjadi hingga pergantian
pemerintahan Amangkurat II, Trunojoyo seorang pemberontak yang sangat
kuat juga dikalahkan oleh VOC dan Amangkurat II sangat tunduk sekali pada
VOC. Namun, hal berbeda pada Amangkurat III, ia sangat membenci VOC
hingga penobatannnya tidak diakui dan VOC menggantinya dengan
Amangkurat IV hal ini membuat keirian dan kebencian hingga terjadinya
perang saudara dan terjadilah sebuah perjanjian yang kita kenal dengan
perjanjian Giyanti dimana Kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 yitu
Kasultanan dan Kasunanan untuk meredakan perebutan kekuasaan antar
saudara namun hal ini tidak berlangsung lama, pemberontakan terus terjadi
hingga kerajaan Mataram pun runtuh6.

3. Kerajaan Cirebon
Kasultanan cirebon merupakan kerajaan yang dibangun oleh Sunan
Gunung Jati. Pada abad 16 kerajaan ini merupakan Kerajaan Padjajaran yang
mana bercorak hindu dan Cirebon merupakan wilayah kecil dibawah
kekuasaan Padjajaran dan hanya menempatkan seorang utusan bernama
Walangsungsang yang juga memiliki hubungan darah dengan Raja
Padjajaran. Walangsungsang telah menjadi muslim sejak berhasil memajukan
Cirebon namun Raja pertama Kerajaan Cirebon yang dikenal adalah Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dimana ia merupakan keponakan dari
Wlangsungsang.
Pada 1568 M Sunan Gunung Jati Wafat, sebelum ia wafat anaknya
terlebih dahulu wafat sehingga terjadi kekosongan kekuasaan dan perebutan
tahta. Namun, beliau adalah sosok alim yang juga bagian dari Walisongo
yang mana setiap kali ia berdakwakwah ke berbagai wilayah ia selalu
meminta Fatahillah menggantikannya memimpin yang mana kala itu juga
sempat memimpin Kerajaan Banten. Hal ini menjadi kesepakatan para wali
bahwa penerus tahta berikutnya adalah Fatahillah, tidak lama memimpin pada
tahun 1570 beliau wafat dan digantikan oleh cicit Sunan Gunung Jati yaitu
Pangeran Emas Putra yang sering dikenal dengan Panembahan Ratu I.
Setelah tahun 1649 dilanjutkan oleh pangeran Rasmi atau
Panembahan Ratu II. Setelah tahta diserahkan pada Putra Panembahan
Girilaya ia merubah nama panembahan menjadi Sultan karena banyak raja-
raja yang menggunakannya. Ini merupakan cikal bakal titik akhir Kerajaan
Cirebon karena pada masa Girilaya ia membagi wilayah kepada dua anaknya
yaitu Sultan Sepuh Abil Makarimi dengan gelar Samsudin dan Sultan Anom
Abil Makarimi dengan gelar Badrudin, sedangkan satu anak lainnya yaitu

6
Ibid

14
Tohpati ia lebih memilih menjadi paguron atau Intelektual Kraton.
Pembagian ini mengakibatkan perpecahan dan kehancuran Kerajaan Cirebon.

4. Kerajaan Banten
Sebelum Kerajaan Islam banten merupakan wilayah kekuasaan
Padjajaran. Banyak yang mengangggap bahwa Fatahillah, syarif Hidayatullah
dan Sunan Gunung Jati adalah orang yang sama namun pada Faktanya Tidak.
Fatahillah seorang ulama berasal dari samudra Pasai yang diminta oleh
kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Jawa Barat. Setelah usahanya
menakhlukan Sunda Kelapa berhasi maka berakhirlah kerajaan Padjajaran
dan digantikan oleh Kerajaan Banten. Hal ini terjadi karena Sunda Kelapa
adalah pusat perdagangan yang menjanjiakan terutama saat selat Malaka
dikuasai oleh Portugis hal ini melemahkan perekonomian Padjajaran hingga
berganti ke era Kerajaan Banten yang bercorak Islam.
Setelah Sunan Gunung Jati Wafat, fahillah dinobatkan menjadi
Pemimpin Kerajaan Cirebon dan kemudian digantikan oleh anaknya
Hasanudin. Setelah masa Hsanudin berakhir digantikan oleh putranya
bernama Yusuf atau dikenal dengan Putra Subang. Pada masa ini Isalam naik
satu langkah karena Adipati Pucuk penguasa Hindu Banten menyerahkan
kekuasaan pada Islam7.
Setelah tahun 1580 M pemerintah digantikan oleh Maulana
Muhammad, ia terkenal dengan sosok yang shalih dan sering mengimami
sholat subuh berjamaah. Kemajuan yang ia lakukan adalah Ekspedisi ke
Palembang, namun hal yang disesalkan adalah banyak sultan muda yang
meninggal sehingga saat Maulana Muhammad meninggal tidak ada penerus
kecuali putranya yang baru berusia 5 bulan. Pada mas pemerintahan Abdul
Mafakh berlaku sistem wali karena usianya yang terbilang masih sangat kecil
dan pada masa ini cukup stabil, namun saat walinya Mangkubhumi
Jayanegara wafat banyak pemberontakan dan juga permainan para kompeni
setelah sedikit dewasa ia pun melawan kompeni dan meninggal pada tahun
1651. Pemerintahan dilanjutkan Sultan Agung Tirtayasa yang berhasil
mengsir para kompeni dari Banten hal ini merupakan kemajuan, namun
anaknya Sultan Haji dibantu oleh VOC untuk menggulingkan kekuasaan
ayahnya dan saat itu pula jatuh ketangannya sejak itu Banten dikuasai oleh
kaum kolonialis yang menjadikan raja-raja di Banten seterusnya hanya
sebagai boneka, dengan demikian berakhirlah kerajaan Banten8.

7
Ibid
8
Ibid

15
C. KERAJAAN ISLAM DI MALUKU
Yang disebut Maluku pada awalnya hanya terdiri dari pulau-pulau
Ternate, Tidore, Makian dan Bacan 9.Namun sekarang Maluku adalah sebuah
daerah Provinsi di Indonesia yang beribukota di Ambon.Provinsi ini terletak di
Indonesia Timur yang diapit oleh pulau Sulawesi di bagian barat dan Papua di
bagian timur, sedangkan bagian utara bebatasan dengan samudra pasifik dan
bagian selatan dengan laut arafura.
Sejak abad ke-10 dan ke-11 di Maluku sudah muncul kerajaan-kerajaan
yang memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah terutama pada sektor
perdagangan. Kerajaan tersebut terdiri dari boldan-boldan yang dikepalai oleh
seorang kolano.Boldan-boldan tersebut adalah Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Pada abad-abad yang lampau Maluku terkenal di dunia Internasional
sebagai pulau rempah-rempah10. Sejalan dengan gerak niaga tersebut agama Islam
meluas di Maluku melalui saluran-saluran dagang11. Mengenai waktu yang tepat
dan di daerah mana mula-mula Islam masuk dan berkembang belum dapat
dipastikan, yang jelas pada abad ke-15 agama ini sudah dianut dan berkembang
di kerajaan-kerajaan Maluku Utara12 .
Masuknya pengaruh kerajaan Majapahit dan agama Islam pada abad ke-15
serta pengaruh Eropa pada abad ke-16 turut mempengaruhi perkembangan
kerajaan-kerajaan di Maluku Utara.Menurut cerita rakyat yang telah dituturkan
secara turun temurun ke empat kerajaan yaitu, Tidore, Ternate, Bacan dan Jailolo
memiliki sultan yang keempatnya merupakan saudara.Pada saat itu masih
menganut agama Syamam.
Setelah Islam masuk kesana timbullah penulisan sejarah bahwa keempat
raja tersebut putra dari Ja’far Shadiq cucu dari Ali bin Abi Thalib 13, ia tiba di
Ternate pada tanggal 10 Muharram 470H atau abad ke-10M, Kemudian menikah
dengan putri kayangan yang bernama Nursafah14. Menurut catatan Portugis,
Sultan Ternate adalah yang pertama-tama masuk Islam yang bernama Gapi
Baguna (1465-1486) kemudian berganti gelar menjadi Sultan Marhum. Masuknya
Islam Sultan Marhum adalah karena ketertarikannya akan bahasa Arab yang

9
R. Moh. Ali, Peranan Bangsa Indonesia Dalam Sejarah Asia Tenggara, Jakarta : Bhatara
1963, HAL. 105.
10
Mundzirin yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Kelompok Penerbit Pinus
2006, hal. 99.
11
R. Moh. Ali, Peranan Bangsa Indonesia Dalam Sejarah Asia Tenggara, Jakarta :
Bhatara 1963, HAL. 107.
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Maluku, Jakarta : Pusat
penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1967, hal. 58
13
Mundzirin yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Kelompok Penerbit Pinus
2006, hal. 100.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Maluku, Jakarta : Pusat
penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1967, hal. 45.

16
dibawa oleh pedagang yang bernama Datu Maulana Husein murid dari Sunan Giri
yang ia anggap merupakan bahasa dan tulisan yang aneh.
Pada awalnya agama Islam hanya dianut oleh kalangan keluarga kerajaan,
pejabat istana, para bangsawan dan keluarganya kemudian diikuti oleh seluruh
lapisan masyarakat15.Media dakwah di Maluku adalah dari segi ekonomi yang
mana berpusat di Ternate dan Tidore sebagai pusatnya, kemudian menyebar ke
seluruh gugusan pulau-pulau di sekelilingnya.Puncak dari penyebaran Islam di
Maluku adalah pada saat datangnya para penjajah Eropa dengan semangat untuk
jihad dan mengusir penjajah dari tanah Maluku.

1. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13 dengan ibukota kerajaan di
Sampalu.Ketika Bandar Malaka menjadi ramai, permintaan rempah-rempah dari
Maluku semakin besar.Bersamaan dengan ini pengaruh Islam masuk ke
Ternate.Islam mulai disebarkan ke Ternate pada Abad ke-1416.
Masa kejayaan Demak, menjadikan kerajaan tersebut sebagai pusat
keilmuan agama Islam.beberapa pemuda Ternate telah belajar agama Islam
kepada Sunan Giri. Salah satu pemuda tersebut adalah Sultan Zainal Abidin, Raja
Ternate.
Maluku merupakan daerah yang kaya akan rempah-rempah. Banyak
pedagang dari Jawa, Aceh, Arab dan Tiongkok datang ke Ternate.Para pedagang
ini pada umumnya membeli rempah-rempah dan menjual beras, madu, dan
pakaian ke Ternate.Melalui jalan perdagangan ini Islam berkembang ke Maluku,
seperti Ambon, Ternate dan Tidore.
Kedatangan para penjajah Eropa yaitu Portugis pada tahun 1512 yang
bersekutu dengan Ternate, sedangkan Spanyol datang ke Maluku pada Tahun
1521 dan bersekutu dengan Tidore17. Kedua kerajaan ini diperalat oleh bangsa
asing ini, akhirnya terasing dan bermusuhan.
Portugis datang lebih awal datang ke Maluku dan telah membangun
benteng Sao Paulo merasa lebih kuat.Portugis berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyat Ternate dan memonopoli perdagangan di Maluku.Tindakan ini mendapat
perlawaan Spanyol di Tidore.Rakyat Ternate sendiri juga melakukan perlawanan
dengan pimpinan Sultan Hairun pada tahun 1550-1570.Spanyol kalah dan
menyingkir dari Maluku, sedangkan sultan Hairun ditangkap Portugis.Setelah
Sultan Hairun dipenjara, perdagangan Potugis dikuasai oleh rakyat

15
Mundzirin yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Kelompok Penerbit Pinus
2006, hal. 103.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Nasional dan Umum, Jakarta ;
Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, 1997. Hal. 91.
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Nasional dan Umum, Jakarta ;
Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, 1997. Hal. 92.

17
Maluku.Kemudian, Sultan Hairun dikeluarkan dari penjara dan diajak berunding,
tetapi Sultan Hairun dibunuh saat berkunjung ke benteng Portugis.
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan besar dari rakyat Maluku dan
Sultan Baabullah, anak sultan Hairun (1570-1583).Rakyat Ternate bersama
dengan Sultan Baabullah mengadakan perlawanan besar-besaran terhadap
Portugis.Dalam perlawanan ini ternyata mendapat dukungan dari Tidore yang
akhirnya membuat Portugis menyerah terhadap Sultan Baabullah.
Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) kerajaan Ternate
mengalami kemajuan luar biasa, berkat keterampilan politiknya.Pada tahun 1580,
Sultan mengadakan ekspedisi terakhir sehingga hampir seluruh daerah Maluku
berada dibawah naungannya.18Kerajaan ini terdiri dari 72 pulau yang terbentang
antaraMindanao di utara dan Bima serta Corre sebelah selatan.Wilayah ini masih
tetap utuh sampai kira-kira abad 18.
Menurut cerita resmi dari kalangan istana Kesultanan Ternate sampai
tahun 1930, silsilah Sultan Ternate berjumlah 46 orang sultan dengan sultan
Iskandar Muhammad Jabir Syah sebagai sultan terakhir. Ia dinobatkan pada 1930
dan wafat di Jakarta. Sejak saat itu tidak ada lagi sultan Ternate yang dinobatkan
sebagai Sultan. Dengan demikian berakhirlah sejarah Kesultanan Ternate yang
berusia 7 abad.

2. Kerajaan Tidore

Kesultanan Tidore berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Ternate


yaitu abad ke-1319. Kerajaan Tidore merupakan salah satu kerajaan-kerajaan yang
ada di Maluku yang sebelum masuk Islam secara turun temurun, raja-rajanya
menganut aliran Animisme yang dikenal dengan agama Syaman yaitu pemujaan
terhadap roh-roh nenek moyang mereka.
Menurut silsilah dari catatan-catatan raja-raja Tidore bahwa sultan pertama
bernama Sultan Syahadati atau Muhammad Bakil yang naik tahta pada tanggal 12
Rabiul Awal 502H. Sultan yang kedua adalah Rosamawe yang ketiga adalah
Suhu, yang keempat adalah Balibunga, yang kelima Duko Maduya, yang keenam
adalah Koyo Matiti, yang ketujuh adalah Seli, yang kedelapan adalah Matagana,
kesembilan adalah Cirililiyati, Sultan inilah yang pertama-tama masuk Islam20.

Mundzirin yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Kelompok Penerbit Pinus
18

2006, hal. 107.

19
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Nasional dan Umum, Jakarta ;
Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, 1997. Hal. 92.
20
Ibid., 215.

18
Sultan Cirililiyati menerima ajaran Islam dari seorang alim yang berasal
dari Arab yang bernama Syekh Mansur. Setelah memeluk Islam sultan Cirililiyati
berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin.Menurut catatan sejarah dari Tidore,
para sultan yang memerintah dari Sultan Syahadati sampai dengan yang terakhir
Sultan Zainal Abidin Alting semuanya berjumlah 35 orang.Sultan Tidore yang
terkenal adalah Sultan Nuku.Pada saat pemerintahanya berhasil memperluas
wilayahnya hingga ke Halmahera, Seram, Kai, dan Misol Irian.Bersamaan dengan
itu ajaran Islam disebarkan diseluruh daerah kekuasaannya.21

3. Kerajaan Bailolo dan Bacan

Di Jailolo yang menjadi sultan pertama adalah Darajati, yang kedua adalah
Faturaba, ketiga Tarakabun, keempat Nyiru, kelima Yusuf, keenam Dias, ketujuh
Bantari. Kedelapan Sagi dan kesembilan Sultan Hasanuddin. Sultan kesembilan
inilah yang memeluk Islam pertama kali.Pada waktu itu penganut Islam berasal
dari suku Melayu yang mendiami pulau-pulau kecil dan daerah pantai pulau
besar.Orang-orang suku Alfur juga berhasil di Islamkan akibat kebijakan sultan
Hasanuddin.
Dalam hukum ketatanegaraan kesultanan Jailolo lebih mengutamakan
ajaran Islam dan orang-orang Islam yang menjadi pejabat pemerintahanya, sampai
dengan hukum perkawinan diantara warga yang berbeda agama.KesultanaJailolo
sampai dengan masa dikuasai oleh sultan Ternate dan kompeni Belanda pada
tahun 1886 mempunyai 16 sultan.
Kesultanan Bacan tidak begitu banyak informasi yang dapat di
kemukakan, namun ada beberapa catatan yang menyebutkan bahwa mereka sudah
memeluk agama Katolik, sehingga ketika terjadi peperangan melawan Portugis
dan Kesultanan Ternate mereka lebih memihak kepada Portugis.Setelah portugis
kalah, raja Bacan insyaf dan kembali memeluk agam Islam.
Kesultanan Bacan dan Jailolo tidak dapat memperluas daerah
kekuasaanya.Kesultanan Bacan tetap berpusat di pulau Bacan dan sekitarnya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sejarah Nasional dan Umum, Jakarta ;
21

Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, 1997. Hal. 94.

19
sedangkan kesultanan Jailolo di pulau Halmahera, kemudian melebur menjadi
kerajaan Ternate dan Tidore.

D. KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI


Sebelum masuknya Islam ke daerah Sulawesi, sudah banyak kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu yang berdiri di Sulawesi. Baik itu kerajaan kecil maupun
besar. Salah satunya ialah kerajaan kembar Gowa-Tallo. Masuknya Islam ke
wilayah Sulawesi tidak lepas dari campur tangan para saudagar muslim dan ulama
yang berasal dari Ternate, Tidore, dan daerah pesisir utara pulau Jawa.
Keberhasilan para mubaligh ini dalam menyebarkan Islam di Sulawesi
menghasilkan dampak yang besar dalam perkembangan peradaban Islam disana.

1. Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar ini terbentuk dari gabungan dua kerajaan besar Gowa
dan Tallo. Gowa-Tallo adalah kerajaan yang sangat dekat hubungannya, sehingga
sering dusebut kerajaan kembar. Dua kerajaan ini bergabung atas inisiatif dari raja
Gowa bernama Tuma’parisi Kallona. Kemudian, dia menyebut kerajaan
gabungannya ini sebagai kerajaan Makassar, karena terletak di daerah Makassar
Sulawesi Selatan. Akibat dari bergabungnya dua kerajaan ini ialah kerajaan
menjadi memiliki dua pemimpin dalam satu kerajaan, satu memimpin di Gowa
dan satu memimpin di Tallo. Kemudian kerajaan Makassar terbentuk bersamaan
dengan mulai masuknya Islam ke Sulawesi.
Kerajaan Makassar berubah menjadi kesultanan setelah kedatangan dua
orang ulama yakni, Datu Ri Bandang dan Datu Sulaeman pada tahun 1605 M.
Datu Ri Bandang ialah seorang ulama asal Minangkabau, beliau konon juga
merupakan salah satu murid sunan Giri. Para pemimpin yang menerima Islam
secara terbuka itupun kemudian mengubah namanya menjadi nama Islam yakni
Sultan Alauddin, adalah raja Gowa dan Sultan pertama kerajaan Makassar.
Sementara pemimpin Tallo, Sultan Abdullah menjadi perdana menterinya.
Karena para pemimpinnya yang mulai memeluk Islam, maka secara
otomatis rakyat mengikuti agama pemimpin mereka. Pengaruh Islam cukup kuat
dalam kehidupan kerajaan. Penguasanya menjadi penguasa yang tak tertandingi,
mereka juga berusaha untuk mengislamkan kerajaan-kerajaan kecil sekitar
mereka. Makassar mendapat banyak perang dengan kerajaan-kerajaan sekitar
mereka karena misi mereka yang ingin mengislamkan seluruh Sulawesi. Namun
Makassar berhasil mengalahkan mereka semua. Hingga kerajaan-kerajaan kecil
itu pun bersedia untuk masuk Islam sebagai konsekuensi atas kekalahan mereka.
Sultan Alauddin selain mulai mensyiarkan Islam kepenjuru Sulawesi juga
tak lupa mengembangkan ilmu pengetahuan agama di negerinya. Ia tercatat telah
membangun sebuah masjid di Bantoalo yang berfungsi sebagai tempat ibadah,

20
pusat pengajian, pendidikan, dan pengajaran Islam. datu Ri Bandang kemudian
diutus untuk menjadi guru dalam masjid tersebut. Masjid ini kemudian
berkembang menjadi pesantren yang masih ada hingga sekarang. Pendidikan yang
diterima murid di pesantren ini antara lain fiqih, tasawuf, tafsir, hadis, balaghah,
dan mantiq. Salah satu jebolan pesantren ini yakni Syekh Yusuf al Makassari.
Metode pendidikannya ada dua, yakni Sorogan dan Bandongan. Metode Sorogan
ini seperti les privat, sementara metode Bandongan ini seperti sekolah atau
pengajian. Para murid yang datang ke guru dan mendengarkan guru mengajarkan
kitab. Kitab-kitab yang dipakai kebanyakan kitab dari Melayu dan kitab klasik
berbahasa Arab.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya saat Sultan Hasanudin
memimpin. Sultan lahir tahun 1613 M. Ia adalah raja ketiga kerajaan Makassar.
Beliau berhasil menguasai seluruh kerajaan kecil, menaklukkan Flores dan
Sumbawa Nusa Tenggara, dan menguasai jalur dagang kawasan Sulawesi Selatan
dan Nusa Tenggara. Sultan Hasanudin ini sangat berambisi untuk menyebarkan
Islam sekaligus menaklukkan Indonesia bagian timur. Hal ini tidak disenangi oleh
Belanda yang saat itu sudah berada di Maluku untuk berdagang. Mereka khawatir
Makassar mengusir mereka dari Maluku. Sultan Hasanudi tak peduli dengan hal
ini. Ia malah terus melanjutkan ambisinya bahkan berani menyerang Maluku. Atas
keberaniannya ini Sultan Hasanudin dijuluki Si Ayam Jantan dari Timur.
Akibat serangan beraninya ini Belanda merasa tertantang untuk
menyerang balik Makassar. Peperangan pun terjadi dan Belanda keluar sebagai
pemenang. Atas kekalahannya ini, Makassar harus mau menandatangani
perjanjian dengan Belanda. Perjanjian ini disebut Perjanjian Bongaya, tahun 1667
M. Isi dari perjanjian ini ialah:
a) Makassar melepaskan beberapa wilayah strategis kepada VOC
b) VOC berhak memegang perdagangan monopoli di Makassar
c) VOC diijinkan mendirikan benteng pertahanan di Makassar.
Perjanjian yang menguntungkan bagi pihak Belanda ini membuat Belanda
berhasil menguasai seluruh aktivitas dagang laut di Sulawesi selatan.
Namun Belanda tidak menghapuskan kerajaan Makassar. Sampai sultan
Hasanudin wafat, beliau digantikan dengan putranya bernama Mapasomba. Beliau
juga memiliki ambisi yang besar yang melebihi ambisi ayahnya. Beliau juga
membenci kehadiran Belanda di kawasannya. Namun sayang, ambisinya ini tidak
dibarengi dengan rencana dan perhitungan yang matang ditambah dengan
berdirinya benteng Belanda di Makassar membuat para pasukan Makassar tak
berani berkutik. Setelah ituBelanda akhirnya menghapuskan kerajaan Makassar.

2. Kerajaan Buton
Asal-usul kerajaan Buton ini berawal dari kedatangan para imigran asal
Johor Melayu ke Buton abad ke 13 M. Ada empat tokoh pemimpin dari

21
rombongan imigran tersebut, mereka adalah Sipanjonga, Sijawangkati,
Sitamanajo, dan Simalui. Mereka ini kemudian disebut Mia Patamiana oleh
masyarakat pribumi. Mia patamiana ini konon adalah seorang pembesar kerajaan
di daerah asal mereka. Terbukti setelah kedatangan mereka, mereka dapat
mengorganisir pemerintahan dengan sangat baik, mereka juga memiliki
pengalaman yang banyak serta pengetahuan yang luas. Sehingga mereka disebut
sebagai cikal bakal pendiri kerajaan Buton.
Raja pertama Buton bernama Wa Khaa-Kha. Kerajaan Buton ini dulu
belum bercorak Islam. Baru berubah corak menjadi kerajaan Islam setelah raja
keenam Buton memimpin, yakni Lakila Ponto. Kisahnya ialah, raja kelima Buton,
yakni Mulae mulai tertarik dengan Islam, ia pun mengirim utusan, seorang ulama
bernama Abdul Wahid, untuk pergi ke kesultanan Turki Usmani meminta
persetujuan untuk menjadikan Buton sebagai kerajaan Islam. namun utusan ini
pergi sangat lama sampai lima belas tahun lamanya. Setelah Abdul Wahid
kembali ke Buton, ternyata pemimpinnya telah berganti ke menantu raja Mulae,
yakni Lakila Ponto. Akhirnya Lakila Ponto inilah yang resmi menyandang status
sebagai Sultan Buton pertama dan kerajaan Buton resmi bercorak Islam.
Sumbangsih Islam untuk kerajaan ini sangat besar. Diantaranya ialah,
pemilihan para pejabat pemerintahan harus seorang yang alim, berilmu, taat
beragama, dan memiliki empat sifat rasul, yakni Siddiq, Amanah, Fathonah, dan
Tabliq. Kemudian ditetapkannya pula undang-undang berbasis Islam bernama
Murtabat Tujuh tahun 1610 M. Peninggalan kerajaan Buton selain dari segi
arsitektur seperti masjid dan istana adapula syair-syair dan karya tulis berbahasa
Buton.

BAB III

PENUTUP

Simpulan
Islam telah menyebar di Indonesia sejak abad ke 7 M. Pembawanya ialah
para saudagar yang datang melalui jalur laut dari Arab, Cina, Persia, dan India.
Penyebarannya telah dilakukan melalui cara-cara berikut:

22
1. Perdagangan, yaitu penyebaran ajaran islam dengan jalan perdagangan.
2. Perkawinan, yaitu seorang muslim yang menikahi orang non muslim
sehingga orang yang non muslim tadi memeluk agama islam
3. Kesenian, yaitu penyebaran islam melalui jalan seni dan budaya,
contohnya adalah wayang, syair, rebana dlsb.
4. Akulturasi dan asimilasi.
5. Pendidikan pondok pesantren.
Kerajaan Islam sendiri muncul akibat telah banyaknya komunitas Muslim
di Indonesia. Mereka tidak hanya membangun kerajaan sebagai simbol politik,
namun juga memiliki misi yang mulia yakni menyebarkan agama Islam, sebagai
pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan, serta jihad untuk melawan para
penjajah yang mulai datang ke Indonesia.
Dimulai dari tanah Sumatra, kerajaan yang pertama kali berdiri ialah
kerajaan Jeumpa, yang baru-baru ini diketahui publik. Kemudian dilanjutkan
dengan kesultanan Perlak, Samudra Pasai, dan Aceh Darussalam. Kemudian di
Jawa penyebaran Islam dilakukan selain oleh para saudagar juga dilakukan oleh
kerajaan-kerajaan Islam Sumatra dan juga peranan walisanga. Kerajaan-kerajaan
besarnya antara lain Demak, Pajang, Mataram, Banten, dan Cirebon. Kemudian
Islam datang ke Sulawesi dan mulai eksis disana. Dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan seperti Ternate, Tidore, Jailolo, Bacan, Makassar, dan Buton semakin
menambah khasanah peradaban Islam di tanah timur.

Daftar Pustaka

Ali, R. Moh. 1963.Peranan Bangsa Indonesia Dalam Sejarah Asia Tenggara.


Jakarta: Bhatara.

23
Arifin, winarto, Rusdi. 2008. Membangun Peradaban Islam. Semarang. Unissula
Press

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1997. Sejarah Nasional dan Umum,
Jakarta : Aneka Ilmu.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1967. Sejarah Daerah Maluku.


Jakarta : Balai Pustaka.

Hamdani. (2013, September 29). Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama di


nusantara. Dipetik Januari 25, 2017, dari Kompasiana:
http://www.kompasiana.com/hamdaniwartawan/kerajaan-jeumpa-
kerajaan-islam-pertama-di-nusantara_552af7c96ea8340866552cf6

Rafless, Thomas S. 2008. The Hitory of Java. Narasi. Yogyakarta

Sunanto, M. (2005). Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada.

Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban IslamI. Jakarta. Rajawali Press

Yusuf, M. (2006). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka.

Yusuf, Mundzirin. Dkk. 2006.Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.


Yogyakarta: Kelompok Penerbit Pinus.

24

Anda mungkin juga menyukai