DISUSUN OLEH
1. M. RISKI DWI (17)
2. JOHAN HADISTA B. W (12)
3. M. YUSUF EFFENDI (19)
4. WIWIN SUJATMIKO(32)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Terima kasih disampaikan kepada Bapak/Ibu yang telah membimbing dan
memberikan materi demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas.
Menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan saran dan kritik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A. Kedatangan Islam di Indonesia............................................................................. 2
B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia................................................................... 3
C. Islam di Indonesia Pada Zaman Modern dan Kontemporer.................................. 3
D. Peradaban Islam di Indonesia................................................................................ 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 10
A. Simpulan............................................................................................................... 10
B. Saran...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sampai saat ini dikenal sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak
di dunia. Penyebaran agama Islam di Indonesia tentunya merupakan hal yang menarik
untuk dikaji. Mengingat wilayah Indonesia yang berupa kepulauan yang letaknya jauh
dari sumber lahirnya Islam (Jazirah Arab), selain itu satu hal lain yang perlu diingat
bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Indonesia telah berabad-abad mengenal ajaran
Hindu dan Budha. Jika melihat keadaan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bukanlah
dengan cara sembarang Islam berhasil disebarkan di Indonesia hingga bisa berkembang
pesat dan tetap bertahan hingga saat ini.
Pembahasan mengenai penyebaran Islam di Indonesia tentunya tidak cukup
hanya dengan mempelajari metode dakwah dan penyebaran Islam yang dilakukan oleh
para ulama Islam ketika awal penyebaran saja. Namun juga berkenaan dengan sifat,
tingkah laku dan keadaan masyarakat Indonesia pada saat itu. Mengenai hal-hal yang
menjadi penyebab mereka memilih berpindah ke agama Islam alih-alih tetap
mempertahankan ajaran agama sebelumnya.
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui proses penyebaran Islam di
Indonesia serta hal-hal yang menjadi penyebab sebagian masyarakat Indonesia beralih ke
agama Islam adalah dengan mengetahui sejarah-sejarah awal peradaban Islam dimulai.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis berusaha mengungkapkan sederet bukti sejarah
peradaban Islam pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara khususnya pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
B. Rumusan Masalah
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat materi yang sangat
luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan kami dalam tulisan ini
hanya ajan menyampaikan polol-pokok permasahannya yang meliputi:
1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya;
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;
3. Kesmpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kedatangan Islam ke
Nusantara
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://www.syariahpublication.com
2
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007). Hal 193
3
Http://www.syariahpublication.com.
4
Dr. Badri Yatim, M.A. Op Cit. Hal 194-195
5
Uka Tjandrasaamita (Ed.). Sejarah Nasional Indonesia III. (Jakarta : Balai Pustaka, 1984). Hal
26-27
2
Islamisasi di Indonesia, yaitu : Saluran perdagangan, saluran pekawinan, saluran tasawuf,
saluran pendidikan, saluran kesenian, dan politik. 6
Adapun faktor-faktor yang membantu tersebarnya agama Islam dengan cepat di
Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya dapat diringkas dengan beberapa hal berikut ini: 7
- Mudahnya agama Islam, tidak terdapat hal-hal yang rumit bagi seseorang yang
berkeinginan memeluk agama Islam.
- Jernihnya hati penduduk Indonesia dan fitrah mereka yang siap untuk memeluk
agama Islam.
- Pernikahan yang terjadi antara orang-orang Arab dengan penduduk Indonesia.
- Akulturasi bangsa Arab dengan penduduk Indonesia dan pergaulan mereka dengan
penduduk Indonesia seperti saudara kandung
6
Ibid. Hal 188
7
http://www.salafi.or.id
8
Yusuf Mundzirin (Ed.). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. (Yogyakarta : Penerbit Pustaka,
2006)
3
yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme
dalam pengertian modern.9
2. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam
A. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Moh. Hatta dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah
menyakinkan anggota bahwa hanya suatu konstitusi “sekular” yang mempunyai
peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak
kalimat yang tercantum dalam sila Pertama Pancasila dengan segala konsekuensinya
dihapuskan dari konstitusi.
Keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari Piagam Jakarta itu sama
sekali tidak mengakhiri konflik ideologi yang telah berlangsung lama pada masa
sebelum kemerdekaan. Para nasonialis Islam harus menerima kenyataan itu, Karena
mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak
terlaksananya cita-cita Islami mereka.
Dalam masa-masa revolusi, konflik ideologi tidak begitu jelas, tetapi dapat
dirasakan dan disaksikan melalui pergantian-pergantian kabinet yang silih berganti.
Dan dari tiga kekuatan ideologi itu, muncullah tiga alternative dasar Negara : Islam,
Pancasila, dan Sosial Ekonomi. Tetapi, dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante
itu, perdebatan ideologis mengenai dasar Negara terkristal menjadi Islam dan
Pancasila.
Usaha partai-partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di
dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan Pancasila, yang
oleh umat Islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti-Muslim”, setidak-
tidaknya di dalam konstituante. Memang, kesempatan untuk menyelesaikan tugas
konstituante masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden
1959, konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.
B. Masa Demokrasi Terpimpin
Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide
lamanya Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis, “sekular”,
Islam, dan komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri.
Pancasila pun ditafsirkan sesuai dengan pemikirannya. Masa ini, karena lebih
didominasi oleh PKI, memendam ketegangan antara Islam dan komunisme. Masa
Demokrasi Terpimpin itu berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 September PKI Tahun
1965. Umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas
gerakan itu.
C. Masa Orde Baru
Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde
Baru. Tumbangnya Orde Lama memberikan harapan-harapan baru kepada kaum
Muslimin. Namun, kekecewaan pun muncul dalam diri umat Islam. Mereka merasa,
meskipun komunis telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang
diharapkan. Rehabilitasi Masyumi, partai Islam berpengaruh yang dibubarkan
Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan, tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif
dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang didirikan kemudian.
Orde Baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik.
Pada tanggal 26 November 1966, ditetapkan RUU kepartaian, RUU pemilu, dan RUU
Susunan MPR, DPR, dan DPRD. Yang kedua dan ketiga ditetapkan 22 November
9
Ibid. Hal 257-258
4
1969. Pada 9 Maret 1970, fraksi-fraksi parpol di DPR dikelompokkan. Pada tanggal 5
Februari 1973, Parpol difusikan ke dalam PPP dan PDI . Pada 14 Agustus 1975 RUU
kepartaian dipisahkan. Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan
asas tunggal, Pancasila, untuk semua Parpol, tidak ada lagi ideologi Islam, jadi tidak
ada lagi partai Islam.10
D. Kebangkitan Islam di Masa Orde Baru
Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan intelektual muda Muslim,
melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah
intelektual Muslim berpendidikan “umum” dan merupakan buah dari kegiatan-
kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa
Muhammdiyah (IMM).
Disamping itu pula, Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi
umat Islam juga banyak dalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam
tersebut. Empat belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk dengan sekian
banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan
mubalig dalam kuantitas besar. Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah
mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan asas tunggal, memang wadah politik umat Islam hilang. Islam
nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun, dengan pembaharuan politik
bangsa ini, umat Islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebih luas.
Perjuangan kultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik
saja, aspek ini merupakan pusat perhatian umat Islam di masa lalu. 11
10
Ibid. Hal 265-271
11
5
Di Sulawesi, pemikiran tasawuf dikembangkan oleh Syaikh Yusuf Makassar
(1626-1699 M) yang berlayar di Timur Tengah. Pada abad ke-19 M, pemikiran tasawuf
mulai bergeser kepada pemikiran fiqih seperti tergambar dalam karya-karya ulama pada
masa itu. Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari misalnya (1710-1812 M) menulis kitab
fiqih Sabilal Muhtadin dan kitab Perukunan Mellayu.
C. Arsitek Bangunan
Hasil-hasil seni bangunan pada perkembangan dan pertumbuhan Islam di
Indonesia, antara lain : mesjid-mesjid kuno Demak, mesjid Agung Banten, mesjid
Baiturrahman di Aceh, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, dan di daerah-
daerah lain. Beberapa masjid kuno, bangunannya mengingatkan kita kepada seni
bangunan Candi selain dari itu, pintu gerbang baik di keraton maupun pemakaman
berbentuk Candi-bentar, kori agung, jelas menunjukkan corak pintu gerbang yang dikenal
sebelum Islam. Demikian pula, nisan-nisan kubur di daerah Tralaya, Tuban, Madura,
Demak, Kudus, Cirebon, dan Banten menunjukkan unsur-unsur seni ukir dan perlambang
pra-Islam. Di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera terdapat beberapa nisan kubur yang
lebih menunjukkan unsur seni Indonesia pra-Hindu dan pra-Islam.
2. Setelah Kemerdekaan
A. Departemen Agama
Departemen Agama (dulu namanya Kementrian Agama) didirikan tanggal 3
Januar1 1946 pada masa Kabinet Syahrir. Menteri Agama pertama adalah M. Rasyidi
yang diangkat pada tanggal 12 Maret 1946. Berdirinya Departemen Agama merupakan
penyesuaian pemerintah kala itu dengan keinginan mayoritas Muslim. Menurut B. J.
Boland walaupun banyak pendapat yang saling bertentangan tentang kementrian, secara
bertahap makna yang positif dari kementrian akan tampil ke depan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
- Bahwa kementrian itu menawarkan kemungkinan bagi agama, khususnya Agama
Islam, untuk berperan seefektif mungkin dalam negara dan masyaraqat.
- Dalam sebuah negeri yang sangat bercorak Muslim, kementrian ini merupakan suatu
jalan tengah antara negara sekular dan negara Islam.
Dalam jangka waktu beberapa tahun di awal berdirinya kementrian ini, telah
dikeluarkan berbagai peraturan yang menentukan tugas serta ruang lingkup kementrian
agama.
B. Pendidikan
Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang
tersebar di berbagai pelosoknya. Pada awal abad ke-20, persoalan administrasi dan
organisasi pendidikan mulai mendapat perhatian setelah berkembangnya pemikiran
pembaharuan dalam Islam. Hal ini untuk memperbaiki, tidak ada kurikulum yang jelas
dalam pesantren untuk tingkat lanjutan.
Setelah Indonesia merdeka, Badan Pekerja Komite Nasional pusat dalam bulan
Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah yang ada pada masa
sebelumnya diteruskan. Pada tahun 1946 Departemen Agama mengadakan latihan 90
guru agama, dan pada tahun 1948, didirikanlah sekolah guru dan hakim Islam di Solo.
Beberapa sekolah agama Islam direncanakan dan didirikan oleh Departemen Agama.
Sementara, perguruan Islam swasta masih berjalan. Bentuk lembaga pendidikan swasta
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pesantren Indonesia klasik
2. Madrasah diniyah (agama)
3. Madrasah-madrasah swasta (negeri)
6
Kaum muslimin sejak awal berpikir untuk membangun Perguruan Tinggi Islam,
akhirnya Mahmud Yunus membuka Islamic College pertama tanggal 9 Desember 1940 di
Padang, terdiri dari Fakultas Syari’ah, Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab. Pada tahun
1945, muncul Universitas Islam Indonesia (UII) yang merupakan perguruan tinggi Islam
pertama yang memiliki fakultas-fakultas non agama.
Pada tanggal 26 Sepetember 1951 dibuka perguruan tinggi dengan nama
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), dan pada tahun 1957 di Jakarta
didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). Gabungan keduanya membentuk IAIN
yang terus berkembnag pesat.12
C. Hukum Islam
Salah satu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh
Departemen Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi
dirinya pada soal-soal yang bersifat pribadi. Keberadaan lembaga peradilan agama di
masa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa colonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah tetapi
administrasinya tidak segera dapat diperbaiki. Para hakim Islam tampak ketat dan kaku,
karena hanya berpegang pada mazhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-
undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan Pengadilan Agama.
Karena itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syariah di
perguruan-perguruan tinggi Islam didirikan.
Baru pada tahun 1974, hukum perkawinan diundangkan, setelah Dewan
Perwakilan Rakyat menyetujui pada bulan Desember 1973. Pada tanggal 21 Maret 1984
diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Ketua Mahkamah Agung dan Menteri
Agama yang menetapkan terbentuknya sebuah panitia dengan tugas menangani
pelaksanaan kompilasi. Dan akhirnya panitia kompilasi itu telah menghasilkan tiga buku
hukum, masing-masing tentang Hukum Perkawinan (Buku I), Hukum Kewarisan (Buku
II), dan Hukum Perwakafan (Buku III). Ketiga buku tersebut dilokakaryakan pada bulan
Februari 1988 dan mendapat dukungan yang luas.
Kemantapan posisi hukum Islam dalam sistem hokum nasional semakin
meningkat setelah Undang-Undang Peradilan Agama ditetapkan tahun 1989. Undang-
Undang Peradilan Agama ini merupakan kelengkapan dari UU No. 14/1970 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. 13
D. Haji
Semenjak zaman penjajahan Belanda, umat Islam Indonesia ingin mempunyai
kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan perjalanan haji. Iuran
dikumpulkan, saham diedarkan, tetapi, selama zaman jajahan, keinginan ini tidak
terwujud. Setelah Indonesia merdeka, usaha ini dilanjutkan. Pada tahun 1964, Dewan
Urusan Haji mengajak PHI untuk kembali mengurus jamaah haji, tetapi campur tangan
pemerintah di dalamnya semakin besar, karena tanggung jawab penyelenggaraan haji
terletak pada pemerintah setempat. Namun, semua usaha yang dilakukan itu tidak ada
yang berhasil baik. Setelah Soekarno jatuh tahun 1966, organisasi-organisasi swasta
mulai lagi melakukan kegiatannya menyelenggarakan perjalanan haji.
Diantara alasan mengapa pemerintah melakukan monopoli dalam perjalanan
penyelenggaraan haji adalah sebagai berikut :
- Pemerintah merasa bertanggung jawab atas penyelenggaraan perjalanan haji agar
masyarakat merasa tentram dan terjamin.
12
13
7
- Kemungkinan faktor laba juga menjadi perhatian pemerintah.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, pemerintah menyediakan Tim
Pembimbing Haji Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD), Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), dan Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD). Di samping
itu, pemerintah masih merasa perlu untuk mengangkat Tim Pembimbing Ibadah Haji
(TPIH).14
E. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Di samping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia dalam
menyelenggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majelis Ulama. Suatu program
pemerintah, apalagi yang berkenaan dengan agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila
disokong oleh ulama. Karena itu, kerja sama antara pemerintah dan ulama perlu terjalin
dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno.
Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin
kemajuan.
Majelis-majelis ulama di provinsi lain didirikan jauh kemudian, yaitu setelah
majelis pusat berdiri pada bulan Oktober 1962. Pada tahun 1975, usaha-usaha dimulai
untuk mendirikan majelis ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap ibu kota
provinsi dibentuk atau bagi yang masih aktif diteruskan dalam rangka pembentukan
majelis ulama yang baru.
Sementara itu, di Jakarta dibentuk panitia Musyawarah Nasional I Majelis Ulama
seluruh Indonesia. Musyawarah itu sendiri dilangsungkan pada tanggal 21-27 Juni 1975,
dihadiri oleh wakil-wakil Majelis Ulama provinsi. Ketika itulah Majelis Ulama Indonesia
dalam Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres tersebut,
disebutkan bahwa, Majelis Ulama Indonesia berfungsi :
- Memberi fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan
kepada pemerintah dan umat Islam umumnya sebagai amar ma’ruf nahi mungkar,
dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
- Memperkuat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana
kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
- Mewakili umat Islam dalam konsultasi antarumat beragama.
- Penghubung antara ulama dan umara (pemerintah) serta menjadi penerjemah timbal
balik antara pemerintah dan umat guna menyuksekan pembangunan nasional. 15
14
Http://www.syariahpublication.com
15
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007). Hal 193
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka
yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah
di Asia Barat sejak abad ke-7.Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Indonesia adalah :
- Sumatera : Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh.
- Jawa : Kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan
kerajaan Cirebon.
- Kalimantan : Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai.
- Sulawesi : Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng,
dan kerajaan Luwu.
Pada zaman modern kebangkitan Islam semakin berkembang di Indonesia
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI),
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia
(Permi), dan Partai Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan
organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-
benih nasionalisme dalam pengertian modern.
1. Peradaban-peradaban Islam sebelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan, ulama
dan ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban Islam setelah
kemerdekaan adalah Departemen Agama, Pendidikan, hukum Islam, haji, dan Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
B. Saran
Alhamdulillah, akhirnya penulisan makalah ”Peradaban Islam di Nusantara“ ini
sudah selesai. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu.
Kami juga meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan laporan. Kritik, saran dan
masukan sangat diharapkan untuk ke depan supaya lebih baik. Demikian makalah ini saya
buat, atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.
9
DAFTAR PUSTAKA
10