Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Sejarah Peradaban Islam”

Dosen Pengampu :
Bapak Syamsul Rahmi, M.Hum.

Di Susun Oleh :
AHRIADI (20.04.06891)
BUYUNG JORGIE FADILAH (20.04.06898)
M. AULIA RAHMAN (20.04.06904)
MUHAMMAD HARITS ALMUHASIBI (20.04.06928)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta
inayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bisa terwujud atas bantuan
dan jasa dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil.Untuk itu penulis tidak
lupa mengucap terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam, Bapak Syamsul Rahmi, M.Hum. yang telah memberikan masukan terhadap
pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini, maka dari itu
kami mengharapkan banyak kritik serta saran agar kami dapat memperbaikinya di masa
yang akan datang.

Amuntai, 13 Juni 2021

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. ii

BAB I

Pendahuluan………………………………………………………………………………… 1

a. Latar Belakang…………………………………………..………………………….. 1

b. Rumusan Masalah…………………………………………………………...……… 1

c. Tujuan Pembahasan…………….…………………………………………...……… 1

BAB II

Pembahasan………………………………………………………………………..……….. 2

a. Betuk Peradaban Islam di Indonesia……………………………………………….. 8

b. Perkembangan Islam di Indonesia………………………………………………… 11

BAB III

Penutup……………………………………………………………………………………. 14

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang paling luas wilayahnya dan terbesar jumlah
penduduknya di Asia Tenggara. Perlu diketahui bahwa wilayah Indonesia yang dulu disebut
dengan istilah Nusantara dikenal mancanegara sebagai daerah yang subur serta kaya akan
potensi alamnya. Karena hal tersebut, tidak mengherankan jika para pedagang-pedagang
asing berdatangan ke wilayahwilayah di Nusantara. Sejak lama Indonesia memainkan
peranan penting dalam dunia perdagangan, politik, penyebaran agama dan kebudayaan.

Indonesia paling mencerminkan etnik, bahasa dan kebudayaan dibanding negeri lain
di Asia Tenggara. Hampir semua agama besar dan berkembang di sini. Suku bangsa dan
penduduk yang berbeda-beda itu hidup dalam semangat toleransi yang besar. Bangsa-bangsa
asing yang datang dan kemudian bermukim di sini, terutama orang Arab, Persia, India, Cina
dan Eropa, diterima dengan tangan terbuka dan segera berintegrasi dengan masyarakat
Nusantara secara keseluruhan. Mereka diberi peluang memainkan peranan penting dalam
kehidupan ekonomi, sosial, politik dan Agama.1

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana perkembangan Islam di

b. Sifat-sifat bangsa

c. Kelemahan bangsa

C. TUJUAN PEMBAHASAN

a. Untuk mengetahui perkembangan Islam di


1 Abdul Hadi W. M, “Islam Kultural, Peranannya dalam Masyarakat Madani” dalam Jurnal Universitas
Paramadina Vol. 1 No. 1, September 2001), h. 9.
1
b. Mengetahui sifat bangsa

c. Mengetahui kelemahan bangsa

BAB II

PEMBAHASAN

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar umat Muslim di dunia. Data Sensus


Penduduk 2010 menunjukkan ada sekitar 87,18% atau 207 juta jiwa dari total 238 juta jiwa
penduduk beragama Islam. Walau Islam menjadi mayoritas, tetapi Indonesia bukanlah negara
yang berasaskan Islam.

Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan


Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam
masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah
berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal
perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah
sampai ke Kanton.[1] Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di
kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur
Suryanegara mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama,
teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para
pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di
Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-
7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang
dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka
berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat
Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.[2] Selain itu pula, temuan Marco Polo juga menyatakan
sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara, mereka telah mengenal Islam.
Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih
2
terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga. [3] Pandangan lain dari AH Johns dan
SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam
soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya
kembali dengan semangat yang lebih Islami.[4]

Di Pulau Sulawesi, Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat


dengan para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di
Hadramaut untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Selain itu, pengaruh
dari Ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan Kesultanan
Gowa dan Kesultanan Bone untuk memeluk agama Islam.[5] Sementara itu, pengaruh
dari Kesultanan Ternate turut berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi
bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi Kesultanan Gorontalo sebagai
salah satu Kerajaan Islam paling berpengaruh di Semenanjung Utara Sulawesi hingga ke
Sulawesi bagian Tengah dan Timur.[6] Selain pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar
yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran
agama Islam di wilayah ini. Selain itu, Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua,
sejak abad ke-17, telah berhasil melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai
wilayah Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Kalau ahli sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia mulai abad 13
adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat bahwa pada tahun 625 M sebuah
naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa Arab yang telah
bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus).[7] Pernyataan yang hampir senada dikemukakan
Arnold, bahwa mungkin Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad awal Hijriah. Meskipun
kepulauan Indonesia telah disebut-sebut dalam tulisan ahli-ahli bumi Arab, di dalam tarikh Cina
telah disebutkan pada 674 M orang-orang Arab telah menetap di pantai barat Sumatra.[8]

Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin


Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke
tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini
adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.[9] Namun menurut Hamka
sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi.[10]

3
Pada tahun 718 M raja Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul
Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di
istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap
terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah Bani Umayyah tersebut. [11] Dalam hal ini,
Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan dengan The Forgotten
Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya tentang Muara Takus, yang
dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi dalam rangka bekas
candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu disebutkan
Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa
Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah.[12]

Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq
fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani al-Fasi yang berasal dari
daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada 225 H/847 M
diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.[13]

Bukti lain memperlihatkan telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh
Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.[14]

Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold mengutip


catatan yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan
adat istiadat orang tempatan. Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat,
pembebasan budak, maka ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan
persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya.[8] Para
pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai
kelas atas guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan,
dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah.[8]

Selama masa-masa abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi


andil dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana. Bersamaan dengan
kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik, Malaka, dan Makassar berubah dari

4
kampung kecil menjadi kota-kota besar dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitupun
untuk Aceh, Patani, dan Banten.[15]

Masa kolonial
Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang
ke Nusantara untuk berdagang, tetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah
ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh
wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses
penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-


aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu.
Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para
santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah,
sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada
abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya
hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para
ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda.

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din
Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar
di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka
ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh
begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah
(1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatra Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin
Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian,
di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.[16].

Demografi
Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat,
seperti di pulau Sumatra, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur,
penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku
5
Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten
Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.

Selain itu, program transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-besaran


dilakukan pada masa pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah Timur Indonesia telah
menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim disana.

Arsitektur
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah
Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak
Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim [17], disebutkan bahwa
Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah
salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.

Masjid
Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di
Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid
yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan
data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah
ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid
dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.[18] Adapun menurut penuturan
Komjen Pol Syafruddin Wakil Ketum Dewan Masjid Indonesia menyebut sesuai data tahun
2017, bahwa Indonesia memiliki sekitar 800 ribu masjid. Dalam pada itu, pengelolaan masjid di
Indonesia berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah tak secara langsung membangun
dan mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal pengelolaannya.
[19]

Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri
yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia. [20] Di
Indonesia, Kementerian Agama merupakan pemangku tanggung jawab pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan menyiapkan rencana strategis yang ditetapkan melalui Keputusan

6
Menteri Agama Nomor 39 tahun 2015. Hal-hal yang ada di sana kemudian dituangkan dalam
rumusan tugas dan fungsi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag sesuai
Peraturan Menteri Agama Nomor 42 tahun 2016. Lingkup layanan Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren meliputi jalur pendidikan formal, yang mencakup pendidikan
diniyah formal, satuan pendidikan muadalah, dan ma'had 'ali. Pendidikan diniyah non formal
mencakup madrasah diniyah takmiliyah, pendidikan al-Quran, dan program pendidikan
kesetaraan serta pondok pesantren sebagai penyelenggara maupun satuan pendidikan. [21] Selain
itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah
Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk
tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan zaman, hal
ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia
dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya seperti
Universitas Islam Negeri (UIN) dengan nama yang berbeda-beda berdasarkan nama tokoh
penyiaran Islam masa lampau semisal di Makassar dengan nama Universitas Islam Negeri Sultan
Alauddin disingkat (UINAM).

Berdasar pada data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada awal 2018, dari
326.327 lembaga pendidikan Islam yang dinaungi, 76,1% atau 248.290 lembaga merupakan
pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Terbagi lagi menjadi 28.194 pondok pesantren,
84.966 madrasah diniyah takmiliyah, serta pendidikan al-Quran sebanyak 135.130. Selebihnya
23,9% lembaga pendidikan Islam lainnya terbagi jadi raudhatul athfal (27.999), madrasah
ibtidaiyah (24.560), madrasah tsanawiyah (16.934), madrasah aliyah (7.843) dan perguruan
tinggi agama (756). Itu belumlah mencakup sejumlah lembaga pendidikan yang berupa program
pendidikan kesetaraan pada pondok pesantren (1.508), pendidikan diniyah formal (59),
pendidikan muadalah (80), dan ma'had 'aliy (29).[21]

Kemudian berbicara mengenai statistik lainnya, dari total 2.378.566 tenaga pendidik,
63% atau 1.4999.859 mengajar di pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Para pengajar ini
bertanggung jawab pada 18.196.034 siswa atau 64,2% dari semua peserta didik pendidikan Islam
(28.324.088 orang).[21]

7
Politik
Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
dan peranan umat Islam. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali kalangan
kaum haji yang membawa kabar-kabar akan serangan Prancis terhadap Maroko,
umat Islam Libya diserang, dan gerakan nasionalis Mesir melawan imperialis Inggris. Ini juga
membentuk perasaan setia kawan sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan ketidaksukan
terhadap kolonialisme dan imperialisme Eropa.[22] Walau demikian, Indonesia bukanlah negara
yang berasaskan Islam, tetapi ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk
menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.

Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah.


Pada Pemilu 1999, 17 partai Islam—yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan
Pancasila—ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi—
terkecuali PPP yang memang sudah tua—mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti
segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang
sekurangnya di 14 provinsi. Namun demikian, seluruh partai Islam itu kalah jauh dari PDI yang
meraup sekitar 34% suara.[23] Dalam Pemilu tersebut, PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen)
dan bercokol pada peringkat ketiga,[24] karena itu Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar.
Partai Bulan Bintang mampu membentuk fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai
Keadilan hanya memperoleh 7 kursi DPR saja. [23] Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik
Islam, yakni Partai Persatuan Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang
membatasi jumlah partai politik, pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan
Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang
Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

A. Bentuk Peradaban Islam di Indonesia

Ada beberapa teori yang masih debateable tentang masuknya Islam di Indonesia ini,
apakah dari Arab, Persia, India (Gujarat dan Bangla), atau China. Namun demikian, jalur Islam
awal yang benar adalah berasal dari Bangla, meskipun ada beberapa batu nisan di bagian

8
Nusantara mungkin berasal dari Gujarat, namun itu (sesudah al-Malik al-Saleh wafat) bukan
berarti Islam berasal dari sana.2

Menurut Azzyumardi Azra menyebutkan kemunculan Islam di Nusantara sejak


kebangkitan Islam sampai paruh kedua abad -17 menempuh beberapa fase.Fase pertama,
kasarnya sejak akhir abad ke - 8 M sampai ke-12 M hubungan hubungan yang ada umumnya
berkenaan dengan perdagangan.Inisiatif dalam hubungan hubungan semacam ini kebanyakan
diprakarsai Muslim Timur Tengah, khususnya arab dan persia. Dalam fase berikutnya sampai
akhir abad ke -15, hubungan antara kedua kawasan mulai mengambil aspek aspek lebih
luas.Muslim Arab dan Persia apakah pedagang atau pengembara sufi, mulai
mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara. Pada tahap ini hubungan
hubungan keagamaan dan kultural terjalin lebih erat.Tahap ketiga adalah sejak abad ke-16
sampai paruh kedua abad ke-17.Dalam masa ini hubungan hubungan yang terjalin lebih bersifat
politik di samping keagamaan.3

Jika melihat fakta bahwa Nusantara adalah daerah yang terkenal dengan kesuburan dan
hasil pertaniannya, maka sejarah masuknya Islam terkuat seharusnya melalui jalur perdagangan.
Dengan kata lain faktor ekonomilah yang menjadi titik utama masuknya Islam ke Nusantara.
Kedekatan secara ekonomi inilah berdampak pada ikatan kultur yang lebih menguat.
Sebagaimana pernyataan

Beti Yanura dalam Jurnal HISTORIA bahwa Sejarah kehidupan Islam di

Indonesia telah diakui sebagai kekuatan kultural.4

Setelah memahami proses masuknya Islam, selanjutnya adalah fase penyebaran Islam di
Nusantara. Dalam konteks Islam Indonesia, isu penting yang berkembang sejak awal proses
Islamisasi adalah sufisme. Di setiap wilayah mana Islam Islam berkembang baik level kerajaan
maupun masyarakat. Sufisme senantiasa mewarnai secara keseluruhan gambaran Islam yang

2 M. Abdul Karim. Teori Jalur India Tentang Masuknya Islam di Indonesia (Studi Teori Bangla dan
Gujarat). Makalah, h. 15.
3 Azyumardi Azzra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVII: Akar
Pembaharuan Islam Indonesia, (Jakarta: kencana Prenada Media Group,2004), h. 50.
4 Beni Yota, “Perkembangan Islam”, h. 77.
9
muncul5 Islam di Indonesia. Hal tersebut disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan
sufi yang disebut kemudian dengan neo-sufisme.6

Islam merupakan salah satu agama terbesar di dunia. Kebesaran agama tersebut
membawa pada perubahan besar diberbagai kalangan. Tidak terkecuali di Indonesia. Banyak
kebudayaan serta peradaban yang dibangun atas dasar agama Islam. Terlebih di Indonesia
mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Maka tidak mengherankan jika besarnya
pemeluk Islam berdampak pada perubahan besar di dalamnya. Salah satunya adalah peradaban.

Peradaban seringkali disinonimkan dengan kebudayaan. Bahkan beberapa kali kerap


disandingkan sekaligus disamakan dengan sejarah.7 Padahal peradaban, kebudayaan dan sejarah
merupakan konsepsi yang berdiri sendiri. Meskipun tidak menutup kemungkinan ketiganya
saling berhubungan, namun prinsip utamanya ketiganya dapat dibedakan.

Peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya yang
populer dalam kalangan akademis. Budaya kerap diartikan sebagai seni, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara
hidup masyarakat. Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah
istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat
dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial serta beragam kegiatan
ekonomi dan budaya.

Konsep peradaban juga digunakan sebagai sinonim untuk budaya yang memiliki
keunggulan dari kelompok tertentu. Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti perbaikan
pemikiran, tata krama, atau rasa. Peradaban dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk
merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia
atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah
upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban
pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban.
Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan (politik), sistem ekonomi, dan Iptek (ilmu

5 Rizal Sukma dan Clara Joewono, Gerakan Pemikiran Islam Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta:
Kanisius, 2007), h. 250.
6 Ira Lapidus. M, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT Raja grafindo,1999), h.717. 7 Badri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajagrafindo, 2004), h. 1.
10
pengetahuan dan teknologi).7 Pada intinya peradaban adalah sebuah hasil kebudayaan maju yang
menyatu dengan tatanan masyarakat.

Sejarah mencatat bahwa Islam telah berjaya dengan mengalami kemajuan selama
beratus-ratus tahun lamanya. Meskipun ternyata Islam juga menunai kemunduran pada masa
selanjutnya.89 Akan tetapi kejayaan Islam di era kemundurannya pun masih berkembang di
berbagai belahan dunia. Sebagaimana diketahui, pada awalnya Islam dipimping langsung oleh
Nabi Muhammad kemudian diteruskan oleh para sahabat. Dari masa Nabi ke masa sahabat
inipun telah mengalami beberapa perubahan. Terutama dalam sistem pemerintahan dan beberapa
manajerialnya. Hal tersebut yang dikenal dengan istilah masa Khulafa al-Rasyidin. Kemudian
diteruskan dan dikenal dengan masa Daulah baik dari Daulah Bani Umayyah,
maupun Abasyiah, hingga masa disintegrasi (perpecahan) masih muncul tiga kerajaan
Besar seperti Safawi, Mughal dan India.

Pasca masa distintegrasi peradaban dan kemajuan Islam dianggap telah selesai. Akan
tetapi perkembangan Islam tidak berhenti disitu, salah satunya Islam yang terus berkembang di
Indonesia menjadi bukti bahwa kejayaan Islam pada dasarnya tidak pernah pudar.10 Hal ini
dibuktikan bahwa Islam merupakan agama mayoritas Indonesia hingga saat ini. Selain itu tidak
bisa dipungkiri bahwa kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran masyarakat Muslim. Dari
perjalanan panjang perkembangan Islam, dapat disimpulkan bahwa Islam menghasilkan
peradaban. Tidak terkecuali peradaban Islam yang ada di Indonesia dengan pengaruh yang cukup
besar bagi Indonesia dalam semua aspek kehidupan. Baik pendidikan,organisasi, adat
istiadat,seni, polotik maupun ekonomi yang sudah menyatu menyatu dalam kehidupan berupa
kebudayaan.

B. Perkembangan Islam di Indonesia

Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan
Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab,
dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana
7 Mugiyono, “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif Sejarah”, dalam Jurnal
IAIN AR-Raniri, No. 1/1-20/Th-XIV/2013, h. 3.
8 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h.
9.
10 Beti Yanuri Posha, “Perkembangan Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan” dalam Jurnal HISTORA,
Vol 3. No. 2. Tahun 2015, h. 75.
11
perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu
ke waktu. Penulis mencatat beberapa bentuk peradaban Islam di Indonesia. Diantaranya adalah
Peradaban Pendidikan, Gerakan Masyarakat, Budaya dan Adat.

1. Pesantren; Peradaban Pendidikan Islam Indonesia


Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia
dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia.11 Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya
Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah
(menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan
perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam.
Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta
beberapa universitas Islam lainnya.

Pesantren sebagai sistem pendidikan tertua di Indonesia merupakan bukti Islam


membuat peradaban dalam bidang pendidikan yang berbeda sama sekali dengan sistem
pendidikan dimanapun. Hingga kini pesantren semakin banyak dijumpai sebagai lembaga
pendidikan yang bercorak Islam.

2. Gerakan Masyarakat Islam dan Politik


Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran pendidikan
Islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk
organisasi-organisasi social semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi
social keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911),
Persyarikatan Ulma di Majalengka. Jawa Barat (1911), Muhammdiyah di Yogyakarta
(1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di
Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung Bukittinggi
(1930) dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan
SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan
kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam

11 Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia pada tanggal 30 Desember 2016.


12
Indonesia (PII) pada tahun 1938.12 Hingga saat ini juga berkembang Partai berbasis
Islam. Seperti PAN, PKS, PBB, dan PKB.

3. Budaya dan Adat Istiadat


Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banyak menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia,
contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi
dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab).
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara
tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni
musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat
pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang
banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.

4. Ekonomi
Peradaban dalam bidang Ekonomi juga tidak ketinggalan. Daerah-daerah pesisir
sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Persi,dan Gujarat yang menerapkan
konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah
yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin.
Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang.

Peradaban konkrit dalam bidang ekonomi yang bercorak Islam dapat dilihat
beberapa sistem perekonomian berbasis Islami. Lembaga-lembaga sosial yang bernafas
Islam semakin banyak bermunculan. Baik berorientasi pada kasus Bencana Alam, kaum
dhuafa, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya.

C.Penjajahan Belanda
Penindasan Belanda atas Islam justru menjadikan Islam mampu meletakkan dasar-
dasaridentitas bangsa Indonesia. Selain itu Islam juga dijadikan lambang perlawanan
bagiimperialisme. Bagi para penguasa pribumi, memeluk agama Islam berarti memiliki
dua senjata.Pertama, mendapat dukungan dari rakyat, karena rakyat banyak dari kalangan
petani danpedagang yang telah menjadikan Islam sebagai agamanya. Kedua, selain para
penguasa denganmemeluk agama Islam mendapatkan dukungan rakyat, juga dapat

12 Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980). h. 35.
13
memiliki senjata dalammelawan agresi agama dan perdagangan dari imperialis
barat.Kehadiran ulama dalam masyarakat telah diterima sebagai pelopor pembaharu dan
pengaruhulama pun semakin mendalam setelah berhasil membina pesantren. Ternyata
pesantren itutidak hanya merupakan lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan lembaga
penyemaiankader-kader pemimpin rakyat, sekaligus berfungsi sebagai wahana merekrut
prajurit sukarelayang memiliki keberanian moral yang tinggi.Sepintas lalu ulama hanya
terlihat sekedar sebagai pembina pesantren. Akan tetapi,peranannya dalam sejarah cukup
militan. Diakui oleh Thomas Stanford Raffles bahwa ulamamerupakan part nearship para
penguasa dalam melawan usaha perluasan kekuasaan asing diIndonesia. Dengan
demikian, ulama memegang peranan multifungsi, termasuk bidang politikdan
militer.Kelanjutan dari pengaruh ulama yang demikian luas tersebut tidak hanya terbatas
dibidangpolitik dan militer saja, melainkan meluas juga terhadap ekonomi yang telah
meninggalkanbekas-bekasnya atas the ecology of economic activities. Maka jelaslah
Belanda di Indonesiamendapatkan rintangan dari ulama terutama dibidang perdagangan.
Belanda melihat kegiatanumat Islam yang mempunyai dwifungsi sebagai pedlar
missionaries (da’i dan pedagang).Akibatnya, usaha perdagangan Belanda menghadapi
ancaman dari umat Islam.Pemberontakan Santri Abad ke-19Kondisi yang demikian itu
mengubah kondisi pesantren yang tadinya sebagai lembagapendidikan, berubah menjadi
a center of anti ducth sentiment (sebagai pusat pembangkit anti 7. Belanda). Dalam abad
ini saja Belanda menghadapi empat kali pemberontakan santri yangbesar. Pertama,
perang Cirebon (1802-1806). Kedua, perang Diponogoro sebagai peperanganterbesar
yang dihadapi pemerintah kolonial Belanda di Jawa (1825-1830). Ketiga, perang Padridi
Sumatra Barat (1821-1838). Keempat, di Aceh sebagai pemberontakan santri
yangterpanjang atau terlama (1873-1908).Perlawanan-perlawanan yang dilakukan untuk
membebaskan diri dari pengaruh Belanda tidakpernah putus. Akan tetapi, usaha-usaha itu
selalu gagal karena beberapa sebab, di antaranya:(1) Belanda diperlengkapi dengan
organisasi dan persenjataan modern sementara kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
masih bersifat tradisional, (2) penduduk Indonesia sangattergantung kepada wibawa
seorang pemimpin, sehingga ketika pemimpinnya tertangkap atauterbunuh praktis perang
atau perlawanan terhenti dengan kemenangan di pihak Belanda, (3)tidak ada kesatuan
antara kerajaan-kerajaan Islam dalam melawan Belanda, karena (4) Belandaberhasil
menerapkan politik adu domba, dan (5) dengan politik adu domba itu, banyakpenduduk
pribumi yang ikut memerangi rekan-rekannya sendiri.Pada mulanya Belanda menempuh
cara menghancurkan ulama dan Islam dengan melancarkanpolitik agama non Islam.
Akan tetapi, sekali pun gerakan ini dibiayai oleh pemerintah, namunternyata hanya
mampu menarik suku-suku asing dari agamanya.Dutch Islamic PolicyMelihat
perkembangan ulama yang demikian ini, Snouck mencoba memberikan diagnosis
yangdijadikan Dutch Islamic Policy. Dia melihat ulama dan santri itu sendiri tidak
berbahaya,sekalipun mereka berada di desa-desa dekat dengan para petani. Oleh karena
itu diciptakandiagnosis “Menciptakan ulama dan santri di desa-desa menjadi tuna politik
(depolitisasi).”Pemerintah tidak perlu takut kepada ulama dan santri, asal mereka
dijauhkan dari propagandapolitik, baik dari kegiatan politik dalam negeri maupun luar
negeri.Untuk merealisasikan diagnosis tersebut, dianjurkan supaya pemerintahan

14
menjalankandwikebijaksanaan (twin policies), yakni menganjurkan adanya toleransi
agama, dan menindakdengan kekerasan terhadap ulama yang masih melanjarkan kegiatan
politik dan militer.Mematahkan Ulama Melalui Tanam PaksaUntuk dapat mencapai
target diagnosis tersebut, Belanda memerlukan kawan. Snouckmenasehatkan supaya
pemerintah menggunakan tenaga Pangreh Praja. Keadaan Jawamemungkinkan untuk
tujuan tersebut. Belanda telah berhasil melumpuhkan basis suplai ulamadan santri.
Pengreh Praja yang merasa mendapatkan keuntungan dari tanam paksa,
denganmenyalahgunakan kekuasaan telah ikut memperluas dan meratakan kemiskinan
rakyat.Ulama dan santri yang bermata pencaharian sebagai petani akan mudah
dipatahkan denganpenguasaan atas tanah. Tanam paksa benar-benar telah melumpuhkan
rakyat. Pemerintahtakut terhadap ulama dan santri Jawa Barat yang memberontak selama
mereka mampu menguasai tanah sawahnya. Karena itu pelaksanaan tanam paksa harus
diperkeras dandiperlama. Akibatnya, kemelaratan benar-benar menindih kehidupan
petani muslim di JawaBarat.Rusaknya Mental Penguasa PribumiPetani sebagai basis
suplai yang telah rusak kehidupannya, tidak mendapatkan pembelaan dariPangreh Praja
saat itu. Raja-raja tidak mampu berbuat untuk menolong rakyat. Mereka telahkehilangan
syari’at Islam sebagai landasan hukum dasarnya. Selanjutnya, Ronggo
Warsitomemberikan gambaran tentang sikap penguasa pribumi setelah lepas
hubungannya denganulama. Tingkah laku mereka mengejar kemewahan, menambah
merajalelanya penderitaanrakyat.Kondisi yang demikian digambarkan oleh Harry J.
Benda: Bangsawan Indonesia telah kehilangantambatan budaya dan politik mereka
sebagai akibat penaklukan Belanda.Depolitisasi Ulama DesaKedudukan ulama benar-
benar menyedihkan. Ulama desa yang tuna politik tidak tahu tentangstruktur
pemerintahan di atasnya. Para ulama desa dan pengikut-pengikutnya
diputuskanhubungannya langsung dengan kalangan priyayi atau bangsawan di atasnya.
Mereka tidakmemiliki pengetahuan apapun tentang struktur kenegaraan.Berita Nahdlatul
Ulama dalam hal ini memberikan gambaran betapa parahnya orientasi ulamasaat itu,
antara lain: “Para ulama kita satu dengan yang lainnya tak kenal mengenal atau
kurangrapat hubungannya hanya selaku kenalan saja. Tiada sampai pada bersama-sama
kerja untukagama dan umat umum. Bahkan kadang-kadang ada kalanya yang diantara
mereka sembur-semburan antara satu dengan yang lainnya, dikarenakan berselisih dalam
masalah atau sebablain. Sebagian dari mereka tidak mengetahui keadaan kehinaan umat
Islam yang diluar pagarrumahnya.”Membangkitkan Gerakan NasionalWaktu yang tepat
untuk mengadakan perubahan akhirnya datang pula struktur penjajahanyang ingin
menciptakan Pax Neer Landica telah menemukan efek samping yangmenguntungkan
umat Islam Indonesia. Penindasan yang diderita telah melahirkan persamaannasib. Islam
bagi bangsa Indonesia identik dengan tanah air.Para ulama mencoba menggerakkan
masyarakat dengan melalui waktu-waktu yang sangatmenguntungkan dalam pendidikan.
Dicobanya mendidik masyarakat supaya motifasinyabangkit kembali dibidang ekonomi
perdagangan. Untuk keperluan ini H. Samanhudi mendirikanSarekat Dagang Islam (16
oktober 1905). Setahun kemudian dirubahnya menjadi Sarekat Islam.Tetapi Belanda
melihatnya dari segi lain bahwa dengan adanya organisasi atau perserikatan

15
diartikan sebagai usaha membina persatuan, sebagai cara baru dalam kebangkitan
Islam.Apalagi aktivis SDI selanjutnya membentuk kerjasama dagang antara Islam dan
Cina Kong Sing.Sedangkan policy Belanda sejak abad ke-18, berusaha mencegah
asimilasi antara Cina danIslam. Kesatuan Cina dengan umat Islam akan mudah
dijalinnya, karena latar belakangsejarahnya memudahkan kesatuan tersebut. Sebagai
misal sebagai hubungan umat IslamCirebon dengan Cina pada abad ke-15, yang
dikisahkan dalam Carita Purwaka Caruban Nagari,bahwa panglima Wai Ping dan
laksamana Te Bo beserta pengikutnya mendirikan mercusuar dibukut Gunung Jati.
Kesatuan Cina dalam susuhunan Mataram yang disertai dengan masuknyaCina kedalam
agama Islam, mengilhami Belanda untuk melahirkan kebijaksanaan yangberusaha
memisahkan asimilasi antara Islam dengan Cina. Kebijaksanaan Belanda yangmencegah
terjadinya asimilasi pada abad ke-20 adalah mudah dimengerti. Persoalannyaterletak pada
latar belakang sejarah mereka. Negara cina juga sedang bertujuan menetangimperialisme
barat, sedangkan Indonesia memiliki sejarah yang sama. Oleh karena itu, bilaterjadi
asimilasi, berarti mempercepat proses gulung tikarnya Belanda di Indonesia.Telah jelas
bahwa pihak Islam telah menampung asimilasi tersebut dan di Negara Cina telahberkobar
revolusi Cina, karenanya dengan berbagai provokasi Belanda menimbulkan
bentrokanfisik antara Cina dengan umat Islam. Pancingan ini berhasil melahirkan
pemberontakan anti-Cina di Solo. Akibat pemberontakan ini sangat menguntungkan
Belanda yang pada awalmulanya ketakutan terhadap menularnya revolusi Cina ke
Indonesia. Bila revolusi ini benar-benar menjalar, sukar ditumpasnya, karena telah
adanya persatuan antara Islam dengan Cina.Dengan adanya pemberontakan tersebut,
selesailah usaha mencegah asimilasi, dan Belandamerasa aman baik terhadap ancaman
gerakan nasional dari bantuan Cina, maupun dari bahayamenjalarnya revolusi Cina ke
Indonesia. Dengan demikian, Belanda telah berhasil memisahkanCina-Indonesia yang
dipelopori Islam, sekaligus timbullah hubungan Cina-Belanda menentangperkembangan
tuntutan nasionalisme pribumi.Mencegah Kesatuan Islam-PriyayiPemberontakan anti-
Cina dalam sejarah dituliskan sebagai perlawanan SDI plus lascarMangkunegara (1911),
yang menyebabkan Belanda mengeluarkan skorsing terhadap kegatanSDI. Tetapi,
skorsing hanya berjalan selama 14 hari (12-26 Agustus 1912).SDI, setelah menerima
skorsing mencoba pula mengadakan konsolidasi. Ternyata pilihan SDItepat sekali, waktu
itu SDI merintis jalan untuk menyerahkan pimpinan SI kepada H. O. S.Cokroaminoto.
Seperti yang kita ketahui, pilihan ini mempunyai motivasi yang sesuai dengantuntutan
zamannya. Pada masa itu, tokoh priyayi masih mempunyai nilai tersendiri di matarakyat.
H. O. S. Cokroaminoto selain seorang muslim yang demokrat juga mempunyai
darahningrat, dan lebih dari itu beliau adalah seorang pemimpin yang brilian.
10. Hanya dalam waktu empat bulan SI telah sanggup mengadakan konggres I di
Surabaya (26Januari 1973) konggres ini mendapatkan dukungan masa rakyat yang luar
biasa. Belandaketakutan terhadap usaha SI yang berusaha menyadarkan rakyat akan
politik. Pemerintah mulaimelarang pembentukan sentral SI. Larangan ini tidak mempan,
CSI dibentuk di Surabaya (1915).Umat Islam yang tadinya diharapkan oleh pemerintah
colonial menjadi tuna politik(depolitisasi), justru sekarang bangkit berjuang menyadarkan
rakyat untuk menuntutpemerintahan sendiri.Menghadapi kebangkitan umat Islam dengan
16
gerakan nasionalnya, Belanda mencari jalan lain.Pemerintah mencoba memecahkan
hubungan antara umat Islam dengan kalangan priyayi.Lebih-lebih perlu dijauhkan
kalangan Pangreh Praja dari gerakan politik yang dilancarkan SI.Dengan “Perintah
halus”-nya, Belanda berhasil menciptakan iklim pertentangan antara SI
danpriyayi.Pertentangan semacam ini semestinya menurut perhitungan pemerintah akan
menghentikanaktivitas SI. Ternyata pertentangan priyayi-ulama di lain pihak
menumbuhkan gerakan baru,yakni perserikatan ulama di Majalengka (1917) yang
dipimpin oleh K. H. Abdul Halim. Gerakanini kerjasama dengan SI, sekalipun
mengkhususkan dalam bidang sosial pendidikan. Kemudiandisusul dengan berdirinya
Persis (1920).Memperalat KomunismePemerintah Belanda dengan berbagai usaha ingin
mematahkan gerakan nasional yangdigerakkan oleh umat Islam. Meskipun perpecahan
ulama-priyayi oleh pemerintah Belanda,ternyata tidak menghalangi gerakan
membangkitkan gerakan politik nasional.Sneevlite sebagai tokoh komunis pertama di
Indonesia berhasil menciptakan pertentangandalam kalangan SI. Semaun dan Darsono
terpengaruh oleh marxisme, dan mencobamembelokkan Islam sebagai ideologi, serta
melancarkan berbagai fitnah terhadap H. O. S.Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Abdul
Muis. Akibatnya, gerakan SI berubah, yang tadinyaberpusat kepada usaha menanamkan
kesadaran politik dan ekonomi nasional terhadap rakyat,setelah adanya serangan Semaun
dan Darsono, gerakan terfokus dalam usaha untukmengamankan SI.Kerjasama antara
imperialisme Belanda dengan komunis akan mudah dimengerti bila kitamelihat latar
belakang sejarahnya. Gerakan komunis di Eropa, semenjak kegagalan Marxmemimpin
revolusi buruh dalam pemberontakan komunis di Paris, tidak lagi menentangimperialisme
barat tetapi justru cenderung mendukungnya.Komunis Belanda mendukung karena takut
kehilangan Indonesia sekaligus takut kehilanganpredikat sebagai penjajah nomor 3 atau 4
di dunia. Tanpa Indonesia, Belanda hanya merupakanNegara dingin yang kecil di laut
utara.Oleh karena itu, seluruh usaha SI ditolaknya dan berusaha menghancurkan
keyakinan rakyatterhadap kepemimpinan H. O. S. Cokroamonoto, H. Agus Salim, Abdul
Muis dan Surya Pranoto.
11. Tetapi, kenyataannya sejarah membuktikan, bagaimanapun usaha orang-orang
komunis, umatIslam tetap menuntut kemerdekaan
B. Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang
Kemunduran progresif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapat dayanya
kembalisetelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha
mengakomodasi duakekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler” ketimbang pimpinan
tradisional (maksudnya raja danbangsawan lama).Dalam menghadapi umat Islam, Jepang
sebenarnya mempunyai kebijaksanaan politik yangsama dengan Belanda. Hanya dalam
awal pendekatannya, Jepang memperlihatkan sikapbersahabat, karena Jepang berpendirian
bahwa umat Islam merupakan powerful forces dalammenghadapi sekutu. Latar belakang
sejarah umat Islam yang anti imperialisme Barat, memilikikesamaan tujuan dengan perang
Asia Timur Raya. Sikap umat Islam yang yang demikian ituakan dimanfaatkan oleh
pemerintahan kolonial Jepang.Tetapi tentara Jepang tidak menghendaki adanya parpol
Islam. Mereka lebih menyukaihubungan langsung dengan ulama daripada dengan
17
pemimpin parpol. Oleh karena itu, Jepangmengeluarkan maklumat pembubaran parpol.
Dalam menghadapi tentara Jepang, umat Islambertindak untuk sementara menyetujui
pembubaran tersebut dengan mengeluarkan maklumatjuga.Tindakan Jepang ini jelas
menunjukkan rasa takutnya terhadap Islam sebagai partai politik. Tapidi suatu pihak,
Jepang menyadari potensi umat Islam dalam menunjang tujuan perang.Sekalipun Jepang
tidak menyetujui dan tidak menyukai berhubungan dengan pemimpin parpolIslam, namun
Jepang memerlukan para ulama untuk membentuk wadah organisasi baru untukmembina
ulama dan umat Islam.Untuk tujuan di atas dibentuklah Kantor Urusan Agama (KUA)
dengan ketuanya kolonel Horieyang telah dipersiapkan konsepnya sebelum Jepang
mendarat di Indonesia. Karena begiituBelanda menyerah tanpa syarat pada 8 maret 1942,
pada akhir maret 1942 pembentukan KUAtersebut telah siap. Selain itu dibentuk pula Tiga
A (Nippon Pemimpin, Pelindung, dan CahayaAsia). Dengan adanya Tiga A ini,
berdasarkan konsep Shimizui, dibentuklah Persiapan PersatuanUmat Islam (PPUI).Pada
tanggal 4 September 1942 melalui Tiga A diadakan musyawarah pertama di Hotel
desIndes. Hasil dari musyawarah ini, umat Islam menghidupkan kembali MIAI (Majelis
Islam A’laIndonesia) yang berdiri tahun 1938 dan memilih W. Wondoamiseno sebagai
ketua. SekalipunJepang sangat memerlukan bantuan umat Islam tetapi timbul rasa takut
terhadap persatuandan kebangkitan umat Islam.Mayor Jendral Okazaki lebih menekankan
perhatian pemerintahannya kepada ulama daripadaMIAI. Dengan cara ini diharapkan dapat
mematikan MIAI yang berkedudukan di Jakarta. Usahadi atas ini jelas gagal. Betapa
mungkin KUA dapat diperalat untuk menghancurkan MIAI.12. Orang Jepang harus
menyadari bahwa Islam bukanlah hanya sekadar agama, tetapi merupakankeseluruhan way
of life yang telah menyebar ke segenap lapisan masyarakat. Umat IslamIndonesia telah
lama berjuang menentang imperialisme Barat. Hal ini sesuai dengan dasarmengapa umat
Islam dapat bekerja sama dengan Jepang. Untuk memelihara kerja sama inihendaknya kita
saling menghormati agama kita masing-masing. Perbedaan agama tidaklahmenjadi
penghalang perbedaan tersebut.Sebenarnya Jepang sendiri adalah imperialis. Tetapi bagi
umat Islam saat itu tidak ada pilihanlain kecuali menampakkan sikap yang demikian itu.
Sebaliknya Jepang juga tidak ubahnyadengan Belanda berusaha untuk menghancurkan
Islam. Tetapi kondisi peperangan yangmenuntut bantuan stabilitas dalam negeri, memaksa
Jepang untuk mendekati umat Islam.Harry J. Benda menyatakan melalui propaganda Jawa
Baru, umat Islam membangkitkan Pan-Islamisme.Mengawasi PesantrenTentara Jepang
banyak mewarisi hasil karya belanda, kebijaksanaan politik Islamnya Belanda,dicoba
direvisi sedikit. Perang dunia II menuntut Jepang untuk menggerakkan massa
Islamberpihak kepadanya. Untuk itu diletakkanlah Nippons Islamic Grass Roots Policy
(kebijaksanaanpolitik Jepang terhadap kalangan rakyat jelata Islam). Sasarannya adalah
pesantren, desa, danulama, dan menjadikan ulama menjadi pemimpin sipil terdepan yang
berpartisipasi menciptakan ketentraman dan kewaspadaan. Penguasa kepada ulama berarti
bahwa Jepangmenguasai desa dan pesantren.Untuk melaksanakan policy di atas, Jepang
menggunakan media pendidikan sebagai alatpropagandanya. Para ulama perlu ditingkatkan
partisipasinya dengan diadakan semacam kursuskilat, tujuannya untuk meningkatkan
kesadaran ulama terhadap situasi dunia dan semangatulama supaya dapat sepenuhnya
membantu Jepang.Inilah sebagai pelaksanaan Islamic Gross-roots policy-nya jepang. Di

18
satu pihak Jepang menolakmentah-mentah eksistensi parpol Islam, tetapi di lain pihak
Jepang lebih menyukaimempolitikkan ulama. Dengan cara ini Jepang berharap dapat
menyalurkan potensi latenpesantren kepada kepentingan perangnya.Pembela Tanah Air
(PETA)PETA dibentuk pada tanggal 10 September 1943 oleh Gatot Mangkupraja kawan
Bung Karno."Tetapi harus diingat bahwa Jepang bagaimanapun juga adalah imperialis".
Dasar inilah yangmembuat pembentukan PETA lebih bersifat politik daripada ketentaraan.
Pembentukan PETAbukan hanya karena permohonan Gatot Mangkupraja, ataupun usulan
milisi dari R. Sutarjo,karena Jepang sendiri telah memiliki konsep tentang pembentukan
tentara pribumi.Untuk merealisasikan tentara pribumi ini diserahkan pada Beppen (Seksi
khusus, dinasintelijen). Segera Beppan membentuk Jawa Bo-ei Giyugun Kanbu Renseitai
(Korps latihan perwira pasukan sukarela pembela tanah air Jawa) di Bogor. Disinilah
ulama dilatih sebagaicalon daidanco (komandan batalion).Untuk mendapatkan dukungan
lebih banyak dari umat Islam, maka dikatakan bahwa tugas petasebagai tugas suci.
Daidanki (Bendera peta) dengan lambang bulan bintang ini dijelaskan olehKan Po sebagai
lambang yang dihormati oleh rakyat di Jawa.Tujuan penguasa militer Jepang sebenarnya
tidak akan menciptakan kesatuan, tetapi hanyamenginginkan kerja sama lebih mudah
dengan umat Islam Indonesia.adapun usaha Jepangbertujuan; 1. Menanamkan semangat
Nippon, 2. Menumbuhkan loyalitas ulama terhadapJepang, 3. Meyakinkan kebencian
ulama terhadap sekutu, 4. Perang asia Timur Raya adalahperang suci, 5. Menambahkan
keyakinan bahwa Jepang dan Indonesia adalah satu nenekmoyang dan satu ras.Tujuan di
atas menumbuhkan sikap takut Jepang akan timbulnya kesatuan umat Islam. Petaselain
diharapkan bantuannya, juga disiapkan untuk memecah belah struktur
organisasinya.Namun ulama masih sanggup memanfaatkan Peta untuk membangkitkan
semangatkeprajuritan. Usaha ulama inilah yang menjadikan peta sebagai wadah
pembibitan pemimpinTNI nanti di kemudian hari.Bait A-Mal dan Jawa HokokaiMIAI
dalam memanfaatkan perubahan selama penduduk Jepang, digunakan pula
untukmenghimpun dana. Dari dana ini diharapkan dapat membiayai pembinaan umat.
Untuk itu MIAIdiluar KUA mengadakan gerakan pengumpulan zakat Bait Al-Mal (BAM).
Usaha ini terlihat nyatadi Bandung yang dipelopori oleh bupati Wiranta Kusuma dan
meluas di seluruh Jawa terbentuk35 cabang (BAM).Tampaknya Jepang tidak sejalan
dengan tindakan MIAI membentuk BAM tanpa Backing dariKUA. Untuk mengimbangi
atau mematikan BAM, Jepang melancarkan kegiatan Jawa Hokokai(kebangkitan rakyat),
dan Tonari Gumi (rukun tetangga) usaha ini benar-benar berhasiltertunjang oleh kondisi
peperangan sehingga BAM tidak bisa melanjutkan usahanya.MasyumiPengaruh MIAI
cukup membahayakan. MIAI masih sanggup menunjukkan kemampuannyamenggerakkan
massanya, berbeda dengan partai sekuler lainnya yang sudah tidak mampumenampakkan
potensi massanya lagi. Oleh karenanya Jepang mencoba menghilangkanpengaruh MIAI
dengan membentuk Majelis Syura Muslimin Indonesia, sekaligus denganpembentukan
organisasi baru ini bertujuan untuk menurunkan pimpinan MIAI denganmengangkat
Hasyim Asyari sebagai ketua Masyumi. Jepang mengharapkan timbulnyaperpecahan di
kalangan umat Islam. Tetapi kenyataannya perkembangan Masyumi sangatcepat kontras
sekali dengan Putera dan Hokokai.Sejak awal Jepang telah mencoba untuk menetralisir
Masyumi dari kegiatan politik. perwira pasukan sukarela pembela tanah air Jawa) di

19
Bogor. Disinilah ulama dilatih sebagaicalon daidanco (komandan batalion).Untuk
mendapatkan dukungan lebih banyak dari umat Islam, maka dikatakan bahwa tugas
petasebagai tugas suci. Daidanki (Bendera peta) dengan lambang bulan bintang ini
dijelaskan olehKan Po sebagai lambang yang dihormati oleh rakyat di Jawa.Tujuan
penguasa militer Jepang sebenarnya tidak akan menciptakan kesatuan, tetapi
hanyamenginginkan kerja sama lebih mudah dengan umat Islam Indonesia.adapun usaha
Jepangbertujuan; 1. Menanamkan semangat Nippon, 2. Menumbuhkan loyalitas ulama
terhadapJepang, 3. Meyakinkan kebencian ulama terhadap sekutu, 4. Perang asia Timur
Raya adalahperang suci, 5. Menambahkan keyakinan bahwa Jepang dan Indonesia adalah
satu nenekmoyang dan satu ras.Tujuan di atas menumbuhkan sikap takut Jepang akan
timbulnya kesatuan umat Islam. Petaselain diharapkan bantuannya, juga disiapkan untuk
memecah belah struktur organisasinya.Namun ulama masih sanggup memanfaatkan Peta
untuk membangkitkan semangatkeprajuritan. Usaha ulama inilah yang menjadikan peta
sebagai wadah pembibitan pemimpinTNI nanti di kemudian hari.Bait A-Mal dan Jawa
HokokaiMIAI dalam memanfaatkan perubahan selama penduduk Jepang, digunakan pula
untukmenghimpun dana. Dari dana ini diharapkan dapat membiayai pembinaan umat.
Untuk itu MIAIdiluar KUA mengadakan gerakan pengumpulan zakat Bait Al-Mal (BAM).
Usaha ini terlihat nyatadi Bandung yang dipelopori oleh bupati Wiranta Kusuma dan
meluas di seluruh Jawa terbentuk35 cabang (BAM).Tampaknya Jepang tidak sejalan
dengan tindakan MIAI membentuk BAM tanpa Backing dariKUA. Untuk mengimbangi
atau mematikan BAM, Jepang melancarkan kegiatan Jawa Hokokai(kebangkitan rakyat),
dan Tonari Gumi (rukun tetangga) usaha ini benar-benar berhasiltertunjang oleh kondisi
peperangan sehingga BAM tidak bisa melanjutkan usahanya.MasyumiPengaruh MIAI
cukup membahayakan. MIAI masih sanggup menunjukkan kemampuannyamenggerakkan
massanya, berbeda dengan partai sekuler lainnya yang sudah tidak mampumenampakkan
potensi massanya lagi. Oleh karenanya Jepang mencoba menghilangkanpengaruh MIAI
dengan membentuk Majelis Syura Muslimin Indonesia, sekaligus denganpembentukan
organisasi baru ini bertujuan untuk menurunkan pimpinan MIAI denganmengangkat
Hasyim Asyari sebagai ketua Masyumi. Jepang mengharapkan timbulnyaperpecahan di
kalangan umat Islam. Tetapi kenyataannya perkembangan Masyumi sangatcepat kontras
sekali dengan Putera dan Hokokai.Sejak awal Jepang telah mencoba untuk menetralisir
Masyumi dari kegiatan politik.
C.Sejarah peradaban pada masa kerajaan
Kerajaan Islam di Indonesia adalah salah satu periodisasi dari sejarah peradaban
Indonesia. Peradaban ini muncul seiring dengan lahirnya agama baru dalam peradaban umat
manusia, yaitu Agama Islam di peradaban Semenanjung Arabia. Kurun waktu periode ini
berlangsung antara tahun 840-an M dengan berdirinya kerajaan Islam pertama yaitu
Kesultanan Perlak, hingga tahun 1903 M dengan runtuhnya Kesultanan Aceh akibat
pendudukan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.Periode ini memiliki pesan moral yang
penting bagi kelangsungan masyarakat, keutuhan bangsa, dan kehidupan bernegara. Pesan
tersebut adalah rasa toleransi yang dibangun antar umat beragama. Saat Indonesia masih
memegang kepercayaan setempat (Hindu-Buddha), masyarakat Indonesia menerima dengan

20
tangan terbuka masuknya ajaran baru berupa agama Islam.Penyebaran agama Islam dilakukan
melalui akulturasi dan asimilasi dengan kebudayaan peradaban Hindu-Buddha, serta
kepercayaan lokal lainnya.Karena sifat penyebaran Agama Islam di Indonesia yang
kebanyakan dibawa oleh pedagang, kebanyakan Kerajaan Islam awal di Indonesia merupakan
kerajaan yang berwilayah di pesisir, atau setidaknya memiliki akses ke wilayah pesisir. Selain
itu, kontak dengan kerajaan-kerajaan Islam seperti Turki Ottoman, Mamluk Mesir, serta
Persia menjadi daya tarik pula bagi raja-raja di Indonesia untuk berpindah agama ke
Islam.Terdapat beberapa kerajaan besar atau kerajaan utama yang berdiri pada periode ini,
antara lain: Ta'cheh, Perlak, Samudera-Pasai, Aceh, Malaka, Ternate-Tidore, Demak,
Cirebon, Banten, Mataram Islam, Gowa-Tallo, Bone, dan kerajaan kecil lainnya.
A.Kesultanan Ta’cheh (Tashih),
merupakan sebuah istilah yang berada dalam rekaman sejarah masuknya agama Islam ke
Indonesia oleh sumber-sumber yang berasal dari Cina. Dalam sumber-sumber tersebut,
dijelaskan bahwa pada abad ke-7 Masehi terdapat sebuah kerajaan bernama Holing (Kalingga) di
daerah Cho-po (Jawa) yang diperintah oleh Ratu Sima.Untuk mengetahui keberadaan kerajaan
tersebut, Kesultanan Ta’cheh mengirimkan utusan ke Holing untuk menjalin hubungan.
Berdasarkan penelitian, negeri Ta’cheh sendiri adalah sebutan bagi negeri Arab yang pada saat
itu berada di bawah kepemimpinan Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan dari Bani Umayyah yang
memerintah dari tahun 657-780 Masehi.
B.Kesultanan Perlak
merupakan salah satu kerajaan dalam peradaban Islam di Indonesia. Kesultanan ini bertempat di
daerah kabupaten Aceh Timur sekarang ini. Kesultanan Perlak berdiri sejak abad ke-9 Masehi
sampai tahun 1292. Tokoh-tokoh penting dari kesultanan Perlak meliputi Sultan Alaidin Syed
Maulana Abdul Aziz Syah (840-864), Sultan Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986-988)
serta Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 - 1023).

Kesultanan Perlak mengalami kemunduran karena adanya pertikaian antara aliran Sunni dan
Syiah yang menyebabkan kesultanan ini terbagi menjadi dua, Perlak Pesisir (Syiah) dan Perlak
Pedalaman (Sunni). Keadaan ini menyebabkan kerajaan Sriwijaya menginvasi Kesultanan
Perlak. Kesultanan Perlak berakhir eksistensinya dengan wafatnya Makhdum Alaiddin Malik
Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 - 1292), yang mengakibatkan kesultanan ini diserap oleh
Kesultanan Samudra-Pasai karena salah satu putri dari sultan tersebut menikah dengan sultan
dari Samudra Pasai, Muhammad Malik Al-Saleh.
C.Kesultanan Samudra-Pasai
adalah salah satu kerajaan dalam peradaban Islam di Indonesia. Kerajaan ini bertempat di
wilayah Pantai Utara Sumatra, dekat daerah Perlak. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung dari
tahun 1267, sampai tahun 1524. Beberapa tokoh terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Malik al-
Saleh (1267-1292), serta Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1345). Masa kejayaan kerajaan
Samudra Pasai terjadi di masa kepemimpinan Mahmud Malik az-Zahir.
21
Kesultanan Samudra-Pasai mengalami kemunduran setelah mengalami invasi oleh Kerajaan
Majapahit antara tahun 1345-1350. Meski demikian, keruntuhan Samudra-Pasai sendiri baru
terjadi pada tahun 1524, dengan terjadinya penaklukan Malaka oleh bangsa Portugis. Kesultanan
Samudra Pasai yang pada saat itu telah menjadi vassal atau bawahan dari Kesultanan Malaka
turut ditundukkan oleh Portugis. Jejak Kerajaan Samudra Pasai dapat dilihat melalui beberapa
peninggalan seperti batu nisan Malik al-Saleh, serta kitab Hikayat Raja-Raja Pasai. Dalam
sejarah Indonesia, Samudra Pasai memegang peran penting sebagai pusat penyebaran Agama
Islam awal di Indonesia, dengan ulama dan pedagangnya yang menyebarkan Agama Islam ke
Pulau Jawa. Selain itu, Pasai juga menjadi pusat pendidikan ilmu Agama Islam bagi para
penyebar Agama Islam seperti beberapa dari Wali Sanga.

22
BAB III

Penutup

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sejarah, kebudayaan dan peradaban
adalah tiga hal yang berbeda. Peradaban menekankan pada aspek kebudayaan yang bernilai
tinggi dan diterima secara universal oleh seluruh masyarakat. Dalam hal ini, indonesia
memiliki karakteristik kebudayaannya, sedangkan kehadiran Islam turut mempengaruhi
terhadap bentuk-bentuk kebudayaan sehingga diterima hingga menjadi peradaban.

Adapun bentuk-bentuk peradaban Islam di Indonesia antara lain pesantren, organisasi


Islam, dan ekonomi. Peradaban keislaman di Indonesia dalam bidang pendidikan paling
menonjol adalah pesantren. Adapun peradaban gerakan masyarakat tercermin dalam
organisasi masyarakat yang berasaskan Islam. Sedangkan dalam hal perekonomian adalah
sistem pengelolaan zakat yang tepat guna terhadap hak penerimanya.

Pada masa penjajahan Belanda terjadi pemberontakan pejuang-pejuang Islam yang


berkobaruntuk membela tanah air. Untuk menghadapi umat Islam, Belanda menggunakan
caradepolitisasi, yaitu menjadikan para ulama tuna politik. Selain itu, banyak taktik Belanda
yanglainnya seperti adu domba antara Islam-Priyayi, tanam paksa dan lain-lain. Namun tentu
sajaumat Islam tidak selamanya berdiam diri dalam urusan politik, sehingga mulailah
bermunculanorganisasi-organisasi bernuansa Islam di sekitar awal abad ke dua puluh. Inilah
permulaankembalinya Islam di kancah politik secara nasional.
Perkembangan Islam pada masa Jepang ini sangat berarti, karena kebijaksanaan
yangdiberlakukan bangsa Jepang sedikit berbeda dengan Belanda, walau intinya tetap sama
yaitudalam mengeruk kekayaan Indonesia alias imperialisme. Dengan demikian Islam dapat
lebihberperan dalam kehidupan kenegaraan walaupun tak sedikit pula tekanan dari pihak
Jepang.Perkembangan Islam ini dapat dilihat dari keterlibatan umat Islam di dalam organisasi
politikdan militer baik bentukan anak negeri maupun bentukan Jepang.

23
Daftar Pustaka
Azzra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVII: Akar Pembaharuan Islam Indonesia. Jakarta: kencana Prenada Media Group,2004

Hadi W. M, Abdul. “Islam Kultural, Peranannya dalam Masyarakat Madani” dalam Jurnal
Universitas Paramadina Vol. 1 No. 1, September 2001

Karim, M. Abdul. Teori Jalur India Tentang Masuknya Islam di Indonesia (Studi Teori Bangla
dan Gujarat. Makalah tanpa tahun terbit.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT Raja grafindo,1999

Mugiyono, “Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif Sejarah”, dalam
Jurnal IAIN AR-Raniri, No. 1/1-20/Th-XIV/2013.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985

Noer, Delier. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1980

Posha, Beti Yanuri. “Perkembangan Islam Di Indonesia Pasca Kemerdekaan” dalam Jurnal
HISTORA, Vol 3. No. 2. Tahun 2015

Sukma, Rizal dan Joewono, Clara. Gerakan Pemikiran Islam Indonesia


24
Kontemporer. Yogyakarta: Kanisius, 2007

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajagrafindo, 2004.

http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia

Sumber : http://www.stitdaarulfatah.ac.id/journal/index.php/jmf/article/view/23/20

https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia#:~:text=Islam%20dipercaya%20tiba%20di
%20Indonesia,sekitar%20abad%20ke%2D13%20M.

https://www.slideshare.net/karepku/perkembangan-peradaban-islam-di-indonesia-pada-masa-
penjajahan-barat-dan-penjajahan-jepang

25

Anda mungkin juga menyukai