Anda di halaman 1dari 17

ASAL MUASAL MUNCULNYA KEDATANGAN

ISLAM DI INDONESIA

Makalah

Dosen Pengampu:
Dese Yoeliani Wikaryo, M. Pd.

Oleh:
Kelompok 13

A. Syaifullah NIM. 170102010689


Rizky Afriliananda NIM. 170102010363
Norhalimah NIM. 170102010322
Ahmad Marhaban Arifbillah NIM. 170102010961

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan rahmat
dan karunianya kepada kita semua, sehingga kita masih bisa bernafas menjalani hidup di
dunia ini. Sholawat serta salam juga tidak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang penuh kebaikan.

Penyusun kelompok yang menyusun makalah ini mengucapkan terima kasih banyak
kepada bapa dosen pengampu yang telah membimbing penyusun dalam penyusunan
makalah “Asal Muasal Munculnya Kedatangan Islam di Indonesia”. Dan kepada teman
sekelompok penyusun yang telah berkorban meluangkan waktu membantu menyusun
makalah sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Besar harapan penyusun untuk teman-teman memberikan masukan-masukan


membangun untuk menambah perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun sadar
bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah, karena manusia itu tempatnya
salah dan khilaf.

Banjarmasin, 29 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Teori Masuknya Islam di Indonesia ......................................................3
B. Saluran Islamisasi masuknya Islam di Indonesia ..................................6
C. Faktor Diterimanya Islam di Indonesia ...............................................11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUTAKA ....................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang Masalah


Sejak zaman prasejarah. penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatera dan Jawa antara abad ke-l dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing,
seperti Lamuri (Aceh). Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa). 1
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab. Persia, dan India juga ada
yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M
(abad I H), ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.
Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis 1511.2 Oleh sebab itu
penyebaran agama Islam sudah mulai terjadi, untuk lebih memahami
bagaimana penyebaran atau masuknya Islam di Indonesia maka kami
kelompok 13 membuat makalah tentang asal muasal munculnya
kedatangan Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori masuknya Islam di Indonesia?
2. Apa saja saluran Islamisasi masuknya Islam di Indonesia?
3. Apa saja faktor diterimanya Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja teori masuknya Islam di Indonesia.
2. Mengetahui apa saja saluran Islamisasi masuknya Islam di Indonesia.
3. Mengetahui apa saja faktor diterimanya Islam di Indonesia.

1
Taufiq Abdullah (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia,(Jakarta: Majelis Ulama
Indonesia.1991), h.34.
2
Hafidz Ansari,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta:PT Drafindo Persada,2015). h. 192.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Masuknya Islam Di Indonesia

Menjelang abad ke-13 M, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman Muslim.


Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia,
dan India memang penama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan,
proses lslamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan ini terjadi. Dengan
demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan Islam pertama di kepulauan Nusantara
ini berdin’ di Aceh, yaitu kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada pertengahan
abad ke-13M. 3

Islam telah menyebar dari Timur Tengah menuju Asia Tengah dan dari
Afganistan menuju India maka Islam menyebar dari berbagai wilayah India dan
Arabian ke Semenanjung dan kepulauan Indonesia pada akhir abad ke-13, 14, dan
15.4 Berikut disampaikan sebagian orang-orang yang berjasa dalam syiar Islam,
yakni:

a. Masuknya Islam melalui Pedagang Gujarat


Keberadaan para pedagang Gujarat itu bertolak dari catatan perjalanan
Marcopolo, yang mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Pureula, tahun
1292 M, ia telah menyaksikan banyak pedagang asal Gujarat giat menyiarkan
agama Islam. Pendapat itu diperkuat dengan adanya batu nisan Sultan Malik
ash-Sholeh.
b. Masuknya Islam melalui Pedagang Persia
Pendapat ini didukung oleh Umar Amin Husein,dengan alasan bahwa di
Persia ada suku yang bernama Laren dan Jawi. Kemungkinan para pedagang
dari dua duku inilah yang mengajarkan huruf Arab di Pulau Jawa yang dikenal
dengan huruf Pegon.ahli lain yang mendukung pendapat ini adalah Hossein

3
Ibid., h. 196.
4
Dedi Supriyadi, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia, 2008

2
Djajadiningrat yang mengatakan bahwa terdapat pasangan dalam bahasa Arab
yang disebut Jabar Jer. Istilah ini termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa Arab
disebut fathah kasrah. Selain itu, di sebagian wilayah Nusantara terdapat tradisi
Muharram, yang dihubungkan dengan Hussein putra Sayyidina Ali ra
meninggal di Karbala. Di Persia, upacara peringatan meninggalnya Hussein ini
ditandai dengan mengarak peti yang disebut tabut. Oleh karena itu, bulan
Muharram dikenal juga dengan sebutan bulan tabut dan diramaikan dengan
perayaan yang semisal, oleh masyarakat antara lain Aceh dan Minangkabau.
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh Persia.
c. Masuknya Islam melalui Pedagang Arab
Pendapat ini datang antara lain dari Hamka,menurutnya : (1) Raja-Raja
Samudera Pasai menganut madzab Syafi’i. Penganut madzayafi’I terbesar saat
itu adalah masyarakat Mesir. Dan Makkah. Bila agama Islam yang masuk di
Nusantara berasal dari Persia tentu banyak masyarakat Indonesia yang
menganut faham Syiah seperti di Persia. Atau bermadzab Hanafi, seperti di
India;(2) Gelar al-Malik yang digunakan oleh raja-raja Samudera Pasai, berasal
dari Mesir. Sedangkan gelar Syah yang berasal dari Persia, baru digunakan oleh
raja-raja Malaka pada awal abad ke-15 M.5
d. Menurut Sarjana muslim kontemporer
Sarjana muslim kontemporer seperti Taufik Abdulah menurut
pendapatnya memang benar islam sudah datang ke Indonesia sejak abadd
pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau 8 masehi, tetapi baru di anut oleh para
pedagang timur tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah islam masuk secara
besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan
berdirinya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran
Baghdad ibu kota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran Baghdad menyebab kan
pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke aras Asia Selatan,
Asia Timur, dan Asia Tenggara. 6

5
Taufik Abdullah(ed), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991), h. 39.

6
Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), 9.

3
Banyak juga teori yang menjelaskan mengenai kedatangan islam di
indonesia, baik dari sisi waktu, pembawa, tempat dan cara-cara atau metode
yang dipergunakan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa agama islam telah
masuk ke Indonesia sejak masa-masa awal perkembangan Islam disekitar abad
ke-7M/ abad ke-1H, dan langsung dari Arab atau Persia. Namun ada pula yang
mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia baru terjadi pada abad ke-
11M/5H. Bahkan ada juga yang berpendapat Islam masui ke Indonesia pada
abad ke-13M dan berasal dari Gujarat atau India. Teori-teori tersebut memiliki
landasan dan argumentasi masing-masing, sehingga antara satu teori dengan
teori lainnya sebenarnya tidak bertentangan, melainkan menjadi pelengkap dari
berbagai teori yang ada.
Para ahli mengatakan bahwa berdasarkan data yang dicatat oleh pendeta
Budha Cina bernama I-Tsing, yang melakukan perjalanan dari Canton menuju
India dengan menggunakan kapal Po-sse dan singgah di Bhoga (diduga
Palembang, Sumatera Selatan) bahwa sekitar tahun 674M Arab atau Persia
muslim, yang disebutnya sebagai komunitas Ta-Shih dan Po-sse. Mereka
umumnya adalah para pedagang yang telah lama menjalin hubungan
perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. Karena hubungan itu dianggap saling
menguntungkan, maka Sriwijaya memberikan daerah khusus bagi pedagang
tersebut.
Selain data tersebut, Azyumardi menemukan adanya indikator lain berupa
kata bersila. Kata ini menunjukkan bahwa tradisi itu bukan berasal dari tradisi
keraton, tetapi berasal dari tradisi Arab atau Persia yang egaliter. Sebab, kalau
kita lihat dari tradisi keraton, bilamana seseorang ingin bertemu dengan raja,
maka orang tersebut harus merangkak ke depan dan ketika berhadapan dengan
raja, ia harus bersujud. Dalam tradisi Arab Islam, sujud hanya diperbolehkan di
hadapan Allah, bukan di hadapan makhluk-Nya.
Berdasarkan teori itu, dapat dipahami bahwa sebenarnya agama Islam
telah datang ke wilayah Nusantara sejak abad ke-7M atau abad ke-1H. Agama
Islam ini langsung dibawa oleh para saudagar dan mubaligh yang berasal dari
negeri Arab atau Persia.

4
Pendapat kedua, mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
baru terjadi sekitar abad ke-11M / abad ke-5H. Data ini didasari atas temuan
arkeologis berupa batu nisan. Bukti arkeologis tersebut kebanyakan ditemukan
di daerah jalur perdagangan internasional serta jalur persimpangan. Batu nisan
tertua yang ditemukan di Indonesia berupa batu nisan kuburan Fatimah binti
Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tanggal 7 Rajab 475H / Desember
1082M. Bentuk nisan dan tulisannya sama dengan batu nisan Ahmad bin Abu
Ibrahim bin Arradh Rahdar alias Abu Kamil (w. Kamis Malam, 29 Shafar 431H
/ 1039M) yang ditemukan di Phanrang, Vietnam. Pada kedua batu nisan tersebut
terdapat kaligrafi Arab dengan jenis huruf Kufi bercorak Timur Tengah, yaitu
dengan tanda hiasan bentuk kali atau lengkungan pada bagian ujung yang tegak.
Gaya huruf Kufi seperti itu berkembang di Persia pada akhir abad ke-10M.
Berdasarkan data arkeologis ini, maka dapat dipikirkan bahwa pesisir
Utara Jawa Timur, khususnya di Leran, Gresik, telah terdapat sekelompok
komunitas muslim yang berasal dari Timur Tengah. Dengan kata lain, Isam
masuk ke Indonesia berasal dari Timur Tengah yang dibawa oleh para sudagar
dan mubaligh Arab atau Persia muslim.
Sementara teori lain, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa agama
Islam masuk ke Nusantara(Indonesia) sekitar abad ke-13M dan berasal dari
Gujarat , India. Teori ini didasari atas data-data arkeologis berupa batu nisan
pada makam raja Malikus Saleh yang ditemukan di kerajaan Islam Samudera
Pasai. Batu nisan ini bertuliskan angka tahun 686H/1297M. Berdasarkan
hasil penelitian arkeologis, batu nisan ini berasal dari Gujarat India, dan jenis
batu ini sering dipergunakan oleh pemeluk Hindu Gujarat untuk membangun
kuil-kuil mereka, selain sebagai barang dagangan. Hubungan dagang antara
Samudera Pasai terus berlanjut, hingga kedua bangsa ini memeluk Islam.
Teori ini diperkuat oleh pendapat Christian Snouck Hurgronye. Snouck
mengatakan bahwa agama Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M
berasal dari Gujarat, India. Teori ini didasari atas data-data arkeologis berupa
batu nisan pada makam raja Malikus Saleh yang ditemukan di kerajaan Islam
Samudera Pasai. Batu nisan ini bertuliskan angka tahun 686 H/1297 M.

5
Berdasarkan hasil penelitian arkeologis, batu nisan ini berasal dari Gujarat
India, dan jenis batu ini sering di pergunakan oleh pemeluk Hindu Gujarat untuk
membangun kuil-kuil mereka, selain sebagai barang dagangan. Hubungan
dagang antara Samudera Pasai terus berlanjut, hingga kedua bangsa ini
memeluk Islam.
Teori ini diperkuat oleh pendapat Christian Snouck Hurgronye. Snouck
mengatakan bahwa agama Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dan
berasal dari Gujarat, India. teori ini didasari atas hasil analisisnya mengenai
adanya unsur-unsur lokal berupa animisme dan dinamisme yang terdapat dalam
ajaran Islam pada masa itu.
Menurutnya, ajaran Islam yang diterima oleh pemeluknya di Indonesia,
telah tercemar oleh ajaran mistisisme. Lebih jauh Snouck menggambarkan hal
tersebut dengan aliran air sungai yang mengalir. Indonesia digambarkannya
sebgai hilir, tempat air sungai berhenti. Sementara Arab, Timur tengah
digambarkannya dengan hulu sungai. Kalau agama Islam datang dari Arab,
maka ajaran yang diterima masyarakat masih murni. Tetapi kenyataannya,
ajaran Islam yang dianut masyarakat Muslim Indonesia pada masa itu telah
tercemar oleh tradisi lokal berupa ajaran animisme dan dinamisme yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad di Mekkah dan
Madinah.
Meskipun teori ini tidak begitu kuat, banyak ahli atau sejarawan Indonesia
yang berpedoman pada teori ini. Hal itu didasari atas kenyataan sejarah bahwa
masih banyak sejarawan Indonesia yang mampu mengungkap data-data penting
yang diambil dari manuskrip yang banyak terdapat di Indonesia. meskipun
begitu teori ini menjadi pelengkap dari beberapa teori yang telah dikemukakan
para ahli sejarah Indonesia.7
B. Saluran Islamisasi Masuknya Islam Di Indonesia
Seperti ditegaskan pada bagian terdahulu bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia terjadi secara periodik, tidak sekaligus. Pada bagian ini akan diuraikan

7
Dr. Murodi, MA, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT. Karya Toha Putra, 2006), h.
45

6
mengenai penyebaran Islam dan media yang dipergunakan oleh para pedagang dan
muballigh dalam penyebaran Islam di Indonesia. paling tidak terdapat beberapa
cara yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia, seperti perdagangan,
perkawinan, pendidikan, kesenian, dan Tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai
hal tersebut.
1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas
perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab,
Persia, India, Cina, dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam perdagangan
di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamiisasi melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan,
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam aktivitasperdagangan tersebut.
Bahkan mereka menjadi pemilik kapal saham perdagangan itu. Fakta sejarah ini
dapat diketahui berdasarkan data dan informasi penting yang dicatat Tome’ Pires
bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di Pesisir pulau Jawa yang
ketika itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin
bertambah banyak. Dalam perkembangan selanjutnya, anak keturunan mereka
menjadi penduduk Muslim yang kaya raya.
Pada beberapa tempat, para penguasa Jawa, yang menjabat sebagai bupati-
bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir pulau Jawa banyak yang masuk Islam.
Keislaman mereka bukan hanya disebabkan oleh faktor politik dalam negeri yang
tengah goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan para
pedagang muslim. Hubungan ekonomi perdagangan ini sangat menguntungkan
secara meterial bagi mereka, yang pada akhirnya memperkuat posisi dan kedudukan
sosial mereka dimasyarakat Jawa. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya,
mereka mengambil alih perdagangan dan kekuasaan ditempat tinggal mereka.
Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim
sebagai sarana atau media dakwah. Sebab, dalam setiap muslim memiliki

7
kewajiban untuk menyebarkan ajaran Islam kepada siapa saja dengan tanpa
paksaan. Oleh karena itu, ketika penduduk Nusantara banyak yang berinteraksi
dengan para pedagang muslim, dan keterlibatan mereka semakin jauh dalam
aktivitas perdagangan, banyak diantara mereka yang memeluk Islam. Karena pada
saat itu, jalur jalur strategis perdagangan Internasional hampir sebagian besar
dikuasai oleh para pedagang muslim. Oleh karena itu, bila para penguasa lokal di
Indonesia ingin terlibat jauh dengan perdagangan internasional , maka mereka harus
berperan aktif dalam perdagangan internasional dan harus sering berinteraksi
dengan para pedagang muslim.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan
banyak penduduk pribumi, terutama para wanita, yang tertarik menjadi isteri-isteri
para saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita
yang akan dinikahi harus di Islamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga
mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengislaman hanya dengan
mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
Setelah itu, mereka menjadi komunitas muslim di lingkungannya sendiri.
Keislaman mereka menempatkan diri dan keluarganya berada dalam status sosial
dan ekonomi cukup tiggi. Sebab, mereka bukan lagi orang Jawa atau Indonesia
yang kafir, tapi muslim yang kaya dan berstatus sosial. Kemudian setelah mereka
memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampung-
kampung dan pusat-pusat kekuasan Islam.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula para wanita muslim yang
dikawini oleh keturunan bangsawan lokal. Hanya saja, anak-anak para bangsawan
tersebut harus diisamkan terlebih dahulu. Dengan demikian, mereka menjadi
keluarga muslim dengan status sosial ekonomi dan posisi politik penting di
Masyarakat.
Jalur perkawinan ini lebil menguntungkan lagi apabila terjadi antara
saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja atau anak adipati. Karena
raja, adipati, atau bangsawan itu memiliki posisi penting di dalam masyarakatnya,

8
sehingga mempercepat proses Islamisasi. Di antara salah satu contoh yang dapat
dikemukakan di sini adlah perkawinan antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel
dengan Nyai Manila, antara Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten,
Briwijaya dengan Puteri Campa, orang tua Raden Patah, raja kerajaan Islam Demak
dan lain-lain.
3. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan.
Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren.
Pada lembaga inilah para ulama memberi pengajaran keilmuan Islam melalui
berbagai pendekatan sampai kemudian para santri yang mempelajari keilmuan
Islam mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka
dianggap mampu, mereka kembali ke kampung halaman untuk mengembangkan
agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari
lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah
maupun mutunya.
Lembaga pendidikan Islam ini tidak membedakan status sosial dan kelas,
siapa saja yang berkeinginan mempelajari atau memperdalam pengetahuan
keagamaan Islam, diperbolehkan memasuki lembaga pendidikan ini. Dengan
demikian, pesantren-pesantren dan para ulamanya telah memainkan peran yang
cukup penting didalam proses pencerdasan kehidupan masyarakat, sehingga
banyak masyarakat yang kemudian tertarik masuk Islam.
Diantara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa awal Islam
di Jawa adalah pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta.
Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri, popularitasnya melampaui batas
pulau Jawa hingga ke Maluku. Masyarakat yang mendiami pulau Maluku, terutama
Hitu, banyak yang berdatangan ke pesantren Sunan Giri untuk belajar ilmu agama
Islam. Bahkan Sunan Giri dan para ulama lainnya pernah diundang ke Maluku
untuk memberikan pelajaran agama Islam. Banyak diantara mereka yang menjadi
Khatib, Muadzin, Hakim (qadli) dalam masyarakat Maluku dengan memperoleh
imbalan cengkeh.

9
Dengan cara-cara seperti itu,maka agama Islam terus tersebar keseluruh
penjuru nusantara, hingga akhirnya banyak penduduk Indonesia yang menjadi
muslim. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model pendidikan pesantren yang
tidak mengenal kelas menjadi media penting didalam proses penyebaran Islam di
Indonesia, bahkan kemudian diadopsi untuk pengembangan pendidikan keagamaan
pada lembaga-lembaga pendidikan sejenis di Indonesia.
4. Tasawuf
Media lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah Tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi
terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang
tertarik menerima ajaran tersebut. Pada umumnya, para pengajar Tasawuf atau para
sufi adalah guru-guru pengembara, dengan sukarela mereka menghayati
kemiskinan, mereka juga seringkali berhubungan dengan perdagangan, mereka
mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
masyarakat Islam. Mereka mahir dalam hal magis, dan memiliki kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang menikahi gadis-gadis para
bangsawan setempat.
Dengan Tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada para penduduk
pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
memeluk agama Hindu, sehingga ajaran islam dengan mudah diterima mereka.
Diantara para sufi yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan
alam pikiran Indonesia pra-Islam adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini terus dianut bahkan
hingga kini.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui
pertunjukan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah materi
dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya. Sunan Kalijaga hanya meminta
kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua kalimah syahadat.

10
Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata,
tetapi muatannya berisi ajaran islam dan nama-nama pahlawan muslim.
Selain wayang, media yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di
indonesia adalah seni bangunan, seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni musik, dan
seni sastra. Di antara bukti yang dihasilakan dari perkembangan Islam awal adalah
seni bangunan Masjid Agung Demak, Sendang Duwur, Agung Kesepuhan,
Cirebon, Masjid Agung Banten, dan lain sebagainya. Seni bangunan Masjid yang
ada, merupakan bentuk akultrasidari kebudayaan lokal Indonesia yang sudah ada
sebelum Islam, seperti bangunan candi. Salah satu dari sekian banyak contoh yang
dapat kita saksikan hingga kini adalah masjid Kudus dengan menaranya yang
sangat terkenal itu. Hal ini menunjukkan sekali lagi bahwa proses penyebaran Islam
di Indonesia yang dilakukan oleh para penyebar Islam melalui cara-cara damai
dengan mengakomodasi kebudayaan setempat. Cara ini sangat efektif untuk
menarik perhatian masyarakat pribumi dalam memahami gerakan Islamisasi yang
dilakukan oleh para muballigh, sehingga lambat laun mereka memeluk Islam. 8
C. Faktor Diterimanya Islam Di Indonesia
Pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk paling dinamis dan
cepat dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Hal tersebut diukur dengan
kurun waktu yang sebanding dengan sikon, alat komunikasi dan transportasi yang
sepadan. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam dalam waktu 23 tahun
dalam kelahirannya sudah menjadi tuan di negerinya sendiri, yaitu jazirah Arabia.
Pada zaman khalifah Umar bin Khattab, Islam telah masuk secara potensial di
Syam, Palestina, Mesir dan Iraq. Pada zaman Usman bin Affan, Islam telah masuk
ke negeri-negeri bagian Timur sanpai Tiongkok dibawa oleh para pedagang pada
zaman dinasti Tang. Hal ini menunjukana bahwa dalam kurun waktu kurang dari
satu abad dalam kelahirannya, Islam telah tersebar jauh ke Tiongkok, Afrika bagian
utara, Asia kecil dan Asia bagian Utara ( lembah sungai Evrat dan Tigris ).
Sedangkan agama-agama lain memerlukan beberapa abad untuk dapat menyebar

8
Uka Tjandrasamita, Sejarah Nasional III, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1976), h. 86.

11
keluar negerinya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi
tuan di negerinya sendiri.9
Akselerasi dan dinamika penyebaran islam tersebut disebabkan adanya
faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh islam pada periode pemulaanya. Faktor-
faktor positif itu antara lain:
Faktor ajaran islam itu sendiri, baik dibidang akidah, syariah, dan akhlaknya
mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat, dapat diamalkan secara luwes
dan ringan, dan selalu memberikan jalan keluar. Faktor tempat kelahiran islam,
yaitu jazirah Arabia. Pertama, lokasi jazirah Arabia sangat strategis yaitu ditengah
persimpangan antara benua-benua Afrika, Eropa, Asia bagian Utara dan Asia bagia
Timur. Hal ini membuat negara-negara 4 penjuru itu terasa sama dekatnya dan
penyebaran islam dengan mudah sampai kepada mereka. Kedua, Arabia itu disebut
jazirah (pulau) karena hampir seluruh tanahnya dikelilingi oleh perairan secara
langsung, yaitu oleh laut tengah, laut merah, samudera india, teluk parsi (teluk arab)
dan sungai besar yaitu Evrat dan Tigris. Disamping itu, jazirah Arab pun
mempunyai hubungan darat dengan benua-benua sekitarnya.
Hal ini membuat hubungan anatara Arabia dengan dunia luar dapat
ditempuh dengan jalan laut dan darat. Faktor ini ikut memberikan akselerasi dan
inamika bagi penyebaran islam pada periode permulaannya. Ketiga, Arabia terdiri
dari daerah padang dan gunung-gunung batu yang tandus. Hal ini memaksa
penduduknya untuk mencari penghidupan dengan jalan perdagangan. Bersamaan
dengan perjalnan dagang yang dilakukan oleh orang Arab inilah agama islam ikut
tersiar keluar daerah. Keempat, iklim jazirah Arabia pada umumunya panas dan
kering. Bangsa Arab di jazirah Arabia sudah terbiasa hidup didalam suhu udara
yang bermacam-macam, baik udara panas, sedang, maupun udara dingin. Kondisi
seperti ini sangat besar artinya bagi para Mubaligh islam angkatan pertama10

9
Andrawe Suhartini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2009), h. 141.
10
Ibid., h. 142.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Masuknya Islam di Indonesia terbagi ke dalam beberapa teori diantaranya
teori Arab, Gujarat, Persia dan sarjana muslim kontemporer. Selain memiliki
berbagai teori bagaimana Islam masuk ke Indonesia, masuknya Islam ke Indonesia
juga ada memiliki jalur-jalur Islamisasinya seperti perdagangan, perkawinan,
pendidikan, tasawuf dan kesenian. jalur Islamisasi masuknya Islam merupakan
faktor dimana mudahnya Islam diterima oleh masyarakat Indonesia saat itu.
B. Saran
Pembelajaran tentang sejarah masuk Islam di Indonesia seharusnya lebih
dilakukan dengan analisis lebih dalam dan menyeluruh bagi mahasiswa, agar lebih
bisa mengajarkan sejarah Islam kepada peserta didik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, dkk., Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: MUI, 1991.

Ansari, Hafidz, Sejarah Peradaban Islam Jakarta:PT Drafindo Persada, 2015.

Murodi, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Karya Toha Putra, 2006.

Suhartini, Andrawe, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam, 2009.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2000.

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: pustaka setia, 2008.

Tjandrasamita, Uka, Sejarah Nasional III, Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1976.

14

Anda mungkin juga menyukai