Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA”

Guru Pengajar : Hendra Gunawan.S.AG

Disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Kebudayaan Islam


Tahun pelajaran 2022/2023

KELOMPOK
:Amanda Aprilia
:Falha Ibrila Asyah Priyanto
:Wahyu Hidayah Saputra

MADRASAH TSANAWIYAH AL-IHSAN


JLN. Apus II / NO. 35 Kota Bambu Selatan Palmerah Jakarta 11420
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya , saya mampu  menyelesaikan tugas 
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang di sekitar kami, 
Makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  kami
mengharapkan kritik dan sarannya  demi  perbaikan  pembuatan makalah di masa yang akan
datang.

Wassalamualaikum wr.wb
Jakarta, 03 Agustus  2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR  .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI  ........................................................................................................ iii
BAB I      PENDAHULUAN  ................................................................................ 1
1.1     Latar Belakang..........................................................................        1
1.2     Rumusan Masalah  .......................................................................... 1
1.3     Tujuan Masalah  .............................................................................. 1
BAB II    PEMBAHASAN MASALAH  ............................................................. 2
2.1.   Teori Masuknya Islam ke Indonesia  ............................................... 2
2.2.   Proses Masuknya Islam ke Nusantara ............................................. 5
2.3.   Arsitektur Islam ............................................................................... 6
2.4.   Pendidikan Islam di Indonesia....................................................... 10
BAB III   KESIMPULAN  .................................................................................. 14
BAB  V   PENUTUP ............................................................................................ 15           
DAFTAR PUSTAKA  ......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang penuh dengan sejarah. Banyak sejarah -  sejarah yang
terukir oleh nenek moyang kita, salah satunya adalah sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Banyak teori masuknya islam ke indonesia. Ada yang mengatakan abad ke 7 dan ada yang
mengatakan pada abad ke 13 M. Untuk itu saya meringkas teori – teori itu kedalam sebuah
makalah.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.      Bagaimana teori masuknya islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimana Proses masuknya Islam ke nusantara ?
3.      Apa saja arsitektur islam yang dibawa ke indonesia ?
4.      Bagaimana pendidikan islami yang berkembang di indonesia ?

1.3  Tujuan Masalah
1.      Mengetahui teori masuknya islam ke indonesia.
2.      Untuk mengetahui proses masuknya islam ke nusantara.
3.      Mengetahui arsitek arab yang dibawa ke Indonesia.
4.      Mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

1.         Teori masuknya islam ke Indonesia


Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus
diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni
tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Seperti banyak
diketahui jika daerah penghasil batu kapur yaitu Kota Barus (Sibolga-Sumatera Utara) sudah
digunakan oleh para firaun di mesir untuk proses pemakaman mumi firaun. Berdasarkan hal
tersebut membuktikan jika jauh sebelum islam datang, masyarakat Nusantara sudah berhubungan
dengan dunia luar. Ada kemungkinan Islam sudah masuk di Nusantara terjadi pada masa
Kenabian atau masa hidupnya Nabi Muhammad S.A.W. [1] Mengenai tempat asal kedatangan
Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa
pendapat. Ahmad Mansur Suryanegaramengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Yaitu :
1.1         Pertama, teori Gujarat. Menurut Suryanegara (1996: 75) bahwa peletak dasar teori ini
kemungkinan adalah Snouck Hurgronje dalam bukunya “L’ Arabie et les Indes Neerlandaises,
atau Revue de I’Histoire des Religious.” Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya
ke Gujarat berdasarkan: Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab
dalam penyebaran agama Islam ke Nusantara.Kedua, hubungan dagang Indonesia-India telah
lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan
gambaran hubungan antara Sumatra dengan Gujarat.
Suryanegara (1996: 75-76) mengutip pendapat W.F. Stutterheim dalam bukunya “De
Islam en Zijn Komst In de Archipel” yang menyatakan bahwa masuknya Islam ke Nusantara
pada abad ke 13. Pendapatnya juga di dasarkan pada bukti batu nisan Sultan pertama dari
Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik As-Saleh yang wafat pada 1297. Selanjutnya
ditambahkan tentang asal negara yang mempengaruhi masuknya agama Islam ke Nusantara
adalah Gujarat. Dengan alasan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia-Cambay (Gujarat)- Timur Tengah-Eropa. Sama halnya dengan pendapat W.F.
Stutterheim, Snouck Hurgronje berpendapat pula bahwa awal masuknya Islam ke Indonesia pada
abad ke 13 M dari Gujarat.
1.2         Kedua, teori Makkah. Menurut Hamka sebagaimana dikutip oleh Sunanto (2012: 8-9) dalam
bukunya bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (kurang lebih abad
ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulia jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M)
melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasi Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Senada dengan Suryanegara dalam Api Sejarah
(2012: 99) sebagaimana mengutip pendapat Hamka bahwa masuknya Islam ke Nusantara
Indonesia terjadi pada abad ke-7 M. Dalam berita Cina Dinasti Tang menuturkan ditemuinya
daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai Barat Sumatera maka dapat disimpulkan Islam
masuk dari daerah asalnya Arab. Dibawa oleh wiraniagawan Arab. Sedangkan kesultanan
Samudera Pasai yang didirikan pada 1275 M atau abad ke-13 M, bukan awal masuknya agama
Islam, melainkan perkembangan agama Islam.
                                      Menurut Matta (2014: 34) dalam bukunya “gelombang ketiga Indonesia”
mengatakan bahwa para ahli sejarah mencatat ada dua gelombang masuknya Islam di Nusantara,
yaitu abad ke-7 dan abad ke-13. Agama ini di bawah oleh pedagang dari Arab yang menetap di
kota-kota pelabuhan Nusantara. Pada abad ke-8 telah berdiri perkampungan muslim di pesisir
Sumatera. Pada awalnya, Sumatera (dan Nusantara pada umumnya) hanyalah persinggahan para
pedagang Arab menuju Tiongkok dan Jawa. Pada abad ke-13, Samudera Pasai menjadi kerajaan
Islam pertama di Nusantara, disusul berdirinya kerajaan Demak pada abad ke-15. Awalnya,
Raden Fatah adalah wakil kerajaan Majapahit di daerah itu yang kemudian dia memutuskan
masuk Islam dan mendirikan kerajaan sendiri.
                      J.C. Van Leur dalam bukunya “Indonesia: Trade and Society” menyatakan bahwa
pada 674 M di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (Koloni) Arab Islam. Dengan
pertimbangan bangsa Arab telah mendirikan perkampungan perdagangannya di Kanton pada
abad ke-4. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 M dan 626 M.
Tahun-tahun berikutnya perkembangan perkampungan perdagangan ini mulai mempraktikan
ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang
jalan perdagangan Asia Tenggara. Dari keterangan J.C. Van Leur ini masuknya Islam ke
Nusantara tidaklah terjadi pada abad ke-13, melainkan telah terjadi sejak abad ke-7. Sedangkan
abad ke-13 merupakan saat perkembangan Islam (Suryanegara, 1996: 76).
Sejumlah ahli Indonesia dan beberapa ahli Malaysia mendukung “teori Arab” dan
mazhab tersebut. Dalam seminar-seminar tentang kedatangan Islam ke Indonesia yang diadakan
pada 1963 dan 1978, disimpulkan bahwa Islam yang datang ke Indonesia langsung dari Arab,
bukan dari India. Islam datang pertama kali datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 Masehi, bukan abad ke-12 atau ke-13 M. (Huda, 2007: 36).
1.3         Ketiga, Teori Persia. Menurut Suryanegara (1996: 90) bahwa pembangunan teori Persia ini di
Indonesia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Fokus pandangan teori ini tentang masuknya
agama Islam ke Nusantara berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai
kesamaan masalah Gujaratnya, serta Mazhab Syafi’inya. Teori Persia lebih menitikberatkan
tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang
dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.

2.         Proses Masuknya Islam ke Nusantara


Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta
istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini
sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.

2.1         Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat Indonesia
banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang
akhirnya tinggal dan membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering
mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga
memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.

2.2         Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan yang terpandang,
sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang
muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga
memperlancar penyebaran ajaran islam.
2.3         Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa
pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan
pesantren akan pulang ke kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-
masing.

2.4         Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran
ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang
merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.

3.         Arsitektur Islam
Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekularmaupun di
bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah
turut membantu membentuk peradaban Islamyang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid,
kuburan, istana dan bentengyang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan
lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancurdan
bangunan domestik lainnya.

3.1          Definisi dan kaidah


Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan
metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah
Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah
sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui
beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk
fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen
kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi
dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain
hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orangtua dan anak lebih
dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.
Kaidah Arsitektur Islam 1) Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen yang
makhluk hidup yang utuh 2) Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan
kepada yang Maha Indah...Allah SWT. 3) Hasil Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer
dan kesombongan. 4) Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan
prilaku. 5) Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat. 6) Keberadaan
bangunan tidak merugikan tetangga disekitar 7) Pembangunan sampai berdirinya bangunan
seminimal mungkin tidak merusak alam. 8) Menggunakan warna yang mendekatkan kepada
Allah, seperti warna-warna alam.
3.2          Sejarah awal arsitek islam
Ada beberapa bangunan di jaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur
Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab Saudi. Khilafah Rashidun (632–661)
adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.
Khalifah Umayyah (661–750) mengkombinasikan beberapa elemen dariarsitektur
Byzantium dan arsitektur Sassanid. Arsitektur Umayyahmemperkenalkan bentuk baru yang
mengkombinasikan gaya barat dan timur.[1] Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda mulai
muncul pertama kali pada masa dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat di Andalusia.
[2]
 Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi, termasuk diantaranya
adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding, patung dan relief dengan motif
Islam.[3] Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah ruang transeptyang membagi ruang solat
berdasarkan axis terpendek.[4] mereka juga menambahkan mihrab ke dalam desain masjid.
[4]
 Masjid di Madinahdibangun oleh al-Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki mihrab,
sebuah ruang tambahan menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat atau
khatib memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain sebuah masjid di
seluruh dunia.[4]
Arsitektur Abbasiah dimasa Khalifah Abbasiah (750–1513) sangat kuat dipengaruhi
oleh arsitektur Sassanid, dan arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah memiliki sebuah
courtyard. Awal mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid al-Mansur yang dibangun di
Baghdad.Masjid Agung Samarra dibangun oleh al-Mutawakkil berukuran 256 by 139 metres
(840 × 456 ft). Masjid ini memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh tiang-tiang. Masjid
ini memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca. [5] Masjid Samarra memiliki menara spiral, satu-
satunya yang ada di Iraq.[5] Sebuah masjid di Balkh atau sekarang terdapat di wilayah
Afghanistan berukuran 20 by 20 metres (66 × 66 ft), yang memiliki sembilan kubah.[6]

Konstruksi Masjid Agung Córdoba (sekarang menjadi sebuah katedral bernama Mezquita)


dimulai pada tahun 785 sekaligus sebagai penanda berdirinya era arsitektur Moorish di Iberian
peninsula dan Afrika utara. Masjid ini memiliki bentuk pelengkung yang menjulang. Arsitektur
Moorish mencapai masa jayanya pada saat konstruksi Alhambra, sebuah istana dan benteng yang
megah di Granada, Ruang interiornya terbuka sehingga memungkinkan angin bergerak masuk
dan didominasi warna merah, biru dan emas. Dindingnya diberi hiasan bermotif dedaunan yang
saat itu sedang menjadi tren, Kaligrafi Arab, dan polaarabesque, Dindingnya dilapisi keramik.
Bangunan lainnya yang bertahan hingga kini antara lain bangunan Bab Mardum di Toledo, atau
gerbang lengkung Medina Azahara. Arsitektur Moorish berakar dari kebudayaan Arab dan
berkembang pada masa kekhalifahan Umayyahdi Levant tahun 660 dengan
ibukotanya Damascus yang memiliki banyak arsitektur Islam Arab yang bercirikan pola-pola
geometris.

4.         Penndidikan Islam di Indonesia


4.1          Pesantren di Indonesia
terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini masih menjadi kontroversi
di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas dari mereka menduga
bahwa Islam telah diperkenalkan di Indonesia sekitar abad ke-7 M oleh para musafir dan
pedagang muslim, melalui jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada
abad ke-11M sudah dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk di kepulauan Nusantara melalui
kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul
pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat inilah kemudian
akhirnya Islam dapat berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok Nusantara. Perkembangan dan
perluasan Islam itu tidak lain melalui para pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan
cara pendirian masjid, pesantren atau dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke
Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun
kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim daerah
terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid.
Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul, di samping rumah tempat
kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk memiliki
sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran Islam. Untuk itu,
muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah ataupun surau. Nama–nama
tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu
pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam setelah
keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang hingga sekarang.
Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam di tengah-
tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang surutnya hingga
sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika pesantren telah menjadi akar pendidikan Islam di negeri
ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah terjadi proses pembelajaran sekaligus proses
pendidikan; yang tidak hanya memberikan seperangkat pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai
(value). Dalam pesantren, terjadi sebuah proses pembentukan tata nilai yang lengkap, yang
merupakan proses pemberian ilmu secara aplikatif.
4.2          Lembaga – lembaga pendidikan islam
Eksistensi pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
lainnya, antara lain:
a.         Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren, baik
ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian, kemunculan
madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian lulusan pesantren
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam di beberapa negara
Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir. Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah
yang kemudian akhirnya menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakansorogan ataupun bandongan,
melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas dalam proses
pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan santri, tetapi
murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga beragam, bisa ceramah, atau
drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah atau guru.
b.        Sekolah-sekolah Islam
Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang adalah
sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari madrasah, hanya
saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah adalah bahasa Indonesia.
Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara madrasah dan sekolah Islam.
Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama (Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan
materi keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.
c.         Pendidikan Tinggi Islam
Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang modern.
Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam (STI), yang
menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8 Juli 1945 di
Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948 resmi berganti nama
menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari
perguruan-perguruan tinggi swasta yang kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas
Islam yang populer di Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas
Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam
Malang (UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya,
Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di Indonesia
banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan, kreativitas
manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas dan kualitas dosen yang
memiliki tradisi akademik.
5.          
BAB
KESIMPULAN

Dari semua uraian diatas intinya kita sebagai orang yang cinta tanah air Indonesia, harus
mengerti dan paham akan petingnya sejarah di Indonesia. Tanpa adanya nenek moyang kita yang
berjuang, kita tidak akan merasakan indahnya kemerdekaan itu.

BAB
PENUTUP

Alhamdulillah, akhirnya penulisan makalah ” SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE


INDONESIA “  ini sudah selesai. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang
telah membantu khususnya bapak Septia Lutfi, M.Kom. Kami juga meminta maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan laporan. Kritik, saran dan masukan sangat diharapkan untuk  ke
depan supaya lebih baik. Demikian makalah ini saya buat, atas perhatian dan kerjasamanya
disampaikan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

DAFTAR PUSTAKA

http://www.dakwatuna.com/2015/02/02/63373/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia/

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.htm

https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Islam l 
http://ulashoim.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-islam-di-indonesia-makalah.html

Jakarta, 03 Agustus  2022

Anda mungkin juga menyukai