Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES ISLAMISASI DI NUSANTARA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Dosen Pengampu: Dadang Suhada, M.Si.

Disusun oleh:

Wakyudi

NIM: 1986206101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KELAS 2C


STKIP NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Jl. Raya Kaplongan No.28 Kampus Hijau, Karangampel–Indramayu. Telp.(0234)485046


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah individu guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan materi “Poses
Islamisasi di Nusantara”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
bebagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan
saran dari dosen, agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ilmiah tentang Proses Islamisasi di Nusantara ini dapat memberikan
manfaat maupun pengetahuan baru terhadap pembaca. Aamiin.

Indramayu, Maret 1441 H /2020 M

Wakyudi/Penulis

ASWAJA i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................


2

A. Teori Masuknya Islam di Nusantara (Indonesia) ...................................................... 2

B. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Indonesia) ............. 4

C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Nusantara (Indonesia) .................................... 5

D. Sebab-Sebab Islam Cepat Berkembang di Nusantara (Indonesia) ......................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... iii

ASWAJA ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara
kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Asia
Tenggara merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil
bumi yang melimpah ruah (rempah-rempah) yang menarik bagi para pedagang, dan
menjadi pusat daerah lalu-lintas laut antara India dan China.

Sedangkan Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-
tujuh/delapan Masehi. Hal itu ditandai dengan ditemukannya makam Fatimiah binti
Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1083 M), dan makam-makam
di Trayala menjelang abad ke- 13 M dan berdasakan berita Tome Pires (1512-1515),
dalam Suma Oriental nya dapat diketahui bahwa daerah-daerah di bagian pesisir
Sumatra Utara dan Timur Selat Malaka, yaitu dari Aceh sampai Palembang sudah
banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi, menurut
berita itu, daerah-daerah yang belum Islam juga masih banyak yaitu Palembang dan
daerah-daerah pedalaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah teori masuknya Islam di Indonesia?
2. Bagaimana kondisi dan politik kerajaan-kerajaan di Indonesia?
3. Sebutkan saluran dan cara Islamisasi di Indonesia?
4. Apa sebab-sebab Islam cepat berkembang di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori masuknya Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui kondisi dan politik masa kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui saluran dan cara Islamisasi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui sebab Islam cepat berkembang di Indonesia.

ASWAJA 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Masuknya Islam di Nusantara (Indonesia)

Islamlamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Islam
di Indonesia, dan juga yang paling tidak jelas. Ketidak jelasan ini, antara lain, terletak
pada pertanyaan kapan Islam datang, darimana Islam berasal, siapa yang
menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali, dan sebagainya. Beberapa hal tersebut
sampai sekarang masih menjadi polemik para ahli sejarah, karena hal ini memang
tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang, data yang ditemukan, dan interpretasi
terhadap data peneliti itu sendiri. Selain itu, juga disebabkan oleh kurangnya data
yang dapat mendukung suatu teori tertentu dan oleh sifat sepihak dari teori yang
ada. Kondisi seperti ini memaksa beberapa pakar untuk memunculkan teori-teori
dalam kaitannya dengan Islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia. Paling
tidak, ada empat teori yang dimunculkan, diantaranya:

1. Teori pertama, adalah “teori India” dilontarkan oleh Snouck Hurgronje. Ia


mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah yang
terdapat di anak benua India. Tempat-tempat seperti: Gujarat, Bengali, dan
Malabar disebut-sebut sebagai alat masuknya Islam ke Indonesia. Teori tersebut
berdasarkan pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada
dalam Islam pada masa-masaawal, yaitu pada abad ke-12 atau 13 M. Snouck juga
mengatakan, teorinya didukung dengan adanaya hubungan yang sudah terjalin
lama antara wilayah Indonesia dengan daratan India. Teori ini sebenarnya sudah
dimunculkan terlebih dahulu oleh Pijnappel, seorang sarjana dari Universitas
Leiden. Namun, nama Snouck Hurgronje-lah yang kemudian lebih popular
memasarkan teori Gujaratini. Teori ini di ikuti dan dikembangkan oleh banyak
sarjana Barat lainnya, termasuk penerus teori tersebut yang berasal dari
kalangan sejarawan Timur.

ASWAJA 2
Hal ini menunjukkan bahwa bahasan utama tentang sejarah yang membicarakan
awal mula masuknya Islam ke Indonesia dalam teori ini sangat dipengaruhi
sumber-sumber kolonialis. Sebagaimana dilaporkan Arsyad, Snouck Hugronje
dalam suatu kesempatan di Leiden tahun 1907 pernah berkata “Our supply of
factural data on the earliest period of Islam in the East Indies is poor” (sumber
data factual yang kami miliki tentang periode awal masuknya Islam di Hindia
Timur sangat minim).

2. Teori kedua, adalah teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal
Islam datang di Indonesia. Sandaran teori ini, yaitu adanya kesamaan budaya
yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam dengan penduduk
Persia. Contohnya, peringatan 10 Muharam yang dijadikan sebagai hari
peringatan wafatnya Hasan dan Husein. Selain itu juga beberapa serapan bahasa
yang diyakini berasal dari wilayah Iran, misalnya; kata jabar
dan zabar, jer dan zeer, dan sebagainya. Teori ini menyakini bahwa Islam masuk
ke wilayah Indonesia pada abad ke-13 M. Adapun wilayah pertama yang
disinggahi adalah kewasan Samudra Pasai.

3. Teori ketiga,adalah teori Arabia atau teori Mekah. Teori ini merupakan kritik
terhadap kedua teori yang telah dipaparkan di atas. Teori ini menyebutkan
bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekah dan Madinah. Waktu
kedatangannya pun jauh lebih awal dari teori pertamma dan kedua (abad ke-12
dan 13), yaitu pada abad ke-7 M. Ini berarti, Islam sudah masuk ke Indonesia
pada awal abad pertama Hijriah. Ketika itu, pemerintahan Islam masih berada di
tangan Khulafaur-Rasyidin. Dalam sumber literature China, disebutkan bahwa
menjelang per empat pertama abad ke-7 M, banyak terdapat perkampungan
Arab-Muslim di pesisir pantai Sumatra. Kitab sejarah China yang berjudul Chiu-
T’hang-Shu menyebutkan, perkampungan ini pernah mendapat kunjungan
diplomatik dari orang-orang Ta-Shih (orang Arab) pada tahun 651 Masehi atau
31 Hijriah. Pada pertengahan abad ke-7 M, berdiri beberapa perkampungan
Muslim di wilayah Kanfu atau yang sekarang dikenal sebagai Kanton.

ASWAJA 3
4. Teori keempat, adalah teori China. Peranan orang China terhadap Islamisasi di
Indonesia perlu mendapat perhatian. Banyaknya unsur kebudayaan China dalam
beberapa unsur kebudayaan Islam di Indonesia perlu mempertimbankan peran
orang-orang China dalam Islamisasi di Nusantara. Karenanya, “teori China” dalam
Islamisasi Indonesia tidak bisa diabaikan. H. J. de Graaf, misalnya, telah
menyunting beberapa literature Jawa klasik (Catatan Tahunan Melayu) yang
memperhatikan peranan orang-orang China dalam pengembangan Islam di
Indonesia.

B. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Indonesia)

Kedatangan Islam diberbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Kerajaan-


kerajaan dan daerah-daerah yang di datanginya mempunyai situasi politik dan
sosial-budaya yang berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-8 M, kerajaan Sriwijaya
meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung, Malaka sampai Kedah.
Keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik baru terlihat pada abad ke-9 M,
ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani China terhadap
kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Akibat
pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya lari ke
Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi
orang-orang muslim di wilayah kekuasaannya. Kemajuan politik dan ekonomi
Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, kerajaan ini
mulai memasuki masa kemundurannya. Kemunduran politik dan ekonomi Sriwijaya
dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang bangkit di Jawa.
Kerajaan Jawa ini melakukan ekspedisi Pamaluyu tahun 1275 M dan berhasil
mengalahkan kerajaan Melayu di Sumatera. Keadaan itu mendorong daerah-daerah
di Selat Malaka yang dikuasai kerajaan Sriwijya melepaskan diri dari kekuasaan
kerajaan tersebut.

ASWAJA 4
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung
daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan
bercorak Islam, yaitu kerajaan Samudera Pasai di pesisir Timur Laut Aceh. Daerah ini
sudah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses
Islamisasi tentu berjalan di sana sejak abad tersebut. Kerjaan Samudera pasai dengan
segera berkembang baik dalam bidang politik maupun perdagangan. Karena
kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana,
kerajaan Singasari, juga pelanjutnya, Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah
Melayu dan Selat malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaannya
hingga abad ke-16 M.

C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Nusantara (Indonesia)

Sejak masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia memerlukan proses yang


sangat panjang dan melalui saluran-saluran Islamisasi yang beragam, seperti
perdagangan, kesenian, pendidikan, perkawinan, tarekat (tasawwuf).

Saluran dan cara-caranya, antara lain:

1. Perdagangan
Jalur ini terjadi karena orang-orang Melayu telah lama menjalin kontak
dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajan Islam Malaka dan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab
datang ke nusantara (Indonesia). Selain mencari keuntungan duniawi, mereka
juga mencari keuntungan rohano, yaitu dengan menyiarkan Islam. Dengan kata
lain, mereka berdagang dengan menyiarkan agama Islam.
2. Kebudayaan atau kesenian
Sebagaimana yang dilakukan oleh para Wali Sanga di pulau Jawa. Misalnya,
Sunan Kalijaga dengan pengembangan kesenian wayang. Sedangkan Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti: jalungan, jamuran , ilir-
ilir, cublak suweng, dan lain-lain.

ASWAJA 5
3. Pendidikan
Salah satu lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh para ulama dalam
mengembangkan syiar Islam ialah melalui pesantren. Para ulama yang
menyebarkan Islam di seluruh pelosok nusantara adalah jebolan pesantren
tersebut. Dan sampai sekarang, pesantren terbukti menjadi sarana utama dan
sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Perkawinan
Akan lebih menguntungkan jika terjadi antara saudagar Muslim, ulama, atau
golongan lain dengan anak perempuan raja, bangsawan, atau anak-anak pejabat
kerajaan lainnya. Hal ini mengingat status sosial, ekonomi, dan politik mereka
pada konteks waktu itu akan turut mempercepat proses Islamisasi.
5. Tasawuf
Tasawuf juga termasuk kategori media yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan banyak bukti jelas berupa
naskah-naskah antara abad ke-13 dan ke-18 M. Hal ini berhubungan langsung
dengan penyebaran Islam di Indonesia dan memegang sebagian peranan penting
dalam organisasi masyarakat di kota-kota pelabuhan. Tidak jarang ajaran tasawuf
ini disesuaikan dengan ajaan mistik local yang sudah dibentuk kebudayaan
Hindu-Budha. Mereka bersedia memakai unsur-unsur kultur pra-Islam untuk
menyebarkan agama Islam. Menurut A. H. Johns, ajaran Jawa, misalnya,
dipertahankan sedangkan tokoh-tokohnya diberi nama Islam, seperti dalam
cerita Bimasuci yang disadur menjadi Hikayat Syech Maghribi. Ajaran mistik
semacam itu juga terdapat pada kelompok-kelompok mistik abad ke-19,
seperti Sumarah, Sapta Dharma, Bratakesawa, danpangestu.

ASWAJA 6
6. Dakwah
Selain oleh para pedagang, Islam juga didakwahkan dan disebarkan oleh para
ulama yang memang berniat datang atau ditugaskan untuk mengajarkan ajaran
tauhid. Tidak hanya para ulama dan pedagang yang datang ke Indonesia, orang-
orang Indonesia pun banyak pula yang mendalami Islam dan datang langsung ke
sumbernya, terutama di Mekkah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari
Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke-16 M. Bahkan, pada
tahun 974 Hijriah atau 1566 Masehi, dilaporkan ada lima kapal kesultanan Asyi
(Aceh) yang berlabuh di Bandar pelabuhan Jeddah. Selain di Pulau Sumatra,
dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan di Pulau Jawa. Hamka
dalam bukunya Sejarah Umat Islam mengungkapkan, pada tahun 674-675 M, duta
orang-orang Ta Shih (Arab) untuk China adalah sahabat Rasulllah SAW., yaitu
Muawiyah bin Abi Sufyan, yang secara diam-diam meneruskan perjalanan hingga
ke Pulau Jawa. Proses dakwah yang panjang, yang salahsatunya dilakukan oleh
Walisongo merupakan rangkaian kerja yang dimulai sejak observasi yang pernah
dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW., yaitu Muawiyah bin Sufyan.

D. Sebab-Sebab Islam Cepat Berkembang di Nusantara (Indonesia)

Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka,


pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya ke
wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa
menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota perdagangan
di pesisir Utara pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan
Hindu yaitu Kerajaan Majapahit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni
permulaan abad XVII, dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan Mataran yaitu
Sultan Agung, kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah
Indonesia.

ASWAJA 7
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di
Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari
Timur Tengah, menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai
berikut :

a. Faktor Agama

Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang
memerintahkan menjujung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan
martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana
dalam sistem kasta yang di ajarkan Hindu. Masyarakat yang diyakinkan bahwa
dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang
lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama
didalam hukum, tidak ada yang di istimewakan meskipun ia keturunan
bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup
rukun, bersaudara, bergotong-royong, saling menghargai, saling mengasihi,
bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang
dikenal dunia dewasa ini. Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut
membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, karena memiliki banyak
persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia, yang cenderung menghargai
pada pandangan dunia mistik. Seperti kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa
kecantikan, dewa kemahiran, dan dewa kesenian, yang diwariskan Hindu yang
dasarnya menganut animisme.

b. Faktor Politik

Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara Negara-
negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara
bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut
mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di Negara-negara
bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai
senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu.

ASWAJA 8
Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keIslaman
dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa
maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan
dan semangat keIslaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang
dahsyat.

c. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomis yang pertama diperankan oleh para pedagang yang


menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang
melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab/Persia yang
merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang
tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-
pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk
maupun yang keluar. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India
hamper seluruhnya dikuasai pedagang Arab, maka para pejabat dan bangsawan
itu yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar
dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia banyak
berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekligus mengajak
mereka. Dalam waktu yang retalif cepat, ternyata agama Islam dapat diterima
dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat
jelata hingga kaum bangsawan.

ASWAJA 9
Ada beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang
cepat di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:

1. Syarat masuk Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh mengucap


syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama Islam.
2. Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan
Kasta, sehingga dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan
golongan dalam masyarakat.
3. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai
(tanpa melalui kekerasan).
4. Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul
lebih erat dengan bangsa lain.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.

ASWAJA 10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islamlamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Islam
di Indonesia, dan juga yang paling tidak jelas. Ketidak jelasan ini, antara lain, terletak
pada pertanyaan kapan Islam datang, darimana Islam berasal, siapa yang
menyebarkan Islam di Indonesia pertama kali, dan sebagainya.

Kondisi seperti ini memaksa beberapa pakar untuk memunculkan teori-teori


dalam kaitannya dengan Islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia. Paling
tidak, ada empat teori yang dimunculkan.

1. Teori pertama, adalah India.

2. Teori kedua, adalah Persia.

3. Teori ketiga, adalah Arabia atau teori Mekah.

4. Teori keempat, adalah China.

Pada abad ke-7 sampai ke-8 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke


daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Keterlibatan orang-orang Islam dalam
bidang politik baru terlihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat dalam
pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa
pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M). Kemajuan politik dan ekonomi
Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, kerajaan ini
mulai memasuki masa kemundurannya. Saluran dan cara-caranya antara lain:
perdagangan, kebudayaan atau kesenian, pendidikan, perkawinan, tasawwuf, dan
dakwah. Ada juga beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang
di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari
Timur Tengah, menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu: faktor
Agama, Politik, dan Ekonomi.

ASWAJA 11
Ada beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia, diantaranya: (1). Syarat masuk Islam sangatlah mudah, (2). Agama Islam
tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta, (3). Penyebaran
Agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai (tanpa melalui kekerasan),
(4). Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih
erat dengan bangsa lain, dan (5). Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih
sederhana.

B. SARAN
Demikian pembahasan makalah kami mengenai “Proses Islamisasi di Indonesia”.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan
penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan pada pemakalah khususnya.

ASWAJA 12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azizi, Abdul Syukur. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Jogjakarta: Saufa,
2014, cet. 1.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009, cet 1.

Darsono, dkk. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2006, cet 1.

Huda, Nur. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2007, cet. 1.

Sholikhin, M. Sejarah Peradaban Islam, Semarang: RaSAIL, 2005, cet. 1.

Suparman dan Sulasman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa Dari Masa Klasik Hingga Masa
Modern, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013, CET. 1

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , Jakarta: PT.


RajaGrafindo Persada, 2004, cet. 1.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: Balai Pustaka,
2008, cet. 2.

Ahlussunnah Wal Jama’ah iii

Anda mungkin juga menyukai