Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen pengampu: Iswati, M.Pd.I

Disusun oleh :

Ahmad Furqon 21250011


Nadia Amaturrofiah 21250053

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan segala
nikmat iman, Islam, kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat teriring salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wassalam yang menjadi teladan umat dalam segala perilaku keseharian yang
berorientasi kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.
Penyusunan makalah merupakan bagian dari tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan
Islam, jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah
Metro.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dalam teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Metro, 13 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal masuknya Islam di Indonesia ................................................................... 2
B. Bentuk-bentuk Pendidikan Islam pada masa awal masukmya Islam
di Indonesia ....................................................................................................... 5
C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia ........ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 12
B. saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi diri. Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar
pendidikan dasar selama sebilan tahun, enam tahun di Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah, dan tiga tahunnya di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar tentu sangat
banyak menyimpan sejarah tentang Islam, Mulai dari proses masuknya pendidikan
Islam dan perkembangan Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam merupakan tolok ukur pertama dari perkembangan Islam
disuatu daerah atau negara. Islam masuk pada abad ke-7 Masehi dari Arab, Persia dan
India. Jalur yang digunakan dalam masuknya Islam di Indonesia meliputi
perdagangan, dakwah pendidikan dan kesenian.
Pendidikan telah dimulai dari masa awal masuknya Islam sampai kerajaan-
kerajaan Islam dan berlanjut hingga saat ini.Tiap daerah di Indonesia memiliki sejarah
sendiri dalam proses dan berlangsungnya pendidikan Islam karena memiliki
karakteristik sendiri-sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula masuknya agama Islam di Indonesia?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk Pendidikan Islam pada masa awal masuknya Islam di
Indonesia?
3. Faktor apa saja yamg mempengaruhi perkembangan Pendidikan Islam di
Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mahasiswa memahami sejarah awal masuknya Islam di Indonesia serta
mengetahui bentuk-bentuk Pendidikan Islam pada masa awal dan mengetahui
faktor yang mempengaruhi perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Masuknya Islam di Indonesia


Proses masuknya Islam ke Indonesia relatif berbeda dengan daerah lain,
Dimana Islam masuk secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Adapun
Islam yang masuk kedaerah lain pada umumnya banyak melalui penaklukan, seperti
masuknya Islam ke Irak, Iran (Parsi), Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia.
Terdapat beberapa teori bagaimana Islam masuk ke Indonesia yang berasal
dari Arab dan India. Teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari India diantaranya :
 Sarjana Belanda, Pijnappel dari Universitas Leiden berpendapat bahwa
kedatangan Islam berasal dari India, dengan wilayah Gujarat dan Malabar.
Menurutnya orang-orang Arab bermadzhab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap
di wilayah India yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.
 Menurut Snouck Hergonjre di abad ke-12 adalah periodedari permulaan
penyebaran Islam di Nusantara (Azra, 1994:24). Begitu Islam berpijak di
beberapa kota pelabuhan Anak Benua India, banyak muslim diantara mereka
yang tinggal disana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan Timur
Tengah dengan Nusantara datang ke dunia Melayu-Indonesia sebagai para
penyebar Islam pertama.
Berkembang pendapat bahwa Islam di Nusantara berasal dari Arab. Teori ini
juga didukung oleh sejumlah sarjana, di antaranya: Crawfurd, Niemann, dan yang
paling gigih mempertahankannya adalah Naquib al-Attas (Azra, 1994: 27-28).
 Pendapat Fatimi dengan argumen bahwa batu nisan yang terdapat di Nusantara
mirip dengan gaya batu nisan yang terdapat di Benggal, bukan yang terdapat di
Gujarat seperti pendapat Moquette (Azra, 1994:25).
pendapat Fatimi tersebut masih bisa dipersoalkan dengan melihat kepada mazhab
yang diantut oleh Islam Indonesia bermazhab Syafi'i sedangkan Islam di Benggal
bermazhab Hanafi (Azra, 1994: 25).
Menurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka sebagai rute
perdagangan dari dunia Timur ke Barat telah lama dikenal, sebagai salah satu jalur
perdagangan dari dunia Timur ke Barat di samping jalan darat. Penjelasan ini dapat
dilihat dalam tulisan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang

2
dikutip dari tulisan W.P. Groeneveldt, Historical Notes on Indonesia & Malaya
Compiled from Chinese Sources.
Sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim
dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan
berita Cina zaman Tang, pada abad-abad tersebut diduga bahwa masyarakat Muslim
telah ada, baik di Kanfu (Kanton) maupun di Sumatra (Poesponegoro, 1984: 1).
Diberitakan juga dalam Hsin Tang Shu dari masa Dinasti Tang terdapat
laporan yang menceritakan orang Ta-shih mempunyai niat untuk menyerang Kerajaan
Holing di bawah pemerintahan Ratu Shima (674). Karena pemerintahan Ratu Shima
itu sangat kuat dan adil, orang Ta-shih mengurungkan niatnya untuk menyerang
Kerajaan Holing. Menurut sumber tersebut ada dua sebutan, yaitu Po-she dan Ta-shih.
Menurut beberapa ahli yang dimaksud dengan Po-she adalah Parsi dan Ta-shih adalah
Arab. Jika penafsiran itu benar, maka orang Parsi dan orang Arab sudah hadir di Asia
Tenggara pada abad ke-7 dengan membawa ajaran agama Islam. Terdapat perbedaan
pendapat di kalangan ahli tentang tempat orang Ta-shih. Ada yang menyebutkan
bahwa mereka berada di pesisir barat Sumatra atau di Palembang, namun ada pula
yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Trenggano. Terlepas dari beda
pendapat ini, jelas tempat itu berada di bagian barat Asia Tenggara (Uka
Tjandrasasmita, 2002: 10).
Selain dari bukti catatan Cina di atas, bukti arkeologis juga dapat digunakan
untuk membahas tentang kedatangan Islam ke Indonesia. Bukti arkeologis dapat
dilihat dua nisan kuburan yang ditemukan di Phanrang Cempaka Selatan yang
sekarang masuk daerah Vietnam. Yang pertama bertuliskan Arab jenis Kufi dengan
menyebutkan nama yang wafat Ahmad bin Abu Ibrahim bin Abu Arradah Rahdar
alias Abu Kamil (w. Kamis malam, 29 Safar 431 H/1039 M). Batu nisan kedua sudah
rusak yang tulisan Jawi (Arab-Melayu) yang isinya tentang pembayaran pajak, utang
piutang dan tempat tinggal, begitu juga ditemukan batu nisan di Recidency Bandar
seri Begawan. Pada tulisan itu disebutkan nama seorang wanita bernama Makhdarah
yang wafat pada tahun 440 H/1048 M. Seterusnya batu nisan yang ditemukan di
Leran Geresik manyebutkan nama seorang wanita Fatimah binti Maimun bin
Hibatullah (w. 7 Rajab 475 H/Desember 1082) (Uka Tjandrasamita, 2002: 12).

3
Sejalan dengan penjelasan di atas bahwa di Medan pada 1963, telah
dilaksanakan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia. Hasil seminar tersebut
menyatakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah
langsung dari Arab.
Inti pokok dari hasil seminar Medan yang yakni Islam telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama Hijriah dan langsung dari Arab. Daerah yang mula-mula
dimasuki oleh Islam adalah daerah pesisir Sumatra, adapun kerajaan Islam pertama
yang berdiri adalah di Aceh. Penyiaran Islam dilakukan secara damai oleh pedagang.
Kedatangan Islam ke Indonesia adalah membawa kecerdasan dan peradaban yang
tinggi (Panitia Seminar, 1963: 265).
Seminar Medan tersebut dilanjutkan dengan seminar di Banda Aceh 1978,
menegaskan bahwa kerajaan Islam pertama, yaitu: Perlak, Lamuri, dan Pasai
(Hasjmy, 1989: 143)
Munculnya tesis baru ini, yakni Islam telah masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijriah sekitar abad ke-7 dan 8 Masehi merupakan pembetulan dari pendapat
yang berkembang sebelumnya yang dipelopori oleh para orientalis tentang masuknya
Islam ke Indonesia.
Selain dari kedua teori itu ada juga teori Benggal, seperti yang dikemukakan
oleh Fatimi, yang mengatakan Islam berasal dari Benggal (Bangladesh) sekarang.
Teori yang dikemukakan oleh Fatimi ini berdasar kepada kesamaan batu nisan yang
ada di Indonesia dengan batu nisan yang ada di Benggal.
Dengan demikian, suatu hal yang dapat dikemukakan bahwa masuknya Islam
ke Indonesia, tidak bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak dini telah dimasuki oleh
Islam, di samping ada daerah yang terkebelakang dimasuki Islam. Berkenaan dengan
ini telah disepakati bersama oleh sejarawan Islam yang hadir pada seminar masuknya
Islam ke Indonesia tahun 1963 yang dilaksanakan oleh Universitas Islam Sumatra
Utara (UISU), Medan, bahwa Islam buat pertama kali masuk ke Indonesia adalah di
Pesisir Sumatra. Kesimpulan Seminar Medan adalah:
1. Bahwa menurut sumber-sumber yang diketahui, Islam pertama kalin telah masuk
ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7), dan langsung dari Arab.
2. Daerah yang pertama di datangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra dan setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3. Dalam proses pengislaman selanjutnya orang-orang Indonesia ikut aktif
mengambil bagian.
4
4. Muballigh Islam yang bermukim lama, selain sebagai penyiar Islam juga sebagai
saudagar.
5. Penyiaran Islam di Indonesia dilakukan secara damai.
6. Kedatangan Islam ke Indonesia membawa peradaban yang tinggi dalam
membentuk keribadian Bangsa Indonesia. Tumbuhnya pusat-pusat kekuasaan
Islam di Nusantara ini jelas sangat berpengaruh sekali bagi proses islamisasi di
Indonesia. Kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh untuk
mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya
Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.
Peranan kerajaan-kerajaan Islam itu sangat dominan dalam proses islamisasi
di Indonesia, tercatatlah dalam sejarah beberapa kerajaan Islam di Nusantara, yaitu:
Kesultanan Islam di Semenanjung Tanah Melayu, Kesultanan Malaka dan Johor;
Kesultanan Islam di Sumatera: Kesultanan Perlak, Pasai, dan Aceh Darussalam;
Kesultanan Islam di Jawa: Kesultanan Demak, Pajang, Mataram, Banten, dan
Cirebon; Kesultanan Islam di Sulawesi: Kesultanan Makassar dan Buton; Kesultanan
Islam di Maluku: Kesultanan Ternate, Tidore Jailoo, dan Bacan (Darmawijaya, 2010).

B. BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA AWAL


MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Pada tahap awal pendidikan Islam berlangsung secara informal. Kontak-
kontak personal antara muballigh dan masyarakat dengan pergaulan keseharian yang
mengandung keteladanan yang diberikan oleh para muballigh menampakkan
ketertarikan masyarakat sekitar terhadap agama Islam.
Pendidikan awal informal tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada hari dan
tempat khusus sehingga pendidikan tidak terprogram dengan baik. Hal ini memicu
munculnya pendidikan formal yang terencana, adanya jadwal waktu, tempat dan
materi tertentu. Beberapa Lembaga pendidikan Islam formal pertama yang muncul di
Indonesia berupa : Masjid dan langgar, Pesantren, Meunasah, Rangkang dan Dayah,
serta surau.
o Masjid dan Langgar
Masjid dan Langgar difungsikan sebagai ibadah (shalat), juga tempat
pelaksanaan pendidikan untuk orang dewasa dan anak-anak. Adapun untuk anak-
anak berpusat pada pengajian Al-Qur'an yang menitik beratkan kemampuan
membaca sesuai kaidah-kaidah bacaannya, Pendidikan keimanan ibadah dan
5
akhlak, Keimanan bertumpu kepada rukun iman yang enam adapun ibadah dititik
beratkan kepada pendidikan shalat. Adapun akhlak ditujukan pada pembentukan
akhlak, dan tingkah laku kesehariannya. (Daulay, 2018: 23).
o Pesantren
Pesantren telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam di Indonesia
khususnya di Jawa. Inti dari pesantren adalah pendidikan ilmu agama, sikap bera-
gama. Mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama. Pada tingkat
dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan Al-Qur'an Karim.
Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki
kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik. Kitab-kitab
klasik ini juga diklasifikasikan kepada dasar, menengah, dan tinggi. Mahmud
Yunus membagi pesantren pada tahap-tahap awal itu kepada empat tingkatan,
yaitu: tingkat dasar, menengah, tinggi, dan takhassus. (Daulay, 2018: 24)
Setelah datangnya kaum penjajah Barat (Belanda), peranan pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam semakin kukuh. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang reaksional terhadap penjajah. Karena itu, di zaman
Belanda sangat kontras sekali pendidikan di pesantren dengan pendidikan
sekolah-sekolah umum. Sistem pendidikannya, baik metode, sarana fasilitas
maupun yang lain- nya masih bersifat tradisional. Administrasi pendidikannya
belum seperti sekolah umum yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda,
non klasikal, metodenya sorogan, wetonan. Menurut Zamaksyari Dhofier ada
lima unsur pokok pesantren: Kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-
kitab klasik (Dhofier: 1984: 44).
Dalam perkembangan berikutnya pesantren mengalami dinamika,
kemampuan dan kesediaan pesantren untuk mengadopsi nilai-nilai baru akibat
modernisasi, menjadikan pesantren berkembang dari yang tradisional ke modern.
Karena itu, hingga saat sekarang pesantren tersebut dibagi dua secara garis besar.
Pertama pesantren salafi dan yang kedua pesantren khalafi.
Pesantren salafi adalah pesantren yang masih terikat dengan sistem dan
pola lama, adapun pesantren khalafi adalah pesantren yang telah menerima unsur-
unsur pembaruan.

6
o Menasah, Rengkang, dan Dayah
Secara etimologi, menasah berasal dari perkataan madrasah, tempat
belajar atau sekolah. Bagi masyarakat Aceh menasah memiliki multifungsi.
Menasah di samping tempat belajar, juga berfungsi sebagai tempat ibadah
(shalat), tempat pertemuan, musyawarah, pusat informasi, tempat tidur, dan
menginap bagi musafir.
Ditinjau dari segi pendidikan, menasah adalah lembaga pendidikan awal
bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Di
menasah para murid diajar menulis/membaca huruf Arab, ilmu agama dalam
bahasa Jawi (Melayu), dan akhlak (Hasjmy, 1983: 192).
Menasah dipimpin oleh seorang tengku, yang di Aceh Besar disebut
tengku menasah. Tengku menasah bertugas untuk membina agama di suatu
tempat tertentu. Ia memiliki tugas-tugas keagamaan, antara lain: Mengajar anak-
anak membaca Al-Qur'an, Menjadi imam shalat, Mengurus jenazah, Memimpin
doa pada kenduri-kenduri di wilayahnya, Menyembelih hewan, Mengurus
masalah pernikahan, Mengurus kegiatan-kegiatan Ramadhan.
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun di sekitar masjid.
Karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu dibangun tempat tinggal
mereka di sekitar masjid, tempat tinggal murid di sekitar masjid inilah yang
disebut dengan rangkang.
Pendidikan di rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, di sini
telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa Arab. Tingkat pendidikan ini jika
dibandingkan dengan sekolah saat sekarang setingkat sekolah lanjutan pertama
(Hasjmy, 1983: 192). Sistem pendidikan di rangkang ini sama dengan sistem
pendidikan di pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran dan si guru
menerangkan pelajaran, berbentuk halaqah, metode yang disampaikan di dunia
pesantren disebut namanya dengan sorogan dan wetonan.
Tengku rangkang membantu siswa dengan pengetahuan praktis, menuntun
mereka memakai buku pikah (fikih) dan usuy (ushuluddin) berbahasa Melayu
seperti Masailah, Bidayah, dan surah al-Mustaqim (Hurgronje, 1997:23).
Lembaga pendidikan berikutnya yang populer di Aceh yaitu dayah. Dayah
berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah pada mulanya merujuk kepada
sudut dari satu bangunan, dan sering dikaitkan dengan masjid. Di sudut masjid itu
terjadi proses pendidikan antara si pendi- dik dan si terdidik. Selanjutnya,
7
zawiyah dikaitkan tarekat-tarekat sufi, di mana seorang syekh atau mursyid
melakukan kegiatan pendidikan kaum sufi. (daulay, 2018: 28)
Dayah adalah suatu lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran
agama yang bersumber dari bahasa Arab, misalnya: fikih, bahasa Arab, tauhid,
dan tasawuf, tin- gkat pendidikannya sama dengan tingkat sekolah lanjutan
tingkat atas (SLTA). Dari beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
rangkang dan dayah dalam praktiknya sama dengan pesantren di Jawa.
o Surau
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah)
umat Islam melakukan ibadahnya (sembahyang, mengaji, dan sebagainya).
Apabila diperinci mempunyai arti bahwa surau berarti suatu tempat bangunan
kecil untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji anak-anak, dan tempat wirid
(pengajian agama) bagi orang dewasa.
Surau juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan sosial budaya,
tempat pertemuan para pemuda dalam upaya mensosialisasikan diri mereka.
Selain dari itu, surau juga berfungsi sebagai tempat persinggahan dan
peristirahatan para musafir yang sedang menempuh perjalanan. Dengan demikian,
surau mempunyai multifungsi. (Daulay, 2018:29)
Dari segi mata pelajaran yang diajarkan di surau sebelum masuk- nya ide-
ide pembaruan pemikiran Islam pada awal abad ke- 20 adalah mata pelajaran
agama yang berbasis kepada kitab-kitab klasik. Surau sebagaimana layaknya
pesantren juga memiliki kekhususan-kekhususan. Ada surau yang kekhususan
dalam ilmu alat, seperti: Surau Kamang, ada spesialis ilmu mantik, ma'ani; Surau
Koto Gedang, dalam ilmu tafsir; dan faraid, Surau Sumanik; adapun Surau
Talang spesialis dalam ilmu nahwu (Azra, 1988: 58).
1) Bentuk Pendidikan Islam pada masa kerajaan Samudera Pasai
Dari berbagai catatan sejarah, Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah
Samudera Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M, dengan raja pertama Al Malik
Ibrahim bin Mahdum.
Pengembara dari Maroko, Ibnu Batutah sempat singgah dan ia
menuturkan kekagumannya pada raja yang sangat alim dengan ilmu agama,
dengan menganut madzhab syafi’i serta mempraktikkan pola hidup sederhana. 15
Pendidikan yang berlaku pada masa ini adalah sebagai berikut :

8
 Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah madzhab
syafi’i
 Sistem pendidikannya informal, berupa majlis ta’lim dan halaqah
 Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama
 Biaya pendidikan berasal dari agama
2) Bentuk Pendidikan Islam pada masa kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua dengan raja bernama Sultan Alaudin abad ke-12 M.
Raja yang keenam Sultan Mamdum Alaudin Muhammad, adalah seorang Ulama’
yang mendirikan perguruan tinggi Islam yang didalamnya diajarkan kitab-kitab
yang berbobot pengetahuan tinggi misalnya Al Um karya Imam Syafi’i. Kerajaan
Islam Perlak juga memiliki Pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kala.
3) Bentuk Pendidikan Islam pada masa kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam diproklamirkan pada tanggal 12 Dzulkaedah
916 H/1511 M. Pendidikan di Aceh Darussalam sangat diperhatikan , terdapat
lembaga-lembaga khusus yang menaungi pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu
:
 Pada masa Sultan Iskandar Muda, banyak didirikannya masjid, salah satunya
ialah Masjid Baiturrahan yang juga dijadikan sebagai perguruan tinggi yang
telah memiliki 17 dars (fakultas).
 Balai Sentra Hukama, tempat berkumpul para Ulama’ ahli pikir
 Balai Sentra Ulama, jawatan pendidikan yang mengurus masalah pendidikan
 Balai Himpunan Jama’ah Ulama, tempat berkuumpul para Ulama dan sarjana
dalam bertukar pikiran dan membahas persoalan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
Dapat kita fahami bahwa pendidikan Islam masa awal di Indonesia sangat
fleksibel dan mudah masuk kedalam budaya masyarakat dengan menggunakan
fasilitas yang sederhana dan mampu berkembang secara dinamis di negeri nusantara.
Hal ini sebagai bukti bahwa Islam menjadi agama yang universal (rahmatan lil
‘alamin), bis aditerima di berbagai tempat dalam suasana dan keadaan apapun.

9
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
Menurut Abudin Nata dalam bukunya “Selekta Kapita Pendidikan Islam”
menyebutkan setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi corak dan dinamika
pendidikan Islam. Kelima faktor tersebut adalah: 1) perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, 2) perkembangan masyarakat, 3) perkembangan politik, 4)
perkembangan ekonomi, 5) perkembangan agama dan budaya masyarakat di mana
pendidikan tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan faktor di atas, maka dinamika pendidikan Islam akan terus
berlangsung dari zaman ke zaman. Di masa mendatang pendidikan Islam diharapkan
lebih mampu mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan zaman, tentu saja tidak terlepas
dari usaha-usaha umat Islam hari ini. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Terap dan langkah perkembangan selalu
di upayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan tantangan-tantangan baru, pendidikan selalu diharapkan masalah-
masalah baru. Oleh karena itu perlu adanya rumusan-rumusan masalah pokok yang
dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam mengembangkan tugasnya.
Beberapa masalah pokok dalam pendidikan yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya:
1. Masalah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan dimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan.
Masalah pemerataan ini dipandang penting. Sebab, Anak-anak usia
sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal
dasar berupa membaca, menulis, dan berhitung. Sehingga akhirnya mereka dapat
mengikuti perkembangan kemajuan.
Dalam masalah ini R.A Kartini berpandang tentang pendidikan dalam
berbagai hal :
Kunci kemajuan bangsa terletak pada pendidikan, Oleh karena itu, seluruh
rakyat harus dapat menerima pendidikan secara sesama.
Sistem dan praktik pendidikan tidak mengenal diskriminasi dan siapa saja
tidak memendang jenis kelamin, agama, keturunan kependudukan sosial,
berhak memperoleh pendidikan.
Pendidikan yang diarahkan pada pencerdasan rakyat secara nasional terbagi
kedalam pendidkan formal (Sekolah), pendidika non formal ( Masyarakat),
dan pendidikan keluarga.
Pendidikan yang diarahkan kepada pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan juga hendaknya diarahkan kepada pembentuk watak dan
kepribadian anak atau peserta didik.
2. Masalah mutu pendidikan
Mutu pendidikan sering dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf yang diharapkan. Masalah ini lebih terletak pada masalah
pemprosesan pendidikan. misal jika tujuan pendidikan nasional di jadikan kriteria,
maka yang menjadi pertanyaan adalah : apakah keluaran dari sistem pendidikan
menjadi pribadi yang bertaqwa, mandiri, dan berkarya, anggota masyarakat yang

10
sosial dan bertanggung jawab, warga negara yang cinta tanah air dan memiliki
rasa kesetiakawanan sosial.
Pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah
pemrosesan pendidikan. Selanjutnya pemprosesan pendidikan di tunjang oleh
komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga masyarakat sekitar.
Kurikulum merupakan pemandu utama bagi penyelenggaraan pendidikan secara
formal, yang menjadi pedoman bagi setiap guru, kepela sekolah dan pengawas
pendidikan dalam menjalankan tugas mereka sehari-hari.
Kurikulum pendidikan seharusnya memiliki dua komponen pokok. Yakni :
komponen pendidikan umum dan komponen pendidikan islam. Dalam pendidikan
Islam Abdurrahman Al-Nahlawi memberikan acuan prinsip-prinsip dasar dan
membuat kurikulum yaitu :
 Sistem dan pembangunan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah
manusia, agar tetap berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang.
 Kurikulum hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan akhir pendidikan
islam sambil memperhatikan tujuan-tujuan dibawahnya.
 Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi perkembangan
peserta didik.
 Kurikulum hendaknya realistis.
 Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku yang positif.
 Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata di masyarakat
seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan pendidikan.
 Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik
baik fisik, emosional, ataupun intelektualnya
 Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah
islam.
3. Masalah Efesiensi Pendidikan
Masalah efisi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatau sistem
pendidikan mendayagunakan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya
tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinyaberarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting yaitu :
Bagaimana tenaga kependidikan guru di fungsikan.
Bagaimana sarana prasarana pendidikan di gunakan.
Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
Masalah Relevansi Pendidikan
Telah di jelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas pendidikan adalah
Menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Sejalan dengan
perkembangan orientasi perkembangan, pendidikan yang dikehendakipemerintah
yaitu menciptakan manusia pendidikan yang bisa memenuhi pasaran kerja maka
dimanakah letak sistem pendidikan islam? Persepektif teknologi dan industri
sebenarnya makin memperjelas kontribusi lembaga pendidikan Islam sebagai
wadah penghasil guru agama.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa teori dan pendapat mengenai awal mula Islam masuk di
Indonesia, diambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M.
Daerah pertama penyebaran agama Islam adalah sepanjang pesisir bagian Utara dan
Barat pulau Sumatera.
Pendidikan Islam awal permulaan di Indonesia berupa pendidikan informal.
Kontak-kontak personal antara muballigh dan masyarakat dengan menggunakan
sistem halaqah/majelis. Sedangkan pendidikan Islam untuk formal pertama kalinya
yang ada antara lain: Masjid dan langgar, Pesantren, Mennasah, Dayah, Rangkang
dan Surau. Bentuk Pendidikan Islam pada masa kerajaan di Samudera Pasai (abad ke-
14 M) adalah dengan cara diskusi (majlis taklim/halaqah). Bentuk Pendidikan Islam
pada masa kerajaan Perlak adalah Pusat Pendidikan Islam Dayah Cut Kola atau sama
dengan perguruan tinggi. Bentuk Pendidikan Islam pada masa kerajaan Aceh
Darussalam adanya lembaga khusus agama yang menangani masalah pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan.
Terdapat lima faktor yang mempengaruhi corak dan dinamika pendidikan
Islam. Kelima faktor tersebut adalah:
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
 Perkembangan masyarakat,
 Perkembangan politik,
 Perkembangan ekonomi,
 Perkembangan agama dan budaya masyarakat di mana pendidikan tersebut
dilaksanakan
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kesalahan dalam penulisan makalah ini dan
kami berharap kepada pembaca agar dapat memberikan saran yang membangun
sehingga penulis dapat mengevaluasi sebagai perbaikan makalah kedepannya serta
tetap terus menebar manfaat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana
Daulay, Prof Dr. H. Haidar Putra M.A. 2019. Pendidikan Islam di Indonesia Historis dan
Eksistensinya. Jakarta : Kencana Prenadamedia

Asegaf, Abdurrahman. 2007. Pendidikan Islam Di Indonesia. Yogyakarta: Suka Press


Hasbullah. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai