Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI INDONESIA

Disusun oleh :

Kelompok 13

Nadya (19042161)

Reffishandria LK (19042173)

Sinthiya Adela Fitri (19016125)

Dosen Pembimbing :

Drs. Abd. Rahman L

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami beribu-ribu
nikmat diantaranya nikmat kesehatan, dan nikmat nafas kehidupan sehingga kami
masih dapat mengerjakan makalah kami dengan waktu yang telah ditentukan
dengan judul makalah“Islam di Indonesia”.

Dengan tujuan untuk memenuhi tugas kuliah Pendidikan Agama. Kami


ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Abd. Rahman L. selaku dosen
Pendidikan Agama yang telah memberikan kami tugas makalah dan membimbing
kami dalam Mata kuliah Pendidikan Agama, dimana makalah ini disusun agar
nantinya dapat memberi manfaat bagi pembaca terutama Mahasiswa dan
Mahasiswi Universitas Negeri Padang dan para pembaca juga dapat lebih mudah
memahami mata kuliah Pendidikan Agama terutama dalam pada materi Islam di
Indonesia.

Semoga makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama kepada kami penulis makalah dan kepada seluruh pembaca, apabila di
dalam makalah ini ada kekurangan, kami sebagai penulis minta maaf karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, dan kesalahan dari kami penulis.

Padang, 23 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 1

C. Tujuan …………………………………………………………………… 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia…………………………………... 2

B. Corak Islam di Indonesia ……………………………………………....... 4

1. Aqidah……………………………………………......................... 4
2. Syariah……………………………………………......................... 4
3. Tasawuf……………………………………………....................... 5
4. Organisasi Kemasyarakatan…………………………………….... 6

C. Kontribusi Umat Islam di Indonesia dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara ……………………………………………………................... 9

D. Islam di Minangkabau............................................................................... 11

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 12

B. Saran ……………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses masuknya islam di Nusantara tidak lepas dari kegiatan


perdagangan. Kepulauan Nusantara yang terkenal dengan hasil buminya,
menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Antara lain
Cina, India, Arab, Persia. Mereka berdagang ke kepulauan Nusantara
untuk berdagang. Kedatangan mereka melalui Selat Malaka yang lambat
laun tumbuh dan berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan
Internasional. Melalui Selat Malaka para pedagang mengunjungi pusat-
pusat perdagangan, antara lain seperti ke Banjarmasin, Goa, Ambon, dan
Ternate yang dikenal sebagai pusat rempah-rempah.
Melalui hubungan dagang itulah, pedagang Persia, Arab dan
Gujarat yang telah memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama
dab budaya Islam kepada penduduk Nusantara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah singkat masuknya Islam ke Indonesia?


2. Bagaimana corak Islam di Indonesia?
3. Bagaimana kontribusi umat Islam di Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?
4. Bagaimana kondisi Islam di Minangkabau?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah singkat masuknya Islam ke


Indonesia.
2. Untuk mengetahui corak Islam di Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi umat Islam di Indonesia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Untuk mengetahui kondisi Islam di Minangkabau.

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Sejarah Ringkas Masuknya Islam ke Indonesia


Secara garis besar, ada beberapa teori masuknya Islam ke Indonesia, yaitu:
1. Teori Gujarat
Teori ini menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang dari Gujarat, India. Teori ini berpendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Keberadaan para
pedagang Gujarat ini bertolak dari catatan Marcopolo, yang
mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Pureula, tahun 1929 M, ia
telah menyaksikan banyak pedagang asal Gujarat giat menyiarkan
agama Islam. Pendapat itu diperkuat dengan adanya batu nisan Sultan
Malik ash-Sholeh.
2. Teori Persia
Pendapat ini didukung oleh Umar Amin Husein, dengan alasan
bahwa di Persia ada suku yang bernama Laren dan Jawi. Kemungkinan
para pedagang dari dua suku inilah yang mengajarkan huruf Arab di
pulau Jawa yang dikenal dengan Hoesein Djajadiningrat yang
mengatakan bahwa terdapat pasangan dalam bahasa arab yang disebut
Jabar Jer.istilah ini termasuk bahasa Iran yang dalam bahasa arab
disebut fathah kasrah. Menurut teori ini Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-7 M yang dibawa oleh kaum Syiah, Persia.
Terdapat beberapa bukti yang mendukung teori ini diantaranya
kesamaan budaya Islam Persia dan Islam Nusantara seperti adanya
peringatan Asyura dan peringatan Tabut, kesamaan ajaran Sufi,
penggunaan istilah Persia untuk mengeja huruf Arab, ditemukannya
makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik, adanya
perkampungan Leren/ Leran di Giri daerah Gresik, kesamaan seni
kaligrafi pada beberapa batu nisan, serta bukti maraknya aliran Islam
Syiah khas Iran pada awal tahun masuknya Islam.
Teori ini dibantah oleh Saifuddin Zuhri yang menyatakan
bahwa Islam masuk ke kepulauan Nusantara pada abad ke-7 Hijriah
yaitu pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sehingga tidak mungkin
Islam berasal dari Persia pada saat kekuasaan politik dipegang oleh
Bangsa Arab.
3. Teori Arab atau Teori Makkah

2
Pendapat ini datang dari Hamka, menurutnya :
a. Raja-raja Samudera Pasai menganut mazhab Syafi’i. Penganut
Mazhab Syafi’i terbesar waktu itu adalah masyarakat Mesir dan
Makkah. Bila agama islam yang masuk di Nusantara berasal dari
Persia, tentu mbanyak masyarakat Indonesia yang menganut
paham Syiah seperti di Persia atau bermazhab Hanafi seperti di
India.
b. Gelar Al-Malik yang digunakan oleh raja-raja Samudera Pasai,
berasal dari Mesir. Sedangkan gelar Syah yang berasal dari Persia,
baru digunakan oleh raja-raja Malaka pada awal abad ke-15 M.
Kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia
Tenggara sejak permulaan abad masehi. Menurut teori ini Islam masuk
ke Indonesia pada ke-7 M.
4. Teori China
Teori China merupakan teori yang baru-baru ini berkembang,
teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia karena dibawa
perantau Muslim China yang datang ke Nusantara. Tokoh yang
mencetuskan teori ini adalah Slamet Mulyana dan Sumanto Al
Qurtuby.
Beberapa bukti yang mendukung teori China :
a. Fakta adanya perpindahan orang-orang muslim China dari canton
ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke-9 M.
b. Adanya masjid tua berasitektur China di Jawa.
c. Raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden
Patah)
d. Gelar raja-raja Demak yang ditulis menggunakan istilah China.
e. Catatan China yang mengatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang China.
Pengaruh penyebaran agama Islam yang berpusat di Pasai meluas
ke Aceh di Pesisir sumatera, Semenanjung Malaka, demikian pula
penyebaran agama islam yang berpusat di Demak meluas ke Banjarmasin,
Lombok dan sebagainya.
B. Corak Islam di Indonesia
1. Aqidah
Secara etimologi, akidah berasal dari bahasa arab yang berasal
dari kata al-‘aqdu (ikatan), at-tautsiiqu (kepercayaan atau keyakinan

3
yang kuat), al-ihkaamu (mengkokohkan atau menetapkan), dan ar-
rabthu biquw-wah (memikat dengan kuat).
Sedangkan menurut terminologi, akidah adalah perkara yang
wajib di benarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Jadi, akidah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat
kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya,
Kitab-kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani
seluruh apa-apa yang menjadi ijma’, serta seluruh berita-berita qath’i
(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah
ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’
Salaf as-Shalih.
2. Syari’ah
Secara etimologis kata Syari’ah berasal dari kata syara’a yang
berarti “sesuatu yang dibuka secara lebar kepadanya”. Dari sinilah
terbentuk kata syari’ah yang berarti “sumber air minum”. Kata ini
kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus
yang harus diikuti.
Secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan
syari’ah dengan jalan “yang lurus”. Kemudian pengertian ini
dijabarkan menjadi: “Hukum Syara’ mengenai perbuatan manusia yang
dihasilkan dari dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut
mengartikan syari’ah sebagai hukum- hukum dan tata aturan yang
disyariatkan oleh Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti.
Menurut Faruq Nabhan secara istilah, syari’ah berarti “ segala
sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Sedangkan menurut Manna al-Qaththan, syari’ah berarti segala
ketentuan yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut
aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalat.
Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli
dapat dirumuskan bahwa syari’ah adalah aturan-aturan yang berkenaan
dengan prilaku manusia, baik yang berkenaan dengan hukum pokok

4
maupun hukum cabang yang bersumber dari al-Quran dan hadis Nabi
saw.
3. Tasawuf
Tasawuf didefinisikan sebagai ajaran yang mementingkan
kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia, penamaannya belum
dikenal pada abad permulaan. Tasawuf baru dikenal sebagai sebuah
nama atau sebagai disiplin yang melembaga pada sekitar abad ke dua
hijriah. Namun demikian secara faktual nilai-nilai tasawuf itu sendiri
adalah sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya.
Tentang sejarah timbul nama tasawuf, ada berbagai pendapat
membicarakan hal tersebut. Satu pendapat mengatakan bahwa asal
penamaan tasawuf disandarkan kepada Ahl ash-Shuffah; yaitu sebuah
komunitas sahabat Rasulullah dari kaum Muhajirin yang selalu
berdiam diri di masjid Nabawi. Sifat-sifat para sahabat dari Ahl ash-
Shuffah ini sangat khas, seperti sifat zuhud, mementingkan orang lain,
tidak banyak bergaul dengan khlayak, tidak terkait dengan kesenangan
duniawi, dan hanya mementingkan akhirat.
Pendapat lain mengatakan bahwa penamaan tasawuf timbul
dari sebuah hadits. Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah keluar
rumah dengan warna muka yang lain dari biasanya, tiba-tiba beliau
bersabda:

ّ(‫ت البيفوبم وْتفحبفةة لقوْكدل وْمفسلقمم )بربواهوْ الددابرقوْفطنّدي‬


ْ‫ُ بفاَفلبمفو و‬،‫صففوْو الددنّبياَ بوببققبي البكبدوْر‬ ‫بذبه ب‬
‫ب ب‬
“Kemurnian dunia telah pergi, dan hanya tersisa kekeruhan,
maka kematian hari ini adalah harapan berharga bagi seorang muslim”
(HR. ad-Daraquthni)
Dalam hadits ini disebutkan kata “shafw ad-dunyâ”. Kata
“shafw” dimungkinkan sebagai akar dari kata “tasawuf”. Oleh
karenanya di kemudian hari, di antara landasan pokok dalam ajaran
tasawuf adalah nilai-nilai yang terkandung dalam hadits ini, yaitu dari
sabda Rasulullah bahwa kematian adalah “pembendaharaan” yang
ditunggu-tunggu dan paling berharga bagi seorang muslim. Dari
pemahaman hadits ini kemudian dikenal istilah tasawuf.
4. Organisasi Kemasyarakatan

5
Organisasi Kemasyarakatan atau disingkat Ormas adalah
organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara
sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meski Ormas
juga dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak
dan cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal ini tentunya berbeda dengan kebijakan Ormas di masa
silam yang mewajibkan seluruh Ormas berasaskan Pancasila.
Sementara itu untuk sifat kegiatan, Ormas tentunya harus dibedakan
dengan Organisasi lainnya yang tujuannya memang memperoleh
keuntungan, seperti CV, PT, dll. Dalam melaksanakan kegiatannya
Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba, dan demokratis.
Tujuan Ormas :
1. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat;
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat;
3. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa;
4. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan
budaya yang hidup dalam masyarakat;
5. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
6. Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan
toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
7. Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa; dan/atau
8. Mewujudkan tujuan negara.
Fungsi Ormas
1. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau
tujuan organisasi;
2. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi;
3. Penyalur aspirasi masyarakat;
4. Pemberdayaan masyarakat;
5. Pemenuhan pelayanan sosial

6
6. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Daftar Organisasi Masyarakat :
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi islam yang besar di
Indonesia. Dibentuk pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 (18 November
1912). Tujuan organisasi ini adalah mengembalikan seluruh
penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan
ini sering menyebabkan ajaran islam bercampur baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata
sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al-Quran, diantaranya surat Ali-Imran
ayat 104 yang artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu
segolongan umat yang mneyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf dan mencegah kepada yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat ini menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya
umat dalam menjalankan dakwah Islam secara terorganisasi, umat
yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah
banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di
seluruh Indonesia.
2. Nahdlatul ‘Ulama (NU)
Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di
bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Kehadiran NU
merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi
keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham
Ahlusunnah wal Jamaah. Selain itu, NU sebagaimana organisasi-
organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau
keagamaan yang lahir di masa penjajah. Hal ini didasarkan,

7
berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri,
sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang
ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab
kepentingan nasional dan dunia islam umumnya.
3. Syarikat Islam (SI)
Dahulu disebut Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada
tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi. SDI merupakan
organisasi pertama kali lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi
ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang
politik Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing
untuk menguasai komplar ekonomi rakyat pada masa itu. Pada
kongres pertama SDI di Solo tahun 1906, namanya ditukar menjadi
Sarikat Islam.
Al Irsyad Al Islamiyyah, Al Ittihadiyah, Al Washliyah, Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Dewan Masjid Indonesia (DMI),
Forum Umat Islam (FUI), Front Pembela Islam (FPI), Forum Dakwah
Islam Indonesia (FDII), Himpunan ahlus Sunnah Untuk Masyarakat Islami
(Hasmi), Hidayatullah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi), Lembaga Dakwah Kemuliaan Islam
(LDKI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Majelis Intelektual
dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Majelis Az Zikra, Majelis Dakwah
Islamiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Tafsir Al-Quran
(MTA), Mathla’ul Anwar, Nahdlatul Wathan (NW), Pemuda Muslimin
Indonesia, Persatuan Islam (Persis), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI), Persatuan Ummat Islam (PUI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti), Wahdah Islamiyah, BP4(Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan).
C. Kontribusi Umat Islam Indonesia dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Kontribusi terbesar umat islam terhadap Negara adalah
memerdekakan tanah air dari cengkraman penjajajah. Kita saksikan dalam
pentas sejarah banyak perang besar yang dikomandoi oleh para ulama
Islam untuk menentang penjajahan. Mulai dari Aceh sampai ke Maluku.

8
Perang perang besar tersebut adalah Perang Sabil, Perang Paderi, Perang
Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Pangeran Antasari, Ternate Tidore.
Kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum
pada akhir-akhir ini semakin jelas dengan diundangkannya beberapa
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum islam,
seperti Perundang-Undangan Republik Indonesia No. 1 tahun 1974
tentang perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang
perwakafan tanah milik, Undang-Undang RI No. 7 tahun 1989 tentang
peradilan agama, Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang kompilasi
hukum islam, Undang-Undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, dan UU RI tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji.
Umat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa
Indonesia. Sebagai komponen terbesar penyusun bangsa ini, umat islam
dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam setiap segi penyelenggaraan
negeri ini, sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing guna
mencapai cita-cita nasional masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Komponen mayoritas yang disandangkan pada umas islam di
Indonesia ini memberikan peran dan tanggung jawab yang besar kepada
umat islam. Negeri ini akan tergantung oleh bagaimana cara umat islam
menjalani kehidupannya, karena jumlah umat islam yang besar
mempengaruhi bersifat dominan kepada yang lain. Secara singkat dan
utama dari peran umat islam yang ada, maka umat islam memiliki tiga
peran yang nyata yaitu sebagai warga negara, pengembang, dan penata
kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat islam jelas berperan sebagai
warga negara. Oleh karena itu, harus tunduk dan patuh pada aturan-aturan
negara. Selain itu, sebagai warga negara hendaknya umat islam memenuhi
kewajiban sesuai yang tercantum pada peraturan negara yang telah ada.
Umat islam juga berperan sebagai pengembang kehidupan bangsa.
Dalam hal ini, islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai
sumber pengembangan dalam segala aspek kehidupan seperti ekonomi,
sosial, pendidikan, politik dan budaya. Umat islam haruslah menjadi
penggerak ekonomi bangsa supaya mendapat taraf hidup yang lebih baik.
Umat islam juga dituntut dalam IPTEK guna memajukan bangsa ini dan

9
dapat bersaing dengan bangsa lain dalam globalisasi yang sedang
berlangsung sekarang ini.
Umat islam berperan sebagai penata kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam kemajemukan yang ada di Indonesia, umat islam
dituntut untuk benar-benar pandai menerapkan gagasan islami dan
kaindonesiaan. Hal ini agar terciptanya ketentraman dan kedamaian.
Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW bahwa umat muslim adalah
umat yang terdapat didalamnya kasih sayang, keadilan, kearifan sesuai
yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dasar-dasar hubungan antar manusia
inilah yang dijadikan umat islam dalam kehidupan bermasyarakat.
D. Islam di Minangkabau
Berdasarkan berita dari China, Hamka (1976) mengatakan bahwa
pada tahun 684 M sudah didapati kelompok masyarakat Arab di
Minangkabau. Hal ini berarti bahwa 42 tahun setelah Nabi Muhammad
SAW wafat, orang arab sudah mempunyai perkampungan di
Minangkabau. Sehubungan dengan itu Hamka memperkirakan bahwa kata
“Pariaman” adalah nama salah satu kota pesisir barat minangkabau berasal
dari bahasa arab “barri aman” yang berarti daratan yang aman sentosa.
Selanjutnya diduga pula bahwa orang-orang arab ini disamping berdagang
juga berperan sebagai mubalig-mubalig yang git melakukan dakwah islam,
sehingga pada waktu itu diperkirakan sudah ada orang Minangkabau yang
meeluk agama islam.
Penyiaran agama islam kepada rakyat minagkabau sudah lebih
intensif dilakukan oleh ulama-ulama Aceh bersamaan waktunya dengan
penguasaan pantai barat Sumatera oleh Aceh pada akhir abad ke-16 dan
awal abad ke-17. Pada waktu itu pusat-pusat perdagangan di pantai barat
Sumatera dikuasai oleh Aceh, dan daerah itu menjadi perantara masuknya
pengaruh islam ke pedalaman minangkabau (Martamin, 1986).
Para mubaligh menyebarkan islam di Minangkabau dengan jalan
menanamkan budi dan memperlihatkan akhlak yang baik kepada
masyarakat. Masyarakat Minangkabau yang terkesan dengan sifat-sifat
mubaligh Islam itu kemudian mengikutinya. Selanjutnya, setelah
mempelajari Islam banyak pula penduduk Minangkabau yang ikut
menyebarkan Islam ke daerah-daerah lainnya di Nusantara dengan jalan

10
yang lebih baik dan teratur, seperti yang terjadi kemudian ketika Datuk Ri
Bandang dan Datuk Ri Patimang menyebarkan Islam di Makassar.
Proses islamisasi di Minangkabau berjalan terus damai melalui
pengaruh yang tidak dipaksakan dan berhasil dengan baik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses masuknya islam di Nusantara tidak lepas dari kegiatan
perdagangan. Kepulauan Nusantara yang terkenal dengan hasil buminya,
menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Antara lain
Cina, India, Arab, Persia. Mereka berdagang ke kepulauan Nusantara
untuk berdagang. Kedatangan mereka melalui Selat Malaka yang lambat
laun tumbuh dan berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan
Internasional. Melalui Selat Malaka para pedagang mengunjungi pusat-
pusat perdagangan, antara lain seperti ke Banjarmasin, Goa, Ambon, dan
Ternate yang dikenal sebagai pusat rempah-rempah.
Melalui hubungan dagang itulah, pedagang Persia, Arab dan
Gujarat yang telah memeluk agama Islam dapat memperkenalkan agama
dab budaya Islam kepada penduduk Nusantara.
B. Saran
Islam di Indonesia disebarkan melalui jalan damai dan aman.
Untuk itu kita dituntut agar dapat saling berdamai dalam beragama dengan
cara tidak memaksakan keyakinan pada orang lain dan menghargai setiap
perbedaan yang ada demi terciptanya keadaan yang tentran dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Avirusyah. Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Indonesia. (diakses
24 Nov 2019 pukul 22:40). Academia.edu

11
Al-Banh, Farid. 2009. Peranan Umat Islam Masa Kini. . (diakses 24 Nov 2019
pukul 22:00). Scribd.com

Amin, Faizal dan Ananda, Rifki Abror. 2018. Kedatangan dan Penyebaran Islam
di Asia Tenggara. Jurnal Studi Keislaman, Vol. 18,
No.2.ejournal.radenintan.ac.id

Sulistiono, B. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara.


repository.uinjkt.ac.id

Witrianto W. Agama Islam di Minangkabau. repo.unand.ac.id (diakses 24 Nov


2019 pukul 23:27)

12

Anda mungkin juga menyukai