Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER
“Sejarah Perkembangan Islam”

Dosen Pengampu: Bapak Dr. Yusriadi, S.Ag., M.A

Disusun Oleh

UMY MELANI (12001291)

SEMESTER/KELAS: II/H

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK

1
Kata Pengantar
Assalammualaikum Wr. Wb.,

Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya shingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Islam Budaya Lokal. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemahaman ilmu Islam Budaya Lokal bagi para
pembaca dan juga penulis.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu


proses penyusun makalah ini terutama kepada Ibu Dr. Yusriadi, S.Ag., M.A.
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Karakter yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya dalam terselesikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pontianak, 17 Juni 2021

Penulis

2
Daftar Isi
Halaman

Judul ................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ................................................................................................... 2

Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang .......................................................................................... 4

b. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

c. Tujuan .......................................................................................................

BAB II Pembahasan

a. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia ......................................................

b. Sejarah Masuknya Islam ke Kalimantan Barat ..........................................

BAB III Penutup

a. Kesimpulan ............................................................................................. 10

3
b. Saran .......................................................................................................

10

Daftar Pustaka .................................................................................................. 11

4
BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Menurut
M.C. Ricklefs, penyebaran agama Islam di nusantara adalah proses yang sangat penting,
tetapi juga tidak jelas. Lebih jauh, Ricklefs mengatakan pada umumnya proses islamisasi
kemungkinan berlangsung dalam dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan
dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing yang telah
menganut Islam melakukan perkawinan dengan penduduk lokal sehingga mereka telah
menjadi orang Indonesia. Kedua proses itu pun mungkin terjadi secara bersamaan.

Di Kalimantan Barat, Islam masuk sekitar abad ke 18. Ada dua cerita tentang siapa
penyebar agama Islam di wilayah ini. Yang pertama adalah Syarif Idrus. Pada awalnya, Syarif
Idrus bersama rombongannya berlayar ke arah Mempawah. Namun dia penasaran dan
menelusuri sungai ke arah laut yang membawanya ke aliran sungai Kapuas yang sekarang ini
menjadi kota Pontianak. 

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam masuk ke Indonesia?
2. Bagaimana Islam masuk ke Kalimantan Barat?

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Islam masuk ke Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana Islam masuk ke Kalimantan Barat

5
BAB II
Pembahasan
a. Proses Masuknya Islam Ke Indonesia
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme yang
ditulis oleh Ahmad Fakhri Hutauruk (2020: 1), sejarah masuknya Islam ke Indonesia sedikit
berbeda dengan masuknya Islam di negara lain.

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dan mubaligh
secara damai, sedangkan masuknya Islam ke negara lain pada umumnya melalui
penaklukan. Seperti pada negara Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.

Mengutip jurnal Islamisasi Nusantara: Analisis Terhadap Diskursus Para Sejarawan


oleh Husaini Husda (2016), menurut Hasan Mu’arif Ambary, proses Islamisasi di Indonesia
dikategorikan dalam tiga fase. Yaitu fase kehadiran para pedagang Muslim (terjadi pada
abad ke-7 sampai ke-11 Masehi), fase terbentuknya kerajaan Islam (berlangsung antara
abad 13 M-16 M), dan fase pelembagaan Islam.

Sampai saat ini belum ada kejelasan yang pasti mengenai sejarah kapan dan dari
mana Islam masuk ke Nusantara. Namun, terdapat beberapa teori yang menjelaskan perihal
waktu kedatangan, negeri asal yang membawa, dan pihak yang membawa agama Islam ke
Indonesia. Berikut adalah penjabarannya:

1. Teori Gujarat

Teori Gujarat, menyatakan Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, India. Teori ini
pertama kali dicetuskan oleh dua orang sejarawan berkebangsaan Belanda Pijnapel dan
Snouck Hurgronje. Menurut mereka, Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad ke 13
Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat Nusantara
dengan para pedagang Gujarat yang datang.

Teori ini didukung bukti, di antaranya batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik As-
Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Islam Gujarat, Catatan Marcopolo, serta adanya warna
tasawuf pada aliran Islam yang berkembang di Indonesia.

2. Teori Persia

Teori Persia dicetuskan dan didukung oleh Umar Amir Husen dan Hoesein
Djajadiningrat.  Dikatakan bahwa Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 9 Masehi
adalah Islam yang dibawa kaum Syiah (Persia).

Teori ini didukung bukti pembenaran di antaranya, Kesamaan budaya Islam Persia
dan Islam Nusantara (kecintaan pada Keluarga Nabi, Peringatan Asyura, Peringatan Tabut,
dll), Kesamaan ajaran Sufi, Penggunaan istilah persia untuk mengeja huruf Arab, kesamaan
seni kaligrafi pada beberapa batu nisan, serta bukti lainnya dalam kerajaan Perlak I (Aceh

6
Timur). Sultan Pertama Perlak, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah beraliran
Islam Syiah.

3. Teori China

Teori ini didasari pada beberapa bukti yaitu fakta adanya perpindahan orang-orang
muslim China dari Canton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879 M;
adanya masjid tua beraksitektur China di Jawa; raja pertama Demak yang berasal dari
keturunan China (Raden Patah); gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah
China; serta catatan China yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Nusantara
pertama kali diduduki oleh para pedagang China.

4. Teori Maritim

Teori Maritim pertama kali dicetuskan sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch. Teori ini
menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari kemampuan
umat Islam dalam menjelajah samudera. Tidak dijelaskan darimana asal Islam yang
berkembang di Indonesia, yang jelas menurut teori ini, masuknya Islam di Indonesia terjadi
di sekitar abad ke 7 Masehi.

5. Teori Arab atau Teori Makkah

Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam di
Indonesia berlangsung saat abad ke 7 Masehi. Islam dibawa para musafir Arab yang memiliki
semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori
ini adalah Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

Teori ini dibuktikan dengan adanya perkampungan Barus dimana ditemukannya


makam Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah. Makam
tersebut terdapat di kompleks Makam Mahligai di Barus. Ada seminar beberapa kali tentang
hal ini, bahkan tempat itu diklaim sebagai “Titik Nol” masuknya Islam di Indonesia.
Walaupun banyak yang membantahnya dan dianggap kurang didukung fakta dan menyalahi
data-data sejarah lainnya.

b. Sejarah Masuknya Islam ke Kalimantan Barat


Dalam buku Sejarah Pendidikan Daerah Kalimantan Barat disebutkan bahwa di
daerah Pesisir Utara Kalimantan Barat yang membujur dari Selatan ke Utara yang meliputi
daerahdaerah Ketapang, Sukadana, Matan, Mempawah dan Sambas merupakan daerah-
daerah yang pertama-tama mendapat pengaruh agama Islam. Baru dalam perkembangan
kemudian mulai menyusuri Sungai Kapuas, Sungai Landak terus masuk sampai ke
pedalaman, tetapi hanya sampai daerah-daerah pinggiran sungai saja. Pembawa pengaruh
agama Islam ini adalah para pendatang (pedagang) dari Sumatera Selatan (Palembang),

7
Jawa bahkan dari Brunei dan juga orang-orang asing yang dengan melalui perdagangan dan
tidak melalui misi organisasi keagamaan.

Berikut beberapa pendapat mengenai masuknya agama Islam di Kalimantan Barat:

1. Menurut Syahzaman

Syahzaman dalam makalahnya yang berjudul “Masuknya Agama Islam di Kalimantan


Barat” mengatakan Islam masuk di daerah Kalimantan Barat nampaknya melalui dua jalur.
Pertama para pedagang Islam dari Malaka ada yang langsung berlayar melewati Selat
Karimata menuju ke kerajaan Tanjung Pura. Sebelum masuknya Islam ke Sambas yang
melewati jalur Selatan Karimata, di Sambas Islam telah masuk lebih dahulu, yaitu dari Brunei
menyusuri pantai Serawak, namun Syahzaman tidak menyebutkan siapa pembawa agama
Islam tersebut.

2. Menurut Muhammad Nur Hasan

Muhammad Nur Hasan, 1996 juga menyatakan Islam mulai menyebar di Kalimantan
Barat diperkirakan sekitar abad ke 16. Penyebaran agama Islam tersebut terjadi ketika
kerajaan di Sukadana atau lebih dikenal dengan Kerajaan Tanjung Pura dengan nama
Panembahan Baruh, mulai berubah sikap hidup. Pada masa pemerintahan Baruh itu, di
Sukadana agama Islam mulai diterima masyarakat.

Di antara para pedagang ini ikut serta pula para ulama agama Islam. Hal ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Syahzaman “Dua orang ulama yang terkemuka yang
berasal dari luar daerah Kalimantan Barat yang terkenal adalah ulama Johar dan Sersyaf.
Johar bukan nama sebenarnya. Nama yang sebenarnya tidak diketahui.Karena makamnya
terletak di bawah pohon Johar, lalu disebut penduduk makam Johar.Kedua ulama ini
menetap di Sintang sampai akhir hayatnya. Makam kedua ulama ini hingga sekarang masih
dapat kita lihat di kota Sintang”. Demikian Syahzaman mengungkapkan.

Selain Johar dan dan Sersyaf, masih ada dua lagi tokoh ulama lainnya. Yang pertama
adalah Haji Ismail, putra Sintang asli yang pernah menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Sekembalinya dari Mekkah beliau dengan gigihnya menyampaikan da’wah-da’wah sampai
ke daerah Sanggau dan Kapuas Hulu. Makamnya sekarang masih dapat kita lihat di belakang
kampus Masuka Sintang. Ulama yang berikutnya adalah Raja Dangki, yang berasal dari
Minangkabau (Sumatera Barat). Ulama ini sangat gigih menyampaikan dakwahnya di daerah
pedalaman Kalimantan Barat. Beliau bekerja keras semasa hidupnya demi menyiarkan
agama Islam. Lahir di Sumatera Barat dan wafatnya di Kalimantan Barat. Makam beliau
hingga kini dapat dilihat di Kampung Sungai Durian dalam Kota Sintang. (Wawancara dengan
Syahzaman, tanggal 24 Juli 1997).

8
Islam di Kalimantan Barat tidak saja disebarkan dikalangan
masyarakat grassproots  (akar rumput) atau rakyat jelata, tetapi juga dikalangan bangsawan.
Cara yang digunakan pada awalnya adalah dengan, mengawini putri-putri bangsawan. Syarif
Husein mulanya kawin dengan Nyai tua seorang putri keluarga kerajaan Matan. Belakangan
beliau juga kawin dengan Nyai tengah dan Nyai Bungsu juga dari lingkungan kerajaan
Matan. Dari Nyai Tua lahir Syarif Abdurrahman Al-Kadri yang menjadi pendiri Kesultanan
Pontianak, Dari Nyai Tengah ia memiliki tiga anak, yaitu Syarifah Aisyah Syarif Abu Baikar
dan Syarif  Muhammad. Sedangkan dari Nyai_ Bungsu memperoleh tiga anak pula, yaitu
Syarif Ahmad, Svarifah Marjanaj, Syarifah Noor. Ketiga istrinya itu bersaudara, namun
dikawini secara ganti tikar setelah isiri yang ada meninggal.

Cara seperti ini memang banyak dilakukan para Ulama terdahulu, seperti para Ulama
Walisongo dijawa dan Ulama besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Dikalangan Ulama Walisongo tercatat diantaranya Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel
dari hasil perkawinannya dengan Dewi Candrawati putri Brawijaya Kertabumi, cucu raja
Majapahit.

Hal sama dilakukan oleh putra Syarif Husein, yaitu Syarif Abdurrahman alKadri.
Ketika ayahnya diminta oleh Raja Mempawah Opo Daeng Menambun untuk pindah ke
Mempawah dan diangkat untuk menjadi tuan Besar Mempawah, Abdurrahman dikawinkan
dengan Utin Candra Midi, putri Raja Opu Daeng Menambun. Jadi ada keberlanjutan
pertalian darah antara darah Ulama dengan darah raja. Pertalian inilah yang membuat posisi
Syarif Husein dan Syarif Abdurrahman AlKadri beserta keturunannya semakin kuat.

Sebelum memperkuat karir politiknya, Syarif Abdurrahman Al-Kadri menjadi


pedagang antar pulau. Sebagai mana disebutkan terdahulu ia memiliki armada dagang yang
dilengkapi persenjataan di laut. Pernyataan ini seolah bertentagan dengan pernyataan
terdahulu bahwa para pedagang Arab tidak tertair menggunakan senjata, dalam berdakwah.
Sebenarnya tidak ada yang bertentangan dalam hal ini. Senjata yang digunakan oleh Syarif
Abdurrahman al-Kadri adalah untuk mengawal armada dagangnya, sebab saat itu sudah
terjadi persaingan antar kapal dagang, terutama kapal dagang asing dan juga untuk
mengantisipasi serangan perompak laut (bajak laut). Kemungkinan besar angkatan
bersenjata yang mengawal armada dagangnya tidak semata miliknya tetapi juga dibantu
oleh Kerajaan Matan dan Kerajaan Mempawah yang sudah Islam ketika itu. Jadi Senjata
bukan untuk dakwah, hanya mengawal dagang.

Setelah Syarif Abdurrahman Al-Kadri mengurangi aktifitas dagangnya, ia kemudian


lebih memfokuskan untuk mendirikan suatu kerajaan atau kesultanan Islam. Mulanya tahun
1185 H (1771 M) ia meninggalkan Mempawah menuju Pontianak. Setelah 4 hari berlayar
disungai Kapuas, rombongannya mendarat di Istana Kadriah yang sekarang dinamai
Pontianak. Di sini ia membangun perumahan dan balai serta masjid. Di tahun yang sama ia
balik ke Mempawah untuk membawa serta keluarga dan mengambil armada Tiang Sambung
ke Pontianak.

9
Tahun 1777 dengan dibantu Raja Haji dari Riau, ia berlayar ke Tayan dan Sanggau
untuk menaklukkannya dibawah kekuasaan Pontianak Selanjutnya tahun 1778 dengan
dihadiri oleh para sultan dan penambahan dari Landang. simpang, Sukadana, Malay dan
Mempawah, raja haji mengangkat dan menobatkan Syarif Abdurrahman al-Kadri menjadi
Sultan dari kesultanan Pontianak. Setelah itu kesultanan Pontianak terus menguat dan
menguasai Mempawah, Sambas, dll, baik dengan jalan perang maupun damai.[10] Setelah
Sultan Syarif Abdurrahman AI-Kadri wafat tahun 1808 M, berturut-turut sejumlah sultan
keturunannya berkuasa di Kesultanan Pontianak, yaitu:

1. Sultan Syarif Kasim Al-Kadri (1808-1819)


2. Sultan Syarif Usman AI-Kadri (1819-18SS)
3. Sultan Syarif Hamid Al-Kadri (1855-1872)
4. Sultan Syarif Yusuf Al-Kadri (1872-1895)
5. Sultan Syarif Muhammad Al-Kadri (185-1944)
6. Sultan Syarif  Thaha Al-Kadri (1944-1945)

10
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dan mubaligh
secara damai, sedangkan masuknya Islam ke negara lain pada umumnya melalui
penaklukan. Seperti pada negara Irak, Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia. Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang masuknya islam ke Indonesia, yaitu teori gujarat,
teori china, teori maritim, teori persia dan teori Arab.

Syahzaman dalam makalahnya yang berjudul “Masuknya Agama Islam di Kalimantan


Barat” mengatakan Islam masuk di daerah Kalimantan Barat nampaknya melalui dua jalur.
Muhammad Nur Hasan, 1996 juga menyatakan Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat
diperkirakan sekitar abad ke 16.

b. Saran
Kami menyadari di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kekhilafan, hal ini karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan makalah. Oleh karena
itu kami selaku pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang berguna yang bisa dijadikan
untuk perbaikan bagi makalah kami.

11
Daftar Pustaka
https://kumparan.com/berita-update/sejarah-masuknya-islam-ke-
indonesia-dan-perkembangannya-1vXPXZ6flNr

https://pendidikanpositif.com/2018/04/24/5-teori-terkuat-tentang-
masuknya-islam-pertama-di-indonesia/

https://media.neliti.com/media/publications/317160-perkembangan-
lembaga-agama-islam-di-kota-156b069e.pdf

https://kalbariana.web.id/perkembangan-islam-di-kalimantan-barat/

12

Anda mungkin juga menyukai