KEMERDEKAAN
Oleh Kelompok 4:
Cantika Anjelita (12110321853)
Khairul Azmi (12110312483)
Sahrul Ramadan (12110312688)
Widya Ayu Syahputri (12110322492)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam yang telah merambat dari bagian utara dan barat
Indonesia di abad ke tujuh terus menghebat, terutama setelah abad ke sebelas dan
dua belas. Kedatangan Islam ini kemudian dapat dikatakan secara total
menggantikan Hinduisme dan Buddhisme yang telah berhasil sebelumnya
membawa kejayaan Nusantara dengan kerajaannya yang sangat berpengaruh,
rakyatnya yang sangat rajin berdagang hingga ke negeri yang sejauh-jauhnya,
raja-rajanya yang hebat mengagumkan dan candi-candi serta kuil-kuil tempat
pemujaan yang akan menjadi “peninggalan” yang tak akan lenyap untuk selama-
lamanya, membanggakan bagi setiap generasi yang diturunkan, bukan dalam arti
religiusnya yang mungkin karena paham-paham baru diganti dengan lebih sesuai
dengan tuntutan hati nurani manusia, akan tetapi karena kemampuannya
menimbulkan kesan berharga bagi manusia-manusia baru mendatang.
Pengaruh Islam itu masuk hingga ke dalam sendi-sendi kerajaan dan
kepemimpinan rakyat dengan agama Islam, ditandai pertama-tama dengan
berdirinya kerajaan Demak. Tidak hanya kerajaan-kerajaan dengan kekuasaan
ketatanegaraannya saja, akan tetapi juga cara-cara istimewa yang dipraktekkan
oleh para “Wali Songo” yang telah sanggup mengubah mental spiritual rakyat
dengan mental Islam yang rasional, menghapus ketahayulan, tanpa mengurangi
kegemaran dan apa saja yang disukai rakyat dengan saluran-saluran baru sesuai
dengan ajaran baru.
Gaya baru menurut ajaran Islam dalam waktu singkat memberi warna
pada setiap kerajaan yang lahir dihampir seluruh negeri, menyambut kedatangan
penjajah-penjajah dari ras putih. Adalah telah menjadi keharusan dan kenyataan
sejarah, yang bangsa Indonesia di bawah raja-raja pemeluk Islam, harus
1
menghadapi penjajahan, memberikan nama-nama pemimpin raja yang digodok
jiwanya oleh geloranya api perjuangan Islam. Tegasnya, gerakan-gerakan
semacam itu dimulai di abad tigabelas. Apabila kemudian terjadi bentrokan-
bentrokan di antara raja atau pangeran-pangeran, maka tak lain akibatnya muncul
kerajaan yang lebih besar dan kokoh kuat. Di sinilah akan terlihat pasang
surutnya peradaban Islam atau yang lebih tepatnya perkembangan dakwah Islam
yang mengalami berbagai polemik dan tantangan untuk tetap bertahan di tengah
kejamnya penjajahan, baik penjajahan bangsa barat maupun penjajahan Jepang.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji, sebagai berikut :
Indonesia mengetahui sejarah dan teori peradaban islam di Indonesia dalam masa pra-
kemerdekaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Masuknya Islam di Indonesia
Terdapat diskusi panjang di antara ahli sejarah mengenai masuknya Islam
di Indonesia. Perdebatan itu menyangkut tempat asal kedatangan Islam, para
pembawa, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang
berusaha menjawab tiga masalah pokok ini belum tuntas. Tidak hanya kurangnya
data pendukung teori tersebut, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori
yang ada. Terdapat kecenderungan kuat adanya suatu teori yang hanya
menekankan aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, tetapi mengabaikan
aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, kebanyakan teori yang ada dalam segi-segi
tertentu gagal menjelaskan kedatangan Islam di Indonesia.1
Menurut teori Arab atau teori Makkah, upaya yang dilakukan oleh para
pedagang Arab dalam mengenalkan Islam ke wilayah Indonesia, memiliki
pengaruh besar dalam mewarnai Islam Indonesia. Para pedagang Arab ini terlibat
aktif dalam penyebaran Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan
BaratTimur sejak awal abad ke-7 dan ke-8 M. Asumsi ini didasarkan pada
sumbersumber Cina yang menyebutkan bahwa menjelang abad ke-7, ada seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin di pemukiman Arab Muslim di pesisir barat
Sumatera. Bahkan beberapa orang Arab ini telah melakukan pernikahan dengan
penduduk pribumi yang kemudian membentuk inti sebuah komunitas Muslim
yang para anggotanya telah memeluk Islam.
Teori Arab tersebut semula dikemukakan oleh Crawfurd yang mengatakan
bahwa Islam dikenalkan pada masyarakat di Nusantara langsung dari Tanah Arab.
Dengan sedikit pengembangan teori Arab ini didukung oleh Keyzer yang
berpendapat bahwa Islam di negeri ini berasal dari Mesir. Hal senada juga
1
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII Akar
Pembaruan Islam Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 2 .
3
dikemukakan Niemann dan de Hollander, yang mengatakan bahwa Islam di
Indonesia berasal dari Hadramaut. Sementara P.J. Veth berpandangan bahwa
orang-orang Arab yang melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi yang
berperan dalam penyebaran Islam di pemukiman baru mereka di Nusantara.2
Sejumlah ahli Indonesia dan Malaysia mendukung teori Arab dan madzab
tersebut. Dalam seminar tentang kedatangan Islam ke Indonesia yang diadakan
pada 1963 dan 1978, disimpulkan bahwa Islam datang langsung dari Arab, bukan
dari India.3 Hasjmy menyebutkan bahwa Islam datang pertama kali datang ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-12 atau 13 M. Sementara Uka
Tjandrasasmita, pakar sejarah dan arkeologi Islam menduga bahwa Islam datang
ke Indonesia pada abad ke-7 dan ke-8 M. Pada abad ini, dimungkinkan orangorang
Islam dari Arab, Persia dan India sudah banyak yang berhubungan dengan orang-
orang di Asia Tenggara dan Asia Timur. Kemajuan perhubungan pelayaran pada
abad-abad tersebut sangat mungkin sebagai akibat persaingan di antara kerajaan-
kerajaan besar ketika itu, yakni Kerajaan Bani Umayyah di Asia Barat, kerajaan
Sriwijaya di Asia Tenggara dan kekuasaan Cina di bawah Dinasti Tang di Asia
Timur.4
Pendukung teori Arab lainnya adalah Syekh Muhammad Naquib al-Attas,
pakar kesusasteraan Melayu yang mengatakan bahwa bukti paling penting yang
dapat dipelajari ketika mendiskusikan kedatangan Islam di kepulauan
MelayuIndonesia adalah karakteristik internal Islam itu sendiri. Dia menggagas
suatu hal yang disebut sebagai teori umum mengenai Islamisasi di Kepulauan
Melayu-Indonesia yang didasarkan pada sejarah literatur Islam Melayu dan sejarah
pandangan dunia (worldview) Melayu Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui
perubahan konsep dan istilah kunci dalam literatur Melayu pada abad 10 sampai
2
Nor Huda, Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.., hlm. 36.
3
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Medan: Percetakan Offset,
1981), hlm. 7.
4
Marwati Djoned Poesponegoro dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia III, hlm. 1.
4
11 M atau abad 16 sampai 17 M.5
B. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Peradaban Islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang,
5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII,
hlm. 8.
5
Ada dua pendapat mengenai masuknya islam di indonesia.
- N.H.Kromdan Van Den Bergmengatakan bahwa “Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 M.” Kemudian pendapat pertama mendapat sanggahan dan bantahan.
- H. Agus Salim, M. ZainilArifin Abbas, Hamka menyatakan bahwa“islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 (1 Hijriah).
6
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 200
6
pedagang Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.7
2. Jalur Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari jalur Islamisasi yang paling
memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat
mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri
membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti
membentuk masyarakat muslim.
Jalur Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau
saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan
dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara
putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah
terlahir seorang muslim.8 Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putriputri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-
saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah
setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan
muslim.9
3. Jalur Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu jalur yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas
pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung
dengan penyebaran Islam di Indonesia.10 Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup
dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
7
Ibid., hlm. 201.
8
Ibid., hlm. 202
9
Badri Yatim, op.cit., hlm. 202.
10
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 218
7
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli
tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-
lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama
Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan
dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.11 Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan
alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh
Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih
berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
4. Jalur Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses
Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama
Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh
guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-
ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,12 setelah keluar dari suatu pesantren itu
maka akan kembali ke masingmasing kampung atau desanya untuk menjadi
tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi.
Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan
pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5. Jalur Kesenian
Jalur Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada
masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain
11
Busman Edyar, dkk (Ed), op.cit, hlm. 208
12
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarikat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia,
(Bandung: 1995, Mizan), hlm. 115.
8
dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat.
Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan
juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.13
6. Jalur Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi
Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. 14
D. Agama dan Kekuatan Politik Masa Kolonialisme
Sebelum Islam datang, di Indonesia telah ada kerajaan Hindu dan Budha. Pada
abad ke-7, Islam telah menyebar luas di Indonesia. Masuknya islam di daerah-daerah di
Indonesia tidak bersamaan. Keadaan politik dan sosial budaya daerah ketika didatangi
Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang Islam ke daerah yang baru disinggahi sama
sekali belum memperhatikan dampak-dampak politik, karena awalnya mereka datang
hanya untuk perdagangan. Pada abad ke13, kerajaan memasuki masa kemunduran, dalam
hal ini pedagang muslim memanfaatkan politiknya dengan mendukung daerah-daerah
yang muncul dan menyatakan diri sebagai kerajaan Islam. Islam sebagai agama yang telah
memberikan corak kultur bangsa Indonesia dan sebagai kekuatan politik yang menguasai
stuktur pemerintahan sebelum datangnya Belanda dapat dilihat dari munculnya kerajaan-
kerajaan islam di Nusantara ini.
1. Islam di Sumatra
Ada tiga kerajaan yang terkenal di Sumatra yang telah memposisikan Islam
sebagai agama dan kekuatan politik yang mewarnai corak budayanya, yaitu Perlak, Pasai,
dan Aceh. Pada abad ke-8, Sumatra terbagi dalam delapan kerajaan besar yang semuannya
13
Ibid., hlm. 203.
14
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 206-207.
9
menyembah berhala, kecuali satu kerajaan yang berpegang pada Islam yaitu Kerajaan
Perlak. Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Kerajaan Perlak pada dasarnya
mengikuti sistem pemerintahan yang dilaksanakan 8 oleh Daulah Abbasiyah, yaitu kepala
pemerintahan dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wazir. Kerajaan
Samudra Pasai ditaklukkan oleh penjajah Portugis Krisdani dengan memperakarsai negara
Islam bersatu, yaitu menyatukan tenaga politik Islam di dalam sebuah negara yang kuat
dan berdaulat yang diberi nama Aceh besar.
2. Islam di Jawa
Penyebar Islam pertama di Jawa adalah para Wali Songo. Mereka tidak hanya
berkuasa dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang sosial dan politik. Bahkan seorang
raja seakan-akan baru sah sebagai raja kalau dia sudah diakui dan diberkahi oleh
walisongo. Dalam percaturan politik Islam mulai memosisikan diri ketika melemahnya
kerajaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk
membagun pusat-pusat kekuasaan yang independen (tetap).Di samping kekuatan politik
Islam yang memberi konstribusi besar terhadap perkembangannya, Islam juga hidup
dimasyarakat dapat memberi dorongan kepada penguasa non muslim untuk memeluknya.
Dengan kata lain, para bupati telah menjadikan Agama Islam sebagai instrumen politik
untuk memperkuat kedudukannya.
3. Islam di Kalimatan, Maluku, dan Sulawesi
Pada awal abad ke 16, Islam masuk ke Kalimantan Selatan, yaitu di kerajaan
Daha (Banjar) yang beragama Hindu. Berkat bantuan Sultan Demak dan rakyatnya masuk
Islam sehingga berdirilah kerajaan Islam Banjar, dengan raja pertamanya adalah Pangeran
Samudera yang diberi gelar Pangeran Suryanullah atau Suriansah. Pada abad ke-10 dan
ke-11 di maluku sudah ramai oleh 9 perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan
pala yang dilakukan oleh pedagang Arab dan Persia. Dengan besarnya gelombang
perdagangan muslim atas ajakan Datuk Maulana Husain, para raja di ternate menerima
Islam sebagai agamanya. Di Sulawesi, Raja Gowa-tallo memeluk Islam atas ajakan Datuk
Rianang yang diberi gelar Sultan Aluddin.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuknya Islam ke Wilayah-wilayah Indonesia yaitu diantaranya melalui jalur
perdagangan oleh para saudagar-saudagar muslim yang berasal dari berbagai belahan
Dunia. Mereka sekedar singga untuk berdagang adapun yang menetap dan menyebarkan
11
Daftar Pustaka
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013)
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Dharmono Hardjowidjono, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1994)
Nor Huda, Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007)
Nor Huda, Islam Nusantara; Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia..
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Medan: Percetakan
Offset, 1981)
Marwati Djoned Poesponegoro dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia III
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII & XVIII
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarikat, Tradisi-Tradisi Islam di
Indonesia, (Bandung: 1995, Mizan)
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia : 1945 – 1972, terj. Saafroedin Bahar. Jakrata :
Grafiti Pers, 1985
12