Dosen Pengampu:
Prof. Raihani, S.Ag., M.Ed., Ph.D
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Strategik.
dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Model-model Evaluasi Manajemen
Strategik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun
dari anda demi perbaikan makalah ini dilain waktu yang akan datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Selain itu, harus dipertimbangkan pula jenis evaluasi. Evaluasi
dibangun dengan fokus pada kinerja aktual, pada aktivitas yang menghasilkan
kinerja, atau pada sumberdaya yang digunakan dalam menghasilkan kinerja.
Evaluasi prilaku (behavior control) mengkhususkan pada bagaimana sesuatu
harus dikerjakan melalui kebijakan, aturan, standar prosedur dan operasi, dan
perintah dari atasan. Evaluasi output (output control) mengkhususkan pada apa
yang harus dicapai dengan fokus pada hasil akhir dari prilaku melalui
penggunaan target tujuan dan kinerja. Evaluasi input (input control) fokus pada
sumberdaya, seperti pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai, dan motif
karyawan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Manajemen Strategi
6
aktivitas di dalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan baik
untuk pendidik dan peserta didik.
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang
dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya
monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui
bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta
hasilnya. Pemahaman terhadap dasar-dasar evaluasi dapat membantu para
pengembang kurikulum untuk merancang evaluasi yang sesuai kajian-kajian
teoritis yang relevan. Evaluasi dalam pengajaran tidak semata-mata dilakukan
terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan revisi desain pengajaran itu
sendiri.
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis.
Manajer sangat membutuhkan untuk tahu kapan strategi tertentu tidak bekerja
dengan baik. Evaluasi strategi adalah alat utama untuk memperoleh informasi
ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penilaian atau melakukan proses
evaluasi strategi (David, 2011). Sekolah dapat melakukan bebrapa tahapan
untuk melakukan evaluasi diantaranya ialah, pertama, evaluasi yang dilakukan
secara langsung oleh kepala sekolah dan koordinator kegiatan. Kedua, evaluasi
dalam hal akademik yaitu pada kegiatan pembelajaran dan pengembangan
kurikulum ciri khas. Ketiga, pelaksanaan rapat evaluasi yang dilakukan satu
bulan sekali dengan memfokuskan minggu 2 pada keberlangsungan
pembelajaran dan di minggu ke 4 memfokuskan pada kinerja tenaga pendidik
dan kependidikan. Evaluasi strategi dalam manajemen strategik adalah usaha-
usaha untuk memonitor hasil-hasil dari perumusan (formulasi) dan penerapan
(implementasi) strategi termasuk mengukur kinerja organisasi, serta mengambil
langkah-langkah perbaikan jika diperlukan. Dengan demikian, secara harfiah
evaluasi pendidikan adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. (Sudijono, 2007:
1),Dengan adanya evaluasi strategi, organisasi pendidikan diharapkan mampu
mengevaluasi diri untuk berbenah lebih baik kedepannya demi meingkatkan
mutu pendidikan.
7
B. Model Evaluasi Manajemen Srategik
Akdon (2011: 176-177) menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua
jenis evaluasi, yaitu:
a. Goal Oriented Evaluation Model Goal
Oriented Evaluation Model ini merupakan model yang
muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada
model ini adalah tujuan dari program yang yang sudah
ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan, terus menerus, mencek seberapa
jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses
pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler.
Di samping itu, Sukardi juga mengatakan bahwa model ini
secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara
langsung didasarkan atas tujuan instruksional yang telah
ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika
seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi
sasaran pokok dalam proses pembelajaran. proses
pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung
model yang dikembngkan tyler ini, apabila para siswa yang
mengalami proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Tujuan
sebagai pedoman untuk dievaluasi secara konsep diajukan
oleh Tyler dalam Basic Principles of curriculum and
Instruction, Ia menyatakan bahwa proses evaluasi esensinya
adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang
evaluator untuk menentukan pada kondisi apa tujuan bisa
dicapai. Usaha memahami tujuan hidup seorang siswa dalam
proses belajar tidaklah mudah. Hal ini karena pada prinsipnya
akan selalu terjadi perubahan, seiring dengan umur, hasil
belajar dan tingkat pengalaman hidup seorang anak manusia.
Dalam proses pembelajaran, tujuan perlu direncanakan oleh
seorang guru, dengan prinsip bahwa untuk menentukan hasil
8
perubahan yang diinginkan dalam bentuk perilaku siswa,
seorang guru perlu melakukan evaluasi. Dengan evaluasi ini
diharapkan seorang guru dapat menentukan derajat atau
tingkat perubahan perilaku siswa yang terjadi, sebagai akibat
perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
seorang guru kepada para siswa. Dari penjelasan-penjelasan
di atas dapat penulis simpulkan bahwa Goal Oriented
Evaluation Model adalah Model evaluasi yang dikembangkan
oleh Tyler yang berorintasi pada tujuan suatu program yang
akan dilakukan, dengan dilakukan model evaluasi ini,
diharapkan bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tersebut sudah terlaksana atau tercapai.
b. Goal Free Evaluation Model
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini
dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang
dikembangkan Tyler, evaluator terus-menerus memantau
tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana
tujuan tersebut sudah tercapai, dalam model goal free
evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari
tujuan. Menurut mechael scriven, dalam melaksanakan
evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa
yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam
program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan
jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi
baik hal positif (hal yang diharapkan) maupun hal negatif
(memang tidak diharapkan). Alasan mengapa tujuan program
tidak perlu diperhatikan karna ada kemungkinan evaluator
terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-
masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam
penampilan, tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh
mana masing-masing penampilan tersebut mendukung
penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka
9
akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak
bermanfaat.
c. Evaluasi formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali
satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat
diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk
membahas evaluasi formatif ini, seperti yang Ahmad Rohani
dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya “Pengelolaan
Pengajaran”, (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175). Evaluasi
formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan
ketika program masih berlangsung. Tujuan evaluasi formatif
tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh program
yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus dapat
mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan
dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar,
pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan
perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan
program. Perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan
mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di
antaranya adalah sebagai berikut, Fungsi dari evaluasi
formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
Manfaat bagi program sekolah:
1) Apakah program yang telah diberikan merupakan
program yang tepat atau tidak
2) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
3) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak
10
4) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang
digunakan sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-
36)
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka
evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka
pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit
pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab
perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin jika dilakukan
secara sistematis dan bertahap.
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini
cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan
psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan
khusus pelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai),
maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab
untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan
periode pengajaran yang cukup panjang.
Dengan kata lain evaluasi yang dilakukan sebelum program
berjalan, atau sedang dalam pelaksanaan, atau setelah
program selesai dan dapat diteliti hasil dan dampaknya.
d. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah
sekumpulan progrm pelajaran selesai diberikan. Dengan kata
lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran
selesai diajarkan. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program
berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur
ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi
program pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana untuk
mengetahui posisi atau kedudukan individu didalam
kelompoknya. Mengingat bahwa objek sasaran dan waktu
pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif,
maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda. Adapun
tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk
11
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta
didik setelah mereka menempuh program pengajaran dalam
jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23) Seperti halnya
evaluasi formatif yang dikatakan Ahmad Rohani dan Abu
Ahmadi dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”, (Rohani
dan Ahmadi, 1991: 176-179), untuk membahas evaluasi
sumatif ini, perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan
mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. Fungsi
evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan angka
kemajuan atau hasil belajar peserta didik. Beberapa manfaat
yang didapat dari evaluasi sumatif
1) Untuk menentukan nilai.
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak
mengikuti kelompok dalam menerima program
berikutnya.
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto,
1996: 36).
Sesuai dengan fungsi evaluasi, maka evaluasi sumatif ini
dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka panjang dari
suatu proses belajar mengajar seperti pada akhir program
pengajaran. Karena evaluasi sumatif merupakan untuk
menilai hasil jangka panjang, maka aspek tingkah laku yang
dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan), psikomotor
(ketrampilan) dan afektif (sikap dan nilai). Pada evaluasi
sumatif, ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
menilai,penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak dan,
penilaian yang bersumber pada norma relatif (kelompok).
Yakni evaluasi yang dilakukan untuk beberapa periode/tahun
sehingga memerlukan pengumpulan data time series untuk
beberapa tahun yang dievaluasi. Dua jenis evaluasi yang
diterapkan oleh lembaga baik evaluasi formatif maupun
evaluasi sumatif. Oleh karena itu, hasil evaluasi strategi
12
merupakan acuan dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan rencana pengembangan sekolah, dan
sekaligus menjadi bahan masukan untuk usaha pembinaan
dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka
menerapkan visi, misi, dan peningkatan status jenjang
akreditasi sekolah, termasuk dimanfaatkan sebagai tolok ukur
untuk persaingan kualitas sekolah pada tingkat intemasional,
regional, nasional, propinsi, maupun tingkat kabupaten/kota.
e. Countenance Evaluation Model
Model ini dikembangkan oleh Stake. Model stake
menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu
(1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgments).
Model ini juga membedakan adanya tiga tahapan dalam
evaluasi program, yaitu (1) anteseden (antecedents/ context),
(2) transaksi (transaction/proses), dan (3) keluaran (output-
outcomes).
Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan
program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan
dua perbandingan, yaitu:
1) Membandingkan kondisi hasil evaluasi program
tertentu dengan yang terjadi di program lain, dengan
objek sasaran yang sama.
2) Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program
dengan standar yang diperuntukkan bagi program
yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan
dicapai.
Dapat di simpulkan bahwa Countenance Evaluation
Model adalah model evaluasi yang dikembagkan oleh
Stake. Model ini menekan pada dua hal pokok, yaitu
deskripsi dan pertimbangan. yang didalamnya ada tiga
hal pokok yang menjadi objek atau sasaran evaluasi,
dan bagi evaluator harus mampu mengidentifikasi tiga
13
hal itu, yaitu (1) anteseden - yang diartikan sebagai
konteks (2) transaksi ± yang diartikan sebagai proses,
dan (3) Outcomes ± yang diartikan sebagai hasil.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
Evaluasi yang pada evaluasi nyba di akhir kegiatan atau program ini
disebut evaluasi sumatif. Model evaluasi ini juga dikembang oleh
Michael Scriven.
6. Countenance Evaluation Model adalah model evaluasi yang
dikembagkan oleh Stake. Model ini menekan pada dua hal pokok, yaitu
deskripsi dan pertimbangan. yang didalamnya ada tiga hal pokok yang
menjadi objek atau sasaran evaluasi, dan bagi evaluator harus mampu
mengidentifikasi tiga hal itu, yaitu (1) anteseden - yang diartikan
sebagai konteks (2) transaksi ± yang diartikan sebagai proses, dan (3)
Outcomes ± yang diartikan sebagai hasil.
16
DAFTAR PUSTAKA
17