Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“ISLAM DAN TRADISI UMAT ISLAM DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU:

Yulizar Bila, S.Pd.I, M.Ed

OLEH:

Nama : Neha Grasia

NIM : 21231081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang tentang Islam dan Tradisi Umat
Islam di Indonesi. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Yulizar Bila, M.Ed.
selaku dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai Islam dan Tradisi Umat Islam di
Indonesi bagi teman teman mahasiswa sebagai bahan pembelajaran. Penulis menyadari ada
kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi
perbaikan makalah penulis. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang Islam dan Tradisi Umat Islam di Indonesi..

Padang, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I .....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 1

1.3 TUJUAN ..........................................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN .......................................................................................................................2

2.1 SEJARAH ISLAM DAN CORAK AJARAN ISLAM DI INDONESIA .....................2

2.2 ALKUTURASI ISLAM DAN BUDAYA DI INDONESIA ........................................3

2.3 KONTRIBUSI UMAT ISLAM TERHADAP BANGSA DAN NEGARA ................5

2.4 GERAKAN-GERAKAN KONTEMPORER DI INDONESIA ................................... 7

BAB III .....................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................9

3.1 KRITIK DAN SARAN ................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat Indonesia sangat kaya dengan masalah budaya dan tradisi setempat.
Islam sebagai sebuah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia,
memiliki hubungan erat dengan kebudayaan atau tradisi-tradisi lokal yang ada di
nusantara. Hubungan antara islam dengan isu-isu lokal adalah kegairaan yang tak
pernah usai. Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang
saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang
berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama di satu sisi dengan
kepentingan budaya di sisi lain. Demikian juga halnya dengan agama islam yang
diturunkan di tengah-tengah masyarakat Arab yang memiliki adat istiadat dan dan
tradisi secara turun temurun. Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan
dengan budaya dan tradisi yang melekat erat pada masyarakat Indonesia. Sama seperti
islam di kawasan Arab, Arabisme dan Islamisme bergumul sedemikian rupa di kawasan
Timur Tengah sehingga kadang-kadang orang sulit membedakan mana yang dinilai
Islam dan mana yang simbol budaya Arab.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sejarah islam masuk ke Indonesia dan corak ajaran islam di Indonesia?
2. Bagaimana alkuturasi islam dan budaya di Indonesia ?
3. Apa kontribusi umat islam terhadap bangsa dan negara?
4. Apa saja gerakan-gerakan kontemporer di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana cara islam masuk ke Indonesia dan coraknya di Indonesia.
2. Mengetahui alkulturasi islam dan budaya di Indonesia.
3. Megetahui kontribusi islam terhadap bangsa dan negara.
4. Mengetahi gerakan-gerakan kontemporer islam di indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH ISLAM DAN CORAK AJARAN ISLAM DI INDONESIA


Masuknya Islam ke Indonesia belum ada kesepakatan pendapat para ahli sampai
sekarang. Sebahagian mereka berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Indonesia
adalah abad ketujud masehi, dan sebagian lagi mengatakan pada abad ketigabelas
masehi, pendapat pertama didukung antara lain oleh Hamka, dan pendapat kedua
didukung antara lain oleh Soekarno. Sartono mengatakan kita harus membedakan
antara pengertian kedatangan, proses penyebaran, dan peerkembangan Islam.

Beberapa sejarawan menyebut Islam pertama kali memasuki wilayah di


Indonesia pada abad ke-7. Bukti sejarah masuknya agama Islam di Indonesia dimulai
pada abad ke-7 Masehi ditunjukkan oleh berita China dari zaman Dinasti Tang.
Catatan tersebut menerangkan bahwa pada 674 M, di pantai barat Sumatera telah
terdapat perkampungan bernama Barus atau Fansur, yang dihuni oleh orang-orang
Arab yang memeluk Islam. Hal ini juga didukung oleh keterangan para pedagang
Muslim Arab dan Persia, yang telah memiliki hubungan dagang dengan Kerajaan
Sriwijaya di Palembang. Sangat mungkin bahwa melalui kontak bisnis, terjadi pula
kontak budaya dan agama antara masyarakat lokal dengan pedagang Muslim. Meski
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7, penyebarannya baru terjadi pada sekitar
abad ke-12. Pada awalnya, Islam diperkenalkan melalui para pedagang Muslim Arab.
Setelah itu, lewat aktivitas dakwah yang dilakukan para ulama. Bukti yang
memperkuat dugaan bahwa Islam mulai berkembang di Pulau Jawa pada abad ke-11
adalah ditemukannya nisan Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, yang berangka
tahun 1082 M. Selain itu, terdapat jirat atau batu nisan khas Gujarat di nisan makam
Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Di daerah Jawa lainnya, terdapat jirat yang dibuat
pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu di Troloyo dan Trowulan. Jirat tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh pemeluk Islam sudah ada di Kerajaan Majapahit.

Sartono mengatakan kita harus membedakan antara pengertian kedatangan,


proses penyebaran, dan peerkembangan Islam. Karen aitu, adab ketujuh dapat
disebut sebagai masa permulaan kedatangan Islam dengan cara hubungan dagang
antara pedagang-pedagang muslim dengan sebagain daerah dan bangsa Indonesia.
Sedangkan proses penyebaran Islam pada abad-abad menjelang terbentuknya
2
kerajaan Samudera Pasai. Setelah terbentuknya kerajaan itu maka barulah merupakan
taraf penyebaran berlaku pula bagi kedatangan, proses penyebaran, dan
pengembangan Islam di daerah-daerah Indonesia lainnya. Hamka mengemukakan
bahwa agama Islam datang ke Indonesia sejak abad ketujuh Masehi yang dibawa
oleh Gujarat. Penyebaran Islam tidak dengan kekerasan, oleh karena itu jalannya
adalah berangsur-angsur. Islam mempunyai kekuasaan dan pemerintahan yang
teratur baru pada abad ke-12 dan 13 Masehi.

Arus Slaaf ini oleh perjalanan masa menggenang pula di Indonesia. Kaum paderi
yang telah kena pengaruh gerakan Salaf ini walaupun kandas karena ditumpas oleh
Belanda, tapi ide-idenya menjalani darah daging rakyat dan menjelma dalam kancah
pendidikan Sumatera Thawalib di sumatera, persatuan Islam di Jawa dan
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Salah satu sifat utama gerakan Salaf ini adalah
menolak taklit dan kembali kepada ajaran Al-Quran dan sunnah sekaligus
meninggalkan pertengkaran mazhab. Di samping itu gerakan salaf tidak pernah pintu
ijtihad tertutup.

2.2 ALKUTURASI ISLAM DAN BUDAYA DI INDONESIA


Akulturasi sendiri merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu
sendiri. Dalam hal ini, proses akulturasi melahirkan kebudayaan baru, yaitu kebudayaan
Islam Indonesia. Banyak hal yang terpengaruh pasca masuknya Islam ke Indonesia.
Mulai dari bangunan-bangunan, seni budaya dan sastra, hingga upacara.
Seni Bagunan
Seni arsitektur Islam yang menunjukkan akulturasi dengan budaya pra-Islam
antara lain makam dan masjid. Keduanya menunjukkan bentuk-bentuk akulturasi
dengan kebudayaan setempat sebelumnya, yaitu kebudayaan prasejarah dan
Hindu-Buddha. Bentuk seni arsitektur yang lain, seperti keraton, benteng, dan
pemandian sejauh ini tidak banyak menunjukkan akulturasi dengan seni arsitektur
budaya setempat.
Seni Budaya

3
Pengaruh Islam tampak dalam tiga bentuk kesenian dapat dilihat dalam wujud
seni budaya seperti seni tari. Terdapat seni tari di Indonesia yang mendapat
pengaruh dari Islam. Tari Debus diyakini sebagai kesenian asli masyarakat
Banten yang berkembang sejak masa-masa awal Islam, yaitu semasa
pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Tari Seudati yang
berasal dari provinsi Aceh. Tari Zapin adalah contoh tari lainnya yang mendapat
pengaruh Islam.
Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang
berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam. Wujud
akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang
dipergunakan, yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi
ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman
Hindu.
Sistem Kalender
Sistem kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya Islam. Pada masa
Hindu-Buddha digunakan sistem kalender dengan tahun Saka. Pada masa Islam
digunakan sistem kalender atau penanggalan baru dengan sistem
Hijriyah.Kalender Hijriyah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan
bulan Dzulhijjah. Perhitungan satu tahun dalam Islam adalah duabelas kali siklus
bulan yang berjumlah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Itulah sebabnya
kalender dalam Islam 11 hari lebih pendek jika dibandingkan dengan kalender
Masehi dan kalender-kalender lainnya yang didasarkan pada pergerakan matahari
(solar kalender). Hal ini pula yang mengakibatkan sistem kalender Islam tidak
selalu datang pada musim yang sama.
Tradisi dan Upacara
Terdapat tradisi dan upacara yang merupakan perpaduan antara unsur-unsur lokal,
Hindu-Buddha dan Islam yang mengalami proses sinkretisasi.
Tradisi Ziarah
Tradisi Ziarah adalah kebiasaan masyarakat Islam untuk mengunjungi tempat-
tempat keramat berupa makam raja atau orang-orang penting pada hari-hari
tertentu yang dimakamkan di halaman masjid. Ritual tersebut serupa dengan
ritual yang dilakukan pada bangunan candi yang dianggap keramat. Demikian

4
pula dengan makam raja-raja atau sultan, oleh masyarakat dianggap sebagai
orang keramat yang memiliki kekuatan magis.
Upacara
Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Upacara Grebeg Maulid di
beberapa daerah biasanya disertai dengan membersihkan benda-benda keramat,
seperti keris, tombak atau benda lainnya. Perayaan Grebek Besar dan Grebek
Maulud dilakukan di Demak, Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Banten dan Aceh.

2.3 KONTRIBUSI UMAT ISLAM TERHADAP BANGSA DAN NEGARA


Sejarah telah membuktikan kontribusi umat Islam terhadap bangsa dan Negara
ini, ada beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum
indonesia, yaitu :
a. Lahirnya UUD 1945
Peran umat Islam dalam mempersiapkan dan meletakkan Dasar-dasar
Indonesia Merdeka telah tertulis dalam sejarah oleh karena itu tidak bias
diragukan lagi peran umat Islam terutama para ulama. Mereka berkiprah
dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Akhirnya terjadi sebuah kompromi
antara kelompok nasionalis sekunder dan kelompok nasionalis islamic
sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta
tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmahkebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari
Mukaddimah UUD 1945. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang
lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk- pemeluknya
Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam

5
Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini sebagai
bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan
Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang
Maha Esa” tersebut tidak lain adalah tauhid.

b. Lahirnya UU Perkawinan
Aturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari unsur yaitu agama,
Negara dan perempuan. Berawal dari kesadaran kaum perempuan Islam akan
hak-haknya yang merasa dikebiri oleh dominasi pemahaman fikih klasik atau
konvensional yang telah mendapat pengakuan hukum, mereka merefleksikan
hal tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio lahirnya
Undang-Undang Perkawinan. Arso Sosroatmojo mencatat bahwa pada
rentang waktu 1928 kongres perempuan Indonesia telah mengadakan forum
yang membahas tentang keburukan-keburukan yang terjadi dalam perkawinan
di kalangan umat Islam. Hal tersebut juga pernah dibicarakan pada dewan
rakyat (volksraad). Secara bersamaan, untuk memecahkan kebuntuan antara
pemerintah dan DPR diadakan lobi-lobi antara fraksi-fraksi dengan
pemerintah. Antara fraksi ABRI dan Fraksi PPP dicapai suatu kesepakatan
antara lain:
1) Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau
ditambah;
2) Sebagai konsekuensi dari poin pertama itu, maka hal-hal yang telah ada
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1964 dan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1970 tetap dijamin kelangsungannya dan tidak akan
diadakan perubahan; dan
3) Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin
disesuaikan dengan undang-undang perkawinan yang sedang dibahas
di DPR, segera akan dihilangkan

c. Lahirnya Peradilan Agama


Keberadaan Peradilan Islam di Indonesia yang kemudian dikenal dengan
istilah Peradilan Agama adalah salah satu bukti peran umat Islam di
Indonesia terutama para Ulama di Indonesia. Dalam sejarah

6
perkembangannya, personil peradilan agama sejak dulu selalu dipegang oleh
para ulama yang disegani yang menjadi panutan masyarakat. Dengan adanya
Peradilan agama maka lahirlah Undang-undang terkait agama, misalnya
lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
mana didalam undang-undang tersenut tidak ada ketentuan yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Pasa12 ayat (1) undang- undang ini semakin
memperteguh pelaksanaan ajaran Islam (Hukum Islam). Begitu juga dengan
keluarnya Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
yang telah memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang
mandiri, sederajat dan memantapkan serta mensejajarkan kedudukan
peradilan agama dengan lingkungan peradilan lainnya.

d. Pengelolaan Zakat
Zakat adalah salah syari’at bagi umat Islam. Demi menjalankan syari’atnya
maka lahirlah Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
Zakat menetapkan bahwa tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam
pelayanan ibadah Zakat.
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat.

2.4 GERAKAN-GERAKAN KONTEMPORER DI INDONESIA


Seiring tumbangnya pemerintahan Soeharto, Islam di Indonesia menunjukkan
dinamika yang kian bergemuruh. Berbagi kelompok dalam banyak bentuk bermunculan
seperti organisasi massa, partai politik dan lembaga-lembaga kajian dan organisasi non
pemerintah (ornop). Ini tentu tidak terlepas dari keterbukaan politik dan kebebasan
berekspresi serta kebebasan berkumpul dalam sistem demokrasi sekarang.
Sesungguhnya kita bisa melihat dari berbagai sudut pandang tentang polarisasi Islam
paska orde baru ini. Mark Woodward (2001) misalnya mengelompokkan respon silam
atas perubahan paska orde baru ke dalam lima kelompok. Pengelompokan Woodward
ini tampaknya melihat dari sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat
Islam Indonesia yang lama maupun yang baru.

7
Pertama adalah indigenized Islam. Indigenized Islam adalah sebuah ekspresi Islam
yang bersifat lokal; secara formal mereka mengaku beragama Islam tetapi biasanya
mereka lebih mengikuti aturan-aturan lokalitas ketimbang ortodoksi Islam.
Karakteristik ini paralel dengan apa yang disebut Clifford Geerts sebagai Islam
Abangan untuk konteks Jawa.
Kedua adalah kelompok tradisional Nahdlatul Ulama (NU). NU adalah penganut
aliran Sunny terbesar di Indonesia yang dianggap memiliki ekspresinya sendiri karena
disamping ia memiliki kekhasan yang tidak dimiliki kelompok lain seperti basis yang
kuat di pesantren dan di pedesaan, hubungan guru murid yang khas.
Kelompok ketiga adalah Islam modernis. Mereka terutama berbasis pada
Muhammadiyah. Sasaran utamanya adalah pelayanan sosial seperti pendidikan dan
kesehatan. Ia memperkenalkan ide-ide modernisasi dalam pengertian klasik. Keempat
adalah islamisme atau islamis. Gerakan ini tidak hanya mengusung Arabisme dari
konseruatisme tetapi juga di dalam dirinya terdapat paradigma ideologi Islam Arab.
Tidak heran jika jihad dan penerapan syari’ah Islam menjadi karakter utama dari
kelompok ini.
Kelompok kelima adalah neo-modernisme Islam. Ia lebih dicirikan dengan gerakan
intelektual dan kritiknya terhadap doktrin Islam yang mapan. Mereka berasal dari
berbagai kelompok termasuk kalangan tradisional maupun dari kalangan modernis.
Kelompok ini sangat kritis terhadap penerapan syariah Islam tanpa perubahan dan kritik
terhadap doktrin terlebih dahulu, serta membela kesetaraan perempuan, pluralisme dan
toleransi.
Terjadinya perbedaan dalam melihat kondisi Islam di Indonesia itu merupakan
dampak dari pengembangan pemikiran khususnya dalam dinamika intelektual yang
diorientasikan kepada pembangunan kebangsaan. Satu hal yang mestinya sadari bahwa
semakin banyaknya organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok Islam yang muncul
belakangan ini sebenarnya dapat menjadi kekayaan wacana tentang Islam di Indonesia.
Barangkali yang jauh lebih penting adalah, bagaimana mengupayakan pembinaan
kesadaran bersama, bahwa Islam ditengah-tengah kehidupan bangsa ini laksana satu
panji beragam arti, dan keragaman makna sebaiknya diyakini sebagai anugerah ilahi
untuk dinikmati kita bersama.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masuknya Islam ke Indonesia belum ada kesepakatan pendapat para ahli
sampai sekarang. Sebahagian mereka berpendapat bahwa kedatangan Islam ke
Indonesia adalah abad ketujud masehi, dan sebagian lagi mengatakan pada abad
ketigabelas masehi, pendapat pertama didukung antara lain oleh Hamka, dan
pendapat kedua didukung antara lain oleh Soekarno. Sartono mengatakan kita harus
membedakan antara pengertian kedatangan, proses penyebaran, dan peerkembangan
Islam. Akulturasi sendiri merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok
itu sendiri. Proses akulturasi melahirkan kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Banyak hal yang terpengaruh pasca masuknya Islam ke Indonesia. Mulai
dari bangunan-bangunan, seni budaya dan sastra, hingga upacara. Sejarah telah
membuktikan kontribusi umat Islam terhadap bangsa dan Negara ini, ada beberapa
kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum indonesia, yaitu
lahirnya UUD 1945, lahirnya UU perkawinan, lahirnya peradilan agama, dan
pengelolaan zakat. Seiring tumbangnya pemerintahan Soeharto, Islam di Indonesia
menunjukkan dinamika yang kian bergemuruh. Berbagi kelompok dalam banyak
bentuk bermunculan seperti organisasi massa, partai politik dan lembaga-lembaga
kajian dan organisasi non pemerintah (ornop)

3.1 KRITIK DAN SARAN


Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Apabila ada salah maupun itu dari ketikan atau yang lainnya penulis
mohon maaf. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya

9
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen PAI UNP. 2017. “Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi”. Padang:
UNP

Wikipedia. “Islam di Indonesia”.


https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia#:~:text=Islam%20dipercaya%20tiba
%20di%20Indonesia,sekitar%20abad%20ke%2D13%20M. Diakses pada 06 Juni 2022
pukul 08.49 WIB.

Kelas pintar. 2020. “Wujud Akulturasi Kebudayaan dengan Agama Islam”.


https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/wujud-akulturasi-kebudayaan-dengan-agama-
islam-6932/. Diakses pada 06 Juni 2022 pukul 09.03 WIB.

Dunia Pelajar. 2010. “Gerakan Islam Kontemporer Di Indonesi”.


https://www.duniapelajar.com/2010/06/05/gerakan-islam-kontemporer-di-indonesia/.
Diakses pada 06 Juni 2022 pukul 09.32 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai